BAB II METODE PENELITIAN
C. Rencana Tindakan
Rencana tindakan merupakan gambaran tentang langkah-langkah rill yang akan dilakukan dalam tindakan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.28 Arah dan tujuan penelitian tindakan kelas yang dilakukan yakni demi kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Rencana dan prosedur PTK menguraikan berbagai metode dan prosedur yang akan ditempuh, sifatnya operasional dan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian.
Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian bersiklus, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi dan refleksi yang dilakukan secara berulang. Siklus-siklus tersebut digambarkan pada Gambar 2.
28 Ibid., h. 3.
Gambar 2.
Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK).29 Penjabaran rinci terkait siklus-siklus tersebut adalah:
1. Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilakukan oleh guru bersama peneliti pada tahap perencanaan ini adalah :
a. Memilih materi yang dapat diterapkan dalam model pembelajaran talking stick.
b. Membuat perencanaan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran matematika (RPP), dimana RPP merupakan persiapan mengajar guru untuk setiap pertemuan, RPP ini berfungsi
29 Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta: PT Diva Fress, 2015), h.50 Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaa n Refkesi
Dilanjutkan siklus berikutnya
untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas agar dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan skenario pembelajaran.
d. Membuat lembar observasi untuk melihat pelaksanaan pembelajaran di kelas dan untuk mengetahui situasi dan kondisi kegitan belajar mengajar pada saat penelitian ini dilaksanakan, baik untuk siswa maupun guru.
e. Membuat lembar tes hasil belajar yang diterapkan melalui penerapan model pembelajaran talking stick sebagai alat evaluasi setelah proses belajar mengajar selesai.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan RPP yang telah disusun oleh peneliti. Kegiatan yang dilakukan di antaranya: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
3. Pengamatan (Observing)
Pada tahap observasi ini peneliti akan melaksanakan proses observasi terhadap tindakan yang dilakukan oleh siswa dan guru pada saat proses pembelajaran dilaksanakan, sesuai dengan skenario yang telah disusun dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan tahap akhir dari suatu siklus. Refleksi hanya akan digunakan pada saat siklus yang telah beakhir dapat dikatakan tidak memuaskan. Pada tahap ini, peneliti, dan guru melakukan diskusi untuk
mengevaluasi kelemahan maupun kelebihan dari proses belajar dan hasil belajar yang ditemukan selama siklus berlangsung. Pada kegiatan refleksi ini juga perlu dicari alternatif tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tindakan pada siklus sebelumnya sehingga tindakan pada siklus selanjutnya akan menjadi lebih baik.
D. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrument pengupulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah eveluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan.30
Pada penelitian ini menggunakan tiga instrumen untuk mengumpulkan data, yaitu dengan menggunkan lembar observasi yang berisi keterlaksanaan proses pembelajaran, instrumen tes hasil belajar, dan dokumentasi proses pembelajaran.
1. Lembar Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono), observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Tehnik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.31
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran, yaitu aktivitas guru dan
30Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Renika Cipta, 2010), h. 193
31Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif R&D, (Bandung: Alfabetssa, 2014), h. 203
siswa. Lembar observasi akan diberikan kepada seorang observer sebelum proses pembelajaran berlangsung. Kemudian observer mengisi lembar observer tersebut pada saat proses belajar berlangsung. Kegiatan yang harus diobservasi anatara lain:
a. Kegiatan Guru
Ada 7 indikator yang harus diobservasi, antara lain:
1) Pemberian apersepsi dan motivasi
2) Penyampaian materi selama proses pembelajaran
3) Pengaturan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran talking stick
4) Membimbing siswa dalam kerja kelompok
5) Membimbing dan mengarahkan siswa dalam diskusi kelompok 6) Memberikan evaluasi terhadap proses pembelajaran
7) Menutup kegiatan pembelajaran b. Kegiatan Siswa
Ada 7 indikator yang harus diobservasi, antara lain:
1) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2) Intraksi siswa dengan guru
3) Sikap siswa dalam kelompok kerjasama dalam kelompok 4) Kerjasama dalam kelompok
5) Kerjasama kelompok dalam diskusi
6) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran talking stick
7) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar 2. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah.32 Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
32 Djamari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes (Jokjakarta: Mitra Cendikia Press, 2008) h. 67
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik seseorang atau sekelompok orang. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Oleh karena itu agar diperoleh informasi yang akurat dibubutuhkan tes yang handal.
Tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif.
Tes obyektif merupakan tes yang terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol. Tes tersebut digunakan untuk mendapatkan jawaban atas penelitian yang dilakukan guna menetapkan skor berupa angka.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 33
E. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan yang meliputi siapa yang melakukan, apa, kapan, dimana dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang
33 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 329.
bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interprestasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.34
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan untuk dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan peneliti merumuskan beberapa hal yang terkait dengan tahap perencanaan yaitu 1). Menetapkan pola-pola pembelajaran, 2). Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan.
b. Tindakan
Tahap tindakan, guru melakukan kegiatan pembelajaran secara aktif dan menyenangkan.
c. Pengamatan
Melalui pengamatan, peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan tindakan dan rencana tindakan yang telah dirumuskan.
Penulis juga dapat menyimpulkan apakah pelaksanaan tindakan yang sedang dilaksanakan dapat menghasilkan perubahan seperti yang diharapkan.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti menelaah apakah pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan yang direncanakan serta apakah terjadi peningkatan
34Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru (Bandung : Yerama Widia, 2006), h.12
hasil belajar pada siswa kelas V di SD Islam Ihya’ulumuddin dengan menerapkan model pembelajaran talking stick.
2. Siklus II
Pelaksanaan siklus kedua merupakan kelanjutan dari siklus pertama yang dalam pelaksanaan tindakannya dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perbaikan strategi yang disempurnakan. Langkah-langkah pada siklus kedua sama dengan langkah-langkah pada siklus pertama yakni perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (Acting), Pengamatan (observing), dan refleksi (Reflecting).
F. Cara Pengamatan (Monitoring)
Pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pengamatan dilakukan secara kolaborasi dengan guru menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun yang diamati adalah bagaimana pelaksanaan tindakan, bagaimana guru menyajikan pelajaran, dan bagaimana sikap siswa dalam belajar, dan apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan skenario yang dibuat atau tidak.
G. Analisis Data dan Refleksi 1. Analisis Data
Teknik analisa data merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap melakukan penelitian. Semua data yang telah terkumpul tidak akan berarti kalau tidak diadakan penganalisaan. Hasil dari penganalisaan akan memberikan gambaran, arah serta tujuan dan maksud penelitian.
Penelitian ini menggunakan analisa statistik sederhana, yaitu dengan
analisa deskriptif. Analisa deskriptif adalah model analisa dengan cara membandingkan rata-rata persentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap siklus.35 Dari hasil tes obsevasi awal tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini untuk ketuntasan belajar siswa individu maupun klasikal digunakan pedoman ketuntasan siswa. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan sebuah metode dalam kegiatan belajar mengajar, maka perlu dilakukan analisis data sebagai hasil dari sebuah kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui persentasi keberhasilan pembelajaran pada setiap akhir siklus, siswa diberikan evaluasi berupa tes tulis.
Analisis data hasil evaluasi siswa dalam bentuk tes tulis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik sederhana, yaitu sebagai beriku : a. Ketuntasan individu
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
KB = x 100 Tt
T
Keterangan:
KB = Ketuntasan belajar per siswa T = Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt = Jumlah skor total.36
35Madya Swarsih, Penelitian Tindak Kelas, (Yogyakarta : Alfabeta, 2006)
36 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta:Kencana, 2010), h. 241.
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individual) jika prosporsi jawaban benar siswa ≥65%. Berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan oleh sekolah, dan untuk kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran mateatika di SD Islam Ihya’ulumuddin Batu tumpeng adalah 75.
b. Menghitung nilai rata-rata kelas
Adapun rumus untuk menghitung nilai rata-rata kelas antara lain yaitu:
Me = 𝑥𝑖
N
Keterangan :
Me = mean (rata-rata) ∑ = epsilon (baca jumlah) Xi = nilai semua siswa N = jumlah siswa37
c. Ketuntasan Klasikal
Data test hasil belajar dan proses pembelajaran dianalisis menggunakan analisis hasil belajar secara klasikal. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dianalisis dengan rumus:
% 100 z x KK x
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥75
37Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 49
Z = Jumlah seluruh siswa yang ikut test.
Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥85% siswa yang telah tuntas belajarnya.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pemahaman tentang konsep bangun ruang melalui model Talking Stick, peneliti menentukan nilai maksimal yang diperoleh siswa adalah 100. Sedangkan untuk menentukan data (interval) yang digunakan peneliti untuk menilai siswa dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Interval Untuk Nilai Siswa38
No Nilai Kategiri
1. 91-100 Sangat baik
2. 81-90 Baik
3. 71-80 Cukup baik
4. ≤ 70 Kurang baik
d. Data Aktivitas Siswa dan Guru
Menentukan rata-rata skor aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus :39
A= n n
Keterangan :
A = rata-rata skor aktivitas belajar siswa n = jumlah seluruh skor
n = jumlah indikator
38 Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan, h. 65
39 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) h.264
Data tentang aktifitas guru dan siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Indikator tentang aktifitas guru dan siswa yang diamati adalah sebanyak 7 indikator. Cara memberikan skor untuk aktifitas guru dan siswa adalah:
1) Skor 1 diberikan jika X ≤ 25 % 2) Skor 2 diberikan jika 25% < X ≤ 50 % 3) Skor 3 diberikan jika 50 % < X ≤ 75 % 4) Skor 4 diberikan jika X > 75 %
Keterangan:
X = jumlah siswa dalam kelas yang cukup aktif melakukan kegiatan menurut descriptor.
Adapun rumus untuk menghitung aktifitas guru dan siswa adalah sebagai berikut:40
Mi = ½ ( skor tertinggi + skor terendah) = ½ ( 4 + 1)
= 2, 5
SDi = 1/6 (skor tertinggi - skor terendah) = 1/6 (4 – 1)
= 0, 6 Keterangan:
Mi = mean ideal
SDi = standar deviasi ideal
40 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h.238
Sehingga diperoleh kriteria-kriteria hasil aktifitas guru dan siswa di atas dapat dilihat dalam tabel interval sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kriteria Penentuan Aktifitas Guru dan Siswa Berdasarkan Skor Standar41
Interval Interval Skor Kategori
Mi + 1, 5 SDi ≤ A 3, 25 ≤ A Sangat aktif
Mi + 0, 5 SDi ≤ A < Mi + 1, 5 Sdi 2, 75 ≤ A < 3, 25 Aktif Mi - 0, 5 SDi ≤ A < Mi + 0,5 Sdi 2, 25 ≤ A < 2, 75 Cukup aktif Mi – 1,5 SDi ≤ A < Mi – 0,5 Sdi 1, 75 ≤ A < 2, 25 Kurang aktif A < Mi – 1, 5 Sdi A < 1,75 Sangat kurang aktif
2. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan pada tahap akhir siklus. Pada tahap ini peneliti dan guru, mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap siklus. Refleksi dilakukan dari data kualitatif dan data kuantitatif sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya.
41 Ibid., h. 238
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SD Islam Ihaya’ulumuddin
SD Islam Ihya’ulumuddin yang beralamat di Jalan TGH.Abdul Hafiz Batu Tumpeng,Jagaraga Indah, Kecamatan Kediri, Propinsi Nusa Tenggara Barat, dengan Izin Operasional Nomor 810/1440- Dikdas/DIKPORA/2009 tanggal 5Agustus 2009, berdiri sejak tanggal 5 Agustus 2009 dibawah pimpinan Ust.H.Muhsinin selaku ketua yasasan yang mendirikan madrasah tersebut.
