• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONDISI GEOGRAFIS DAN HISTORIS

C. Ragam Hias

42

Selain itu terdapat juga ornamen hias di bagian pagar keliling masjid, yakni berupa ornemen awan selimpat, ukiran salib dan ornamen berbentuk perpelipitan14 pada bagian permukaan pagar keliling bagian dalam. (Lihat lampiran I gambar 26).

Selanjutnya, masjid ini juga dihiasi dengan tiang-tiang penyangga baik di dalam maupun di luar masjid. Setiap dua tiang penyangga yang ada, terdapat lengkungan di atasnya dengan hiasan lengkung-lengkung kecil (Lihat lampiran I gambar 11 dan 34). Kemudian terdapat pula umpakan15 pada tiang-tiang tersebut serta ornamen tumbuhan di bagian kepala/atas tiang.

Selain itu, terdapat pula ragam hias di bagian dinding menara masjid berupa ragam hias melayu bernama awan ikal. Di samping itu juga terdapat ornamen/ragam hias pada makam yang berada di Masjid Azizi ini di antaranya dibagian dinding makam Tengku Amir Hamzah berupa inskripsi16 puisi-puisi karya beliau.

14 Unsur permukaan dinding bangunan yang membentuk profil.

15 Landasan penyangga tiang bangunan terbuat dari batu atau susunan bata

16Tulisan, pahatan, atau guratan huruf-huruf yang mengandung pesan pada permukaan benda atau bangunan

44 BAB V

ANALISIS BAGIAN ARSITEKTUR MASJID AZIZI A. Analisis Arsitektur Masjid Azizi

Dalam mengamati sebuah arsitektur bangunan terdapat beberapa analisis yang perlu diperhatikan. Di antaranya analisis morfologi, stilistik dan teknologi. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa analisis morfologi berfokus pada bentuk bangunan yang diteliti. Jika analisis stilistik, merupakan analisis yang berkaitan dengan gaya ataupun pengaruh yang terdapat pada ragam hias bangunan.1 Misal ragam hias Cina, Eropa dan lainnya.

Sedangkan analisis teknologi merupakan analisis arsitektur bangunan pada jenis bahan-bahan yang digunakan. Berikut dijelaskan analisis arsitektur Masjid Azizi:

1) Pagar

Pagar Masjid Azizi ini tingginya + 1 m dengan bentuk persegi panjang dan mengelilingi areal Masjid Azizi dengan luas tanah + 24.000 m2.. Pagar ini terbuat dari beton dengan warna dasar kuning dan ornament berwarna hijau.2 Berdasarkan hasil wawancara yang penulis dapatkan3 terkait tinggi bangunan masjid ini tidak memiliki makna khusus

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Metode Penelitian Arkeologi. (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, 2008), 68-70

2 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang Staff Kantor Kebudayaan da Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

3 Hasil wawancara dengan Bapak Abul Sazali (64 tahun) Bendahara Badan Kenaziran Masji Azizi, 1703/208, di serambi Utara Masjid Azizi di Pangkalan Brandan.

apa-apa. Hanya sebagai pelengkap bangunan dan hiasan.

Pagar ini juga memiliki hiasan ataupun ornamen lainnya. Di antaranya terdapat ornamen khas Melayu dan ornamen yang bercirikan simbol milik agama Kristen.

Ornamen Melayu terdapat pada bentuk gerigi-gerigi bagian atas pagar (Lihat lampiran I gambar 26). Ornamen ini bernama awan selimpat. Adapun ornamen awan selimpat ini berdasarkan referensi dari buku ornamen khas Melayu yang didapatkan tidak ada makna khusus dari ornamen ini. Hanya sebagai hiasan saja.4 Begitu pula penjelesan yang diberikan dari Abul Sazali saat ditemui di Masjid Azizi.

Selain itu, dari penuturan M. Sis5 terdapat pula ornamen yang bercirikan simbol agama kristen pada pagar ini yakni berupa gambar salib. Hal ini dapat dilihat dari simbol salib yang banyak terdapat di sekeliling pagar berwarna hijau.

(Lihat lampiran 1 gambar 26). Keberadaan simbol ini, menurut M. Sis baru diketahui ketika seorang arkeolog melakukan penelitian terhadap Masjid Azizi ini. Besar kemungkinan masuknya arsitektur agama Kristen pada pagar ini disebabkan oleh latar belakang arsitek yang mendesain.

