• Tidak ada hasil yang ditemukan

oleh Vivin Herawati NIM 160101009 - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "oleh Vivin Herawati NIM 160101009 - etheses UIN Mataram"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

DI MTs NAHDLATUL MUJAHIDIN NW JEMPONG AMPENAN UTARA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2019/2020

oleh Vivin Herawati NIM 160101009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

(2)

DI MTs NAHDLATUL MUJAHIDIN NW JEMPONG AMPENAN UTARA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Skripsi

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar

SarjanaPendidikan (S.Pd)

oleh Vivin Herawati NIM 160101009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2020

(3)
(4)
(5)
(6)

لاقْثم ْلمْعَي ْنمف ۗ هرَي اًرْيخةَرذ

٧ هرَي اًرشةَرذ ل اقْثم ْلمْعَي ْنمو ۸

Artinya: “Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (kebaikan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya)nya.”1

1QS. Al-Zalzalah [99]: 7-8. Kementerian Agama Islam Republik Indonesia, Al-Quran Al- Karim Dan Terjemahannya, (Surabaya: Halim, 2014), hlm. 599.

(7)

“Ku persembahkan skripsi ini untuk almamaterku, Ibuku Hartiwi, Bapakku Ahmad Ahyar dan kedua kakakku Ali Azhari dan Bahtiar Rosidi.”

(8)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta kepada keluarga, sahabat dan semua pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan pada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut:

1. Dr. Abdul Fattah, M.Fil.I. selaku Pembimbing I dan Dr. Saparudin, M.Ag. selaku Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi dan korekasi mendetail terus-menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih sempurna dan cepat selesai.

2. Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.

3. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

4. Keluarga MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong yang senantiasa memberikan kemudahan kepada ananda dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi.

5. Kedua oang tua beserta keluarga yang telah berjuang, berkorban, memberikan

(9)
(10)

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 9

E. Telaah Pustaka ... 10

F. Kerangka Teori ... 16

1. Reward ... 16

a. Pengertian Reward ... 16

b. Macam-macam Reward ... 18

c. Syarat Memberikan Reward ... 19

d. Tujuan Pemberian Reward ... 20

2. Punishment ... 21

a. Pengertian Punishment ... 21

b. Macam-macam Punishment ... 22

(11)

3. Program Imtaq ... 26

a. Pengertian Program Imtaq ... 26

b. Landasan Pelaksanaan Program Imtaq ... 29

c. Tujuan Program Imtaq ... 30

d. Bentuk-bentuk Program Imtaq ... 32

4. Kedisiplinan ... 34

a. Pengertian Disiplin Peserta Didik ... 34

b. Faktor Disiplin Peserta Didik ... 36

c. Tujuan Penegakan Kedisiplinan Peserta Didik ... 37

d. Indikator Kedisiplinan Peserta Didik ... 38

e. Cara Membentuk KedisiplinanPeserta Didik ... 40

G. Metode Penelitian ... 41

1. Pendekatan Penelitian ... 41

2. Kehadiran Peneliti ... 42

3. Sumber Data ... 42

4. Teknik Pengumpulan Data ... 43

5. Analisis Data ... 48

6. Keabsahan Data ... 49

H. Sistematika Pembahasan ... 50

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 51

A. Gambaran Lokasi ... 51

1. Sejarah Berdirinya MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram ... 51

2. Letak Geografis MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram ... 51 3. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Nahdlatul

(12)

Ampenan Utara Mataram ... 54 5. Keadan Sarana Prasaana MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong

Ampenan Utara Mataram ... 55 6. Visi dan Misi MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan

Utara Mataram ... 59 7. Struktur Organisasi MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan

Utara Mataram ... 60 B. Pelaksanaan Kegiatan Program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW

JempongAmpenan Utara Mataram ... 61 C. Penerapan Reward dan Punishment dalam program Imtaq di MTs

Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram ... 76 1. Bentuk Reward dan Punishment dalam program Imtaq di MTs

Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram ... 76 2. Teknis pemberian Reward dan Punishment dalam program Imtaq di

MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram ... 82 D. Implikasi Penerapan Reward dan Punishment dalam program Imtaq

terhadap Kedisiplinan Peserta Didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram ... 89 BAB III PEMBAHASAN ... 100 A. Pelaksanaan Kegiatan Program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW

Jempong Ampenan Utara Mataram ... 100 B. Penerapan Reward dan Punishment dalam program Imtaq di MTs

Nahdlatul Mujahidin NW JempongAmpenan Utara Mataram ... 105 C. Implikasi Penerapan Reward dan Punishment dalam program Imtaq

terhadap Kedisiplinan Peserta Didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW JempongAmpenan Utara Mataram ... 113

(13)

B. Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA ... 119 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

Tabel 2.1 Daftar Nama Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, 52.

Tabel 2.2 Daftar jumlah Peserta Didik MTs Nahdlatul Mujahidin NW Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, 54.

Tabel 2.3 Daftar Sarana MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, 55.

Tabel 2.4 Daftar Prasarana Ruang Kelas MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, 56.

Tabel 2.5 Daftar Prasarana Alat Olahraga MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, 57.

Tabel 2.6 Daftar Prasarana Alat Praga MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, 58.

(15)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020, 60.

Gambar 2.2 Kegiatan Murotal Al-Quran Juz 30, 65.

Gambar 2.3 Kegiatan Shalat Dhuha Berjamaah, 69.

Gambar 2.4 Kegiatan Imtaq Jumat, 73.

Gambar 2.5 Kegiatan hiziban di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong, 75.

Gambar 2.6 Punishment diberikan kepada peserta didik yang datang terlambat dan tidak mengikuti kegiatan murotal Imtaq, 80.

Gambar 2.7 Punishment diberikan kepada peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan murotal Imtaq dan shalat dhuha berjamaah, 80

Gambar 2.8 Punishment yang diberikan kepada peserta didik yang bermain disaat kegiatan murotal Imtaq berlangsung, 81.

Gambar 2.9 Pemberian reward piala bergilirprogram Imtaq kepada wali kelas sebagai pewakilan kelas yang mendapatkan reward, 81.

(16)

DI MTs NAHDLATUL MUJAHIDIN NW JEMPONG AMPENAN UTARA MATARAM TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh:

Vivin Herawati NIM 160101009 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat kedisiplinan peserta didik terhadap peraturan yang berlaku di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pelaksanaan program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020. (3) Implikasi penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq terhadap kedisiplinan peserta didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif bersikap deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yakni reduksi data, data display (penyajian data), dan verifikasi (menarik kesimpulan).

