• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.4 Intervensi Keperawatan

3.4.1 Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret

Tabel 3.3 Intervensi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret di ruang Melati RSUD Bangil

Tujuan/

Intervensi Rasional

Kriteria Hasil

Setelah di lakukan 1. Jelaskan cara mudah 1. Teknik yang benar tindakan keperawatan mengeluarkan dahak. dapat mempermudah

3x24 jam di harapkan mengeluarkan sekret.

bersihan nafas kembali

efektif dengan KH : 2. Ajarkan pasien batuk 2. Untuk mempermudah

-Pasien memahami efektif. mengeluarkan secret.

cara mudah

mengeluarkan dahak 3. Berikan posisi semi 3. Posisi semi fowler

-Pasien dapat fowler. membantu

mempraktekkan memaksimalkan

batuk efektif ekspansi paru dan

-Pasien melaporkan menurunkan upaya

sesaknya berkurang pernafasan lentinasi

dan merasa lebih maksimal membuka

nyaman area ateletaksis dan

-Tidak ada bunyi meningkatkan gerakan

nafas tambahan secret kedalam jalan

seperti ronkhi atau nafas yang benar untuk

wheezing dikeluarkan.

-Frekuensi nafas

4. Observasi suara nafas 4. Penurunan suara nafas

normal (16-24x/m) menunjukkan atelotaks

-Pasien melaporkan ronchi menunjukan

dapat mengeluarkan akumulasi secret.

dahak 5. Observasi respirasi dari 5. O2 yang ade kuat status O2. meringakan upaya

bernafas.

6. Anjurkan pasien untuk 6. Pemasukan tinggi meningkatkan asupan cairan membantu cairan terutama air mengencerkan secret

hangat membuatnya mudah di

keluarkan.

7. Kolaborasi dalam

7. Menurunkan pemberian tindakan

kekentalan dan pemasangan O2

perlengketan secret dengan nasal kanul

paru untuk dan nebul .

mempermudah pembersihan.

3.4.2 Diagnosa 2 : Resiko ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

Tabel 3.4 Intervensi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia di ruang Melati RSUD Bangil

Tujuan/

Intervensi Rasional

Kriteria Hasil

Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang 1. Informasi yang tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi yang diberikan dapat selama 3x24 jam di tepat dan sesuai. memotifasi pasien

harapkan tidak terjadi untuk meningkatkan

gangguan intake nutrisi.

ketidakseimbangan 2. Anjurkan makan sediki 2. Dapat meningkatkan nutrisi dengan kriteria tapi sering. intake nutrisi dan

hasil : mengurangi mual

1.Pasien mampu muntah.

3. Anjurkan pasien makan 3. Makan dalam kondisi memahami diet

selagi hangat. hangat dapat seimbang

menurunkan rasa mual 2.Pasien mengatakan

sehingga intake nutrisi nafsu makan

dapat di tingkatkan.

meningkat

4. Anjurkan untuk slalu 4. Mulut yang bersih 3.Pasien mau makan

melakukan oral hygine dapat meningkatkan sedikit tapi sering

nafsu makan.

4.Tidak terjadi

5. Kolaborasi dengan ahli 5. Memaksimalkan penurunan berat

gizi untuk menentukan pemberian intake badan

jumlah kalori dan nutris nutrisi.

yang dibutuhkan

3.4.3 Diagnosa 3 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap

Tabel 3.5 Intervensi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap di ruang Melati RSUD Bangil

Tujuan/

Intervensi Rasional

Kriteria Hasil

Setelah dilakukan 1. Jelaskan nyeri secara 1. Nyeri merupakan tindakan keperawatan komperehensif respon subjektif yang selama 1x24 jam termasuk lokasi , dapat di ukur.

diharapkan nyeri frekuensi dan kualitas berkurang dengan KH: nyeri.

1. Pasien memahami 2. Observasi tanda tanda 2. Perubahan frekuensi

vital jantung . tidak

tentang nyeri

menunjukkan bahwa 2. Pasien mampu

pasien mengalami nyeri mengontrol nyeri,

khususnya bila alasan mampu menggunaka

untuk perubahan tanda tehnik non

vital telah terlihat.

farmakologi

3. Tindakan non untuk mengurangi 3. Ajarkan tentang tehnik

nyeri. non farmakologi. farmakologi diberikan

dengan sentuhan 3. Melaporkan bahwa

lembut dapat nyeri berkurang.

menghilangkan 4. Menyatakan rasa

ketidaknyamanan dan nyaman setelah nyeri

memperbesar efek berkurang

terapi analgesic.