Di samping itu, berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap berbagai jenis ragam salib, ukiran yang dikatakan sebagai salib ini, lebih mendekati pada simbol ankh (Lihat

4 T. Lukman Sinar Basarsah, Motif dan Ornamen Melayu, (Medan:

Yayasan Kesultanan Serdang, 2007), 241 dan Hasil wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA. (57 tahun) 18/03/2018, di Pangkalan Brandan

5 Hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), seorang Staff Kantor Kebudayaan da Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 19/03/2018 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

46

lampiran I gambar 27). Simbol ankh ini merupakan simbol yang berasal dari mistik Mesir sebagai pemujaan terhadap Dewa Matahari Mesir Kuno.6 Selanjutnya, David P.

Silverman mencatat bahwa simbol Ankh ini pun dipertahankan oleh kaum Koptik sebagai salib Kristen, salib Koptik.7

Simbol salib, umum digunakan pada bangunan peribadahan agama Kristiani. Karena menurut mereka bahwa simbol-simbol ketuhanan kristiani melekat pada bangunan.

Menurut mereka simbol salib ini pada dasarnya melambangkan kematian dan kehidupan. Begitu pula menurut Hildebrandt, (2004; 25-38) di agama Kristen salib adalah karya pembebasan dan keselamatan Allah.8

Selain itu, terdapat ornamen hias lainnya yang mengukir bagian depan pagar ini (Lihat lampiran 1 gambar 28). Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap jenis-jenis ornamen ragam hias Melayu dan lainnya, ornamen pada dinding bagian depan pagar Masjid Azizi ini, belum ditemukan secara pasti, ornamen khas mana dan apa nama ornamennya. Saat ditanyakan oleh beberapa narasumber pun menyebutkan bahwa tidak ada makna khusus yang diketahui.

6https://www.republika.co.id/berita/duniaislam/khazanah/12/08/14/m8q7 05-awas-simbolsimbol-setan-ada-di-sekeliling-kita-apa-saja-2 diakses pukul, 14:30 WIB, 01/07/18

7http://www.globalmuslim.web.id/2012/12/katolik-sarat-dengan-ritus- paganisme.html diakses pukul, 13:10 WIB, 01/07/18

8 Alvita Melina dan Emmelia Tricia, Identifikasi Unsur-unsur Pembentukan KarakterArsitektural Bangunan Gereja Krsiten Jawa Klasis Yogyakarta Utara, (Yogyakarta: Jurnal Arsitektur KOMPOSISI), Volume 10, Nomor 2, Oktober 2012, 90

Akan tetapi, jika penulis amati dan bandingkan dengan istilah arkeologi, bentuk ornamen ini disebut juga dengan perpelipitan (bentuk profil pada permukaan bangunan).

Selanjutnya terdapat pagar yang mengelilingi dan menghiasi bangunan Masjid Azizi (Lihat lampiran I gambar 29). Pagar ini terbuat dari besi. Bentuknya menyerupai ornamen terali bola. Sebuah ragam hias pada pagar yang umum digunakan oleh bangunan Melayu9 dibalut dengan warna kuning yang diyakini pula sebagai warna khas dalam ragam hias Melayu.10

gO

2) Menara

Menara11 masjid ini (Lihat lampiran I gambar 31) berbentuk segi delapan12 dengan tinggi 35 meter dan jumlah tangga 121 buah (dari atas ke tengah 65 dan dari bawah ke tengah 56) sedangkan pondasi menaranya memiliki

9 Andrie Suparman, Analisa Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, (Medan: Universitas Sumatera Utara), 10 dan hasil wawancara Bapak Zainal Arifin AKA., (57 tahun), tokoh sejarawan Langkat, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan dan hasil wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), staff kantor kebudayaan dan kepariwisataan Kabupaten Langkat, 19/03/2018 di Tanjung Pura dan Hasil wawancara dengan Bapak Abul Sazali (64 tahun) Bendahara Badan Kenaziran Masji Azizi, 1703/208, di serambi Utara Masjid Azizi di Pangkalan Brandan.

10Kartini (2014) dalam Andrie Suparman, Analisa Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Pada Masjid Azizi di Tanjung Pura, (Medan: Universitas Sumatera Utara), 8

11 Pada awalnya menara ini didirikan dengan tujuan sebagai tempat mengumandangkan azan. Kemudian seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi fungsi dari menara ini menjadi sebagai hiasan dan penanda keberadaan sebuah masjid. Karna bentuknya yang pada umumnya lebih tinggi dari bangunan masjid. Sehingga dapat terlihat dari kejauhan.