Teknik keabsahan data yang digunakan yakni meningkatkan ketekunan dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Pelaksanakan program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong terdiri dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan menjadi beberapa tahap yakni, kegiatan program Imtaq harian, yang meliputi: kegiatan murotal al-Qur’an sebelum proses pembelajaran, shalat dhuha berjamaah, dan shalat dhuzur berjamaah. kegiatan program Imtaq mingguan, meliputi kegiatan Imtaq Jumat, serta kegiatan program Imtaq bulanan, meliputi kegiatan hiziban. (2) Penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong. Reward yang diterapkan, yaitu: reward pujian, diberikan kepada petugas Imtaq yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik, reward nilai spiritual di raport, nilai yang diberikan kepada setiap peserta didik yang sesuai dengan penilaian guru terhadap akhlak serta keikutsertaan peserta didik dalam mengikuti setiap kegiatan program Imtaq, reward piala bergilir program Imtaq, diberikan kepada kelas yang mendapatkan kalkulasi nilai tertinggi dalam penilaian program Imtaq. Adapun aspek yang menjadi penilaian yakni, aspek kesiapan, kekompakan, dan pelafazan bacaan doa. Sedangkan punishment yang diterapkan dalam Program Imtaq yaitu, punishment non-fisik yang diberikan kepada peserta

(17)

dalam program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong memiliki implikasi terhadap kedisiplinan peserta didik. Dengan adanya penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq peserta didik menjadi disiplin menegakkan aturan yang berlaku dalam program Imtaq, disiplin waktu, disiplin sikap, serta disiplin dalam beribadah.

Kata Kunci: Reward, Punishment, Program Imtaq, Kedisiplinan

(18)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran peserta didik tidak akan terlepas dari aturan dan tata tertib. Setiap peserta didik dituntut untuk bersikap sesuai dengan aturan yang berlaku di madrasah. Ketaatan dan kepatuhan peserta didik dengan aturan yang berlaku di madrasah adalah bentuk kedisiplinan. Sedangkan disiplin sendiri adalah sikap taat dan patuh terhadap peraturan karena adanya kesadaran dalam dirinya sendiri tanpa ada tekanan dari luar.2

Kedisiplinan tidak bisa dibentuk dengan sendirinya, karena kedisiplinan bisa terbentuk dengan adanya kesadaran dalam diri masing-masing peserta didik.

Oleh karena itu, madrasah sangat memiliki peran penting untuk mewujudkan kedisiplinan peserta didik. Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat peraturan- peraturan yang berlaku secara tegas dan konsisten. Jika peraturan berlaku secara tegas dan konsisten diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik yang berdampak pada pencapaian prestasi peserta didik yang baik pula.

Namun pada kenyataannya kedisiplinan peserta didik terhadap aturan yang berlaku di madrasah masih sangat rendah. Hal ini dapat kita lihat dari masih banyaknya peserta didik yang melakukan penyimpangan terhadap aturan-aturan madrasah seperti, datang terlambat ke madrasah, membolos saat jam pelajaran,

2Eggy Nararya Narendra, dkk, “Kedisiplinan Siswa-Siswi SMA Ditinjau dari Perilaku Shalat Wajib Lima waktu”, Jurnal Psikologi Islam, Vol. 4, Nomor 2, 2017, hlm. 136.

(19)

berpakaian tidak sesuai dengan aturan madrasah dan tidak mengikuti kegiatan- kegiatan rutin yang dilaksanakan madrasah. Bahkan sampai pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan seperti peserta didik yang merokok di sekitar lingkungan madrasah. Tercatat dalam buku bimbingan siswa bermasalah, perbulan 36 peserta didik melakukan pelanggaran menyebarkan foto menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan kaidah Islam di akun sosial media, 2 peserta didik melakukan pelanggaran merokok di lingkungan madrasah, 6 peserta didik bolos sekolah serta tidak mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah, 2 peserta didik melakukan pelanggaran perkelahian di lingkungan madrasah, 3 peserta didik melakukan pelanggaran bolos sekolah serta melakukan kerusakan dan perkelahian di sekolah lain.3

Adapun penyebab peserta didik melakukan penyimpangan terhadap aturan-aturan madrasah dipengaruhi oleh beberap faktor, diantaranya:4

1. Faktor-faktor yang ada dalam diri anak sendiri, yaitu faktor yang diakibatkan oleh kelainan fisik maupun psikis yang dibawa sejak lahir. Serta lemahnya pengawasan terhadap diri sendiri dan kurangnya dasar-dasar keagamaan di dalam diri sehingga dapat mengakibatkan mudah dipengaruh oleh lingkungan yang kurang baik.

3 Buku Bimbingan Siswa Bermsalah, Dokumentasi, 7 Oktober 2019.

4Najmuddin, dkk, “Program Kedisiplinan Siswa di Lingkungan Sekolah: Studi Kasus di Dayah Terpadu (Boarding School) SMA Babul Maghfirah Aceh Besar”, Edukasi Islam: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 08, Nomor 2, Agustus 2019, hlm. 190.

(20)

2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam rumah tangga, yang terdiri dari faktor:

anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang kedua orang tua serta lemahnya keadaan ekonomi orang tua sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan anak.

3. Faktor-faktor yang berasal dari sekolah, seperti: kurangnya jumlah guru, guru yang kurang berdedikasi dan kompak dalam mendidik anak, dan kurangnya fasilitas pendidikan di sekolah.

Ada beberapa teknik-teknik alternatif yang ditawarkan dalam mengatasi bentuk perilaku menyimpang dilakukan peserta didik yang melanggar aturan madrasah. Pertama, external control. External control adalah suatu teknik disiplin yang dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik harus didisiplinkan. Oleh sebab itu, peserta didik sangat membutuhkan dukungan dari pihak luar dari dirinya sendiri. Kedua, inner control. Inner control adalah suatu teknik disiplin yang dikendalikan dari dalam diri peserta didik. Teknik ini mengupayakan peserta didik untuk mendisiplinkan diri sendiri. Ketiga, teknik cooperatif control. Konsep teknik ini adalah perpaduan antara eksternal control dengan inner control, artinya pihak dari luar peserta didik menjalin kerjasama dengan peserta didik dalam menegakkan kedisiplinan.5

Kedisiplinan peserta didik dapat meningkat apabila peserta didik memiliki kesadaran akan pentingnya disiplin bagi diri sendiri serta adanya dukungan dari

5Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.

174-175.

(21)

luar diri peserta didik. Salah satu bentuk dukungan untuk meningkatkan kedisiplinn peserta didik yakni menanamkan nilai kedisiplinan dengan cara intensif dan integratif. Artinya walaupun tidak ada mata pelajaran secara khusus mengajarkan tentang kedisiplinan, namun muatan nilai-nilai disiplin dapat ditanamkan pada semua mata pelajaran. Serta membuat aturan yang mengandung sebuah pembiasaan. Selain itu juga, cara yang bisa diterapkan yaitu pemberian reward dan punishment dalam pelaksanaan kegiatan program Imtaq.

