-
il.10-
ekspor. Mengaktifkan kembali mesin penggerak ekonomi yang diperlukan
untuk
menyerap tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan dan menggerakkan usaha-usaha terkait lainnya.2.3
Kerangka Ekonomi MakroCOWD-L9
memberikan tekanolr negatif terhad.ap ekonomi global dan
Ind.onesia,akibat terganggunya sisi permintaan dq.n penawaran. Ekonomi
Ind.onesiadiperkirakan tumbuh sangat lambat pada tahun
2O2O,dan pemulihqn
ekonomidiharapkan
berlangsungpada tahun 2027. Untuk mencapai
so,so,ro,npertumbuhon ekonomi tahun 2027, kebutuhan inuestasi gang diperlukan sekitar
Rp5.817,3hingga
Rp5.9 1 2, 1triliun.
Indonesia dalam
visi
2045 ditargetkantelah keluar dari
jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap), sehingga padatahun
2045 sudah sejajar dengan negara maju lainnya. Untuk mewujudkan visi tersebut, lima tahun ke depan menjadi periode yangkrusial
mengingat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menjadititik awal
pencapaianvisi tersebut. Dalam
RPJMN 2O2O-2O24,ekonomi
Indonesia diharapkan dapat tumbuh rata-rata 5,7-6,0 persen per tahun.Namun demikian, pada tahun
pertama pelaksanaan RPJMNyaitu pada tahun
2O2O,ekonomi Indonesia dihadapkan pada pandemi COVID-19 yang memberikan dampak besar terhadap pencapaian sas€ran RPJMN 2O2O-2O24. Sasaran ekonomi terkoreksi cukup tajam pada tahun 2O2O dan berpengaruh pada tahun 2021.
Dihadapkan pada
permasalahantersebut,
agendapemulihan ekonomi
pascapandemiCOVID-l9 menjadi
bagianpenting dalam
kerangka ekonomimakro
RKPtahun
2021.Berbagai langkah kebijakan yang telah diambil pemerintah diharapkan
dapatmenghentikan
penyebaranpandemi COVID-l9 dan memberikan bantalan
terhadapturunnya kondisi
ekonomi Indonesia padatahun
tersebut. Namun mengingat besarnya dampak yang dihasilkandan
ketidakpastian penyelesaian pandemi COVID-19, langkah-langkah pemulihan yang cepat diperlukan untuk
mengejargap
sasaran RPJMN dan mewujudkan visi Indonesia masuk menjadi negara maju pada tahun 2045.2.3,1 Perkembangan Ekonomi Terkini: Dampak COVID-l9 dan
KebijakanPenanganannya
Pandemi COVID-l9 berdampak
cukup
signifikan baik pada perekonomian dunia maupun dalam negeri. Oleh karenanya, evaluasi dampakCOVID-l9 dan
langkah kebijakan yangdiambil pada tahun 2O2O menjadi bagian penting perumusan
sasErran makro pembangunan tahun 2021.2.3.1.1
Dampak terhadap Ekonomi Dunia Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi DuniaPada
awal
penyebaranpandemi
COVID-19di kota Wuhan, China, dampak
terhadap ekonomidunia
diperkirakanakan
mengikuti pola SARS padatahun
2003. Negara yang terkena wabah akan mengalami penurun€rn pertumbuhan yang tajam dalam satu triwulan,PRESIDEN
REFUBUK INDONESIA
-
il.11-
tetapi akan pulih
dengan cepatpada triwulan berikutnya,
membentukpola huruf
V.Ekonomi dunia diperkirakan menurun, tetapi masih positif.
Namun demikian,
kondisi
berubah sangat cepatketika
penyebaran pandemi COVID-l9 mulai menyebar ke berbagai negaradi luar
China padaakhir
Februari 2O2O. Episentrum penyebaran pandemi COVID-I9tidak lagi di
China, beralih ke Amerika Serikat (AS) danEropa serta
negara-negara berkembangdi
antaranyaBrazil, India, Rusia, Peru,
Chili, Meksiko, Pakistan, Afrika Selatan, danTurki.