12 Isman Prataman Nasution, Menara Masjid Kuna Indonesia, WACANA, VOL. 4, No. 1, April 2004, 30

48

kedalaman 4 meter dengan cor dan mempergunakan Besi 12 x 6 inci.13

Selain itu, pada menara ini juga terdapat ornamen hias.

Adapun ornamen hias yang tedapat pada bangunan menara ini salah satunya adalah ornamen hias khas Melayu. Yakni ragam hias yang disebut sebagai awan ikal (Lihat lampiran 1 gambar 32). Menara ini terletak di Timur Laut masjid.

Terkait bentuk, ukuran dan ornamen hias menara ini tidak ditemui makna khususnya mengapa bentuk, ukuraran dan ornamennya dibuat sedemikian rupa. Pendirian menara ini dibuat langsung oleh pihak Belanda (Deli Maatschappy).

3) Pintu

Pintu utama masjid ini terdapat tiga buah di antaranya satu di bagian utara, satu di bagian timur dan satu di bagian barat dengan lebar 1,5 meter dan tinggi 3,5 meter. Masjid ini juga dilengkapi dengan sembilan pintu anak (pendamping pintu utama) dengar lebar 1 meter dan tinggi 3,5 meter. Pintu anak ini terletak satu di bagian kiri dan satu di bagian kanan setiap pintu utama. Serta dua pintu kecil di bagian barat masjid.

Bentuk pintu masjid ini dibuat seperti bentuk pintu khas Melayu yang berbentuk belah pintu. Pintu anak yang berada di samping kiri dan kanan pintu induk dibuat sebagai penghias dan jika ada acara-acara besar pintu anak ini digunakan untuk memudahkan keluar dan masuknya orang- orang dari dalam masjid. Namun, ketika tidak ada acara-

13 Wawancara dengan bapak Muhammad Sis (54 tahun), 19/03/2018 di kediamannnya yang berada di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

acara besar, maka pintu anak ini tidak dibuka dan hanya menggunakan pintu induk. Model bangunan dengan memiliki banyak pintu ini juga umum digunakan pada bangunan-bangunan Cina, Eropa dan India.14

Bentuk pintu masjid ini (Lihat lampiran I gambar 33) persegi panjang dengan bahan terbuat dari kayu jati. Warna dasarnya kuning dengan motif garis berwarna hijau. Bahan- bahan pintu ini juga termasuk imporan dari Penang.15 Berdasarkan penuturan Abul Sazali bahwa corak pintu ini merupakan corak ataupun gaya pintu khas Melayu.

Begitu pula pemaparan dari Zainal Arifin AKA saat ditemui dikediamannya.16 Menurut Zainal ornamen garis pada pintu Masji Azizi ini (Lihat lampiran I gambar 33) merupakan ornamen garis Melayu yakni pancang jermar.

Namun memang jika diperhatikan secara seksama, bentuk pintu masjid ini menyerupai bentuk ornamen garis yang umum digunakan oleh masyarakat Cina (Lihat lampiran I gambar 33). Hal ini bisa saja terjadi karna menurut penuturan sejarah bahwa pekerja yang digunakan dalam pembangunan masjid ini juga banyak berasal dari orang-orang Tionghoa.

14Tawalinuddin Haris, Masjid di Dunia Melayu Nusantara, Jurnal Shuf, Vol.3 no. 2, 2010, 279-302

15 Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara

Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara Hasil wawancara dengan Bapak Abul Sazali (64 tahun) Bendahara Badan Kenaziran Masji Azizi, 1703/208, di serambi Utara Masjid Azizi di Pangkalan Brandan.

16 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan

50

Selain itu, jika kita perhatikan pintu masuk pada bagian serambi masjid (Lihat lampiran I gambar 34) gaya pintu masuk serambi ini mirip seperti gaya pintu masuk Masjid di India yakni Masjid Jama’ Delhi (Lihat lampiran I gambar 35) yang telah berdiri tahun 1650. Begitu juga dengan tiang-tiang yang mengelilingi serambi. Hal ini menunjukkan bahwa pada bagian pintu masuk ini, terdapat pengaruh India.

