• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pelaksanaan Lelang Objek Hak Tanggungan pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang

57

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Pelaksanaan Lelang Objek Hak Tanggungan pada Kantor

58

dilaksanakan Kantor Lelang Negara harus berdasarkan perintah dari Ketua Pengadilan Negeri tempat dimana objek lelang tersebut berada, karena apabila tidak hal tersebut dianggap bertentangan dengan Pasal 224 HIR sehingga pelaksanaannya menjadi tidak sah.

Timbulnya ketentuan tersebut membuat pelaksanaan lelang Hak Tanggungan yang sebenarnya sudah sangat mudah dan murah dengan adanya ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan yang mengatur tentang salah satu bentuk lelang dalam Hak Tanggungan yaitu Parate eksekusi menjadi tidak optimal dalam pelaksanaannya.

Herowati Poesoko pada tahun 2005 pernah melakukan penelitian tentang penerapan parate eksekusi pada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara yang biasa disingkat KP2NL (saat ini sama dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang atau biasa disingkat KPKNL) Jakarta Wilayah II, ternyata di KP2NL Jakarta Wilayah II tersebut mempersyaratkan adanya fiat ketua Pengadilan Negeri dimana obyek Hak Tanggungan tersebut berada sebelum melakukan eksekusi sebagaimana ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (Parate Eksekusi)64. Keputusan dari KP2NL Jakarta Wilayah II tersebut menurut Penulis berarti menghilangkan sifat Parate Eksekusi dari Pasal 6 Undang Undang Hak Tanggungan, karena Parate Eksekusi sendiri berarti Eksekusi atas kekuasaan sendiri sehingga tanpa perlu melalui proses Pengadilan ataupun meminta fiat Ketua Pengadilan Negeri terlebih dahulu dalam

64 Herowati Poesoko, Op.cit, hlm8-9.

59

pelaksanaannya, dan kewenangan itu jugalah yang diberikan oleh Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan.

Penulis selanjutnya melakukan Penelitian yang sama tentang pelaksanaan Lelang Hak Tanggungan yang dilaksanakan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan Penulis dengan Untung Sudarwanto selaku Kepala Seksi Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang, diketahui bahwa ternyata Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang telah melaksanakan lelang Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan yang berarti pelaksanaan lelangnya sebagaimana parate eksekusi seharusnya yaitu tanpa melalui Pengadilan terlebih dahulu, menurut beliau yang penting Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang hanya melayani permohonan lelang Hak Tanggungan dari pemegang pemegang Hak Tanggungan pertama saja65. Ketentuan bahwa kreditor harus merupakan pemegang Hak Tanggungan pertama memang disyaratkan oleh Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan dalam akan dilaksanakannya parate eksekusi, hal itu berarti Undang-Undang memberikan kewenangan untuk melakukan parate eksekusi hanya kepada pemegang Hak Tanggungan yang pertama.

Berdasarkan pertanyaan penulis tentang adanya ketentuan Pasal 26 Undang-Undang Hak Tanggungan yang bisa menghambat berlakunya

65 Untung Sudarwanto, Wawancara, Kepala Seksi Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Semarang sekaligus Pejabat Lelang Kelas I, pada tanggal 20 Desember 2021.

60

lelang Hak Tanggungan secara parate eksekusi, Untung Sudarwanto yang merupakan Kepala Seksi Pelayanan di KPKNL menerangkan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang melaksanakan lelang tersebut (lelang berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan) tanpa terlebih dahulu harus meminta fiat dari Ketua Pengadilan Negeri, atas dasar adanya Pasal dalam Undang-Undang Hak Tanggungan yang memberikan kewenangan tersebut (Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan). Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang mengesampingkan adanya ketentuan dalam Pasal 26 Undang-Undang Hak Tanggungan dan lebih memilih menyerahkan penyelesaian permasalahan tersebut kepada akademisi dan pakar hukum66.

Berdasarkan keterangan dari Untung Sudarwanto di atas dapat diketahui bahwa Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang melaksanakan lelang Hak Tanggungan sebagaimana Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan mengaturnya. Hanya saja pemahaman dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang tentang ketentuan Pasal 26 Undang-Undang Hak Tanggungan yang mengatur bahwa lelang Hak Tanggungan harus berdasarkan Pasal 224 HIR sebelum adanya peraturan perundangan yang secara khusus mengatur tentang lelang Hak Tanggungan dipahami hanya sebatas dengan harus terlebih dahulu adanya fiat dari Ketua Pengadilan Negeri sebelum dilaksanakannya parate eksekusi Hak Tanggungan. Hal ini dapat dipahami karena adanya

66 Untung Sudarwanto, Wawancara, Kepala Seksi Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Semarang sekaligus Pejabat Lelang Kelas I, pada tanggal 20 Desember 2021.