Kegiatan program Imtaq adalah salah satu kegiatan yang sangat penting yang harus diterapkan di madrasah. Program Imtaq merupakan materi iman yang biasanya membahas mengenai rukun iman yang enam yakni: (1) iman kepada Allah, (2) iman kepada malaikat Allah, (3) iman kepada kitab-kitab Allah, (4) iman kepada para Rasul, (5) iman kepada hari kiamat dan (6) iman kepada qada dan qadar. Sedangkan materi taqwa merupakan implementasi dari materi keagamaan termasuk materi iman dan islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan reward dan punishment dalam pelaksanaan kegiatan program Imtaq dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik. Dengan memberikan reward atau penghargaan, anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi kedisiplinannya. Anak akan menjadi lebih keras kemauannya untuk berbuat yang lebih baik lagi. Dengan demikian anak

(22)

akanmematuhi norma dan aturan yang berlaku.6 Sedangkan dengan memberikan hukuman kepada anak yang melanggar aturan yang berlaku, anak tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, dan hukuman diberikan sebagai suatu pembinaan bagi anak untuk mencapai pribadi asusila.7

Berdasarkan hasil observasi di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong serta melakukan wawancara dengan beberapa guru, bahwa di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong telah menanamkan nilai kedisiplinan. Hal ini ditunjukan dengan pelaksanaan program Imtaq di madrasah. Adapun bentuk kegiatan Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong seperti, membaca ayat-ayat al-Qur’an khususnya juz 30 bersama dan melaksanakan kegiatan shalat dhuha berjamaah, melaksanakan shalat dzuhur berjamaah sebelum pulang sekolah, dan melaksanakan kegiatan Imtaq rutin setiap hari Jumat. Dalam pelaksanaan kegiatan program Imtaq diterapkan pemberian reward dan punishment kepada peserta didik. Adapun bentuk reward yang diberikan kepada peserta didik yang disiplin dalam mengikuti kegiatan program Imtaq adalah pujian, nilai spiritual di raport dan reward hadiah berupa piala bergilir antar kelas yang diberikan sekali 2 bulan. Sedangkan bentuk punishment yang diberikan kepada peserta didik yang melanggar aturan yakni punishment non-fisik yang edukatif seperti dijemur di tengah lapangan sambil membaca al-Qur’an, membersihkan ruangan, melaksanakan shalat dhuha secara munfarid sebanyak 6 rakaat, 10 rakaat atau 12

6Eka Yulia Khoerunnisa, “Penerapan Reward dan Punishment untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini”, Jurnal Pelita Paud, vol, 1, Nomor 2, 2017, hlm. 115.

7Ibid., hlm. 115-116.

(23)

rakaat, dan membaca ulang al-Qur’an bagi peserta didik yang terlambat ke sekolah dan bermain saat kegiatan murotal al-Qur’an 30 juz bersama. Serta diberikan peringatan oleh wali kelas serta kepala sekolah dan sampai kepada pemanggilan wali peserta didik yang melakukan pelanggaran. Punishment diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini adalah upaya untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik, menciptakan generasi yang beriman dan bertaqwa serta berakhlakul kharimah yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dijelaskan dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu:

“mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Penerapan Reward dan Punishment dalam Program Imtaq dan Implikasinya terhadap Kedisiplinan Peserta Didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020.”

(24)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020?

2. Bagaimanakah penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020?

3. Bagaimanakah implikasi penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq terhadap kedisiplinan peserta didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong AmpenanUtara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian adalah:

a. Untuk menganalisis pelaksanaan program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020

b. Untuk menganalisis penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020.

c. Untuk menganalisis implikasi penerapan reward dan punishment tersebut terhadap kedisiplinan peserta didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong AmpenanUtara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020.

(25)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari permasalahan yang dikemukakan peneliti terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah ilmu pengetahun terkait pentingnya penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik.

2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur bagi peneliti berikutnya.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan dorongan motivasi bagi peserta didik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan program Imtaq guna meningkatkan kedisiplinan peserta didik.

2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan para guru di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong dalam mengatasi masalah kedisiplinan peserta didik melalui penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq.

(26)

3) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk mengambil kebijakan dalam penerapan aturan- aturan sekolah yang bisa membentuk kedisiplinan peserta didik.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini hanya sebatas penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq serta mendeskripsikan implikasinya terhadap kedisiplinan peserta didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Utara Ampenan Mataram. Alasan penulis mengambil lokasi penelitian di madrasah tersebut karena MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong adalah salah satu madrasah yang menerapkan reward dan punishment dalam program Imtaq. Selain itu juga, letak geografis MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong yang mudah ditempuh oleh penulis. Sehingga mempermudahkan peneliti dalam mendapatkan data-data dan informasi valid yang diperlukan dalam melakukan penelitian di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong.

Karena alasan tersebut peneliti mengambil MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong sebagai tempat penelitian untuk mengetahui bagaimana

(27)

penerapan reward dan punishment dalam program Imtaq dan implikasinya terhadap kedisiplinan peserta didik di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram tahun pelajaran 2019/2020.

E. Telaah Pustaka

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan judul peneliti “Penerapan Reward dan Punishment dalam Program Imtaq dan Implikasinya terhadap Kedisiplinan Peserta Didik di Mts Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Mataram Tahun Pelajaran 2019/2020.” Yang betujuan untuk menegaskan kebaruan dan orisinalitas penelitian bagi pengembangan kajian yang terkait. Serta sebagai perbandingan konsep yang akan peneliti paparkan. Berikut beberapa hasil penelitain sebelumnya yang terkait dengan kajian penelitian, diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Eci Hidayat yang berjudul, “Pengaruh Kegiatan Imtaq terhadap Disiplin Siswa Di SMP Negeri 16 Kota Bengkulu.” Skripsi ini mengkaji tentang pengaruh pelaksanaan kegiatan Imtaq terhadap disiplin peserta didik. Dalam penelitian ini pelaksanaan kegiatan Imtaq memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.8 Penelitian ini memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu kajian tentang pelaksanaan kegiatan Imtaq terhadap kedisiplinan peserta didik. Sementara

8Eci Hidayat, “Pengaruh Kegiatan Imtaq terhadap Disiplin Siswa di SMP Negeri 16 Kota Bengkulu”, (Skripsi, FTT IAIN Bengkulu, Bengkulu, 2018), hlm. 11.

(28)

sisi perbedaanya, penelitian yang akan dilakukan yakni menerapkan reward dan punishment dalam pelaksanaan kegiatan Imtaq serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

2. Jurnal yang ditulis oleh Intan Apri Wijaya, Okto Wijayanti, dan Arifin Muslim yang berjudul “Analisis Pemberian Reward dan Punishment pada Sikap Disiplin SD N 01 Sokaraja Tengah.” Jurnal ini mengkaji tentang pemberian reward dan punishment terhadap sikap disiplin peserta didik.

