• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Berdasarkan pemaparan hasil dan pembahasan pengembangan modul IPA berbasis kontekstual pada materi bioteknologi, berikut saran yang peneliti ajukan dalam penelitian ini.

1. Diharapkan guru atau tenaga pendidik lain dapat mengembangkan produk serupa yang disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di daerahnya masing- masing sehingga selain mengembangkan bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran juga dapat mengenalkan dan melestarikan kearifan lokal kepada siswa.

2. Pada pengembangan selanjutnya peneliti berharap dalam modul IPA diperbanyak kegiatan kontekstual untuk melatihkan pemecahan masalah di berbagai bidang dengan cara merumuskan masalah, melakukan percobaan, serta melakukan observasi.

3. Pada pengembangan selanjutnya peneliti berharap modul IPA berbasis kontekstual yang dapat melatihkan keterampilan membaca efektif dan berargumentasi dalam kegiatan diskusi kelompok untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

73

DAFTAR PUSTAKA

Agung, F. P., Suyanto, S., & Aminatun, T. (2020). E-Modul Gerak Refleks Berbaris Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 5(3), 279 – 289.

Ahmadi, Y., Astuti, B., & Linuwih, S. (2019). Bahan Ajar IPA Berbasis Etnosains Tema Pemanasan Global untuk Peserta Didik Kelas VII. Unnes Physics Educational Journal, 8(1), h. 54.

Akinoglu, O., & Baykin, Y. (2015). Raising Critical Thinkers: Critical Thinking Skills in Secondary Social Studies Curricula in Turkey. The Anthropologist, 20(2), 616 – 624.

Asfiah, N., Mosik, Purwantoyo, E. (2013). Pengembangan Modul IPA Terpadu Kontekstual pada Tema Bunyi. Unnes Science Educational Journal, 2(1), 188 – 195.

Azzahra, S. F. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Eksperimen pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jurnal EduMatSains, 4(1), 77 – 88.

Budiastuti, D., & Bandur, A. (2018). Validitas dan Reliabilitas Penelitian dengan Analisis dengan NVIVO, SPSS, dan AMOS. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Budiono, A., Wiryokusumo, I., & Karyono, H. (2021). Pengembangan Modul IPA Berbasis Literasi dan Integratif dalam Memfasilitasi Belajar Mandiri Siswa.

JINOTEP (Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran) Kajian dan Riset dalam Teknologi Pembelajaran, 8(1), 58 – 67.

Cahyani, A. (2022). Penyusunan Bahan Ajar Berupa Modul Berbasis Kontekstual pada Konsep Keanekaragaman Hayati untuk Siswa Kelas X. Biodidaktika:

Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 17(1), 143 – 151.

Cristiana, D. I., Anjarini, T., & Purwoko, R. Y. (2021). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Kontekstual Materi Suhu dan Kalor di Sekolah Dasar. SITTAH: Journal of Primary Education, 2(2), 145 – 160.

Darmawati, S., Ashadi, Sarwanto. (2019). Pengembangan Modul IPA Berbasis Kontekstual Materi Kalor dan Perpindahannya untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMP Kelas VII. INKUIRI:

Jurnal Pendidikan IPA, 7(3), 365 – 374.

Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. (2005). The systematic design of instruction.

Sixth Edition. Boston: Pearson Education.

Diharjo, R. F., Budijanto, Utomo, D. H. (2017). Pentingnya Kemampuan Berfikir Kritis Siswa dalam Paradigma Pembelajaran Konstruktivistik. Prosiding TEP & PDs, 4(39), 445 – 449.

Eliana, N. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal IPA Berorientasi HOTS. JPD: Jurnal Pendidikan Dasar, 11(02), 170 – 180.

Fauzan, M. F., Nadhir, L. A., Kustanti, S., Suciani, Kamilah, S. (2022).

Pembelajaran Diskusi Kelompok Kecil: Seberapa Efektifkah dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis pada Siswa?. AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 08(3), 1805 – 1814.

Gaol, B. K. L., Silaban, P. J., & Sitepu, A. (2022). Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Tema Lingkungan Sahabat Kita di Kelas V SD. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan Pengembangan), 6(3), 767 – 782.

Gita, S. D., Annisa, M., & Nanna, A. W. I. (2018). Pengembangan Modul IPA Materi Hubungan Makhluk Hidup dan Lingkungannya Berbasis Pendekatan Kontekstual. LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, 8(1), 28 – 37.

