• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Berangkat dari simpulan mengenai Eksistensi Nilai Sosial Budaya A’dengka Pada Dalam Acara Perkawinan Masyarakat Kelara Kabupaten Jeneponto maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut ;

1. Semoga masyarakat tetap bisa mempertahankan budaya A’dengka Pada agar budayaA’dengka Padabisa dinikmati oleh kalangan anak muda yang akan datang oleh karena itu kalangan orang tua harus bisa mempertahankan, dan tetap melakukan budayaA’dengka Pada.

2. Semoga masyarakat tetap bisa mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya A’dengka Pada dan masyarakat bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anshary MK, M. 2010. Hukum Perkawinan Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Eoh, O.S. 2001. Perkawinan Antar Agama Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta:

PT. Raja Grafindo.

Garna, K. Judistira. 1996. Ilmu-Ilmu Sosial Dasar-Konsep-Posisi. Bandung:

Program Pascasarjana Universitas Padjdjaran.

Herimanto dan Winarno. 2013. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Narwoko, J. Dwi. 2011. Sosiologi Teks dan Terapan. Jakarta: Kencana.

Nasution, S. 2003. Metode Research ( Penelitian Ilmiah ). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Shadily, Hassan. 1999. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Tahir, Muh. 2013. Metodologi Penelitian. FKIP. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tim Kreatif ( Ed.). 2010. Sosiologi Tuntunan Ke Universitas. Jakarta: Graha Pustaka Jakarta.

Tim Penyusun FKIP Unismuh. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar:

Panrita Press Unismuh Makassar

Tumanggor, Rusmin dan Kholis Ridho. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Jakarta: Kencana.

Wahyu, Ramdani. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Wirawan, I.B 2011. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, Dan Pelaku Sosial). Surabaya: PT Kharisma Utama.

Sumber Online

Admin_brow. 2014. Hubungan Antara Budaya Agama dan Adat istiadat (Online)(http://www.rangkumanmakalah.com/hubungan-antara-budaya- agama-adatistiadat, diakses 03 September 2015).

April’s Blog. 2012. Perbedaan SertaPersamaan Tradisi dan Kebudayaan (Online), (http: aprilliamanansal.blogspot.com, diakses 22 Mei 2015).

Bloginfo. 2013. Definisi Perkawinan Menurut Hukum Islam (Online), (http:

bloginfo.heck.in/definisi-perkawinan-hukum-islam, diakses 03 September 2015).

Hanydina. 2013. Cara Menjaga Budaya Lokal (Online)(http//Cara-menjaga- budaya-lokal.html diakses 31 Oktober 2015).

Maftuh, Kholil. 2008. Bid’ah, Budaya (tradisi), dan Sunnah (Online), (https://

Suara al ikhwan.wordpress.com, diakses 22 Mei 2015).

Muhlis, Ade. 2013. Upacara Seren Taun Adat Sunda Budaya Indonesia (Online), (http:// www.Budayaindonesia.net,/upacara-seren-taun-sunda, diakses 23 Mei 2015).

Norhidayah, Fauza. 2013. Konsep Teori Eksistensialisme (Online), (http:/

/Kompasiana, diakses 25 Januari 2015).

Nur, Chaerani. 2012. Mappadendang (Online), (http://Nur Chaerani.blogspot.com.

Budaya Suku Bugis, diakses 25 Januari 2015).

Turwanto, Tewe. 2013. Budaya Nusantara Sulawesi Selatan (Kebudayaan Bugis, Kebudayaan Makassar, Kebudayaan Mandar, Kebudayaan Toraja) (Online). (https://Prezi.com Budaya-nusantara, diakses 22 Mei 2015).

Nama : Sari

Umur : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bungung Lompoa, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Nama : Hj. Dana

Umur : 69 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sarroanging, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Nama : Tati

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bungung Lompoa, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Nama : Endang

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bungung Lompoa, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Nama : Wati

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bungung Lompoa, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Umur : 55 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bungung Lompoa, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Nama : Tija

Umur : 69 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sarroanging, KelurahanTolo’, Kecamatan Kelara

Nama : Rinang

Umur : 69 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sarroanging, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Nama : H.Doro’

Umur : 71 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani

Alamat : Sarroanging, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

Nama : Liwang

Umur : 63 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani

Alamat : Sarroanging, Kelurahan Tolo’, Kecamatan Kelara

IDENTITAS RESPONDEN

NAMA :

ALAMAT :

PEKERJAAN :