Ketika dibangun 2 tahun yang lalu, SD Islam Ihya’ulumuddin hanya mempunyai 3 ruang kelas, dan sekarang telah memiliki 13 Ruang kelas, 1 Ruang Kepala Sekolah, 1 Ruang Guru, 1 Ruang TU, 1 Ruang Perpustakaan dan 1 Ruang BK. Rombongan belajar sejumlah 9 dengan perincian kelas I terdiri atas 19 siswa, kelas II terdiri atas 21 siswa, kelas III terdiri atas 22 siswa, kelas IV terdiri atas 24 siswa, kelas V terdiri atas 26 siswa, dan kelas VI terdiri dari 2 robel yaitu kelas VIA terdiri dari 19 siswa dan kelas VIB terdiri dari 17 siswa dengan jumlah keseluruhan 148 orang siswa.
2. Letak Geografis
SD Islam Ihya’ulumuddin terletak di dusun Karang Anyar desa Jagaraga Indah Jln. TGH. Abdul Hafiz Kediri Kab. Lombok Barat dengan luas tanah sekitar 2.500 𝑚2 dengan batas-batas sebagai berikut:
40
a. Sebelah Utara : Kebun warga
b. Sebelah Setalan : Persawahan dan rumah warga c. Sebelah Barat : Persawahan warga
d. Sebelah Timur : Jalan raya dan rumah warga
Melihat dari letak geografis, SD Islam Ihya’ulumuddin merupakan sekolah yang terletak ditengah pemukiman warga, namun keberadaan SD Islam Ihya’ulumuddin sama sekali tidak mengganggu aktivitas warga malah sekolah tersebut memberikan keuntungan bagi warga Desa Batu Tumpeng.
3. Visi dan Misi a. Visi
Menciptakan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, dan profesional dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan.
b. Misi
1) Meningkatkan prestasi akademik lulusan
2) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
3) Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur.
4) Meningkatkan wawasan pengtahuan agama.
5) Meningkatkan prestasi ekstrakulikuler.
6) Meningkatkan kemampuan tekno;ogi, informasi dan komunikasi.
4. Keadaan Guru
Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses pelaksanaan pembelajaran, menjelaskan materi pelajaran, membimbing dan mengajar siswa kearah tujuan pencapaian pembelajaran yang telah direncanakan. Oleh karena itu kapasitas dan kualitas guru merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan.
Dapat diketahui bahwa jumlah guru yang mengajar di SD Islam Ihya’ulumuddin adalah sebanyak 13 orang dengan perincian laki-laki 6 orang dan perempuan 7 orang. Di samping guru menjadi tenaga pengajar yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku, guru juga mempunyai peran yang sangat penting dalam segala kegiatan sekolah.
5. Keadaan Siswa
Peserta didik merupakan salah satu komponen utama pendidikan artinya dalam pelaksanaan proses pembelajaran, keadaan peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan sangat penting demi tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, keberadaan dan peranan peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Secara kualitas siswa-siswi SD Islam Ihya’ulumuddin bisa dikatakan relatif bagus, sedangkan secara kuantitas siswa-siswi SD Islam Ihya’ulumuddin berjumlah siswa.
Adapun jumlah peserta didik yang terdapat di SD Islam Ihya’ulumuddin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Data Kesiswaan di SD Islam Ihya’ulumuddin42 Kelas
Jumlah Murid 2015-2016
L P Jumlah
I 13 7 20
II 10 10 20
III 8 15 23
IV 8 16 24
V 17 9 26
VI 17 19 36
Jumlah 73 76 148
B. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran matematika khususnya materi pokok sifat-sifat bangun ruang dengan menerapkan model talking stick pada siswa kelas V SD Islam Ihya’ulumuddin Batu tumpeng kec.Kediri Tahun Pelajaran 2015/2016.