Helena Pedrosa-de-Jesus, Aurora Moreira, Betina Lopes & Mike Watts (2014). So much more than just a list: exploring the nature of critical questioning in undergraduate sciences. Research in Science & Technological Education, DOI: 10.1080/02635143.2014.902811.

Hendra. (2021). Pembelajaran Kontekstual (CTL) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis siswa dalam Pembelajaran IPA pada Kelas IX di Sekolah Menengah Pertama. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA. Penerbit: S2 IPA UNLAM PRESS.

Hidayat, M. S. (2012). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran. INSANIA, 17(2), 231 – 247.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Pendidikan di Indonesia:

Belajar dari Hasil PISA 2018. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang KEMENDIKBUD.

Khairunnisa. (2021). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX SMPN 3 Paringin pada Mata Pelajaran IPA. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA. Penerbit: S2 IPA UNLAM PRESS.

Lestari, D. D., & Muchlis. (2021). E-LKPD Berorientasi Contextual Teaching and Learning untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Termokimia. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 5(1), 25 – 33.

Manurung, B. (2017). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Fisikabahasa Indonesia Siswa SMA. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(2), 109 – 119.

Melawati, D., & Istianah, F. (2022). Pengembangan Modul Berbasis Etnosains pada Pembelajaran IPA Materi Ekosistem Kelas V Sekolah Dasar. JPGSD, 10(04), 709 – 722.

Merta, L. M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Penguasaan Konsep Kolonoid/Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 46(1), 9 – 13.

Mudrikah, S., et al. (2022). Inovasi Pembelajaran di Abad 21. Sukoharjo: Pradina Pustaka.

Muhardini, S., Mariyati, Y., Mahsup, Ibrahim, Khosidah, Sudarwo, R., Anam, K., Fitriani, E., & Milandari, B. D. (2021). Pengembangan Lembar Kerja Siswa Kontekstual Berbasis Local Wisdom dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Paedagoria: Jurnal Kajian, Penelitian, dan Pengembangan Kependidikan, 2(2), 182 – 187.

Nuryadi, Astuti, T. D., Utami, E. S., & Budiantara, M. (2017). Dasar-Dasar Statistika Penelitian. Yogyakarta: SIBUKU MEDIA.

Pulungan, N. (2014). Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kecakapan Hidup pada Materi Ekosistem di MTsS Al-Washliyah Lhokseumawe. JESBIO, III(4), 39 – 45.

Puspitasari, A. D. (2019). Penerapan Media Pembelajaran Fisika Menggunakan Modul Cetak dan Modul Elektronik pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(1), 17 – 25.

Rabiah & Jasruddin. (2018). Peningkatan Keterampilan Proses dan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Berbasis Kontekstual Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Watampone. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF), 14(1), 29 – 39.

Rahdiyanta, D. Teknik Penyusunan Modul. Universitas Negeri Yogyakarta.

Retrived from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-dwi- rahdiyanta-mpd/20-teknik-penyusunan-modul.pdf

Rahmawati, I., Hidayat, A., & Rahayu, S. (2016). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Gaya dan Penerapannya. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Vol. 1, 1112 – 1119.

Rieckmann, M. (2018). Learning to Transform the World: Key Competencies in Education for Sustainable Development. Issues and Trends in Education for Sustainable Development, 39: 39–59.

Roohr, K., Aguilar, M. O., Ling, G., & Rikoon, S. (2019). A Multi-Level Modeling Approach to Investigating Students’ Critical Thinking at Higher Education Institutions. Assessment & Evaluation in Higher Education. DOI:

10.1080/02602938.2018.1556776.

Roviati, E., & Widodo, A. (2019). Kontribusi Argumentasi Ilmiah dalam Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, 11(2), 56 – 66.

Saputro, A. M., Arifin, M. B., & Hefni, A. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Menulis Cerita Pendek dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal pada Siswa Kelas XI SMK. Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 4(2), 235 – 246.

Sitohang, K. (2019). Berpikir Kritis: Kecakapan Hidup di Era Digital. Yogyakarta:

PT. Kanisius.

Sofiatin, S., Azmi, N., & Roviati, E. (2016). Penerapan Bahan Ajar Biologi Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Perubahan Lingkungan dan Daur Ulang Limbah (Studi Eksperimen Kelas X MIPA di SMAN 1 Plumbon). Scientiae Educatia:

Jurnal Sains dan Pendidikan Sains, 5(1), 15 – 24.

Sudarno, Sunarno, W., & Sarwanto. (2015). Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Kontekstual dengan Tema Pembuatan Tahu Kelas VII SMP Negeri 2 Jatiyoso. Jurnal INKUIRI, 4(3), 104 – 111.