5. Skala nyeri 0

4. Obat ini dapat TD : 110/80 mmHg 4. Kolaborasi dalam

digunakan untuk Nadi : 95x menit pemberian analgesik.

6. Wajah tampak rileks meningkatkan kenyamanan.

3.5 Implementasi

3.5.1 Tabel 3.6 Implementasi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru tanggal 21-12-2018 di ruang Melati RSUD Bangil

No

Jam Nama/Tanda

Tanggal Implementasi

Dx Tangan

21-12-18 21.00 1.Menjelaskan cara

mengeluarkan dahak yang

benar

Respon pasien : Pasien

mampu menjelaskan

kembali tentang cara

mengeluarkan dahak yang

benar

21.10 2.Mengajarkan pasien batuk

efektif dengan cara :

- Minta pasien untuk tarik nafas selama tiga kali - Kemudian saat tarik nafas

ketiga dan ekspirasi, pasien diminta untuk menahan nafas selama 10 detik dan dibatukkan

Respon pasien : Pasien Mampu mendemonstrasikan

batuk efektif

21.25 3. Memberikan posisi semifowler pada pasien Respon pasien : Pasien melapo sesaknya berkurang dan

merasa lebih nyaman Pasien melaporkan dapat mengeluarkan dahak

21.30 4. Mengobservasi suara nafas -Terdapat ronchi pada lobus

kanan atas, bawah dan pada lobus kiri bawah 22.30 5. Berkolaborasi dalam

pemberian

-Injeksi ambacin 3x1 gr -Per oral NAC 3x1 gr -Codein 3x1 gr

-Nebul combivent 3x2,5 mg 22.45 6. Mengobservasi respirasi dan

Status O2

-Respirasi 22x/menit dengan Bantuan O2 nasal 4 lpm 05.00 7.Menganjurkan pasien untuk

minum air hangat

Respon pasien : Pasien mau minum air selagi hangat 2. 21-12-18 20.30 1.Menjelaskan tentang

kebutuhan nutrisi yang tepat

Respon pasien : Pasien mampu menjelaskan kembali tentang kebutuhan nutrisi yang tepat bagi kondisinya

20.45 2. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering

Respon pasien : Pasien mau makan sedikit tapi sering Pasien mengatakan nafsu

makan meningkat

22.00 3. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang pemenuhan nutrisi

- Diet lunak 2100 kkal dan putih telur

05.00 4. Menganjurkan pasien untuk melakukan oral hygine dengan cara menggosok gigi

Respon pasien : Pasien mau menggosok gigi saat pagi hari 06.00 5. Menganjurkan pasien

untuk makan selagi hangat Respon pasien : Pasien mau

makan selagi hangat 3. 21-12-18 21.00 1. Mengobservasi karkteristik

nyeri

-Nyeri dada dengan skala 2 21.30 2. Mengajarkan teknik non

farmakologi seperti perubahan posisi , teknik relaksasi dengan nafas dalam Respon pasien : Pasien mampu mendemonstrasikan

tentang teknik non

farmakologi seperti perubahan posisi dan nafas dalam

Pasien melaporkan nyeri berkurang

05.00 4. Mengobservasi tanda tanda vital

-Tekanan darah : 120/80 mmHg

-Nadi : 92 x/ menit -Suhu : 36,5 C

-Respirasi : 22 x/ meni

3.5.2 Tabel 3.7 Implementasi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis TB Paru tanggal 22-12-2018 di ruang Melati RSUD Bangil

No

Jam Nama/Tanda

Tanggal Implementasi

Dx Tangan

22-12-18 20.30 1. Memberikan posisi semifowler pada pasien Respon pasien : Pasien melapo sesaknya berkurang dan merasa lebih nyaman