1. Apakah anda sering melakukan budaya A’dengka Pada dalam acara perkawinan?

2. Siapa yang pertama kali melakukanA’dengka Padadalam keluarga anda?

3. Apakah semua keluarga atau kerabat-kerabat anda melakukan budaya A’dengka Padapada saat menggelar acara perkawinan?

4. Mengapa anda melakukan budaya A’dengka Padapada saat menggelar acara perkawinan?

5. Apa yang anda persiapkan sebelumA’dengka Pada.?

6. Mengapa yang masukA’dengka Padaharus gadis-gadis muda?

7. Mengapa padi yang anda tumbuk pada saatA’dengka Pada.?

8. Berapa banyak padi yang anda tumbuk pada saat melakukan budaya A’dengka Pada?

9. Berapa biaya yang anda keluarkan pada saat melakukan budaya A’dengka Pada?

10. Apa manfaat yang anda peroleh dalam melakukan budayaA’dengka Pada?

No. Nama informan Umur Pekerjaan Keterangan

1. Wati 47 IRT Iya, nakke A’dengka Pada rolo’ punna la pa’buntinga atau pasunnaka, kainjo to isse kabiasanna tau toaku riolo. Ri olo karaeng biasaA’dengka Pada mingka anenne rakyat biasa ya A’dengka Pada tonji. tau niaka pattautoannayyaA’dengka Padari olo.

Artinya :

Iya, saya melakukan budayaA’dengka Pada kalau saya akan menggelar acara perkawinan maupun acara sunatan, karna itu merupakan kebiasaan orang tua saya dari

dulu. Dulu hanya kalangan

bangsawan/karaeng yang A’dengka Pada tapi sekarang kalangan ata termasuk orang yang punya leluhur yang dulu melakukan budaya A’dengka Pada juga masih melakukan budayaA’dengka Pada.

2. Endang 49 IRT Nakke ri attungku ca’di biasa I ku cini tau toaku A’dengka Pada, ri attukkung ku pole bunting A’dengka Pada I injo taua selama tallung ngallo. Jari ri attunna ku pa’bunting anakkkuA’dengka Pada tonga ka tea a tala anggaukangi ka injo to’ isse’ kabiasaanna tau toaku ri olo sampe nenne. Ka biasa ki guppa teguran battu ri pattautoanta punna biasa ki A’dengka Pada na giling tanre’ ni A’dengka Pada punna na sua’ sua’ra’ ki.

Artinya :

Sejak kecil saya sering melihat orang tua saya melakukan budaya A’dengka Pada pada saat menggelar acara perkawinan, dan waktu saya menikah keluarga saya masih pun melakukannya, dan pada saat saya menikahkan anak saya, saya pun melakukan hal yang sama yaitu melakukan budaya A’dengka Pada dalam acara perkawinan anak saya, saya melakukannya karena itu kebiasaan orang tua saya sejak dulu hingga sekarang dan saya tidak pernah tidak melakukannya karena saya sekeluarga biasa

melakukannya.

3. Sitti 55 IRT Iyee.. iya ngaseng bijangku A’dengka Pada punna pa’bunting atau pasunna ki, mulai ri nene’ ri olo kuji.

Artinya :

Iya..semua keluarga saya melakukan A’dengka Pada pada saat menggelar acara perkawinan atau sunatan. Mulai dari nenek saya yang paling tua.

4. Sari 65 IRT Injo A’dengka Pada ya punna biasa ni

gaukang na giling tanre ni gaukangi biasa ki na garringi. Nakke le’bami ku kasia ri attungku pa’gau’ sikali tanre ku adakangi, tanre na sallo matei anak uluaku, memang ero’na karaeng ataala tapi le’ba ka a’so’na nabattui nenek rioloku, lalang so’nangku nakuai nene’na inakke tanre ku gaukangi kabiasaana tau toaku,injomi na nisarea teguran. Le’ba’ku minjo a’so’na nakukuaimi kamateanna mi injo kapang anak uluaku teguran battu ri pattautoangku.

Artinya :

Kalau kita sering melakukan budaya A’dengka Pada kemudian tidak melakukannya, kita biasa mendapat teguran.

Saya pernah merasakannya, pernah satu kali saya menggelar acara dan saya tidak melakukan budaya A’dengka Pada, tidak berselang lama anak pertama saya meninggal, dan kemudian saya bermimpi, dalam mimpi, saya didatangi oleh nenek tua saya dan nenek saya mengatakan bahwa saya mendapat teguran karna tidak melakukan A’dengka Pada. Setelah bemimpi saya pun berpikir mungkin kematian anak pertama saya adalah teguran dari leluhur saya.