Sugandi, K., & Siswanto, J. (2021). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Taman Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 12(1), 78 – 82.

Suhandri & Sari, A. (2019). Pengembangan Modul Berbasis Kontekstual Terintegrasi Nilai Keislaman untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Suska Journal of Mathematics Education, 5(2), 131 – 140.

Ulfah, R., Irhasyuarna, Y., Putri, R. F., & Annur, S. (2020). Identifikasi Kemampuan Critical Thinking Kelas 9 SMPN pada Materi IPA di Kotabaru.

Indonesian Journal of Natural Science Education (IJNSE), 03(01), 257 – 264.

Van der Zanden, P. J. A. C., Denessen, E., Cillessen, A. H. N., & Meijer, P. C.

(2020). Fostering critical thinking skills in secondary education to prepare students for university: teacher perceptions and practices. Research in Post- Compulsory Education, 25(4), 394 – 419.

Wasis. (2015). Hasil Pembelajaran Sains di Indonesia: Problem dan Upaya Mengatasinya. Prosiding ke 5 seminar nasional sains. Eds: Ibrahim, Muslimin et a. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Wahyuni, H. I., & Puspasari, D. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Mengemukakan Daftar Urut Kepangkatan dan Mengemukakan Peraturan Cuti. Jurnal Pendidikan Ekonomi Manajemen dan Keuangan, 1(1), 54 – 68.

Wahyuningtyas, R. S., & Simanjuntak, F. N. (2020). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pro-Life, 7(3), 275 – 287.

Widiastuti, N. L. G. K. (2020). Pengembangan Bahan Ajar IPA Berbasis Kontekstual dengan Konsep Tri Hita Karana untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, 4(3), 479 – 490.

Widiastuti, N. L. G. K. (2021). E-Modul dengan Pendekatan Kontekstual pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, 5(3), 435 – 445.

Wijayanti, T. F., Prayitno, B. A., & Sunarto. (2016). Pengembangan Modul Berbasis Berpikir Kritis Disertai Argument Mapping pada Materi Sistem Pernapasan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal Inkuiri, 5(1), 105 – 111.

Yulia, A. (2020). Modul: Media Pembelajaran Biologi Mahasiswa Pendidikan Biologi. Bandar Lampung: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan.

Zakiyah, N. A. & Sudarmin. (2022). Development of E-Module STEM integrated Ethnoscience to Increase 21st Century Skills. International Journal of Active Learning, 7(1), 49 – 58.

Zubaidah, S. (2016). Seminar Nasional Pendidikan dengan Tema “Isu-Isu Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21”.

Zubaidah, S. (2017). Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemecahan Masalah untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis. Seminar Nasional dengan Tema Mengimplementasikan Pendidikan Biologi Berwawasan Konservasi dalam Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkarakter.

Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

78

LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis (Pra-penelitian) Indikator

Berpikir Kritis

Indikator

Pembelajaran Butir Soal Nomor

Soal Memberikan

Penjelasan sederhana (Elementary Clarification)

Menjelaskan konsep

pewarisan sifat

Berdasarkan gambar di atas, ketika salah satu orang tua memiliki jenis cuping telinga yang terpisah, maka semua anaknya memiliki jenis cuping telinga yang terpisah, tetapi dapat pula terjadi kejadian salah satu anaknya memiliki jenis cuping telinga yang melekat.

Jelaskan konsep sains yang terjadi pada penurunan sifat tersebut!

1

Membangun Kemampuan Dasar (Basic Support)

Mengidentifika si alasan penggunaan kacang kapri sebagai objek penelitian Mendel

Penelitian pertama tentang penurunan sifat dilakukan oleh Gregor Mendel yang saat ini kita kenal sebagai Bapak Genetika. Beliau menjadi orang pertama yang memperkenalkan teori penurunan sifat berdasarkan hasil penelitiannya terhadap kacang kapri sebagai objek penelitiannya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, mengapa kacang kapri digunakan sebagai objek penelitian Mendel?

2

Menyimpulk an (Inference)

Mengidentifika si pewarisan sifat dalam keluarga

Caca memiliki tipe rambut yang lurus sama seperti ayahnya dan bentuk mata sipit seperti ibunya, sedangkan kakak caca memiliki tipe rambut yang bergelombang sama seperti ibunya dan bentuk mata besar seperti ayah.

Berdasarkan pernyataan tersebut apa yang dapat kamu simpulkan?