61

ketentuan Putusan MARI No.3210 K/Pdt.G/1984 dan adanya Buku II Pedoman Mahkamah Agung Republik Indonesia yang mengharuskan adanya fiat eksekusi dari Ketua Pengadilan sebelum dilaksanakannya Parate Eksekusi67.

Sepengetahuan Agus Nurudin selaku Konsultan Hukum dari Bank NISP CIMB Niaga Kota Semarang, bank melakukan lelang terhadap Objek Hak Tanggungan melaui dua cara yaitu melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang dan melalui Pengadilan Negeri. Bank dalam hal ini lebih memilih menggunakan lelang lewat Pengadilan apabila ternyata obyek Hak Tanggungan tersebut rawan konflik. Maksud dari rawan konflik adalah obyek Hak Tanggungan yang dijadikan jaminan tersebut tidak terbatas pada hak atas tanah saja tapi juga bangunan yang ditempati di atasnya. Pada pemilihan lelang yang dilaksanakan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, bank NISP menggunakan bantuan Balai Lelang Swasta (dalam hal ini Triagung Lumintu). Peran Balai Lelang Swasta disini adalah sebagai event organizer saja. Jadi hanya membantu bank dalam mengurus syarat-syarat dan prosedur yang harus dipenuhi bila ingin melakukan lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, atau bisa dikatakan Balai Lelang Swasta disini hanya berperan sampai sebatas masa pralelang saja68.

Hal yang menarik dari keterangan Agus Nurudin di atas adalah digunakannya jasa Balai Lelang Swasta sebatas pada masa tahapan

67 Herowati Poesoko, Op.cit, hlm.7.

68 Agus Nurudin, Wawancara, Advokat dan Konsultan Hukum, pada tanggal 1 Oktober 2021.

62

pralelang. Apa yang dilakukan oleh bank NISP di atas tidaklah keliru atau bertentangan dengan Undang-Undang dikarenakan menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.06/2010 tentang Balai Lelang Pasal 16 dinyatakan bahwa Kegiatan Usaha Balai Lelang meliputi kegiatan jasa pralelang dan kegiatan jasa pascalelang untuk semua jenis lelang.

Mengenai dokumen persyaratan dalam pengajuan permohonan lelang Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, terdapat beberapa dokumen persyaratan yang diminta oleh pihak Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang yaitu sebagai berikut69:

1. Surat permohonan lelang berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan;

2. Daftar barang jaminan yang akan dilelang meliputi:

a. Fotocopy sertifikat hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan;

b. Fotocopy surat perjanjian kredit; dan

c. Fotocopy Akta Pemberian Hak Tanggungan dan Sertifikat Hak Tanggungan.

3. Surat Peringatan dari peringatan pertama sempai dengan peringatan ketiga;

4. Haril Appraisal/penilaian;

5. Nilai Limit /low price;

69 Untung Sudarwanto, Wawancara, Kepala Seksi Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Semarang sekaligus Pejabat Lelang Kelas I, pada tanggal 20 Desember 2021

63 6. Rincian Hutang;

7. Bukti telah diumumkan di Koran jadwal lelang; dan 8. Surat Keterangan Tanah.

Dokumen persyaratan dalam pengajuan permohonan lelang Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang sebenarnya telah di atur dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara No. PER- 03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang, tepatnya pada Pasal 5 dan Pasal 6 angka 5 yang isinya adalah sebagai berikut:

Pasal 5

Dokumen persyaratan lelang yang bersifat umum untuk semua jenis lelang terdiri dari:

1. Salinan/ fotokopi Surat Keputusan Penunjukan Penjual, kecuali pemohon lelang adalah perorangan, atau Perjanjian/Surat Kuasa penunjukan Balai Lelang sebagai pihak Penjual;

2. Daftar barang yang akan dilelang; dan

3. Syarat lelang tambahan dari Penjual/Pemilik Barang (apabila ada), sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, antara lain:

a. Jangka waktu bagi peserta lelang untuk melihat, meneliti secara fisik barang yang akan dilelang

b. Jangka waktu pengambilan barang oleh Pembeli; dan/atau c. Jadwal penjelasan lelang kepada peserta lelang sebelum

pelaksanaan lelang (aanwijzing) Pasal 6 angka 5

Dokumen persyaratan lelang yang bersifat khusus untuk Lelang sebagai berikut:

Lelang Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) terdiri dari:

a. Salinan/ fotokopi Perjanjian Kredit;

b. Salinan/fotokopi Sertifikat Hak Tanggungan dan Akta Pemberian Hak Tanggungan;

64

c. Salinan/fotokopi Sertifikat Hak Atas Tanah yang dibebani Hak Tanggungan;

d. Salinan/fotokopi Perincian Hutang/jumlah kewajiban debitor yang harus dipenuhi;

e. Salinan/fotokopi bukti bahwa debitor wanprestasi, berupa peringatan-peringatan maupun pernyataan dari pihak kreditor;

f. Surat pernyataan dari kreditor selaku pemohon lelang yang isinya akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan;

g. Salinan/fotokopi surat pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang kepada debitor oleh kreditor, yang diserahkan paling lama 1 (satu) hari sebelum lelang dilaksanakan.

Membandingkan antara dokumen persyaratan yang diminta oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang dan dokumen persyaratan yang terdapat dalam Pasal 5 dan Pasal 6 angka 5 Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara No. PER-03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang, maka ada beberapa dokumen persyaratan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara No. PER-03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang tapi tidak diminta oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang. Ada juga yang sebenarnya itu bukan termasuk dokumen persyaratan lelang yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara No. PER-03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang tapi diminta oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang.

Dokumen persyaratan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara No. PER-03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang tapi tidak diminta oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang adalah Salinan/fotokopi Surat Keputusan

65

Penunjukan Penjual, kecuali pemohon lelang adalah perorangan, atau Perjanjian/Surat Kuasa penunjukan Balai Lelang sebagai pihak Penjual, Surat pernyataan dari kreditor selaku pemohon lelang yang isinya akan bertanggung jawab apabila terjadi gugatan dan Salinan/fotokopi surat pemberitahuan rencana pelaksanaan lelang kepada debitor oleh kreditor, yang diserahkan paling lama 1 (satu) hari sebelum lelang dilaksanakan.

Adapun dokumen yang sebenarnya bukan termasuk dokumen persyaratan lelang yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara No. PER-03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang tapi diminta oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang adalah Nilai Limit, hasil penilaian atau appraisal, Bukti telah diumumkan di Koran jadwal lelangnya, dan Surat Keterangan Tanah. Mengenai dokumen persyaratan yang sebenarnya tidak diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara No. PER-03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang tapi diminta oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang berupa nilai limit, Bukti telah diumumkan di Koran jadwal lelangnya, dan Surat Keterangan Tanah itu sebenarnya dipersyaratkan dalam Peraturan Mentri Keuangan nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang masing-masing dan berturut-turut pada Pasal 39, Pasal 41 ayat (2) dan Pasal 22 ayat (1).

Sedangkan dokumen persyaratan berupa hasil penilaian/appraisal memang juga tidak diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut tetapi hasil

66

penilaian tersebut ditetapkan menjadi persyaratan dikarenakan nilai limit dari obyek lelang berasal dari hasil penilaian/appraisal tersebut.

Tahapan selanjutnya setelah semua dokumen persyaratan itu lengkap maka lelang Hak Tanggungan Terhadap objek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan dapat dilaksanakan. Lelang akan tetap dilaksanakan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang walaupun hanya diikuti oleh satu orang. Hal ini dikarenakan untuk menghargai kepentingan peserta lelang yang satu tersebut. Apabila lelang ditunda maka tentu peserta lelang tersebut sangat dirugikan, belum lagi apabila mempertimbangkan sedikitnya orang atau badan hukum yang mau menjadi peserta lelang pada lelang obyek Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan.

Walaupun dengan dibolehkannya lelang di ikuti satu peserta lelang berpotensi merugikan debitor pemberi Hak Tanggungan, akan tetapi dalam permasalahan lelang Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang tidak perlu memikirkan kepentingan debitor, karena lelang tersebut terjadi juga karena kesalahan debitor pemberi Hak Tanggungan yang telah wanprestasi. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang juga tidak menutup mata bahwa dengan adanya ketentuan bahwa lelang tetap dilaksanakan walau hanya di ikuti oleh satu peserta lelang tersebut terkadang dimanfaatkan oleh beberapa karyawan dari Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang untuk menjadi peserta lelang dalam hal hingga batas akhir pendaftaran lelang belum ada

67

peserta lelang yang mendaftar. Walaupun perbuatan tersebut melanggar kode etik dari pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara akan tetapi perbuatan tersebut tidak melanggar peraturan perundangan-undangan selama yang bersangkutan tidak sedang menjadi petugas lelang dalam lelang yang diikutinya. Jadi dikarenakan itu bukan pelanggaran hukum melainkan hanya pelanggaran kode etik, lelang tetap dilangsungkan dalam hal peserta lelang hanya satu orang dan ia adalah pegawai dari kantor Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang sendiri70.