20.45 2. Mengobservasi suara nafas -Terdapat ronchi pada lobus

kanan atas, bawah dan pada lobus kiri bawah 21.00 3.Berkolaborasi dalam

pemberian

-Injeksi ambacin 3x1 gr -Per oral NAC 3x1 gr -Codein 3x1 gr

-Nebul combivent 3x2,5 mg 21.25 6. Mengobservasi respirasi dan

Status O2

-Respirasi 22x/menit dengan Bantuan O2 nasal 4 lpm 21.30 7.Menganjurkan pasien untuk

minum air hangat

Respon pasien : Pasien mau minum air selagi hangat

2. 22-12-18 20.30 1. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering

Respon pasien : Pasien mau makan sedikit tapi sering Pasien melaporkan nafsu

makan meningkat

20.45 2. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang pemenuhan nutrisi

- Diet lunak 2100 kkal dan putih telur

22.00 3. Menganjurkan pasien untuk melakukan oral hygine dengan cara menggosok gigi

Respon pasien : Pasien mau menggosok gigi saat pagi hari 05.00 4. Menganjurkan pasien

untuk makan selagi hangat Respon pasien : Pasien mau

makan selagi hangat

3. 22-12-18 21.30 1.Mengobservasi kara kteristik nyeri

Respon pasien : Pasien menyatakan nyeri berkurang dengan skala 2

05.00 2. Mengobservasi tanda tanda vital

-Tekanan darah : 120/80 mmHg

-Nadi : 90 x/ menit -Suhu : 36 C

-Respirasi : 22 x/ menit

3.5.3 Tabel 3.8 Implementasi pada Tn. S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru tanggal 23-12-2018 di ruang Melati RSUD Bangil

No Jam Nama/Tanda

Tanggal Implementasi

Dx Tangan

23-12-18 14.30 1. Memberikan posisi semifowler pada pasien Respon pasien : Pasien melapo sesaknya berkurang dan merasa lebih nyaman 1.

14.45 2. Mengobservasi suara nafas -Terdapat ronchi pada lobus

kanan atas, bawah dan pada lobus kiri bawah 16.00 3.Berkolaborasi dalam

pemberian

-Injeksi ambacin 3x1 gr -Per oral NAC 3x1 gr -Codein 3x1 gr

-Nebul combivent 3x2,5 mg 16.30 6. Mengobservasi respirasi dan

Status O2

-Respirasi 20x/menit dengan Bantuan O2 nasal 4 lpm 16.45 7.Menganjurkan pasien untuk

minum air hangat

Respon pasien : Pasien mau minum air selagi hangat

2. 23-12-18 14.40 1. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering

Respon pasien : Pasien mau makan sedikit tapi sering Pasien melaporkan nafsu

makan meningkat

15.00 2. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang pemenuhan nutrisi

- Diet lunak 2100 kkal dan putih telur

15.25 3. Menganjurkan pasien untuk melakukan oral hygine dengan cara menggosok gigi

Respon pasien : Pasien mau menggosok gigi saat pagi hari 16.20 4. Menganjurkan pasien

untuk makan selagi hangat Respon pasien : Pasien mau

makan selagi hangat

3. 23-12-18 15.00 1.Mengobservasi kara kteristik nyeri

Respon pasien : Pasien menyatakan nyeri hilang

18.00 2. Mengobservasi tanda tanda vital

-Tekanan darah : 120/80 mmHg

-Nadi : 85 x/ menit -Suhu : 36 C

-Respirasi : 20 x/ menit

3.6 Catatan Perkembangan

3.6.1 Tabel 3.9 Catatan Perkembangan pada Tn. S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru tanggal 21-12-2018 di ruang Melati RSUD Bangil

Tanggal Diagnosa Catatan Paraf

keperawatan Perkembangan 21-12-2018 Ketidakefektifan S : - Pasien melaporkan

bersihan jalan nafas sesaknya berkurang

- Pasien melaporkan dapat mengeluarkan dahak

O : - Pasien memahami cara mudah mengeluarkan dahak

- Pasien dapat

mendemonstrasikan batuk efektif

- Terdapat suara ronchi pada lobus kanan atas, bawah dan lobus kiri bawah

- Frekuensi nafas 22 x / menit

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi 4, 5 dan 7 dilanjutkan

21-12-2018 Resiko S : Pasien mengatakan ketidakseimbangan nafsu makan nutrisi kurang dari meningkat kebutuhan tubuh