3

Membuat Penjelasan Lanjut

Mendeskripsik an hubungan kromosom

Buta warna merupakan salah satu kelainan dimana seseorang tidak dapat membedakan beberapa warna

4

(Advanced Clarification)

dengan sifat kelainan

dengan baik, misalnya antara merah, oranye, biru, dan hijau. Kelainan buta warna disebabkan oleh gen yang ada pada kromosom kelamin X.

Dari pernyataan tersebut apabila seorang perempuan yang memiliki kromosom (𝑋𝑐𝑏𝑋) dapat dikatakan bahwa orang tersebut menderita buta warna?

Strategi dan taktik

(Strategies and Tactics)

Menerapkan Hukum

Pewarisan Sifat

Tanaman kedelai berbiji hitam- berbatang tinggi (HHTt) disilangkan dengan tanaman kedelai berbiji kuning-berbatang tinggi (hhTt).

Berapa persentase tanaman kedelai berbiji hitam-berbatang rendah jika jumlah persilangan F1 nya 600 tanaman?

5

Lampiran 2. Rubik Penilaian Soal Keterampilan Berpikir Kritis (Pra-penelitian) Nomor

Soal Indikator Perolehan Skor

5 4 3 2 1

1 Memberikan Penjelasan sederhana (Elementary Clarification)

Inti dari pernyataan di atas adalah adanya sifat dominan dan sifat resesif dari kedua orangtuanya. Sifat dominan merupakan karakter yang mampu mengalahkan atau menutupi karakter yang lain, sedangkan sifat resesif merupakan karakteristik yang kalah.

Dapat menjawab pertanyan, sebagaian besar konsep benar namun kurang spesifik, uraian argumen kurang spesifik, alur berpikir baik namun belum seimbang dari semua aspek

Dapat menjawab pertanyaan tapi sebagian kecil konsep benar dan jelas, sebagian kecil uraian jawaban benar namun alasan/

argumen tidak jelas

Menjawab pertanyaan tapi konsep meragukan, uraian jawaban tidak mendukung

Menjawab pertanyaan tapi konsep salah, alasan tidak benar

2 Membangun Kemampuan Dasar (Basic Support)

Mendel menggunakan kacang kapri sebagai objek penelitiannya karena kacang kapri memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan, dapat melakukan penyerbukan sendiri, mudah dilakukan penyerbukan silang, mempunyai daur hidup yang relatif pendek, dan menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak

Dapat menjawab pertanyan, sebagaian besar konsep benar namun kurang spesifik, uraian argumen kurang spesifik, alur berpikir baik namun belum seimbang dari semua aspek

Dapat menjawab pertanyaan tapi sebagian kecil konsep benar dan jelas, sebagian kecil uraian jawaban benar namun alasan/

argumen tidak jelas

Menjawab pertanyaan tapi konsep meragukan, uraian jawaban tidak mendukung

Menjawab pertanyaan tapi konsep salah, alasan tidak benar

3 Menyimpulkan (Inference)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi adanya penurunan sifat dari ayah dan ibunya caca kepada caca dan kakaknya. Secara teknis pewarisan sifat terjadi melalui 2 fase yaitu:

1) Fase pembelahan meiosis yaitu pemisahan pasangan kromosom di dalam sel sperma dan sel telur. Jadi tiap sel sperma atau sel telur dalam organ reproduksi hanya memiliki 23 buah kromosom.

2) Fase pembuahan yaitu bertemunya sel sperma dan sel telur yang masing- masing menyumbangkan 23 kromosom sehingga diperoleh 23 pasang

kromosom (46

kromosom).

Dapat menjawab pertanyan, sebagaian besar konsep benar namun kurang spesifik, uraian argumen kurang spesifik, alur berpikir baik namun belum seimbang dari semua aspek

Dapat menjawab pertanyaan tapi sebagian kecil konsep benar dan jelas, sebagian kecil uraian jawaban benar namun alasan/

argumen tidak jelas

Menjawab pertanyaan tapi konsep meragukan, uraian jawaban tidak mendukung

Menjawab pertanyaan tapi konsep salah, alasan tidak benar

4 Membuat Penjelasan Lanjut

Seorang perempuan yang memiliki kromosom (𝑋𝑐𝑏𝑋) tidak dapat dikatakan bahwa

Dapat menjawab pertanyan, sebagaian besar konsep benar

Dapat menjawab pertanyaan tapi sebagian kecil

Menjawab pertanyaan tapi konsep

Menjawab pertanyaan tapi konsep

(Advanced Clarification)

orang tersebut menderita buta warna, namun perempuan tersebut akan menjadi pembawa (carrier) gen buta warna. Seorang perempuan akan menderita buta warna jika memiliki kromosom (𝑋𝑐𝑏𝑋𝑐𝑏). Pada laki-laki jika kromosom X mengandung gen buta warna maka akan langsung menderita buta warna (𝑋𝑐𝑏𝑌).