Jenis pintu masuk dan serambi yang bertiang-tiang ini pada umumnya dapat kita lihat di berbagai masjid Timur Tengah yang telah dahulu berdiri megah sebelum Masjid Azizi. Seperti halnya Maasjid Uqbah bin Nafi di Kairoan, Tunisia (1050), Masjid Shah Isfahan, Iran (1611), Masjid Badashahi, Pakistan (1671). Hal ini memperlihatkan bahwa selain dipengaruhi oleh seni arsitektur lokal bangunan ini juga dipengaruhi oleh arsitektur luar dan sudah terbukanya kesadaran akan keindahan seni arsitektur.

4) Jendela

Jendela masjid ini (Lihat lampiran I gambar 36) bentuknya persegi panjang dan bermotif ukiran tumbuh- tumbuhan. Sedikit tembus pandang oleh sinar matahari.

Bentuknya permanen menyatu dengan dinding masjid dan tidak dapat dibuka tutup seperti jendela pada umumnya.

Hanya sebagai hiasan saja.

Berdasarkan referensi arsitektur yang ditemukan,17 gaya jendela seperti ini menyerupai gaya arsitektur Gotik (Lihat

17 Alvita Melina dan Emmelia Tricia, Identifikasi Unsur-unsur Pembentukan KarakterArsitektural Bangunan Gereja Krsiten Jawa Klasis

lampiran I gambar 14). Di mana dijelaskan bahwa gaya arsitektur Gotik ialah konsep cahaya dengan pemakaian kaca bergambar yang disebut stained glass sebagai pencerahan mistik. Gaya arsitektur ini pada umumnya banyak digunakan pada bangunan-bangunan gereja.

Sebagaiman juga dijelaskan bahwa arsitektur Gotik merupakan puncak keberhasilan kesenian arsitektur gereja.

Menurut keyakinan umat kristen, gaya arsitektur jendela ini merupakan pemaknaan akan pemahaman bahwa Allah hadir di mana saja seperti cahaya. Cahaya diyakini sebagai sifat ilahi.

Selain itu, sampai saat ini, belum ditemukan referensi yang menunjukkan bahwa pada akhir abad 19, gaya jendela seperti ini ditemukan pada arsitektur Islam. Gaya seperti ini baru ada saat munculnya arsitektur Gotik. Hal ini membenarkan pernyataan Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Azizi bahwa masjid ini terdapat unsur-unsur arsitektur Gotik. Salah satunya adalah arsitektur pada jendela.18

Wajar saja jika gaya arsitektur ini mengandung gaya arsitektur agama lain. Hal ini salah satunya dikarenakan sebagaimana kita ketahui bahwa arsitek masjid ini merupakan warga kebangsaan Jerman yang berasal dari Yogyakarta Utara, (Yogyakarta: Jurnal Arsitektur KOMPOSISI), Volume 10, Nomor 2, Oktober 2012, 89

18 Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara

Badan Kemakmuran Masjid Azizi, cucu dari Syekh H. Abdullah Afifuddin (Salah satu Syekh yang pernah menjadi imam di Masjid Azizi), 17/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura

52

benua Eropa dan beragama Kristen. Jadi tidak heran, jika terdapat unsur-unsur latar belakang diri arsitek yang bercampur dengan seni arsitektur yang dibuatnya.

Di samping itu, jika kita lihat dari kacamata arsitektur ragam hias Melayu, pada ornamen hias jendela Masjid Azizi ini terdapat unsur-unsur motif ornamen Melayu. Di antaranya gambar bunga melati, bunga melur pada gambar yang terdapat di stained glass jendela ini. Namun, ornamen hias ini tidak memiliki makna khusus dan penjelesan kenapa disertakan ornemen ini pada jendela tersebut.

5) Atap/kubah

Atap masjid ini juga dipengaruhi oleh model atap berbentuk kubah. Pada dasarnya struktur kubah yang terus berkembang di Indonesia saat ini khususnya Masjid Azizi adalah struktur kubah yang dibawa oleh Belanda dari India.