Dalam penelitian ini pemberian reward dan punishment memberikan dampak signifikan terhadap sikap disiplin peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaitf.9 Penelitian ini memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment terhadap kedisiplinan peserta didik. Serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaitf. Sementara sisi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment dalam pelaksanaan program Imtaq.

3. Tesis yang ditulis oleh Sri Sunarti yang berjudul, “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan dan Tanggung Jawab dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Pemberian Reward dan Punishment (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Beteng Tahun Pelajaran 2017/2018).” Tesis ini mengkaji tentang pemberian reward dan punishment

9Intan Apri Wijaya, dkk, “Analisis Pemberian Reward dan Punishment pada Sikap Disiplin SD N 01 Sokaraja Tengah”, Jurnal Education FKIP UNMA, Vol. 5, Nomor 2, Desember 2019, hlm.

84.

(29)

dalam pembelajaran bahasa Indonesia terhadap sikap disiplin dan tanggung jawab peserta didik. Dalam penelitian ini pemberian reward dan punishment dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan sikap disiplin dan tanggung jawab peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas).10 Penelitian ini memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment terhadap kedisiplinan peserta didik. Sementara sisi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment dalam pelaksanaan program Imtaq serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

4. Jurnal yang ditulis oleh Rengga Indrawati dan Ali Maksum yang berjudul,

“Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa melalui Pemberian Reward dan

Punishment dalam Pembelajaran Penjasorkes Siswa Kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Lamongan.” Jurnal ini mengkaji tentang pemberian reward dan punishment dalam pelajaran penjaskorkes terhadap kedisiplinan peserta didik.

Dalam penelitian ini pemberian reward dan punishment dalam pembelajaran penjasorkes dapat meningkatkan sikap disiplin peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas).11 Penelitian ini

10Sri Sunarti, “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan dan Tanggung Jawab dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode Pemberian Reward dan Punishment (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Beteng Tahun Pelajaran 2017/2018)”, (Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Widya Dharma Klaten, Klaten, 2018), hlm. xiv.

11Rengga Indrawati dan Ali Maksum, “Peningkatan Perilaku Disiplin Siswa melalui Pemberian Reward dan Punishment dalam Pembelajaran Penjasorkes pada Siswa Kelas XII IPS 1

(30)

memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment terhadap kedisiplinan peserta didik.

Sementara sisi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment dalam pelaksanaan program Imtaq serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

5. Skripsi yang ditulis oleh Abdul Rohmat yang berjudul, “Pengaruh Reward dan Punishment terhadap Kedisiplinan Siswa di MA Islamiyah Ciputat.”

Skripsi ini mengkaji tentang pemberian reward dan punishment terhadap kedisiplinan peserta didik. Dalam penelitian ini pemberian reward dan punishment mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap disiplin peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitain deskriptif kuantitatif.12 Penelitian ini memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment terhadap kedisiplinan peserta didik. Sementara sisi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pemberian reward dan punishment dalam pelaksanaan program Imtaq serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

6. Skripsi yang ditulis oleh Hemelia Iqlasiayas yang berjudul, “Hubungan Antara Kegiatan Imtaq (Iman dan Taqwa) dengan Sikap Religius Siswa di

SMA Negeri 1 Lamongan”, Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Vol. 01, Nomor 02, 2013, hlm. 304.

12Abdul Rohmat, “Pengaruh Reward dan Punishment terhadap Kedisiplinan Siswa di Ma Islamiyah Ciputat”, (Skripsi, FTK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2017), hlm. v.

(31)

Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Pekanbaru.” Skripsi ini mengkaji tentang hubungan pelaksanaan program Imtaq dengan sikap religius peserta didik.

Dalam penelitian ini pelaksanaan program Imtaq memiliki hubungan yang kuat dengan sikap religius peserta didik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.13 Penelitian ini memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pelaksanaan kegiatan program Imtaq. Sementara sisi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni dalam pelaksanaan program Imtaq diberikan reward dan punishment serta implikasinya terhadap kedisiplinan peserta didik. Serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaitf.

7. Skripsi yang ditulis oleh Lalu Dhea Urrahman yang berjudul, Efektivitas Penyelenggaraan Program Imtaq dalam Rangka Pembinaan Akhlak Siswa di MA Al-Mahsun Khidir NW Dasan Tapen Gerung Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.” Skripsi ini mengkaji tentang pelaksanaan program Imtaq dalam rangka pembinaan akhlak peserta didik. Dalam penelitian ini pelaksanaan program Imtaq memiliki pengaruh meningkatkan kualitas keimanan peserta didik yang berkaitan dengan etika dan moral sehingga peserta didik memiliki dasar yang kuat dalam menghadapi nilai-nilai negatif dari luar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

13Hemelia Iqlasiayas, “Hubungan Antara Kegiatan Imtaq (Iman dan Taqwa) dengan Sikap Religius Siswa di Sekolah Menegah Atas Negeri 4 Pekanbaru”, (Skripsi, FTK UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 2019), hlm.vii.

(32)

kualitaitf.14 Penelitian ini memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pelaksanaan kegiatan program Imtaq. Serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitaitf. Sementara sisi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni dalam pelaksanaan program Imtaq diberikan reward dan punishment serta implikasinya terhadap kedisiplinan peserta didik.

8. Skripsi yang ditulis oleh Nurkomariah yang berjudul, Efektivitas Program Imtaq dalam Membentuk Kepribadian Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sape Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi ini mengkaji tentang pelaksanaan program Imtaq dalam membentuk kepribadian peserta didik. Dalam penelitian ini pelaksanaan program Imtaq memiliki pengaruh dalam membentuk kepribadian peserta didik khususnya dalam aspek mental peserta didik untuk berani berkomunikasi dihadapan banyak orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaitf.15 Penelitian ini memiliki fokus kajian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pelaksanaan kegiatan program Imtaq. Serta jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaitf. Sementara sisi perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni dalam pelaksanaan program Imtaq diberikan reward dan punishment serta implikasinya terhadap kedisiplinan peserta didik.

14Lalu Dhea Urrahman, “Efektivitas Penyelenggaraan Program Imtaq dalam Rangka Pembinaan Akhlak Siswa di MA Al-Mahsun Khidir NW Dasan Tapen Gerung Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018”, (Skripsi, FTK UIN Mataram, Mataram 2018), hlm.xv.

15Nurkomariah, “Efektivitas Program Imtaq dalam Membentuk Kepribadian Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sape Tahun Pelajaran 2015/2016”, (Skripsi, FTK IAIN Mataram, Mataram, 2016), hlm.xvi.