namun kurang spesifik, uraian argumen kurang spesifik, alur berpikir baik namun belum seimbang dari semua aspek

konsep benar dan jelas, sebagian kecil uraian jawaban benar namun alasan/

argumen tidak jelas

meragukan, uraian jawaban tidak mendukung

salah, alasan tidak benar

5 Strategi dan taktik

(Strategies and Tactics)

Menerapkan hukum

persilangan dengan tepat.

Mampu menguraikan langkah penyelesaian soal mulai dari diketahui, ditanya, dan jawab. Langkah menentukan persilangan hingga persentase tanaman benar dan runtut.

Dapat menjawab pertanyan, sebagaian besar konsep benar namun kurang spesifik, uraian argumen kurang spesifik, alur berpikir baik namun belum seimbang dari semua aspek

Dapat menjawab pertanyaan tapi sebagian kecil konsep benar dan jelas, sebagian kecil uraian jawaban benar namun alasan/

argumen tidak jelas

Menjawab pertanyaan tapi konsep meragukan, uraian jawaban tidak mendukung

Menjawab pertanyaan tapi konsep salah, alasan tidak benar

Lampiran 3. Hasil Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas 9 SMPN 2 Muntilan (Pra-Penelitian)

Kode Siswa

Skor Tiap Soal %

Ketercapaian Keterangan

1 2 3 4 5

E-1 3 4 1 4 0 48% Rendah

E-2 2 4 1 1 0 32%

Sangat Rendah

E-3 4 1 1 3 0 36%

Sangat Rendah

E-4 3 3 2 2 0 44% Rendah

E-5 2 4 1 1 1 36%

Sangat Rendah

E-6 3 4 1 0 0 32%

Sangat Rendah

E-7 3 1 3 3 0 40%

Sangat Rendah

E-8 3 4 3 3 0 52% Rendah

E-9 2 4 3 3 0 48% Rendah

E-10 2 4 1 1 1 32%

Sangat Rendah

E-11 2 4 3 4 0 52% Rendah

E-12 2 4 3 3 0 48% Rendah

E-13 2 4 2 4 0 48% Rendah

E-14 5 4 2 3 1 60% Rendah

E-15 3 4 2 3 1 52% Rendah

E-16 2 5 2 0 1 40%

Sangat Rendah

E-17 2 4 3 3 0 48% Rendah

E-18 3 4 3 3 0 52% Rendah

E-19 4 4 2 1 1 48% Rendah

E-20 2 3 2 1 0 32%

Sangat Rendah

E-21 3 4 3 3 0 52% Rendah

Jumlah

skor 57 77 44 49 6

Jumlah skor

maksimal 105 105 105 105 105 Rata-Rata

Skor 54% 73% 41,90% 46% 5,70%

Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 5. Hasil Wawancara dengan Guru IPA

No. Pertanyaan Jawaban

1. Metode pembelajaran apa yang Bapak/Ibu guru terapkan dalam proses pembelajaran IPA?

Discovery Learning

2. Sumber belajar apa yang Bapak/Ibu guru gunakan dalam pembelajaran IPA?

LKS dan Buku Paket BSE

3. Bagaimana ketersediaan sumber belajar di sekolah yang mendukung pembelajaran IPA?

Mencukupi

4. Menurut Bapak/Ibu guru bagaimana kriteria sumber belajar yang baik?

Mencakup KD, sesuai indikator pembelajaran, serta sesuai dengan tujuan pembelajaran 5. Apakah Bapak/Ibu guru membuat

bahan ajar atau media belajar sendiri?

Tidak 100% membuat sendiri terkadang menggunakan bahan ajar dari MGMP

6. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa saat proses pembelajaran IPA?

Apakah sudah baik/maksimal?

Belum maksimal

7. Apakah nilai peserta didik pada kemampuan berpikir kritis dalam materi bioteknologi dari tahun ke tahun sudah tuntas?

Dari tahun ke tahun stabil, namun sejak adanya Covid-19 belum diukur kembali

Lampiran 6. Hasil Wawancara dengan Produsen Tape Ketan Muntilan Narasumber : Ibu Yayuk

Hari/tanggal : Kamis, 12 Januari 2023 Tempat : Toko Oleh-Oleh New Eliana

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana

perkembangan kearifan lokal tape ketan Muntilan dengan adanya toko oleh-oleh?