5. Liwang 63 Petani Punna laA’dengka Padainjo karaengnga ri olo, a’borong-borong ki a’pa’nia’ assung la’bu, tallu batu bulo atau kayu terasa’, nampa maeki akkio’ tau lolo, tau muda-

A’dengka Padami tawwa.

Artinya :

Pada saat akan melakukan acara A’dengka Pada, terlebih dahulu masyarakat sekitar bergotong royong menyiapkan lesung panjang, dan tiga alat penumbuk, kemudian memanggil gadis-gadis muda yang masih muda hatinya dan tiga orang laki-laki untuk menabuh gendang. Dan setelah semuanya siap dan berkumpul, acara A’dengka Pada pun dimulai.

6. H.Doro 71 Petani Punna A’dengka Pada ki injo tau loloa assidalekangi, nampa assoe limanna mae ri boko, injo baju napakea baju bodo. Injo soe na sanna’ ga’gana ka lumui limanna punna assoe ngasenngi. Biasa suara’ dudu punna karueng mo intu.

Artinya :

Pada saat A’dengka Pada para gadis-gadis muda akan saling berhadapan dan melakukan gerakan assoe (mengayungkan tangan) ke belakang. Dan para gadis-gadis mengenakan baju bodo. Dan gerakan assoe yang dilakukan oleh gadis-gadis itu sangat bagus, dan kalau sore sangat ramai.

7. Hj. Dana 69 IRT Salapang sikko ca’di pare, leko’, raung, parempasa’, raung le’leng banoa, na raung ka’doro’ buku nipanaung ri assung.

Artinya :

Sembilan ikat padi, daun sirih, daun parempasa’, daun le’leng banoa, dan daun ka’doro’ buku.

8. Tija 69 IRT Biasayya punna le’ba’mi A’dengka Pada, ni patannangangi kanre-kanreang injo tau battua mae cici’-cini’ A’dengkaPada ya. Ka siri’-siri’ ki punna tanre ni patannangangi kanre-kanreang injo toana battua mae ri balla’.

Artinya :

Biasanya pada saat acara A’dengka Pada sudah selesai, tamu-tamu yang datang

menyuguhkan makanan apapun kepada para tamu yang datang ke rumah.

9. Tati 57 IRT Punna ni rekeng-rekengngi biaya na punna A’dengka Pada ki tanre ja na loe dudu, ka injo tonji punna le’ba’ maki A’dengka Pada ni patannangangmi kanre-kenreang injo tau battua mae. Kanre-kanreang na biasa kanrejawa, roko’-roko’, sambarang ji.

Biasana punna A’dengka Pada ki tassikali biaya na ta’ sibilangang sa’bu, nikali tallu allo jari mi tallu bilangan sa’bu.

Artinya :

Kalau kita hitung biaya yang di keluarkan saat A’dengka Pada tidak terlalu banyak, biaya yang di keluarkan hanya hidangan makanan yang disuguhkan kepada para tamu yang datang. Makanan yang biasa dihidangkan seperti kue, dan roko’roko’.

Biasanya kalau kita A’dengka Pada biaya yang dikeluarkan sebanyak seratus ribu, dikali tiga hari sama dengan tiga ratus ribu.

10. Rinang 69 IRT Memang tanreja ni anguppa apa-apa tapi nia’ pakkasia’ baji ni guppa ka angkulle ki paentengi panggadakkanna tau toata. Se’re kasukkurang mange ri karaeng Allah taala ka angkulle ki paborong-borong tau angpaentengi panggadakkanta.

Artinya ;

Memang tidak ada manfaat materi yang didapat tapi ada kepuasan tersendiri yang kita dapatkan karna kita bisa mengadakan adat budaya dari leluhur kita. Kita bersyukur kepada Allah karena kita bisa berkumpul sekeluarga mengadakan adat budaya keluarga kita.

Foto saat wawancara dengan bapak H.Doro’(29 Mei 2015)

Foto saat wawancara dengan Ibu Hj.Dana (15 Mei 2015)

Foto saat wawancara dengan ibu Tija (20 Mei 2015)

(Sumber Dokumentasi Pribadi)

(Sumber Dokumentasi Pribadi)

(Sumber Dokumentasi Pribadi)

(Sumber Dokumentasi Pribadi)

Dokumen terkait