• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI RUANG MELATI RSUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS PARU DI RUANG MELATI RSUD "

Copied!
113
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit paru ini termasuk penyakit yang paling banyak penyebarannya, disertai batuk darah dan demam, yang hampir selalu berakibat fatal.TB paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Surabaya menduduki peringkat pertama jumlah penderita tuberkulosis paru terbanyak di Jawa Timur yaitu sebanyak 3.957 orang (Suherni, 2013). Upaya pencegahan dapat berupa pemeriksaan kontak terhadap orang-orang yang dekat dengan penderita TBC paru BTA Positif.

Rumusan Masalah

Penatalaksanaan tuberkulosis terdiri atas: tindakan preventif dengan promosi kesehatan/pendidikan kesehatan tentang tuberkulosis, pengobatan dan rehabilitasi pasien tuberkulosis. Sebagai perawat, kita bisa belajar batuk secara efektif dengan bernapas dalam-dalam dan mengeluarkan lendir dengan batuk. Anjurkan klien untuk menghirup uap air hangat untuk mengencerkan lendir, anjurkan keluarga untuk memberi makan klien sedikit namun sering, dan mencuci tangan sebanyak enam kali sebelum dan sesudah setiap beraktivitas (Kemenkes RI, 2015).

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat

Hasil dari studi kasus ini dapat menjadi data pelayanan di rumah sakit agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien tuberkulosis paru. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis paru. Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang baik tentang asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis paru.

Metode Penulisan

  • Metode
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Sumber Data
  • Studi Kepustakaan

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga atau teman dekat klien, rekam medis perawat, hasil penelitian, dan tim pelayanan kesehatan lainnya. Tinjauan Pustaka merupakan kajian terhadap buku-buku sumber yang berkaitan dengan judul studi kasus dan permasalahan yang dibahas.

Sistematika Penulisan Metode

Pasien yang menderita tuberkulosis paru dan juga menderita tuberkulosis ekstra paru digolongkan sebagai pasien tuberkulosis paru. Perkusi pada pasien tuberkulosis paru minimal tanpa komplikasi biasanya menghasilkan suara resonansi melalui lapang paru. Hasil dari kasus ini dapat memberikan masukan bagi pelayanan di rumah sakit, agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien tuberkulosis paru.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Penyakit

  • Pengertian
  • Etiologi
  • Manifestasi klinik
  • Klasifikasi
  • Patofisiologi
  • Penatalaksanaan
  • Komplikasi
  • Diagnosa Banding
  • Pemeriksaan Penunjang

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang terutama menyerang parenkim paru, tuberkulosis juga dapat menular ke bagian tubuh lain antara lain meningen, ginjal, tulang dan kelenjar getah bening (Brunner dan Suddart, 2013). Gejala utama penyakit Tuberkulosis Paru adalah batuk berlendir selama 2-3 minggu, yang dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu lendir bercampur darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun (Kementerian Kesehatan, 2014 ). Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Tuberkulosis milier dianggap sebagai tuberkulosis paru karena adanya lesi pada jaringan paru.

Tabel 2.1 Nama Obat anti Tuberkulosis Paru (Yunita, 2013)  Nama OAT  Potensi  Efek Samping  Dosis
Tabel 2.1 Nama Obat anti Tuberkulosis Paru (Yunita, 2013) Nama OAT Potensi Efek Samping Dosis

Dampak Masalah

Konsep Solusi dan Pencegahan

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Konsep Analisa Data
  • Diagnosa Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

S dengan diagnosa tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan pengumpulan sekret di ruang Melati RSUD Bangil. S dengan diagnosis risiko ketidakseimbangan nutrisi lebih rendah dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia di Ruang Melati RSUD Bangil. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan pneumonia dan batuk terus menerus di ruang Melati RSUD Bangil.

Dalam tinjauan kasus tersebut, terdapat tiga diagnosa aktual yaitu, bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, dan nyeri akut berhubungan dengan pneumonia dan batuk terus-menerus. Terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus dalam diagnosis ketidakefektifan bersihan jalan napas terkait dengan akumulasi sekresi. Terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus dalam mendiagnosis risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terkait dengan anoreksia.

Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret menyimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien telah teratasi sebagian. Diagnosa keperawatan risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia menyimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien tidak terjadi karena nafsu makan meningkat dan belum terjadi penurunan berat badan secara drastis. Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan pneumonia dan batuk terus-menerus menyimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena nyeri pasien teratasi dalam waktu 2 hari.

84. Ketidakseimbangan gizi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan nyeri akut berhubungan dengan pneumonia dan batuk terus-menerus.