Perkembangan yang ada mendorong berbagai negara menutup perbatasan dan menerapkankebijakan
social di,stancing dan lockdoutn, yang berdampak besar terhadap aktivitas ekonomi.Aktivitas dunia mengalami gangguan besar dan menurun tajam, tercermin dari penurunan Baltic Dry Index (BDI) dan Purchasing Manager Index (PMI) Manufacturing global. Baltic Dry
Index masih menunjukkan perlambatan aktivitas
perdagangandunia meski
mulai meningkat setelah sempatmenurun tajam
sejakJanuari
hingga pertengahan Mei 2020 (Gambar 2.6). Sementaraitu,
PMIManufactuing
globalmulai
meningkatdi
atas level 50 sejakJuli,
menggambarkanmulai
adanya ekspansiindustri
secara global meski masih belum sepenuhnyastabil
(Gambar 2.7). Padatahun
2O2O,nilai
investasi langsung asing (Foreign Direct InuestmentlFDI) dunia diperkirakanturun
tajam hingga 30,0-40,0 persenl.Aktivitas perdagangan dunia juga diperkirakan mengalami gangguan,
turun
hingga sekitar 9,2 persen2.Di
sisi pariwisata, perjalanan wisata keluar
negerijuga
diperkirakanturun
hingga 52,O persen3.Dengan berbagai perkembangan tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi
dunia
direvisi dengancepat.
Dampak ekonomiyang pada
awalnyadiperkirakan akan berbentuk
V, berubah menjadihuruf U
atau bahkanhuruf L.
International Monetary Fund (IMF) yang pada awal tahun memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai 3,3 persen, merevisi proyeksi tersebut menjadi -4,4 persen pada Oktober 2O2O (Gambar 2.8). Lembagainternasional lain, World Bank dan Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD),juga
memperkirakan terjadinya resesi dunia, dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar -5,2 persen dan -4,5 persen pada tahun 2O2O.0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2019 2020
Gambar 2.6 Baltic Dry Index (BDI)
Gambar 2.7
PMI Manufacturing Global
Sumber: Bloomberg, CEIC, 2020
1Investment Trend Monitor UNCTAD (Oktober 2020)
2Trade Statistics and Outlook WTO (Oktober 2020) 400
900 1.400 1.900 2.400
FRESIDEN
REPUEUK
INDONESTA11.72
Dampak terhadap Sektor Keuangan Dunia
Pandemi
COVID-l9
memicu peningkatan sentimen negatifdi
pasar keuangan global dan kepanikan pasar, tercermindari
peningkatan Volatilitg Index (Indeks VIX) yang mencapaititik
lebih tinggi dibandingkan saatkrisis
keuangan global 2008 (Gambar 2.91. Sebagian besar investor mengalihkan dananyake
aset safe hauen, sepertisurat
berharga AS dan emas, tercermin dari gield obligasi pemerintah AS yang terkoreksi tajam dan harga emas meningkat.Gambar 2.8
Pertumbuhan Ekonomi Dunia (Persen)
Sumber: IMF WEO Oktober 2020
Jan-20; 3,3
Feb-20; 3,2
Apr-20; -3,0
Jun-20; -4,9 Oct-20; -4,4 -6,0
-5,0 -4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0
2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 2.9
CBOE Volatility Index (VIX)
Gambar 2.10 Indeks MSCI
Sumber: Bloomberg, November 2020
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
-
il.13-
Sementara
itu,
pasar saham global mengalami koreksi tajam akibat penyebaran pandemi COVID-19. Namun sejak awalApril,
kondisinya membaik, seiring dengan respon positif investor terhadap langkah kebijakan stimulus yang diambil oleh banyak negara dan tanda- tandaflattening the curue di Eropa (Gambar 2.1O).Dampak terhadap Harga Komoditas Dunia
Harga komoditas (Gambar
2.ll)
yang padaakhir tahun
2019 meningkat seiring dengan optimisme perbaikan ekonomidunia,
mengalami penurunan padatahun
2O2O sebagai dampakdari
penyebaran pandemi COVID-19. Penurunan harga komoditas didorong olehpenurunan permintaan sebagai dampak penurunan aktivitas industri global
dan perjalanan internasional.Harga komoditas yang paling terkena dampak adalah minyak mentah dunia,
turun
hingga ke kisaran US$30 per barel. Se1ain karena disebabkan penuru.nan permintaan, penurunan harga minyak mentah dunia dipicu oleh gagalnya kesepakatan antara Organization of the PetroleumExporting Countries
(OPEC)dan Rusia.
