• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Tidak penting kita siapa.. karena kita punya hak untuk sukses”

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "“Tidak penting kita siapa.. karena kita punya hak untuk sukses”"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

  • Eksistensi
  • Nilai Sosial
  • Akdengka Pada
  • Perkawinan
  • Teori Pendekatan Penelitian

Doroman menjelaskan bahwa “Kebudayaan A’dengka Pada merupakan Panggadakkang bagi masyarakat Kelara Kabupaten Jeneponto yang diwariskan secara turun-temurun dan dilakukan hingga saat ini. Awal pelaksanaan budaya A’dengka Pada adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada pencipta setelah masyarakat memanen padi. ​​Namun bagian yang harus selalu ada saat A'dengka Pada adalah Pare (Beras), kalaupun daun buku kaddoro' tidak ada, bisa diganti dengan daun yang lain.

Acara A'dengka Pada dibawakan oleh 4-6 remaja putri dan 3 pria memainkan ganrang (alat musik khas Makassar) dan masing-masing mengenakan pakaian adat Makassar, wanita mengenakan pakaian bodo dan pria. Para pria mengenakan pakaian adat Makassar lengkap dengan kepala sapi bernyanyi gurunya. Dalam acara A'dengka Pada, para gadis akan saling berhadapan, 3 orang di bilik kanan dan 3 orang di bilik kiri. Para pemuda akan bermain ganrang dan menemani para gadis selama acara A'dengka Pada.

Acara A'dengka Pada diadakan pada sore hari, selama tiga hari berturut-turut sebelum hari H acara. Namun pada hari pertama sebelum A'dengka Pada, masyarakat juga melakukan ritual Ammutuli (menjemput), mereka pergi ke tempat atau sumur yang dianggap keramat, dan mereka percaya bahwa mereka akan menjemput atau wasiat. Acara A'dengka Pada merupakan pertanda bahwa keluarga yang mengadakan acara A'dengka Pada akan mengadakan pesta besar, sekaligus menjadi salah satu hiburan yang akan disuguhkan kepada tetangga dan kerabat pada sore harinya.

Misalnya dalam budaya A'dengka Pada, masyarakat saling membantu dan bergotong royong mempersiapkan acara A'dengka Pada.

Kerangka Pikir

Pada akhirnya, semua pengalaman tersebut dapat dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk bahasa dan tindakan. Dengan kata lain, sebelum memasuki level in order-to-motive, menurut Schutz, ada langkah because-motive yang mendahuluinya. Misalnya, jika salah satu keluarga lebih sibuk pada saat acara A'dengka Pada, maka keluarga yang lain akan berusaha untuk bersaing.

Gambar 2.1. Skema Kerangka PikirBudaya
Gambar 2.1. Skema Kerangka PikirBudaya

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Informan Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Teknik Keabsahan Data

Apa nilai-nilai sosial yang terkandung dalam budaya A'dengka Pada dalam acara pernikahan masyarakat Kelara Kabupaten Jeneponto. Dan berdasarkan penjelasannya bahwa orang pertama yang melakukan budaya A'dengka Pada adalah dari nenek moyangnya. Sehingga anak cucu juga melakukan budaya A'dengka Pada saat akan melangsungkan upacara pernikahan.

Selama A'dengka Pada, gadis-gadis muda akan saling berhadapan dan melakukan assoe (mengayunkan tangan) ke belakang. A'dengka Pada bertahan karena generasi muda melihat dan mempelajari budaya A'dengka Pada yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Generasi muda terus belajar tentang budaya ini, baik hanya dengan mengenal atau berpartisipasi dalam pementasan budaya A'dengka Pada.

Hal inilah yang membuat budaya A'dengka Pada tetap bertahan di masyarakat Kelara hingga sekarang. Masyarakat Kelara mengatakan bahwa A'dengkka Pada merupakan ungkapan rasa syukur mereka kepada sang pencipta setelah panen padi. Oleh karena itu, salah satu cara masyarakat Kelara untuk menjaga silaturahmi adalah dengan mengamalkan budaya A'dengka Pada.