-Porsi makan 3x setengah porsi

O : - Pasien mampu memahami diet seimbang

- Pasien mau makan sedikit tapi sering - Pasien mau makan

selagi hangat A : Masalah tidak terjadi P : Intervensi dihentikan

21-12-2018 Nyeri akut

S : - Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang O : - Pasien memahami tentang nyeri

- Pasien mampu

mengontrol nyeri dengan teksnik relaksasi

- Skala nyeri 2

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 92 x/ menit

- Suhu : 36,5 C

- Respirasi : 22 x/ menit A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi 2,4,6 dilanjutka

3.6.2 Tabel 3.10 Catatan perkembangan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru tanggal 22-12-2018 di ruang Melati RSUD Bangil

Tanggal Diagnosa Catatan Paraf

keperawatan Perkembangan 22-12-2018 Ketidakefektifan S : - Pasien melaporkan

bersihan jalan nafas sesaknya berkurang

- Pasien melaporkan dapat mengeluarkan dahak

O : - Terdapat suara ronchi pada lobus kanan atas, bawah dan lobus kiri bawah

- Frekuensi nafas 22 x / menit

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi 4, 5 dan 7

22-12-2018 Nyeri akut S : - Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang O : - Pasien memahami tentang nyeri

- Pasien mampu mengontrol nyeri - Skala nyeri 2

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 90 x/ menit - Suhu : 36 C

- Respirasi : 22 x/ menit A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi 2,4,6 dilanjutkan

3.7 Evaluasi

Tabel 3.11 Evaluasi keperawatan pada Tn. S dengan diagnsa medis Tuberkulosis Paru diruang Melati RSUD Bangil

Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf

keperawatan

23-12-2018 Ketidakefektifan S : - Pasien melaporkan bersihan jalan nafas sesaknya berkurang

- Pasien melaporkan dapat mengeluarkan dahak

O : - Pasien dapat

mendemonstrasikan batuk efektif

- Terdapat suara ronchi pada lobus kanan atas, bawah dan lobus kiri bawah

- Frekuensi nafas 20 x / menit

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi 4, 5 dan 7

23-12-2018 Nyeri akut

S : - Pasien melaporkan bahwa nyeri hilang

O : - Pasien tampak rileks

- Skala nyeri 0

-Tekanan darah : 120/80 mmHg

-Nadi : 85 x/ menit -Suhu : 36 C

-Respirasi : 20 x/ menit A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan

3.8 Discharge Planning :

3.8.1 Menganjurkan pasien untuk kontrol rutin setiap bulan 3.8.2 Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur 3.8.3 Pasien tidak boleh merokok

3.8.4 Tidak meludah dan membuang dahak sembarangan 3.8.5 Memakai masker didalam dan diluar ruangan 3.8.6 Mmbuka ventilasi setiap hari

3.8.7 Banyak mengkonsumsi protein

PEMBAHAASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan secara langsung pada Tn. S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru diruang Melati RSUD Bangil yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dn evaluasi.

4.1 Pengkajian 4.1.1 Identitas

Pasien adalah seoran laki-laki bernama Tn. S berusia 61 tahun, beragma islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa dan bekerja sebagai tukang becak. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), yang mudah terpapar bakteri penyebab penyakit Tuberkulosis adalah usia 15-50 tahun. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit Tuberkulosis Paru. Menurut Haswani (2009), laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan karena mobilitas dan aktivitasnya yang lebih tinggi daripada perempuan. Terlalu banyak merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh dan lebih mudah terpapar dengan agen penyebab Tuberkulosis Paru. Menurut Ahmad (2008), lingkungan yang kumuh, udara yang kotor, rumah yang kurang terpapar sinar matahari, lembab dan berdebu punya resiko tinggi terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis.

72

4.1.2 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, pasien datang dengan keluhan batuk berdahak dan sesak nafas. Menurut Zulkifli dan Asril Bahar (2009), batuk ini terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non- produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

4.1.3 Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pasien berusia 61 tahun, tidak pernah menderita penyakit menular pernafasan dan tidak pernah menderita Tuberkulosis sebelumnya.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit Tuberkulosis Paru.