Ketidaksepakatantersebut
memicu perang harga yangdiawali
dengan kebijakanArab
Saudi meningkatkanproduksi
yang mendorong penurunan tajam harga minyak mentah dunia. Pada pertengahan Aprll 2O2O,OPEC mencapai kesepakatan
penurunan produksi, tetapi
hargaminyak mentah
dunia diperkirakan akan tetap rendah akibat rendahnya permintaan.KebiJakan
Stimulus
Ekonomi DuniaDihadapkan
pada dampak
ekonomiyang besar dari pandemi COVID-l9,
pemerintah berbagai negaradunia
mengambil langkah cepat dengan memberikanstimulus baik
darisisi fiskal maupun
moneterdan
keuangan.Dari sisi fiskal, baik
negaramaju
maupun berkembang memberikan stimulus yang besaruntuk
memperkuat sistem kesehatan serta memberikan bantalan ekonomi bagi kelompok masyarakat dan industri yang terdampak.Gambar 2.11
Harga Komoditas Internasional
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
20 40 60 80 100 120 140
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Indeks Harga Logam (2010=100) Minyak Mentah - Brent (USD/bbl) Batu Bara, Australia (USD/mt) CPO (USD/mt) - RHS
Sumber: World Bank Commodities Price Data (The Pink Sheet), Oktober 2020
PRESIDEN
REPUBUK
INDONESIA-
|.L4-
Dari sisi
moneterdan
keuangan,bank sentral di
beberapa negaratelah
menetapkankebijakan moneter yang akomodatif dengan
menggunakan beberapasaluran untuk
men5runtikkanlikuiditas ke
perekonomian. Otoritas keuangandi
beberapa negara juga men5rusun stimulusuntuk
mendukungindustri
serta usahamikro,
kecil, dan menengah (UMKM) melalui redi,scount kredit.Di
sampingitu, bantuan dari
lembagamultilateral dan kerja
sama antarnegara juga dilakukan dalam rangka penanganan dampak pandemi COVID-19 (Gambar 2.12). Sebagai contoh,IMF
menyatakansiap
memobilisasi kapasitaspinjaman
sebesar US$1,0triliun untuk
membantu anggotaIMF,
sementara WorldBank
mengumumkan paket pinjaman hingga US$12,0miliar untuk
penangarlan dampak pandemi COVID-19 dengan komposisi US$8,0miliar
pinjaman baru, dan sisanya sebesar US$4,0miliar
akan dialihkanke
creditlineyang sudah ada.
2.3.1.2
Dampak terhadap Ekonomi Domestik Pertumbuhan EkonomiTidak berbeda dengan negara lain di dunia, pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap ekonomi Indonesia. Hingga
triwulan lll
2O2O, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalamikontraksi
sebesar2,0
persen (ctc). Perlambatan pertumbuhan hinggatriwulan lll
2O2Oterjadi
pada semua komponen PDBbaik
pengeluaran (Tabel2.2)
dan lapangan usaha (Tabel 2.3), serta wilayah (Tabel 2.4).Dari sisi
PDB pengeluaran, hinggatriwulan III
2O2O, konsumsi masyarakat (konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT)) terkontraksisebesar 2,4 persen (ctc), seiring dengan penurunan pendapatan masyarakat
danpenundaan
pelaksanaanPemilihan Kepala Daerah
(Pilkada)tahun
2O2O. Konsumsi pemerintahmampu tumbuh positif
sebesar2,0 persen (ctc) didorong oleh
kenaikan realisasi belanjabantuan
sosial,belanja
barang,dan
belanjalainnya,
sejalan dengan akselerasi belanja Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pembentukan modal tetapGambar 2.12
Stimulus Fiskal Negara Dunia (Persen PDB)
Sumber: IMF per 10 November 2020, diolah Bappenas
FRESIDEN
REPUELIK INtrONESIA
-
il.15-
bruto atau
investasiterkontraksi
sebesar4,5
persen (ctc) sejalan dengan pelemahal investasi baik swasta maupun pemerintah. Ekspor barang dan jasa merupakan komponenyang terkena dampak negatif terbesar, dengan kontraksi
sebesar7,5 persen
(ctc).Komponen ekspor
jasa terkontraksi cukup
dalamakibat
penurunanjumlah
wisatawan mancanegara secarasignifikan
sementarakontraksi ekspor barang diakibatkan
olehturunnya
aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Imporbaralg
danjasa
terkontraksi sebesar 13,9 persen (ctc), dengan barang migasterkontraksi
seiring dengan penurllnannilai dan volume impor migas,
sementaraimpor jasa tumbuh negatif didorong
oleh menurunnya jasa angkutanuntuk
ekspor impor barang.Dari sisi
lapanganusaha,
sebagian besarsektor
lapanganusaha mulai
menunjukkan perbaikan seiring dengan relaksasi penerapan PSBBdi
berbagaiwilayah.