(33)

F. Kajian Teori 1. Reward

a. Pengertian Reward

Secara etimologi reward berasal dari bahasa Inggris reward yang berarti ganjara atau hadiah.16 Adapun reward secara terminologi ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tentang reward, diantaranya sebagai berikut:

1) Menurut Amir Daien Indrakusuma, reward adalah penilaian positif terhadap belajar peserta didik.17

2) Menurut Syarifah Massuki Fitri, dkk, reward adalah metode yang dilakukan untuk memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasi yang berupa apresiasi berbentuk material atau ucapan.18

3) Menurut Djamarah, reward adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan, cenderamata ataupun sebagai kenang- kenangan.19

16Tresia Karli Kawulur, dkk, “Pengaruh Reward dan Punishment terhadap Karyawan Di PT.

Columbia Perdana Cabang Manado”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 2, Nomor 2, 2018, hlm. 69.

17Yanty K. Manoppo, “Penerapan Metode Reward dan Punishment pada Mapel PAI dalam Meningkatkan Prestasi Siswa di Kelas 1 SD Islam Al-Azhar 43 Gorontalo”, Irfani, Vol. 12, Nomor 1, Juni 2016, hlm. 39.

18Syarifah Massuki Fitri, dkk, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komitmen, Organisasi, Kualitas Sumber Daya, Reward, Dan Punishment terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Empirik pada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat)”, JDA, Vol. 5, Nomor 2, September 2013, hlm. 163.

19Mulyo Utomo dan Dwi Cahyo Kartiko, “Pengaruh Pemberian Reward terhadap Hasil Belajar Shooting Bola Basket (Studi pada Kelas SMA Negeri 1 Soko)”, Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, Vol. 03, Nomor 03, 2015, hlm. 435.

(34)

4) Menurut Sardiman, reward adalah salah satu bentuk motivasi belajar yang diberikan guru.20

5) Menurut Hamalik, reward adalah cara yang digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik.21

6) Menurut Haidar Putra Daulay, reward (hadiah) adalah “sesuatu yang menggembirakan dapat merangsang psikologis untuk lebih berprestasi.”22

7) Menurut Abuddin Nata, reward (hadiah) adalah salah satu alat yang digunakan untuk menumbuhkan gairah dan semangat dalam belajar dan mengajar.23

Jadi reward adalah salah satu cara atau alat berupa apresiasi, penghargaan dan penilaian positif terhadap prestasi yang telah dicapai oleh peserta didik yang dapat memotivasi dan merangsang psikologis untuk menumbuhkan gairah dan semangat belajar peserta didik sehingga mampu untuk meningkatkan prestasi menjadi lebih baik lagi.

20Yopi Nisa Febianti, “Peningkatan Motivasi Belajar dengan Pemberian Reward And Punishment yang Positif”, Jurnal Edunomic, Vol. 6, Nomor 2, 2018, hlm. 96.

21Eza Sofiani, dkk, “Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Laboratorium Unsyiah”, Jurnal Ilmiah Mahsiswa Pendidikan Geografi FKIP Insyiah, Vol. 3, Nomor 3, Agustus 2018, hlm. 308.

22Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), cet. Ke-1, hlm. 121-122.

23Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 329.

(35)

b. Macam-macam Reward

Reward yang diberikan kepada peserta didik bervariasi, menurut Sadirman bentuk reward yang dapat diberikan kepada peserta didik ada tiga, antara lain:

1) Pemberian Angka atau Nilai

Pemberian angka adalah salah satu simbol dalam kegiatan pembelajaran, angka yang dimaksud adalah nilai yang diberikan kepada peserta didik yang telah mengerjakan tugas dengan baik.

2) Pemberian Hadiah

Reward hadiah ini juga disebut sebagai reward materil karena reward hadiah berupa reward berbentuk barang.

3) Pemberian Pujian

Pemberian pujian kepada peserta didik dapat memupuk suasana yang menyenangkan dan dapat mempertinggi gairah belajar sekaligus dapat meningkatkan prestasi peserta didik.24

Maka dapat disimpulkan bentuk reward yang dapat diterapkan di sekolah yakni reward berbentuk angka atau nilai, reward hadiah yakni reward yang berbentuk barang dan reward pujian yang berupa kata-kata pujian yang dapat menumbuhkan motivasi peserta didik agar dapat meningkatkan prestasinya.

24Ahmad Bahril Faidy, “Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ambunten Kabupaten Sumenep”, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol.2, Nomor 2, Tahun 2014, hlm. 456.

(36)

c. Syarat Memberikan Reward

Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh guru sebelum memberikan reward kepada peserta didik, diantaranya:

1) Sebelum memberikan reward yang pedagogis seorang guru harus benar-benar mengenal peserta didiknya.

2) Reward yang diberikan tidak menimbulkan kecemburuan bagi peserta didik yang lainnya.

3) Memberikan reward harus hemat. Maksudnya tidak kerap atau berlebihan dalam memberikan reward karena dapat menghilangkan arti reward sebagai alat pendidikan.

4) Jangan menjanjikan akan memberikan reward kepada peserta didik sebelum ia menunjukkan prestasi kerjanya.

5) Jangan sampai reward yang diberikan kepada peserta didik diterima sebagai upah jerih payah yang telah dilakukannya.25

Maka dalam memberikan reward kepada peserta didik seorang guru harus bersikap bijaksana sehingga tidak menimbulkan kecemburuan bagi peserta didik lainnya serta tidak mengakibatkan peserta didik yang diberikan reward merasa diri paling pandai. Oleh karena itu, sebelum memberikan reward seorang guru harus benar-benar mengetahui karakter

25Ibid.,hlm. 41-42.

(37)

peserta didik serta mengetahui bahwa peserta didik telah meraih sebuah prestasi. Sehingga reward yang diberikan bukan sebagai upah jerih payah yang telah dilakukan oleh peserta didik.

d. Tujuan Pemberian Reward

Menurut Ngalim Purwanto tujuan pemberian reward, sebagai berikut:

1) Untuk lebih mengembangkan motivasi peserta didik dalam melakukan suatu perbuatan agar timbul dari kesadaran diri sendiri.

2) Untuk membangun hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik.

3) Menjadi motivasi atau dorongan peserta didiki untuk belajar lebih baik lagi.

4) Peserta didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mewujudkan tujuan-tujuan pembelajaran.

5) Untuk menumbuhkan perilaku yang positif bagi peserta didik.26

Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian reward dapat memotivasi peserta didik agar belajar dan berusaha lebih baik untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, meraih prestasi serta menumbuhkan sikap positif di dalam diri peserta didik.

26Najamudin Pettasolong, “Implementasi Budaya Kompetisi melalui Pemberian Reward dan Punishment dalam Pembelajaran”, Tabir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 5, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 45-46.