Pemikiran Max Weber selari dengan budaya masyarakat Kelara yang bekerjasama antara satu sama lain dalam acara A'dengka Pada.

Tabel : 3.1 Daftar Nama Responden
Tabel : 3.1 Daftar Nama Responden

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dulu, budaya A'dengka Pada hanya dilakukan oleh karaeng pada pesta pernikahan, namun sekarang ata sering melakukannya pada pesta pernikahan. Namun tidak semua orang mempraktekkan budaya A'dengka, pada saat pernikahan seringkali hanya dilakukan oleh beberapa keluarga saja. Ya, nakke A'dengka Pada rolo' punna la pa'buntinga atau pasunnaka, kainjo to isse kabiasna tahu toaku riolo.

Ri olo karaengnga ji umum A'dengka Pada mingka anenne orang biasa ya A'dengka Pada tonji. Berdasarkan penjelasan kedua responden di atas dapat disimpulkan bahwa mereka mempraktekkan budaya A'dengka Pada karena sudah menjadi kebiasaan mereka sejak lama dan hanya orang atau keluarga tertentu saja yang mempraktekkan budaya A'dengka Pada. Saat menikah, keluarganya mempraktekkan budaya A'dengka Pada dan saat menikah dengan salah satu anaknya, ia masih mempraktekkan budaya A'dengka Pada.

Dumasar kana katerangan Sitti di luhur, bisa dicindekkeun yén sakabéh kulawargana ngalaksanakeun kabudayaan A’dengka Pada dina mangsa upacara kawinan, sarta kabudayaan A’déngka Pada geus diwariskeun sacara turun-tumurun dina kulawargana. Injo A'dengka Pada ya punna dipake gaukang nu ngagiling tanre ni gaukangi dipake garringi. Tina katerangan Sari di luhur bisa dicindekkeun yén kasang tukang atawa alesan manéhna ngalaksanakeun kabudayaan A’dengka Pada téh lantaran geus jadi adat karuhun jeung kulawargana ti baheula.

Anjo punna la A'dengka Pada ki, asistén mantuan kuring siap-siap dipaké pikeun A'dengka Pada ki tawwa. Saméméh acara A’dengka Pada dilaksanakeun, urang sararéa mantuan pikeun nyiapkeun bahan-bahan nu bakal dipaké dina acara A’dengka Pada (Wawancara 12 Mei 2015). Punna A'dengka Pada ki injo tau loloa assidalekangi, narima lima assoe mae ri boko, injo papakea baju bodo.

Biasanya acara A'dengka Pada sangat ramai dikunjungi masyarakat sekitar karena A'dengka Pada diadakan selama tiga hari berturut-turut pada sore hari. Selama acara A'dengka Pada berlangsung, banyak warga sekitar yang datang untuk menyaksikan acara A'dengka Pada tersebut dan berlangsung selama tiga hari berturut-turut sebelum hari H upacara pernikahan. Biasanya punna le'ba'mi A'dengka Pada, ni patnangangi kanreang injo tau battua mae cici'-cini' A'dengka Pada ya.

Biasanya kalau kita A'dengka Pada harganya seratus ribu dikalikan tiga hari sama dengan tiga ratus ribu. Berdasarkan penjelasan Tati di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya rata-rata di bawah A'dengka Pada maksimal Rp.

Tabel 4.2: Jumlah Penduduk Kecamatan Kelara Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010-2013
Tabel 4.2: Jumlah Penduduk Kecamatan Kelara Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010-2013

Pembahasan

Dalam acara A'dengka Pada, lambang yang selalu ada adalah nasi yang juga menjadi lambang utama dalam A'dengka Pada. Masyarakat Kelara terus memelihara dan menjaga keberadaan budaya A'dengka Pada sampai sekarang agar budaya ini tetap ada. Hal ini terlihat dari keberadaan atau keberadaan budaya A'dengka Pada yang masih bertahan hingga saat ini dan masih dipraktekkan oleh masyarakat Kelara.