Sektor yang mampu bertahan dantumbuh positif
adalahjasa
kesehatan, informasi dan komunikasi, pengadaanair,
pertanian,jasa
pendidikan,real
estat,dan
administrasi pemerintahan.Sementara
itu,
sektoryang
terkena dampak negatif terdalam hinggatriwulan lll
2O2Oadalah transportasi dan penyediaan akomodasi dan makan minum.
Berdasarkan wilayah, hingga triwulan
III
2O2O, Jawa-Bali dan Kalimantan merupakan dua wilayah yang mengalamikontraksi
pertumbuhanekonomi.
Wilayah-wilayahlain
masihmampu tumbuh positif dengan Sulawesi, Maluku dan Papua masih
mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 0,0; 1,6; dan 0,9 persen.Meski hingga
triwulan lll
2O2O pertumbuhan ekonomi masih mengalami kontraksi, tetapi tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai terlihat. Selepas relaksasi PSBB, aktivitas ekonomimulai
meningkatditandai
dengan kembali meningkatnya mobilitas masyarakat, PMI di sektor manufaktur, dan kinerja baik ekspor maupun impor. Selainitu,
percepatan realisasi belanja pemerintahdan
Program PENakan
menjadifaktor kunci
pendorong pemulihan ekonomi pada semester II 2O2O.Dengan perkembangan tersebut, prospek pertumbuhan ekonomi
tahun
2O2O yang pada awalnya ditargetkan mencapai5,3
persen, direvisike
bawah menjadiminus 2,0
persen dengan mempertimbangkan terjadinya perlambatan pada hampir semua komponen PDB.Dari sisi PDB
pengeluarankonsumsi
masyarakatdiperkirakan
mengalami kontraksi sebesar2,4
persen padatahun dari
Tabel 2.2
Pertumbuhan PDB Sisi Permintaan Tahun 2019-2020 (Persen)
Uraian 2019a)
Realisasi Hingga Triwulan III
2020b)
2020:
Sebelum COVID-19c)
2020:
COVID-19d)
Pertumbuhan PDB 5,0 (2,0) 5,3 (2,0)
Konsumsi Rumah Tangga dan LNPRT 5,2 (2,4) 4,9 (2,4)
Konsumsi Pemerintah 3,2 2,0 4,3 2,0
Investasi (PMTB) 4,4 (4,5) 6,0 (4,8)
Ekspor Barang dan Jasa (0,9) (7,5) 3,7 (7,5)
Impor Barang dan Jasa (7,7) (13,9) 3,2 (14,7)
Sumber: a) BPS, 2019; b) BPS (ctc), 2020; c) Sasaran RKP 2020; d) Perkiraan Bappenas, November 2020
FRESIDEH
REPUEUK INDONESIA
-
il.16-
persen. Perlambatan tersebut salah satunya disebabkan oleh berkurangnya permintaan masyarakat, terutama
untuk
wisata danhiburan,
sebagai dampak dari pembatasan sosial(social
di.stancing)untuk menghentikan
penyebaranpandemi COVID-l9. Daya
beli masyarakatjuga turun
disebabkan oleh hilangnya pendapatan sebagian masyarakat yang kehilangan pekerjaandan
potensi kenaikan harga karena gangguandi sisi
penawaran.Perluasan
bantuan
sosialyang dilakukan
pemerintah diharapkandapat
menahan laju perlambatan konsum si masyarakat.Investasi diperkirakan terkena dampak negatif yang besar, mengalami
kontraksi
sebesar4,8
persen padatahun
2O2O,lebih
rendahdari
sasaran RKP 2O2O sebesar6,0
persen.Tekanan pada neraca keuangan perusahaan akibat rendahnya penerimaan
seiring penurunan permintaan, ketidakpastian penyelesaian COVID-19 yang mendorong investor asing maupun domestik menunda keputusan investasi, danditunda
atau dihentikannya proyekinfrastruktur
pemerintah menjadi beberapafaktor
yang mendorong perlambatan investasi.Ekspor barang dan jasa yang pada awalnya ditargetkan
tumbuh
3,7 persen, diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 7,5 persen padatahun
2O2O. Kontraksi tersebut utamanya didorong olehturunnya
permintaandunia akan
barang ekspor Indonesia. Selain eksporbarang,
penurun€rnekspor jasa juga akan mengalami penurunan, terutama
jasa transportasi danjasa
perjalanan. Turunnya ekspor perjalanan didorong oleh penurunan wisatawan mancanegara sebagai dampak penutupan perbatasan Indonesiadan
negara lainnyauntuk
mencegah penyebaran pandemiCOVID-l9.