Di mana masjid yang termasuk awal mendapat pengaruh ini adalah Masjid Baiturrahman Aceh. Walaupun memang pada awalnya sempat terjadi kontra dikarenakan keberadaan kubah sebagai ornamen masjid. Namun seiring berjalannya zaman justru kubah menjadi salah satu kompenen bangunan yang lazim di gunakan pada bangunan masjid.19

Akan tetapi, jika kita tarik lagi sejarah perkembangan kubah, perlu diketahui oleh umat muslim bahwasanya keberadaan kubah pada masjid yang berkembang saat ini

19Cut Azmah, Attahilah dkk., Alternatif Kubah sebagai Simbol Masjid dan Pengaruhnya pada Desain Masjid-masjid di Indonesia, (Temu Ilmiah IPLB, Universitas Mlikussaleh, 2016), 163

adalah pengaruh dari keahlian pembangunan kubah dari Byzantium. Pada masa Byzantium ini merupakan masa/zaman perkembangan arsitektur yang memiliki pengaruh besar pada arsitektur bangunan masjid sampai sekarang. Sebagaimana kita ketahui dahulu di Konstantinopel (Istanbul sekarang) didirikan gereja yang sangat besar yakni Hagia Shopia. Nah, pada gereja ini pula lah dibuat kubah yang kemudian penggunaan kubah ini menjadi ciri khas arsitektur Byzantium.20

Kehadiran kubah sebagai satu kesatuan kompenan dari bangunan sebuah masjid yang saat ini seakan-akan merupakan sebuah simbol keislaman, pada dasarnya baru muncul di Indonesia pada abad ke-19. Bahkan di Jawa sendiri baru ada pada abad ke-20. Di mana pada awalnya banyak masjid-masjid tua di Indonesia yang berdiri tanpa menggunakan kubah.21

Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada dasarnya kubah memang bukan merupakan ciri khas dan budaya asli Islam. Namun walaupun begitu, tidak ada pelarangan terkait arsitektur masjid untuk terkait pengunaan kubah. Begitu pula jika kita lihat Masjid Azizi, masjid ini banyak memiliiki kubah. (Lihat lampiran I gambar 37 dan 38)

20 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat), (Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 10 dalam https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36 WIB

21 Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara

Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura,

54

Adapun kubah Masjid Azizi ini berbentuk kubah besar dan dikelilingi oleh kubah-kubah kecil yang berkontruksikan bahan terbuat dari seng dan dilapisi oleh tembaga berwarna hitam. Masjid ini memiliki 4 jenis kubah.22

6.1. Kubah induk paling besar di tengah berbentuk dome. Kubah utama ini berdiameter 13 meter dan menutupi ruang utama masjid. Berbentuk denah segi delapan atau oktagonal. Kubah utama ini menurut Zainal AKA,23 dimanifestasikan sebagai Rasulullah yang merupakan pimpinan umat Islam Kemudian terdapat kubah-kubah lainnya yang dimanifestasikan sebagai Khulaufaurrasyiddin.

6.2. Empat kubah yang mengelilingi kubah induk berbentuk dome. Kubah ini lah yang dimanifestasikan sebagai Khulafaurrasyiddin.24 6.3. Tiga kubah di setiap teras berbentuk dome

(berbentuk denah segi delapan juga) dengan diameter lebih kurang 4,2 meter. Jumlah tiga kubah ini menyerupai jenis kubah yang umum

22 Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Sis (54 tahun) seorang staff Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat, 18/03/18 di Tanjung Pura.

23 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan

24 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan

digunakan pada bangunan masjid di India (Lihat lampiran I gambar 51 dan 52).25

6.4. Kemudian ada 15 buah kecil di sekeliling masjid.

Bentuknya menyerupai peci yang digunakan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan. 26

Struktur kubah ini menggunakan rangka besi tembaga yang bertumpu pada setiap sudut dinding yang berbentuk segi delapan, kubah masjid Azizi dilapisi atau ditutupi oleh kayu damar yang dianggap mengatasi serangan rayap sekaligus berfungsi sebagai plafond pada kubah.