(38)

2. Punishment

a. Pengertian Punishment

Secara etimologi punishment berasal dari bahasa Inggris yang berarti hukuman, siksaan atau perilaku yang amat kasar.27 Adapun punishment secara terminologi ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tentang punishment, diantaranya sebagai berikut:

1) Menurut M. Ngalim Purwanto, punishment adalah penderitaan yang sengaja diberikan oleh seseorang (orang tua, pendidik dan sebagainya) sesudah adanya pelanggaran, kesalahan atau kejahatan.28 2) Menurut Mangkunegara, punishment adalah ancaman hukuman yang

diberikan dengan tujuan memelihara peraturan dan memberikan pelajaran bagi pelaku pelanggaran.29

3) Menurut Imron, punishment adalah sebuah sanksi yang diberikan kepada seseorang karena akibat melakukan pelanggaran akan aturan- aturan yang telah ditetapkan.30

4) Menurut Vredi.P, punishment adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang menyebabkan penderitaan terhadap

27Salminawati, “Implementasi Reward dan Punishment dalam Pembelajaran di Madrasah Se- Kota Medan”, Al-Fatih: Jurnal Pendidikan Dan Kesehatan, Vol. II, Nomor 1, Januari – Juni 2019, hlm. 4.

28Yanty K. Manoppo, “Penerapan…, hlm. 42.

29Rendra Maulana Suryadilaga, dkk, “Pengaruh Reward dan Punishment terhadap Kinerja (Studi pada Karyawan PT Telkom Indonesia Witel Jatim Selatan Malang)”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol, 39, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 157.

30Intan Apri Wijaya, dkk, Analisis Pemberian, hlm. 89.

(39)

seseorang yang menerima hukuman sebagai akibat atau balasan kesalahan yang dilakukan.31

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa punishment adalah ancaman atau hukuman yang diberikan dengan sadar dan sengaja kepada seseorang yang melakukan pelanggaran agar merasakan penderitaan dengan tujuan untuk memelihara peraturan yang telah ditetapkan dan memberikan pelajaran bagi pelaku pelanggaran.

b. Macam-macam Punishment

Menurut Ibrahim Amini secara umum punishment dibagi menjadi dua macam, diantaranya:

1) Punishment Fisik

Punishment fisik adalah punishment yang dikenakan terhadap badan seperti pukulan, qishah, siksaan fisik dan lain sebagainya.

2) Punishment Non-Fisik

Punishment yang tidak dikenakan terhadap badan seperti cacian, denda, disuruh berdiri atau bertahan ditempat yang sangat panas dan lain sebagainya.32

Dari macam-macam punishment yang telah dipaparkan di atas, menurut Purwanto sebaiknya punishment yang diterapkan dalam dunia

31Ika Suci Wulandari dan Taufiq Hidayat, “Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Yosowilangun Lumajang)”, Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Vol. 02, Nomor 03, 2014, hlm. 600.

32Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, terj. Ahmad Sybandi dan Salman Fadhlullah, (Jakarta: Al-Huda, 2006), hlm. 339-340.

(40)

pendidikan adalah punishment yang non-fisik edukatif bukan punishment fisik yang memiliki unsur kekerasan yang dapat membahayakan diri peserta didik. Karena dapat menimbulkan trauma dalam diri peserta didik sehingga peserta didik ingin berhenti sekolah. Sehingga dalam memberikan hukuman atau punishment kepada peserta didik seorang guru harus menimbang bentuk hukuman yang akan diberikan sesuai dengan kesalahan yang dilakukan serta latar belakang peserta didik.33

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua bentuk punishment yang dapat diterapkan yakni punishment fisik dan punishment non-fisik. Namun dalam dunia pendidikan sebaiknya menerapkan punishment non-fisik bukan punishment fisik yang memiliki unsur kekerasan yang dapat membahayakan diri peserta didik. Dalam memberikan punishment seorang guru harus menyesuaikan dengan kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

c. Syarat memberikan Punishment

Sebelum memberikan hukuman atau punishment kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran lebih baik seorang guru memperhatikan syarat-syarat punishment. Adapun menurut M. Asy’ari untuk terwujudnya tujuan pemberian punishment yang dijelaskan di atas

33Yusvidha Ernata, “Analisis Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Pemberian Reward dan Punishment di SDN Ngaringan 05 Kec. Gandusari Kab. Blitar”, Jurnal pemikiran dan Pengembangan SD, Vol. 5, Nomor 2, September 2017, hlm. 787.

(41)

maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan pendidik dalam menggunakan punishment atau hukuman, yakni:

1) Seorang pendidik tidak boleh dalam keadaan marah dalam memberikan hukuman kepada peserta didik karena hukuman adalah metode kuratif yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku peserta didik yang melakukan kesalahan bukan untuk balas dendam.

2) Pendidik memberikan hukuman apabila metode lain seperti nasehat dan peringatan tidak berhasil memperbaiki pesert didik.

3) Sebelum melakukan hukuman seorang pendidik seharusnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertobat dan memperbaiki diri.

4) Hukuman yang diberikan kepada peserta didik hendaknya dimengerti olehnya, sehingga peserta didik sadar terhadap kesalahan yang ia lakukan dan tidak mengulanginya lagi.

5) Pendidik lebih baik menerapkan hukuman non-fisik dari pada hukuman fisik atau badan.

6) Dalam memberikan hukuman pendidik harus menyesuaikan dengan latar belakang kondisi peserta didik.

7) Dalam memberikan hukuman pendidik harus memperhatikan prinsip logis yaitu hukuman yang sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

(42)

8) Pendidik hendaknya tidak mengutarakan bentuk hukuman yang tidak mungkin untuk dilakukan kepada peserta didik. Contohnya “apabila kamu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, saya akan membunuh kamu.” Seorang pendidik tidak mungkin akan membunuh peserta didiknya. Sehingga hal ini akan mengakibatkan peserta didik akan mengulangi kesalahannya.34

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan punishment kepada peserta didik seorang pendidik harus berhati-hati, dalam keadaan stabil, tidak marah dan tidak menjadikan punishment sebagai alat balas dendam kepada peserta didik. Sebelum memberikan punishment alangkah baiknya jika seorang pendidik memberikan peringatan dan kesempatan kepada peserta didik untuk bertobat dan memperbaiki diri. Mengutamakan punishment non-fisik dari pada punishment fisik untuk diterapkan di dunia pendidikan. Serta menyesuaikan bentuk hukuman yang diberikan dengan kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

d. Tujuan Pemberian Punishment

Menurut Ibrahim Amini tujuan pemberian punishment, sebagai berikut:

1) Agar tidak mengulangi perbuatan yang buruk.

34M. Asy’ari, Konsep Pendidikan Islam (Implementasinya dalam Tradisi Klasik dan Progpagasi Modern), (Jakarta: CV. Sejahtera Kita, 2011), cet. Ke-1, hlm. 62-64.