Sementaraitu, impor
barang danjasa
diperkirakanjuga
mengalamikontraksi
sebesar 14,7 persendari
sebelumnya diperkirakan tumbuh sebesar 3,2 persen, akibat turunnya aktivitas ekonomi domestik.Pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 2,0 persen menjadi satu-satunya komponen PDB pengeluaran yang diperkirakan
tidak
akanterlalu
berbedadari
sasaran dalam RKP 2O2O sebesar4,3
persen. Pertumbuhan konsumsi pemerintah didorong oleh peningkatan belanjauntuk
memberikanstimulus
terhadap kelompok masyarakatdan industri
yang terkena dampak COVID- 19.Dari sisi PDB lapangan usaha, revisi ke bawah terhadap sasaran pertumbuhan dilakukan pada hampir semua sektor. Sebagai gambaran, pada RKP
tahun
2020 sektor penyediaan akomodasidan
makanminum
merupakan salahsatu
sektor yang diharapkan tumbuh tinggi (6,0 persen) seiring dengan salah satu prioritas pembangunandi
sektor pariwisata.Namun
pembatasanpergerakan manusia, penutupan perbatasan, dan
penghentiansebagian besar penerbangan internasional dan domestik menyebabkan
aktivitaspariwisata, baik
wisatawan mancanegaramaupun
domestik,turun tajam. Selain
itu, pembatasan pergerakan manusia berdampak pula terhadap restoran dan wanrrng makananyang
padaakhirnya
hanyabisa
melayani deliueryatau toke
awaA. Sebagai akibatnya, pertumbuhan sektorini
diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 9,7 persen.Sektor
industri
pengolahan mengalami tekanan yangcukup
besar,baik dari sisi
supplymaupun
demqnd.Dari sisi
supplg, gangguanpada rantai
pasok global menyebabkan kenaikan biaya produksi terutamauntuk
memenuhi pasokan bahanbaku impor.
Selainitu,
kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat berdampak pada tenagakerja
sektorindustri
pengolahan yang mendorong turunnya aktivitas produksi.Dari sisi
demand,di satu
sisiindustri
pengolahan secara keseluruhan dihadapkan padaturunnya
permintaan masyarakatakan produk industri,
terutamaproduk yang
bukan kebutuhan dasar. Namun demikian,di
sisilain
terdapat juga industri yang berkembang diFRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
|.L7-
antaranya
industri
makanan minuman, produk kebutuhan sehari-hari, alat kesehatan danfarmasi. Dengan
perkembangantersebut, sektor ini diperkirakan akan
mengalami kontraksi sebesar 2,7 persen pada tahun 2O2O.Turunnya volume dan aktivitas
perdagangan,baik domestik maupun
internasional,memberikan pengaruh bagi kinerja sektor
perdagangan.Sektor ini
diperkirakanterkontraksi
sebesar3,5
persen. Sementaraitu sektor transportasi dan
pergudangandiperkirakan terkontraksi sebesar 13,8 persen, sebagai dampak dari
pembatasan pergerakan masyarakatdan
penurunanaktivitas
ekonomi secara keseluruhan terhadappermintaan angkutan transportasi, terutama transportasi udara. Sektor lainnya
yaitusektor konstruksi, terkena dampak penundaan atau penghentian berbagai
proyekTabel 2.3
Pertumbuhan PDB Sisi Lapangan Usaha Tahun 2019-2020 (Persen)
Uraian 2019a)
Realisasi Hingga Triwulan III
2020b)
2020:
Sebelum COVID-19c)
2020:
COVID- 19d)
Pertumbuhan PDB 5,02 (2,0) 5,3 (2,0)