Keputusan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang dengan tetap melaksanakan lelang walaupun hanya diikuti oleh satu orang dapat dimengerti, hal itu dikarenakan Peraturanan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya di ikuti oleh peserta lelang. Sebagai institusi yang berada langsung dibawah kementrian keuangan sudah seharusnya Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang melaksanakan dan mendukung setiap peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan.

Penulis juga tidak setuju ketika dikatakan bahwa tidak usah memikirkan debitor karena lelang atas barang debitor juga terjadi karena kesalahan debitor wanprestasi. Memang benar debitor telah salah melakukan wanprestasi, tapi bukankah tidak bisa kita pukul rata bahwa debitor wanprestasi dikarenakan iktikad buruknya? bukannya tetap ada

70 Untung Sudarwanto, Wawancara, Kepala Seksi Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Semarang sekaligus Pejabat Lelang Kelas I, pada tanggal 20 Desember 2021.

68

kemungkinan bahwa debitor wanprestasi diluar dari kehendaknya? Selain itu apa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang tersebut bertentangan dengan fungsi hak jaminan yaitu untuk memberikan perlindungan yang seimbang baik untuk kreditor dan debitor maupun pihak ketiga yang mungkin tersangkut pada hubungan debitor dan kreditor71. Perlindungan untuk debitor jelas-jelas tidak tercapai dengan cara pandang bahwa debitor tidak usah dipikirkan karena ia telah melakukan wanprestasi. Menurut Penulis walau apapun alasannya kepentingan debitor tetap harus diperhatikan, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang seharusnya bertindak selayaknya pihak netral yang tidak memihak kepada kepentingan salah satu pihak. Penulis sendiri memandang bahwa ketentuan lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya diikuti satu peserta lelang sangat berpotensi merugikan debitor, karena berarti tidak tercapainya harga tertinggi dalam pelaksanaan lelang, peserta lelang dapat dipastikan membeli obyek lelang tersebut sesuai dengan nilai limit yang ditentukan oleh kreditor.

Peraturan tersebut juga membuka kemungkinan bank berlaku kotor, dalam arti bank memberikan patokan uang jaminan penawaran lelang yang besarnya sesuai nilai limit, dengan harapan tidak ada yang mau mendaftar menjadi peserta lelang, dilain sisi bank juga membayar pihak ketiga (walaupun bank berhak mengikuti lelang atas nama sendiri akan tetapi biasanya bank akan mengikuti lelang dengan menggunakan jasa pihak

71 Komar Andasasmita, Notaris I, Bandung: Penerbit Sumur, 1984, hlm.188.

69

ketiga) untuk mengikuti proses lelang dan mengajukan penawaran terhadap objek lelang sebesar sama dengan nilai limit, dengan adanya peraturan bahwa lelang tetap dilaksanakan walaupun hanya diikuti oleh satu peserta lelang, maka secara otomatis peserta lelang yang sebenarnya adalah perpanjangan tangan dari bank selaku pihak yang menjual obyek lelang dipastikan memenangi lelang tersebut. Setelah lelang dimenangkan oleh bank, maka bank berhak untuk menjual kembali tanah tersebut dengan harga pasar, sehingga ia bisa memperoleh keuntungan yang besar, karena pada umumnya margin antara harga limit dan nilai pasar lumayan besar. Berarti bank memperoleh dua keuntungan sekaligus yaitu piutang mereka telah terbayar lunas, dan mereka juga bisa mengeruk keuntungan dari hasil penjualan bekas obyek jaminan hak tanggungan yang telah mereka menangkan pada lelang Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan.

Keterangan bahwa pegawai Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang yang mengikuti lelang tidak melanggar hukum memang benar, karena tidak ada peraturan perundangan yang melarang hal tersebut.