(43)

2) Untuk menakut-nakuti agar tidak berani melakukan perbuatan dosa.

3) Untuk kepentingan jiwa manusia agar memiliki sifat-sifat taqwa dalam dirinya. 35

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto tujuan pemberian punishment dapat dilihat dari segi jangka waktu dibagi menjadi dua, yakni jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan pemberian punishment jangka pendek adalah untuk menghentikan perilaku negatif, kesalahan, kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Sedangkan tujuan pemberian punishment jangka panjang adalah untuk mendorong dan mengajar peserta didik agar dapat menghentikan diri sendiri tingkah lakunya yang salah.36

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemberian punishment yakni untuk membentuk kepribadian peserta didik menjadi manusia yang bertaqwa, tidak melakukan pelanggaran dan menaati setiap peraturan yang berlaku dimana pun ia berada.

3. Program Imtaq

a. Pengertian Program Imtaq

Imtaq adalah gabungan dari dua kata yakni iman dan taqwa. Iman secara etimologi artinya al-tashdiq yang berarti membenarkan, yang

35Ibrahim Amini, Agar… , hlm. 339-340.

36Yanty K. Manoppo, “Penerapan…, hlm. 45.

(44)

dimaksud membenarkan di sini adalah membenarkan dengan hati.37 Secara terminologi iman dapat dilihat secara luas dan khusus. Adapun pengertian iman secara luas adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan lidah dan diwujudkan atau direalisasikan dengan amal perbuatan. Sedangkan pengertian iman secara khusus mengandung pengertian tentang rukun iman.38 Dengan kata lain hakikat iman adalah membenarkan arkanul iman atau rukun iman yakni:

1) Iman kepada Allah SWT.

2) Iman kepada Malaikat.

3) Iman kepada para Rasul Allah.

4) Iman kepada kitab-kitab Allah.

5) Iman kepada hari akhir atau hari kiamat.

6) Iman kepada qadha dan qadar.39

Maka dapat katakan iman adalah membenarkan rukun iman dengan sepenuh hati, diucapkan dengan lidah dan merealisasikan dengan amal perbuatan.

Taqwa secara etimologi kata taqwa menurut pakar tafsir al- Ishlahani, berakar dari kata waqa, yaqi, al-wiqayah yang bermakna memelihara sesuatu dari apa yang membahayakan. Sehingga dari

37Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadist Tentang Islam, Hukum, Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), hlm. 8.

38Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 4.

39Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), cet. ke-3, hlm. 79.

(45)

pengertian itu taqwa diartikan sebagai sikap berhati-hati dan takut akan ancaman dan siksaan Allah SWT.40

Sedangkan secara terminologi taqwa adalah “melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.”41 Dari pengertian taqwa di atas dapat disimpulkan bahwa taqwa adalah sikap memelihara diri dari ancaman dan siksaan Allah SWT dengan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Penjelasan dua kata iman dan taqwa di atas kemudian disingkat menjadi Imtaq. Imtaq (iman dan taqwa) adalah dua hal yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena iman adalah keyakinan tentang keesaan Allah, keberadaan malaikat Allah, keberadaan kitab-kitab Allah, keberadaan adanya rasul-rasul Allah, adanya hari kiamat dan ketetapan adanya takdir.42 Sedangkan taqwa adalah implementasi dari keyakinan tersebut yang diterapkan dalam bentuk perilaku terpuji, baik terpuji dengan Allah, terpuji dengan sesama manusia dan terpuji dengan mahluk lainnya berdasarkan indikator ketentuan al-quran dan al-hadist serta perilaku yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul.43

40Ilyas Ismail, Pilar-Pilar Takwa Doktrin, Pemikiran, Hikmat, dan Pencerahan Spritual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. v-vii.

41Ali Hamzah, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 153.

42Oneng Nurul Bariyah, Materi, …hlm. 8-16.

43Zainuddin Ali, Pendidikan…, hlm. 6.

(46)

Deskripsi iman dan taqwa di atas hanya sebagai penjelas bahwa dalam pendidikan sangat diperlukan konteks keislaman dan moralitas agar terbinanya hubungan vertical disamping manusiawi dan sosial. Sehingga menghasilkan output yang memiliki tanggung jawab sosial (pribadi, masyarakat dan sosial) dan memiliki tanggung jawab moral (kepada Tuhan).44

Sedangkan pengertian program Imtaq itu sendiri adalah suatu program yang dilaksanakan di sekolah-sekolah baik dari sekolah tingkat dasar sampai sekolah tingkat menengah yang berusaha menanamkan rasa i’tiqad kepada para peserta didik serta perilaku atau perbuatan yang sesuaidengan perintah agama dengan menerapkan beberapa materi pelajaran fiqih.45

b. Landasan Pelaksanaan Program Imtaq

Landasan dilaksanakan kegiatan program Imtaq antara lain:

1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang standar Nasional.

3) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi.

4) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan.

44Iwan Fitriani dan Abdulloh Saumi, “Internalisasi Pendidikan Karakter melalui Program Imtaq dalam Membentuk Kepribadian Siswa”, El-Midad Jurnal Jurusan PGMI, Vol. 10, Nomor 2, 2018, hlm. 80.

45Lalu Dhea Urrahman, “Efektivitas Penyelenggaraan Program Imtaq dalam Rangka Pembinaan Akhlak Siswa di MA Al-Mahsun Khidir NW Dasan Tapen Gerung Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018”, (Skripsi, FTK UIN Mataram, Mataram 2018), hlm. 12-13.

(47)

5) Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006, tentang pelaksanaan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar Dan Menengah dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kelulusan untuk Satuan Dasar Pendidikan Dan Menengah.46 6) Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 4 Tahun 2009,

tentang Penyelenggaran Pendidikan di Kota Mataram.

Pelaksanaan program Imtaq di sekolah memiliki landasan yuridis yang telah dipaparkan diatas, pelaksanaan program Imtaq di sekolah adalah salah satu bentuk pelaksanan mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Kegiatan program Imtaq dilaksanakan dalam rangka terwujudnya tujuan pendidikan nasional yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu:

“mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

c. Tujuan Program Imtaq

Tujuan pelaksanaan program Imtaq dapat ditinjau dari tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah adanya persepsi dan gerak langkah yang sama segenap aparatur yang terkait sebagai upaya untuk meningkatkan iman dan taqwa, terutama di madrasah

46Ibid.,hlm. 14-15.

(48)

dalam rangkai mencapai tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1) Mendorong para pembina, pengawas dan kepala madrasah dapat menciptakan suasana madrasah yang religius serta berperan aktif dalam pembinaan Imtaq sejak dari memotivasi guru sampai kepada merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan madrasah.