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan 3,6 1,5 3,7 1,7
Pertambangan dan Penggalian 1,2 (2,2) 1,9 (2,1)
Industri Pengolahan 3,8 (2,9) 5,0 (2,7)
Pengadaan Listrik dan Gas, dan
Air Bersih 4,0 (1,4) 4,2 (1,5)
Pengadaan Air 6,8 5,1 4,0 4,8
Konstruksi 5,8 (2,4) 5,7 (2,6)
Perdagangan besar dan eceran, dan reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 4,6 (3,7) 5,5 (3,5)
Transportasi dan Pergudangan 6,4 (15,6) 7,0 (13,8)
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 5,8 (10,7) 6,0 (9,7)
Informasi dan Komunikasi 9,4 10,4 7,3 10,8
Jasa Keuangan 6,6 3,5 6,3 2,5
Real Estate 5,7 2,7 4,9 2,6
Jasa Perusahaan 10,3 (4,9) 8,3 (4,9)
Administrasi Pemerintahan dan
Jaminan Sosial Wajib 4,7 0,6 4,5 0,7
Jasa Pendidikan 6,3 3,1 5,1 3,3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 8,7 9,8 7,5 11,6
Jasa Lainnya 10,6 (3,8) 8,9 (3,4)
Sumber: a) BPS, 2019; b) BPS (ctc), 2020; c) Sasaran RKP 2020; d) Perkiraan Bappenas, November 2020
trRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
-
il.18-
pembangunan
infrastruktur
pemerintah yang berdampak pada melambatnya pertumbuhan dan diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2,6 persen.Sektor
lain yang perlu
mendapat perhatian adalah sektor pertanian yang diperkirakantumbuh
sebesar 1,6 persen dan pengadaanlistrik
yang diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 1,5 persen. Sektor pertanian subsektor tanaman pangan diperkirakantidak
akan mengalami gangguan dalamjangka
pendek,tetapi
gangguandiperkirakan terjadi
pada subsektor perkebunan dan perikanan, terutama dari sisi ekspor. Sektor pengadaanlistrik
terbantu oleh peningkatan konsumsilistrik
rumah tangga yang meningkat seiring dengan kebijakan u.nrkfrom
home (WFH) dan pembebasantarif listrik,
meski permintaanlistrik
industri dan bisnis mengalami penurun€rn. Sementara itu, sektor
pertambangan diperkirakan terkena dampaktidak
langsungdari
penyebaran pandemi COVID-19 terkait dengan penurunurn permintaandan
harga komoditasdi tingkat
internasional, sehingga diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2,1 persen.Selanjutnya,
sektor jasa
kesehatandan informasi komunikasi menjadi sektor
yang diperkirakan dapat bertahandi
tengah pandemi COVID-l9. Jasa kesehatan merupakankebutuhan
esensialterutama dalam hal
pemenuhan obat-obatan,farmasi, dan
alatkesehatan. Selain itu, permintaan akan produk sektor informasi dan
komunikasi meningkatcukup
signifikan, khususnya padapaket data untuk
memenuhi kebutuhan selama WFH. Sektor jasa kesehatan dan informasi dan komunikasi diperkirakan masing- masing tumbuh sebesar 11,6 persen dan 10,8 persen pada tahun 2O2O.Dari
sisi kewilayahan, Wilayah Jawa-Bali diperkirakan akan mengalami kontraksi hingga2,7 persen
Penurunankinerja
ekonomiini
disebabkankarena
adanya pemberlakuan PSBBlanjutan di Provinsi DKI Jakarta yang
berdampakpada penurunan
aktivitas ekonomi. Lebihlanjut,
dampak pandemi COVID-19di
Wilayah Jawa-Bali juga berdampak pada menurunnya kinerja sektor penyediaan akomodasi dan makan minum seiring dengan aktivitas pariwisata yang belumpulih.