4.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Lingkungan rumah bersih, namun kurang ventilasi udara, rumah pasien dekat dengan jalan raya. Saat bekerja pasien tidak menggunakan masker dan pasien adalah perokok. Menurut Helmia (2010), secara patologi Tuberkulosis tidak diturunkan, tetapi riwayat Tuberkulosis pada anggota keluarga lain perlu ditanyakan sebagai faktor presdiposisi penularan didalam

rumah. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan yaitu, merokok, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, dan kurangnya olahraga, kurang istirahat, terpapar polusi setiap hari tanpa menggunakan masker, besar kemungkinan untuk tertular penyakit Tuberkulosis Paru. Menurut Ahmad (2008), lingkungan tempat tinggal pasien kumuh, udara yang kotor, rumah yang kurang terpapar sinar matahari, lembab dan berdebu punya resiko tinggi terinfeksi kuman Mycobacterium Tuberculosis.

4.2 Pemeriksaan Fisik 4.2.1 Breathing (B1) :

Menurut Muttaqin (2012), pada pemeriksaan sistem pernafasan didapatkan adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada anterior-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral karena sekilas pasien Tuberkulosis terlihat kurus. Pada Tuberkulosis dengan efusi pleura yang masif, terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran ICS pada sisi yang sakit. Pada Tuberkulosis dengan atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi asimetris, penyempitan ICS pada sisi yang sakit. Pasien Tuberkulosis biasanya didapatkan batuk yang produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.

Tuberkulosis Paru dengan atelektasis mengalami peningkatan produksi sputum yang banyak. Produksi sputum seperti konsistensi, jumlah, warna, darah, dan kemampuan mengeluarkan perlu diukur sebagai penunjang evaluasi. Pada pasien Ttuberkulosis paru minimal tanpa komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan pada seluruh lapang paru. Pada Tuberkulosis Paru dengan efusi pleura didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan

dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, didapatkan bunyi hiperresonan.

Terdapat bunyi napas tambahan ronchi pada sisi yang sakit. Catat diarea paru mana terdengar suara ronchi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika pasien berbicara pada Tuberkulosis Paru dengan efusi pleura akan didapatkan penurunan pada sisi yang sakit.

Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk dada pasien nampak normal, susunan ruas tulang belakang normal, pola nafas tidak teratur, jenis kusmaul.

Terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae dan suprasternalis. Perkusi thorax redup pada thorax kanan atas. Alat bantu napas O2 nasal kanul 4 liter per menit.

Vokal fremitus antara kanan dan kiri sama. Suara nafas ronchi pada lobus kanan atas, bawah dan pada lobus kiri bawah. Pasien batuk berdahak dengan produksi sekret warna putih kental. Adanya nyeri dada sebelah kiri, rasanya seperti tertindih, pasien tampak menyeringai, nyeri timbul saat bernafas dengan skala 6.

Nyerinya hilang timbul dan bertambah ketika pasien batuk.

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena semua pasien Tuberkulosis didapatkan batuk yang produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret. Gerakan napas pada Tuberkulosis minimal tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan. Jika terdapat komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru, biasanya pasien terlihat sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan menggunakan otot bantu napas. Terdapat bunyi napas tambahan ronchi pada sisi yang sakit (Muttaqin, 2012).

4.2.2 Blood (B2):

Menurut Muttaqin (2012), didapatkan adanya jaringan parut dan keluhan kelemahan fisik. Denyut nadi perifer terpalpasi lemah. Saat diperkusi pada Tuberkulosis Paru dengan efusi pleura masif, batas jantung mengalami pergeseran mendorong ke sisi sehat. Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.

Pada tinjauan kasus pasien tidak terdapat sianosis, clubbing finger tidak ada. Pada palpasi ictus cordis tidak teraba, tidak terdapat nyeri dada. CRT dapat kembali ≤ 3 detik. Pada auskultasi di dapatkan irama jantung reguler, bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada suara tambahan murmur.

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada saat kondisi pasien tiba-tiba memburuk, area karotid adalah yang terbaik untuk menemukan nadi dengan cepat. Jantung akan menghantar darah melalui arteri karotid secara terus menerus ke otak. Bila curah jantung menurun secara signifikan, nadi perifer melemah dan sukar untuk diraba (Aoronson, dkk, 2008).

4.2.3 Brain (B3):

Menurut Muttaqin (2009), didapatkan tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, reflek, fungsi sraf kranial dan fungsi saraf serebral. Pada Tuberkulosis Paru telah mengalami Tuberkulosis miliralis maka akan terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kranial, tanda kernig dan brudinsky serta kaku kuduk yang positif.