Larangan terhadap pegawai Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang untuk mengikuti lelang juga tidak diatur secara jelas dalam kode etik pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Pada kode etik tersebut hanya terdapat larangan bagi seluruh pegawai Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk menggunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung untuk kepentingan diri sendiri, seseorang ataupun

70

golongan. Menurut hemat penulis, kode etik yang telah dilanggar adalah mengenai larangan tersebut, hal itu karena dalam menjalankan jabatannya pegawai Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang sehari- hari tentunya mengurus tentang pelelangan, lalu ketika ia mengikuti lelang ketika mengetahui bahwa peserta lelangnya tidak ada maka bisa dikatakan ia melakukan hal tersebut untuk kepentingannya sendiri. Akan tetapi sanksi terhadap pelanggaran kode etik sangat ringan yaitu hanya pernyataan tidak puas secara tertulis, mengingat ringannya hukuman yang diancamkan wajar saja kalau praktek pegawai Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang mengikuti lelang dalam hal tidak ada peserta lelang yang mendaftar kadang kala terjadi.

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang juga menetapkan bahwa debitor pemberi hak tanggungan apabila ingin melunasi hutangnya kepada bank guna menghindari terjadi lelang dapat melakukan hal tersebut hingga batas waktu 3 (tiga) hari masa kerja sebelum lelang dilaksanakan. Selanjutnya pihak bank harus melakukan pengumuman pembatalan lelang di Koran yang sama tempat dimana ia mengumumkan adanya lelang paling lambat 2 (dua) hari sebelum dilaksanakannya lelang72.

Prosedur pembayaran lelang oleh debitor pemberi Hak Tanggungan sebelum dilaksanakannya lelang sebenarnya tidak diatur secara khusus di Peraturan Menteri Keuangan nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk

72 Untung Sudarwanto, Wawancara, Kepala Seksi Pelayanan Lelang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Semarang sekaligus Pejabat Lelang Kelas I, pada tanggal 20 Desember 2021.

71

Pelaksanaan Lelang. Akan tetapi bila melihat adanya ketentuan bahwa penjual lelang dapat membatalkan lelang dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum dilaksanakannya lelang dalam Peraturan Menteri Keuangan tersebut maka dapat diketahui bahwa batas pembayaran akhir dari debitor pemberi Hak Tanggungan pada kreditor Pemegang Hak Tanggungan adalah paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang. Debitor saat melunasi hutangnya tidak hanya harus membayar sejumlah besarnya hutangnya saja, tapi juga harus sejumlah hutangnya ditambah biaya untuk lelang yang telah dikeluarkan oleh kreditor pemegang Hak Tanggungan73. Setelah debitor pemberi Hak Tanggungan melakukan kewajibannya membayar hutang ditambah dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh kreditor pemegang Hak Tanggungan, maka kreditor pemegang Hak Tanggungan mengajukan surat pembatalan lelang kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Semarang, dan paling lambat 2 (dua) hari sebelum dilaksanakannya lelang penjual lelang mengumumkan tentang pembatalan lelang di Koran tempat dimana ia memasang pengumuman tentang pelaksanaan lelang. Hal itu semua telah sesuai dengan ketentuan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, yang isi lengkapnya adalah sebagai berikut:

Pasal26

(1) Pembatalan lelang atas permintaan Penjual dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku bagi Penjual.

73 Luhut Sagala, wawancara, Advokat dan Konsultan Hukum, Pada tanggal 15 Januari 2022.

72

(2) Pembatalan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis dan sudah harus diterima oleh Pejabat Lelang paling lama 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan.

(3) Dalam hal terjadi pembatalan sebelum lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Penjual harus mengumumkan pembatalan pelaksanaan, paling lama 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

(4) Pengumuman pembatalan pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus diumumkan dalam surat kabar harian yang sama dalam hal Pengumuman Lelang dilakukan melalui surat kabar harian.

Walaupun ada ketentuan di atas, peraturan tersebut tetap dapat disiasati oleh kreditor Pemegang Hak Tanggungan, hingga ia tetap bisa mengijinkan debitor melakukan pembayaran hutangnya selama belum dilaksanakannya lelang. Hal itu dilakukan kreditor Pemegang Hak Tanggungan dengan cara Penjual (kreditor pemegang Hak Tanggungan) tidak memperlihatkan atau menyerahkan dokumen kepemilikan asli kepada pejabat lelang hingga lelang dimulai dengan alasan bahwa ternyata pihak penjual lelang tidak memiliki dokumen tersebut74. Apabila hal itu terjadi berdasarkan Pasal 27 huruf f Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan lelang, maka lelang tersebut akan dibatalkan oleh Pejabat Lelang. Ditunjukkannya dokumen tersebut oleh penjual lelang kepada pejabat lelang atau kepeserta lelang sebelum lelang dimulai adalah hal yang wajib dilakukan oleh penjual lelang sebagaimana diatur dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Sehingga

74 Luhut Sagala, wawancara, Advokat dan Konsultan Hukum, Pada tanggal 15 Januari 2022.