2) Mengupayakan peran aktif guru dapat mengarahkan peserta didk agar berbudi pekerti luhur, taat kepada ajaran agama yang dipeluknya, patuh kepada dua orang tua dan para guru, serta berperilaku sopan santun.

3) Mengupayakan dan mewujudkan suasana lingkungan madrasah yang memadai melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler, penataan madrasah serta melakukan kerja sama dengan para orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pembinaan Imtaq.

Selain itu juga tujuan pelaksanaan program Imtaq adalah agar peserta didik memiliki dasar yang kuat untuk menghadapi nilai-nilai negatif dari luar. Oleh karena itu, peserta didik sangat membutuhkan bimbingan, perhatian serta didikan dari semua pihak khususnya para guru dan orang tua sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang menjadi muslim yang shaleh dan berbudi pekerti yang luhur.47

47Ibid.,hlm. 15-16.

(49)

Dengan pembinaan dan pendidikan agama yang baik maka dapat mengakibatkan peserta didik termotivasi untuk berperan aktif dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial secara langsung, dan juga menjadi salah satu sarana menanamkan nilai-nilai agama untuk mengantisipasi kemerosotan moral, akhlak serta nilai-nilai negatif lainnya.

Selain itu juga dengan aktif ikut serta dalam kegiatan keagamaan dapat mempertebal keimanan terhadap nilai-nilai sosial dan keagamaan dalam diri peserta didik.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, dengan adanya kerjasama yang baik dengan semua aparatur sebagai langkah menciptakan suasana religius yang bertujuan menanamkan keimanan dan ketaqwaan dalam diri peserta didik yang dilaksanakan dengan rutin setiap hari dapat membentuk peserta didik yang bertaqwa atau melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah SWT. sehingga dapat berimplikasi terhadap sikap disiplin peserta didik terhadap peraturan di madrasah serta peraturan yang berlaku dalam program Imtaq.

d. Bentuk-Bentuk Program Imtaq

Bentuk-bentuk kegiatan dalam pelaksanaan program Imtaq, sebagai berikut:

1) Muhadharah/Khitabah/Ceramah agama.

2) Pembiasaan shalat berjamaah.

(50)

Pelaksanaan shalat berjamaah dapat wajib dilaksanakan ketika para peserta didik berada di madrasah.

3) Pembiasaan shalat sunah.

Shalat sunah adalah benteng penyempurna shalat fardhu atau shalat wajib. Dengan pembiasaan melaksanakan shalat sunah maka dapat melatih peserta didik untuk tidak meninggalkan shalat wajib, khususnya shalat berjamaah maka seorang pendidik atau pembina Imtaq dapat memantau peserta didik untuk melaksanakan shalat sunnah rawatib. Jika proses pembelajaran di madrasah dilaksanakan pada pagi hari maka madrasah dapat melaksanakan shalat dhuha diwaktu sebelum pembelajaran dimulai atau disaat jam istirahat.

4) Qiyamullail (shalat malam).

5) Pembiasaan puasa sunah.

6) Membaca al-Qur’an dan berdoa sebelum dan sesudah proses pembelajran.

7) Istighasah, tahlilan, dan barzanji.

8) Penegakan kedisiplinan

9) Cium tangan yang dilakukan peserta didik sebagai bentuk penghormatan kepada guru.

10) Latihan hidup perihatin dan kesederhanaan.

11) Membangun kemandirian.

(51)

12) Pembiasaan dzikir dan wirid.

13) Berbusana Islami 14) Subhah

15) Sosialisasi kata-kata hikmah dan panduan tata krama. 48

Dari pemaparan bentuk-bentuk kegiatan program Imtaq di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan program Imtaq adalah muatan materi mata pelajaran agama dan akhlak mulia yang dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan. Sehingga dalam pembelajaran agama dan akhlak mulia peserta didik tidak hanya mencapai domain kognitif saja namun dapat memenuhi tri domain pendidikan yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.

4. Kedisiplinan

a. Pengertian Disiplin Peserta Didik

Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa inggris “discipline” yang memiliki arti tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku atau penguasaan diri, latihan membentuk atau meluruskan kemampuan mental, dan hukuman yang diberikan digunakan untuk melatih dan memperbaiki.49 Sedangkan disiplin secara terminologi banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya:

1) Menurut Suratman, disiplin adalah suatu ketaatan yang sungguh- sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk melaksanakan tugas dan

48Ibid.,hlm. 16-18.

49Ummi Sa’adah, “Hukuman dan Implikasinya terhadap Pembentukan Kedisiplinan Santri di Pondok Pesantren”, Jurnal Pedagogik, Vol. 04, Nomor 01, Januari-Juni 2017, hlm. 17.

(52)

kewajiban serta sikap atau perilaku yang sesuai dengan aturan dan tata kelakukan yang semestinya di dalam lingkungan tertentu.50

2) Menurut Ki Hajar Dewantoro, disiplin adalah peraturan tata tertib yang dilakukan secara tegas dan ketat.51

3) Menurut Amir Danien Indrakusuma, “disiplin adalah adanya kesediaan untuk memenuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan tanpa adanya paksaan.”52

4) Menurut Heidjrachman dan Husnan disiplin adalah setiap perorang ataupun kelompok memiliki kepatuhan terhadap perintah dan memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu yang diperlukan tanpa adanya perintah.53

5) Menurut Zubaedi, disiplin adalah perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai peraturan dan ketentuan.54

6) Menurut Anoraga, disiplin adalah “sikap atau perbuatan untuk selalu menaati tata tertib”.55

50Suradi, “Pembentukan Karakter Siswa melalui Penerapan Disiplin Tata Tertib Sekolah”, Briliant: Jurnal Riset dan Konseptual, Vol. 2, Nomor 4, November 2017, hlm. 528-529.

51Ibid., hlm. 529.

52Retmono Jazib Prasojo, “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Kedisiplinan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS”, Jurnal Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang, Vol. 2, Nomor 1, November 2014, hlm. 3.

53Elias Rhando, “Upaya Meningkatkan Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar di kelas melalui Penerapan Reward dan Punishment di SDI Wolowona 1 Kabupaten Ende”, Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol. 4, Nomor 2, September 2019, hlm. 59.

54Maryunis, “Peningkatan Disiplin Guru dalam Mengumpulkan Perangkat Pembelajaran melalui Sistem Reward dan Punishment di SDN 29 Sungai Limau”, Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 02, Nomor 02, 2017, hlm. 470.

55Ibid.

Gambar

Gambar 2.4  Kegiatan Imtaq Jumat. 132

Referensi

Dokumen terkait

Proposed reaction of the formation of Ch/PVP/Alg hydrogel RESULT AND DISCUSSION Reaction mechanism When the chitosan Ch, PVP and alginate Alg is blended in acetic acid solution