Hasil penelitian ini terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus melalui empat tahapan penelitian berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dimana setiap pertemuan berlangsung 3 × 35 menit. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Islam Ihya’ulumuddin Batu tumpeng, Kediri yang berjumlah 25 siswa. Dalam penelitian ini, data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi kemampuan siswa memahami materi tentang sifat-sifat bangun ruang melalui penerapan model talking stick yang dilaksanakan setiap akhir siklus dan disertai dengan data hasil observasi aktivitas belajar
42 Dokumentasi: Profile SD Islam Ihya’ulumuddin Batu tumpeng, dikutip tanggal 14 Mei 2016
siswa selama proses pembelajaran di kelas berlangsung, adapun hasil setiap siklus adalah sebagai beriku:
1. Siklus I
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 24 Mei 2016 dengan alokasi waktu selama 3 × 35 menit pada materi sifat- sifat bangun ruang. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2016. Adapun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I ini adalah:
a. Tahap Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajara (RPP), (2) menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), (3) menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I, (4) menyiapkan soal evaluasi untuk menentukan hasil belajar siswa.
b. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas dengan menerapkan rencana pembelajaran yang telah disusun berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran talking stick.
1) Pertemuan pertama a) Kegiatan awal
Pada kegitan awal ini guru tidak lupa untuk menyuruh siswa berdoa sebelum pembelajaran dimulai. Guru mengecek kehadiran siswa untuk mengetahui apakan ada siswa yang tidak masuk pada hari tersebut kemudian memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan seputar pemahaman siswa tentang materi yang sudah diajarkan. Guru kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan kepada siswa tentang model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model talking stick, kemudian membagi siswa menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
b) Kegiatan inti
Pada kegiatan ini mula-mula guru menjelaskan materi tentang sifat-sifat bangun ruang kubus, balok dan limas secara runtun dan jelas sesuai dengan SK-KD. Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model talking stick. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok untuk dikerjakan secara diskusi. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal-soal di LKS. Guru menyuruh ketuan kelompok untuk maju mengambil materi yang akan mereka diskusikan bersama kelompok mereka. Masing-masing kelompok mendapatkan materi yang berbeda.
Pada kegiatan selanjutnya, guru membimbing siswa pada diskusi lanjutan dan mengajak siswa menyanyikan lagu potong bebek angsa, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa atau kelompok yang memegang tongkat (stick) untuk memancing pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Pada tahap ini siswa kurang aktif berdiskusi dalam kelompok. Pemberian tugas tidak merata pada saat diskusi kelompok, karena didominasi oleh siswa pintar dan tugas lebih banyak dikerjakan oleh mereka.
Setelah diskusi, guru meminta ketua kelompok untuk mengumpulkan LKS dan hasil kerja kelompok mereka. Namun pada tahap ini setiap kelompok hanya mengerjakan sendiri-sendiri, soal-soal yang ada di LKS lebih banyak dikerjakan oleh siswa yang pintar dan siswa/teman kelompoknya yang lain hanya mengikuti jawaban teman kelompoknya tanpa memberikan komentar apakah jawaban itu benar atau salah.
c) Penutup
Pada kegiatan akhir yaitu kegiatan mereflesikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru membahas hasil diskusi dan menyimpulkan materi pembelajan. Guru mengingatkan siswa untuk mengingat materi yang sudah dipelajari karena besok setelah pembelajaran guru akan memberikan evaluasi kepada siswa, kemudian menutup pembelajarn.
2) Pertemuan kedua a) Pendahuluan
Pada kegitan awal pembelajaran guru tidak lupa menyuruh siswa untuk berdoa sebelum pembelajaran dimulai. Guru mengecek kehadiran siswa untuk mengetahui apakan ada siswa yang tidak masuk pada hari tersebut kemudian memeriksa kesiapan belajar siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siwa dan memberikan apersepsi serta mengingatkan kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua adalah sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, dan kerucut. Guru mengingatkan siswa karena pada pertemuan kedua ini siswa akan diberikan tes evaluasi untuk mengetahui hasil belajar terkait dengan materi sifat-sifat bangun ruang.
b) Kegiatan inti
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok. Guru menjelaskan materi sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, dan kerucut secara runtun dan jelas. Kemudian guru membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan bersama teman kelompoknya. Guru menerapkan model pembelajaran talking stick. Beberapa anggota kelompok terlihat kurang semangat dalam berdiskusi dengan kelompoknya. Guru membimbing siswanya dalam mengerjakan soal di LKS, kemudian guru menyuruh ketuan kelompok untuk maju mengambil materi yang akan mereka