Pada tinjauan kasus didapatkan kesadaran pasien composmentis (GCS 4-5- 6), orientasi pasien baik. Pasien tidak mengalami kejang, kaku kuduk, dan brudzinsky. Tidak terdapat kelainan nervus cranialis. Lain-lain : Pasien tidur mulai jam 21.00-05.00 WIB. Saat di rumah sakit pasien tidur lebih awal dan sering terbangun saat batuk dan mata tampak agak cowong.

Ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak mengalami kelainan nervus kranialis karena pasien tidak menderita penyakit Tuberkulosis miliralis.

4.2.4 Bladder (B4):

Menurut Muttaqin (2012), didapatakan pasien Tuberkulosis paru akan menemukan urine berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.

Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal, tidak ada massa/benjolan, kebersihan alat kelamin bersih. Frekuensi berkemih 3-4 kali per hari. Bau khas amonia, warna kuning jernih dan tempat yang digunakan klien adalah pispot, dengan jumlah 1500cc/hr.

Ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Pasien berkemih dengan frekuensi 3-4 kali per hari dengan warna kuning jernih. Meski mendapatkan terapi rifampisin, pasien tetap minum dalam jumlah 1500 ml per hari dan infus 1000 ml. Oleh karena itu warna urine pasien tampak jernih.

4.2.5 Bowl (B5):

Menurut Muttaqin (2012), didapatkan pasien mungkin mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Pada tinjauan kasus didapatkan mukosa bibir pasien kering, mulut bersih. Bentuk bibir normal. Gigi

caries, selama sakit pasien tidak menggosok gigi. Tidak ada kesulitan menelan.

Abdomen supel tidak terdapat benjolan ataupun asites. Pada auskultasi peristaltik usus 15 kali per menit. Kebiasaan BAB 1 kali per hari dengan konsistensi lembek.

Pada saat di rumah sakit nafsu makan pasien menurun. Pasien makan 3x setengah porsi per hari dengan diet lunak 2100 kkal dan putih telur. Berat badan sebelum sakit 63 kg dan berat badan sekarang 60 kg.

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus karena pada pasien Tuberkulosis mengalami penurunan nafsu makan. Tidak jarang pada penderita Tuberkulosis juga mengalami penurunan berat badan karena kebutuhan metabolisme tubuh yang meningkat. Pasien mendapatkan diet tinggi kalori tinggi protein untuk memenuhi nutrisi guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya.

4.2.6 Bone (B6):

Menurut Muttaqin (2012), didapatkan aktivitas sehari-hari mungkin berkurang pada pasien Tuberkulosis Paru. Gejala kelemahan, keletihan, jadwal olahraga tidak teratur. Pada tinjauan kasus tidak terdapat fraktur. Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai bebas. Pada inspeksi kulit kurang bersih. Pada palpasi akral hangat, turgor kulit dapat kembali ≤ 3 detik. Kekuatan otot tangan dan kaki kanan (5 5) sedangkan tangan dan kaki kiri (5 5). Pasien tampak lemas, ketika berjalan pasien dibantu oleh keluarga saat turun dari tempat tidur. Pasien mengatakan badannya lemah karena tidak beraktivitas seperti biasanya.

Tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.

Pasien mengalami kelemahan dan keletihan sehingga tidak mampu

mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang biasanya. Kelemahan disebabkan oleh peningkatan keluhan fisik.

4.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka menurut Nurarif dan Kusuma (2015), ada lima diagnosa aktual, yaitu:

4.3.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret

4.3.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,penurunan perifer, dan penurunan curah jantung

4.3.3 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspasi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

4.3.4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

4.3.5 Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan batuk produktif.

Pada tinjauan kasus terdapat tiga diagnosa aktual, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret, resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru dan batuk menetap.

Ada kesenjangan antara tinjauan pustaka denga tinjauan kasus. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan diagnosa gangguan pertukara gas berhubungan dengan kongesti paru,penurunan perifer, dan penurunan curah jantung karena tidak ditemukan data pH darah, sianosis dan konfusi. Diagnosa keperawatan gangguan pola nafas tidak ditemukan karena frekuensi nafas 22x per menit dan pasien telah

Dokumen terkait