Pada acara A'dengka Pada, semua keluarga dan saudara mara terdekat berkumpul untuk membuat persembahan atau menyaksikan acara A'dengka Pada. Biasanya saudara mara atau keluarga yang sudah lama tidak berjumpa akan bertemu di majlis A'dengka Pada. Pengertian silaturahim dalam acara A’dengka Pada merupakan salah satu nilai positif dalam budaya A’dengka pada yang harus dipelihara dan dilindungi oleh masyarakat.

Budaya A'dengka Pada yang telah lama dipraktekkan oleh masyarakat Kelara Kabupaten Jeneponto telah diwariskan secara turun-temurun dan masih ada hingga saat ini. Kolaborasi masyarakat terlihat dari sebelum acara A'dengka Pada dimulai, masyarakat bergotong royong menyiapkan segala perlengkapan yang akan digunakan dalam acara A'dengka Pada. Berangkat dari kesimpulan mengenai adanya nilai sosial budaya A'dengka dalam upacara perkawinan masyarakat Kelara di Kabupaten Jeneponto, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut.

Semoga masyarakat tetap dapat mempertahankan nilai-nilai budaya A'dengka Pada dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Apakah seluruh keluarga atau kerabat Anda mempraktikkan budaya A'dengkka Pada saat mengadakan upacara pernikahan? Ya, saya mengamalkan budaya A'dengka Pada, kalau saya akan mengadakan acara pernikahan atau khitanan, karena itu kebiasaan orang tua saya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Eksistensi atau keberadaan budaya A'dengka Pada dalam pernikahan masih ada dan masih dilakukan khususnya pada masyarakat Kelara Kabupaten Jeneponto. Hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur setelah panen dan sebagai permohonan hasil pertanian yang lebih baik di masa mendatang.

Saran

Jari ri attunna ku pa'bunting anakkkuA'dengka Pada tonga ka tea a tala anggaukangi ka injo to' isse' kahasilanna tau toaku ri olo until nenne. Ka normal ki guppa rebuke battu ri pattautoanta punna normal ki A'dengka Pada na giling tanre' ni A'dengka Pada punna na sua' sua'ra' ki. Sejak kecil saya sudah sering melihat orang tua saya mempraktekkan budaya A'dengka, dalam acara pernikahan anak saya saya melakukannya karena itu adalah kebiasaan orang tua saya dari dulu sampai sekarang dan saya tidak pernah keberatan karena saya dari keluarga biasa. .

Saya pernah merasakannya, saya pernah mengadakan acara dan tidak melakukan budaya A'dengka Pada, tidak lama kemudian anak pertama saya meninggal, kemudian saya bermimpi, dalam mimpi itu, orang tua saya mengunjungi saya. nenek dan nenek saya bilang mereka memarahi saya karena tidak membuat A'dengka Pada. Pada saat acara A'dengka Pada, masyarakat setempat terlebih dahulu bergotong royong menyiapkan lesung panjang dan tiga buah tabuhan, kemudian memanggil para pemudi yang berjiwa muda dan tiga orang laki-laki untuk menabuh kendang. Biasanya bekerja A'dengka Pada ki tassikali cost na ta' sibilangang sa'bu, nikali tallu allo jari mi tallu sa'bu number.

Jika dihitung biaya yang dikeluarkan selama A'dengka Pada tidak terlalu banyak, biaya yang dikeluarkan hanya hidangan makanan yang disuguhkan kepada tamu yang datang.

Foto saat wawancara dengan bapak H.Doro’ (29 Mei 2015)
Foto saat wawancara dengan bapak H.Doro’ (29 Mei 2015)

Gambar

3.2. Tabel Triangulasi Data……………………………………………… 42
Gambar 2.1. Skema Kerangka PikirBudaya
Tabel : 3.1 Daftar Nama Responden
Tabel 3.2 Triangulasi Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Waktu kuliah, kiriman orang tua harus saya atur dengan Sebaik mungkinagar semua kebutuhan bisa terpenuhi... Ketika kuliah tingkat dua, saya memutuskan untuk