Gambar 2.1 Pohon masalah klien dengan TB Paru (Harjana, 2013)
Gambar 2.1 Pohon masalah klien dengan TB Paru (Harjana, 2013)

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

  • Identitas
  • Riwayat Keperawatan
    • Riwayat Keperawatan Sekarang
    • Riwayat Keperawatan Sebelumnya
    • Riwayat Kesehatan Keluarga
    • Genogram
    • Status Cairan dan Nutrisi
    • Pemeriksaan Fisik

Pada tinjauan kasus, tidak ditemukan diagnosis gangguan pertukaran gas terkait kongesti paru, penurunan output perifer, dan penurunan curah jantung karena tidak ditemukan data pH darah, sianosis, dan kebingungan. Saat mendiagnosis nyeri akut yang berhubungan dengan pneumonia dan batuk terus-menerus, intervensi dilakukan untuk menjelaskan nyeri secara mendalam, termasuk lokasi nyeri, frekuensi dan intensitasnya, karena nyeri bersifat subjektif dan dapat diukur. Pada diagnosis keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penimbunan sekret, telah dilakukan seluruh perencanaan keperawatan seperti menjelaskan cara mengeluarkan mukus yang benar, mengajarkan batuk efektif, memberikan posisi semi Fowler, mengobservasi bunyi nafas, bekerjasama dalam pemberian 1 injeksi gram mycaine, NAC oral 1 gr, kodein 1 gr dan Nebul Combivent 2,5 mg, amati status pernafasan dan O2 dan anjurkan pasien untuk minum air hangat.

Dalam diagnosis risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, dilakukan perencanaan keperawatan yaitu menjelaskan kebutuhan nutrisi yang sesuai, menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering, kerjasama dengan ahli gizi mengenai kebutuhan nutrisi, mendorong pasien untuk berlatih oral. kebersihan dan mendorong pasien untuk makan selagi hangat. Dalam diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan radang paru dan batuk terus-menerus, semua rencana tindakan keperawatan seperti mengamati karakteristik nyeri, mempelajari teknik non farmakologi seperti mengubah posisi, teknik relaksasi dengan nafas dalam dan observasi. tanda-tanda kehidupan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Doengoes (2014), bahwa tujuan keperawatan dari diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penimbunan sekret yaitu bersihan jalan nafas menjadi efektif kembali.

Hal ini sesuai dengan teori Doenges (2014) yang menyatakan bahwa tujuan keperawatan nyeri akut terkait pneumonia dan batuk terus-menerus adalah mengurangi nyeri hingga hilang.

Tabel 3.1 Data laboratorium Tn.S pada tanggal 20-12-2018 jam : 15.18
Tabel 3.1 Data laboratorium Tn.S pada tanggal 20-12-2018 jam : 15.18

Analisa Data

Diagnosa Keperawatan

Intervensi Keperawatan

S dengan diagnosa medis tuberkulosis paru di bangsal Melati RSUD Bangil yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena pasien tuberkulosis mengalami penurunan nafsu makan.

Tabel  3.4  Intervensi  keperawatan  pada  Tn.  S  dengan  diagnosa  resiko  ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  anoreksia di ruang Melati RSUD Bangil
Tabel 3.4 Intervensi keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia di ruang Melati RSUD Bangil

Implementasi Perkembangan

Catatan Perkembangan

Evaluasi Keperawatan

Discharge Planning

Di atas usia 55 tahun, daya tahan tubuh seseorang semakin menurun sehingga membuat seseorang sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk TBC paru. Pada tuberkulosis paru dengan efusi pleura, bunyinya lembut hingga tumpul pada sisi yang terkena, tergantung banyaknya penimbunan cairan. Suara yang terdengar melalui stetoskop saat pasien berbicara pada tuberkulosis paru dengan efusi pleura akan berkurang pada sisi yang terkena.

Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena semua pasien tuberkulosis mengalami batuk produktif disertai peningkatan produksi sekret. Pada kasus tuberkulosis paru dengan efusi pleura masif, batas jantung bergeser ke sisi yang sehat. Pada tinjauan kasus tidak ditemukan kelainan saraf kranial karena pasien tidak menderita tuberkulosis myral.

PEMBAHASAN

Pengkajian keperawatan

Merokok berlebihan dan minum alkohol dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh dan membuat Anda lebih mudah terpapar agen penyebab tuberkulosis paru. Riwayat penyakit saat ini tidak terdapat gap antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus, pasien datang dengan keluhan batuk berdahak dan sesak nafas. Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pada usia lanjut lebih dari 55 tahun, daya tahan tubuh seseorang semakin menurun sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk tuberkulosis paru.

Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan yaitu merokok, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, kurang olah raga, kurang istirahat, terpapar polusi setiap hari tanpa menggunakan masker mempunyai peluang yang tinggi untuk tertular TBC paru. Pada tuberkulosis dengan efusi pleura masif, terlihat asimetri rongga dada, pelebaran ICS pada sisi yang terkena. Berdasarkan peninjauan kasus tersebut, diketahui bahwa bentuk dada pasien tampak normal, posisi ruas tulang belakang normal, dan pola pernapasan tidak teratur tipe Kusmaul.

Auskultasi menunjukkan irama jantung benar, nada individu S1 S2, tidak ada murmur tambahan. Jika sudah terjadi tuberkulosis paru, tuberkulosis myralis akan menimbulkan komplikasi meningitis yang tercermin pada penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan saraf kranial, tanda Kernig dan Brudinski, serta kekakuan leher positif. Menurut Muttaqin (2012), ditemukan bahwa pada penderita tuberkulosis paru, urinnya berwarna oranye tua dan berbau, hal ini menunjukkan bahwa fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi akibat mengonsumsi OAT khususnya rifampisin.

Dari pemeriksaan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal, tidak terdapat massa/benjolan, kebersihan alat kelamin bersih.

Diagnosa keperawatan

Diagnosis gangguan pola tidur tidak ditegakkan karena pasien tidak mengalami perubahan pola tidur normalnya yaitu 6-8 jam per hari.

Intervensi keperawatan

Implementasi keperawatan

Evaluasi keperawatan

Setelah meneliti dan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien dengan diagnosa medis tuberkulosis paru di Ruang Melati RSUD Bangil, penulis dapat menarik kesimpulan serta saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu keperawatan meningkatkan pelayanan pada klien. dengan tuberkulosis paru. Supyan Maulana, (2013) Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Paru (TBC) http://supy1745-panconganlam.blogspot.co.id/2013/05/asuhan-nursing-tuberculosis-paru-tbc.html. Sebelum saya tanda tangan di bawah ini, saya mendapat informasi yang jelas tentang tugas pengambilan studi kasus ini dari seorang mahasiswa bernama NOR ASLINA tentang proses pengambilan studi kasus ini dan saya memahami semua yang dijelaskan.

Saya setuju untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan studi kasus ini dan saya telah menerima salinan formulir ini. Dengan ini saya memberikan persetujuan saya setelah memahami semua yang dijelaskan oleh peneliti mengenai proses peliputan studi kasus ini dengan baik. Segala data dan informasi dari saya sebagai peserta hanya akan digunakan untuk keperluan studi kasus ini.

Dan penyakit paru-paru ini telah diidentifikasi sebagai penyakit yang paling luas penyebarannya, disertai batuk darah dan demam yang hampir selalu berakibat fatal.TB Paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Surabaya menempati urutan pertama jumlah penderita TBC paru di Jawa Timur dengan jumlah 3.957 orang (Suherni, 2013). Komplikasi pada penderita tuberkulosis paru adalah kerusakan jaringan paru masif, gagal napas, pneumotoraks, efusi pleura, pneumonia, bronkiektasis, infeksi organ tubuh lain dari fokus primer, penyakit hati sekunder (Aryanto, 2015).

Upaya pencegahan dapat berupa pemeriksaan kontak terhadap orang-orang yang dekat dengan penderita TBC paru BTA Positif.

PEMBAHASAN

Kesimpulan

Saran

Keterlibatan pasien, keluarga, dan tim layanan kesehatan yang terhubung dengan baik harus ditingkatkan untuk membangun rasa saling percaya dan mencapai hasil keperawatan yang diharapkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur (2015), dijelaskan jumlah kasus baru sebanyak 41.472 kasus, dan jumlah kasus baru BTA positif sebanyak 25.618 kasus. Vaksinasi BCG: Salah satu upaya strategis melawan tuberkulosis dengan DOTS adalah dengan mendeteksi kasus sedini mungkin.

Gambar

Tabel 2.1 Nama Obat anti Tuberkulosis Paru (Yunita, 2013)  Nama OAT  Potensi  Efek Samping  Dosis
Gambar 2.1 Pohon masalah klien dengan TB Paru (Harjana, 2013)
Tabel 3.1 Data laboratorium Tn.S pada tanggal 20-12-2018 jam : 15.18
Tabel 3.2 Analisa data pada Tn.S dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di  ruangan Melati RSUD Bangil
+7

Referensi

Dokumen terkait

1.6 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Didalam bab 1 terdapat pembahasan tentang hal-hal yang menjadi Latar Belakang dari penelitian yang akan dilakukan, Rumusan Masalah,