Sementaraitu,
Wilayah Sumatera dan Kalimantanyang memiliki
ketergantunganterhadap komoditas primer juga
mengalami dampakperlambatan pada pertumbuhan ekonominya. Wilayah Sumatera dan
Kalimantan diperkirakan akan tumbuh terkontraksi sebesar 0,8 persen dan 2,3 persen yang utamanya disebabkan oleh penurunan perdaganganluar
negeri akibat penurunan harga komoditasdunia,
sepertibatubara dan turunnya
supplginput antara pada industri
pengolahan khususnya di Wilayah Jawa-Bali.Tabel 2.4
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Tahun 2019-2020 (Persen)
Uraian 2019a)
Realisasi Hingga Triwulan III
2020b)
2020: Sebelum
COVID-19c) 2020:
COVID-19d)
Sumatera 4,6 (0,7) 4,8 (0,8)
Jawa – Bali 5,5 (2,6) 5,4 (2,7)
Nusa Tenggara 4,5 (0,1) 5,9 (0,2)
Kalimantan 5,0 (2,1) 6,4 (2,3)
Sulawesi 6,7 0,0 6,8 0,0
Maluku 5,8 1,6 6,1 1,7
Papua (10,7) 0,9 6,0 0,9
Sumber: a) BPS, 2019; b) BPS (ctc), 2020; c) Sasaran RKP 2020; d) Perkiraan Bappenas, November 2020
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA
-
il.19-
Untuk Nusa Tenggara, COVID-l9 berdampak pada pelemahan sektor
penyediaan akomodasidan makan minum,
transportasi,dan
perdaganganseiring
dengan jumlahkunjungan wisatawan yang belum pulih, di samping belum optimalnya
pemulihanpembangunan pascagempa. Pertumbuhan ekonomi di wilayah ini
diperkirakan terkontraksi sebesar 0,2 persen. Sementaraitu,
Sulawesi diperkirakan hanyatumbuh
0,0 persen yang disebabkan oleh tertahannyalaju
investasi danturunnya
sektor pendukung pariwisata, seperti perdagangan, transportasi, dan penyediaan akomodasi makan-minum.Pertumbuhan ekonomi Wilayah Maluku
diperkirakan masih mampu tumbuh
hingga 1,7 persen dengan didorong oleh investasi danindustri
pengolahan feronikeldi
Maluku Utarayang masih dapat tumbuh cukup tinggi.
Namun, pertumbuhan perekonomian WilayahMaluku diperkirakan akan tertahan oleh perlambatan pada sektor
perikanan, perdagangan,dan transportasi. Selanjutnya,
perekonomianPapua akan
mengalami tekanan dampak COVID-l9 yangrelatif
terbatas karena efek tekanan sektor tambang diPapua yang sudah menurun dan diperkirakan tumbuh positif. Namun,
tekanan diperkirakan terjadidi
sektor perdagangan dan transportasi. Papua diperkirakan mampu tumbuh mencapai 0,9 persen.Target Pembangunan
Prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat pandemi COVID-19 pada
tahun
2O2Odiperkirakan memberikan dampak besar bagi pencapaian sasaran pembangunan. Tingkat
pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan diperkirakan meningkat,
tingkat kesenjangan melebar, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurun (Tabet 2.5).Tingkat
Pengangguran TerbukaPerlambatan pertumbuhan ekonomi
tahun
2O2O mengakibatkan tingginya pekerja yang menghadapi pemutusan hubungankerja
(PHK)dan
dirumahkan. Tingginya pekerja ter- PHK tersebut, masuknya angkatan kerjabaru
ke pasar kerja, dan keterbatasan ekonomiuntuk
menciptakan kesempatan kerja menambah pengangguran sebanyak 2,67juta jika
dibandingkan dengantahun
2019. Tingginyajumlah
penganggur tersebut membuat TPT pada tahun 2O2O rnencapat 7,O7 persen.Tingksl
KemiskinanPenyebaran pandemi COVID-19 berdampak juga terhadap pencapaian
tingkat
kemiskinan pada tahun 2O2O. Namun pemerintah terus berupaya menekan tingkat kemiskinan melalui\,1
Tabel 2.5
Target Pembangunan Tahun 2020 (Persen) Target Pembangunan 2019 a) 2020: Sebelum
COVID-19 b)
2020:
COVID-19c) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%) 5,3 4,8–5,0 7,07d)
Tingkat Kemiskinan (%) 9,2 8,5–9,0 9,7–10,2
Rasio Gini (nilai) 0,380 0,375–0,380 0,379–0,381
IPM (nilai) 71,92 72,51 71,99
Sumber: a) BPS, 2019; b) Sasaran RKP 2020; c) Perkiraan Bappenas, November 2020; d) Sakernas, Agustus 2020
PRESIDEN