Berdasarkan referensi yang didapatkan bahwa kubah Masjid Azizi ini menyerupai kubah Masjid al-Oesmani di Labuhan, Medan yang telah berdiri tahun 1870. Kubah masjid ini membentuk jenis kubah yang ada pada zaman Rennainsance di mana banyak digunakan pada bangunan gereja di Eropa seperti kubah gereja Basilika S Peter. 27 6) Dinding

Dinding masjid ini terbuat dari beton yang diimpor langsung dari Singapore. Dihiasi oleh ornamen-ornamen

25Tawalinuddin Haris, Masjid di Dunia Melayu Nusantara, Jurnal Shuf, Vol.3 no. 2, 2010, 279-302

26 Hasil wawancara dengan Zainal Arifin AKA., (57 tahun), seorang tokoh sejarawan Langkat dan mantan Kepala Kantor Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, 18/03/2018 di Pangkalan Brandan

27 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat), (Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 38-43 dan 70 dalam https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36 WIB

56

kaligrafi28 dan ornamen ukiran tumbuh-tumbuhan khas melayu (Lihat lampiran I gambar 39). Seperti gambar di bawah terdapat contoh salah satu ornamen kaligrafi pada dinding pintu masuk Masjid Azizi yang bertuliskan ayat al- Quran Surah Ali Imran ayat 103-105. Ayat ini artinya,

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kau kepada Allah dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. Dan berpegang teguhlah kamu kepada agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai...”

Jenis kaligrafi yang digunakan di dinding pintu masjid ini merupakan jenis kaligrafi tsulus. Sama halnya dengan jenis kaligrafi lainnya yang menghiasi bangunan masjid ini. Penggunaan kaligrafi jenis tsulus pada bangunan ini dianggap paling efektif karna termasuk jenis kaligrafi yang mudah dibaca dan memiliki nilai estetika yanag bagus.29

Di dinding Masjid Azizi ini, baik bagian dalam maupun luarnya berdasarkan penelitian sebelumnya yang memfokuskan pada ornamen kaligrafi bangunan ini, menyebutkan bahwa terdapat 435 kaligrafi dan 40

28 Kaligrafi berasal dari kata kaligraphia yang artinya tulisan indah.

Kaligrafi ini merupakan manifestasi dari kata Khat. Ornamen kaligrafi pada masjid ini merupakan bentuk penulisan tradisi Arab di mana tempat lahirnya tulisan ini. Lihat Ambary, 1991: 2 dalam Lia Nuralia, Kaligrafi Islam pada Dinding Masjid Kuna Cikoneng Anyer-Banten: Kajian Arti dan Fungsi, (Barkala Arkeologi) Vol. 37, No. 1, Mei, 2017, 85 Jenis khat ini juga banyak ditemui di bangunan-bangunan masjid Turki.

29Maulana Ahadi Arifin, Analisis Kaligrafi dan Ornamen pada Masjid Azizi Tanjung Pura Kabupaten Langkat Ditinjau dari Jenisnya, (Skripsi, Medan: Universitas Negeri Medan, 2016), 124

ornamen flora, geometris serta lainnya. Di mana, keseluruhan ornamen ini pada dasarnya tidak memiliki makna khusus. Hanya sebagai penghias dalam sebuah bangunan.

Banyaknya kaligrafi yang menghiasi masjid ini menggambarkan keislaman yang begitu kental pada masyarakat setempat dan penguasa yang menginginkan pendirian masjid ini pada khususnya. Isi kaligrafi yang diambil untuk dituliskan pun rata-rata bersumber dari ayat al-Quran.30

Selain hiasan kaligrafi, dapat kita lihat (Lihat lampiran I gambar 39), bahwa dinding pintu masjid ini juga dihiasai dengan ornamen lainnya seperti ornamen geometris dan ornamen bermotifkan tumbuhan kaluk pakis berwarna hijau. Ornamen ini merupakan ornamen ragam hias Melayu.31 Motif ornamen ini selalu digunakan di setiap dinding pintu masuk Masjid Azizi.

Baik yang di sebelah Utara, Timur maupun Selatan.

Sedangkan dibagian dalam masjid, terdapat warna yang lebih bervariasi dengan ornamen kaligrafi, geometris, flora dan lainnya (Lihat lampiran I gambar

30 Andrie Suparman, Analisis Struktur Dan Simbol Kubah Pada Bangunan Masjid (Studi Kasus: Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat), (Medan, Universitas Sumatera Utara, 2015), 6 dalam https://id.123dok.com/document/download/wyeg4p4z, 29/03/2018 pukul 11:36 WIB dan Hasil wawancara oleh Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun), Bendahara Masjid Azizi, 18/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura

31 Hasil wawancara oleh Bapak Bapak Abul Sazali Hasan (64 tahun),

Bendahara Badan Kemakmuran Masjid Azizi, 17/03/2018 di Masjid Azizi Tanjung Pura

Dokumen terkait