Semakin ramai karena jam operasionalnya lebih lama, sehingga semakin dikenal oleh masyarakat luar.

2. Bagaimana ciri khas tape ketan Muntilan dibandingkan dengan tape ketan daerah lain?

Berwarna hijau dari pewarna alami daun katu ditambah dengan pewarna makanan sedikit.

3. Bagaimana

ciri/karakteristik tape ketan Muntilan yang baik?

Manis alami dari hasil fermentasi, tidak lengket, tidak kecut/terlalu asam.

4. Apa saja bahan pembuatan tape ketan Muntilan?

Beras ketan, ragi, dan pewarna alami.

5. Bagaimana kriteria pemilihan beras ketan sebagai bahan baku tape ketan Muntilan?

Beras ketan yang berbentuk bulat utuh dan berkualitas terbaik (Beras Ketan Khutuk)

6. Apakah pernah menggunakan jenis beras ketan lain sebagai bahan baku pembuatan tape ketan Muntilan?

Apakah terdapat perbedaan hasilnya?

Pernah, namun hasil akhirnya kurang bagus, ada yang masih seperti mentah dan ada yang lembek.

7. Apa saja alat yang digunakan dalam pembuatan tape ketan Muntilan?

Kukusan, dandang, centong besar, cething, kipas angin, dan tedo.

8. Bagaimana langkah- langkah dalam pembuatan tape ketan Muntilan?

Beras ketan direndam ± 5 jam, kemudian diberi pewarna makanan sedikit dan dikukus 1 jam, setelahnya diberi pewarna alami dan dikukus lagi 30 menit, setelah matang didinginkan dan diberi ragi, tahap akhir dikemas dalam toples.

9. Apa yang harus diperhatikan saat proses pembuatan tape ketan Muntilan

Alat dan beras harus benar-benar bersih dan terbebas dari kontaminasi minyak serta sabun.

10. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi rasa/hasil tape ketan Muntilan?

Jenis beras, banyak sedikitnya ragi, nasi ketan harus benar-benar dingin baru diberi ragi, wadah harus tertutup rapat.

11. Bagaimana respon konsumen tentang tape ketan Muntilan?

Selalu melakukan repeat order.

Lampiran 7. Hasil Observasi Produksi Tape Ketan Muntilan Hari /tanggal : Minggu, 22 Januari 2023

Tempat : Toko Oleh-Oleh New Eliana

No. Aspek Uraian Keadaan

1. Bahan baku Beras ketan kuthuk 5 kg, 2. Bahan

pendukung lainnya

Pewarna makanan, daun katu, ragi, dan air

3. Peralatan produksi

Dandang, kukusan, kompor dan gas, baskom, centong besar, blender dan saringan untuk mendapatkan ekstrak daun katu, tedo, cething bambu.

4. Proses produksi

a. Beras ketan direndam ± 5 jam dan dicuci sebanyak 5 kali lalu ditiriskan.

b. Beras ketan diberi pewarna makanan (5 kg = 3 tutup botol air mineral) lalu dikukus 30 menit

c. Menyiapkan ekstrak daun katu dengan cara daun katu dicuci bersih dan diblender dengan menambahkan air matang 2 gelas.

d. Saring air daun katu dengan saringan khusus dan tidak boleh terkena garam, sabun, dan minyak.

e. Setelah dikukus 30 menit, beras disiram air sedikit agar matangnya merata. Kemudian dilanjut kukus 45 menit.

f. Setelahnya beras ketan disiram air panas dan diberi pewarna alami ekstrak daun katu, kemudian dilanjut kukus selama 45 menit.

g. Setelah matang, nasi ketan diangkat dan di pindahkan ke wadah tedo atau tampah.

h. Proses pendinginan nasi ketan dibantu oleh kipas angin.

i. Setelah dingim diberi ragi dengan perbandingan 2:1, lalu dikemas dalam wadah tertutup rapat.

j. Tunggu ± 3 hari sampai tape ketan matang. Jika sudah matang bisa disimpan dalam kulkas dan dapat bertahan sampai 7 hari.

5. Hasil produksi

Produk tape ketan Muntilan dikemas dalam cup toples dengan 3 varian ukuran yaitu 3 ons, 0,5 kg, dan 1 kg.

Lampiran 8. Hasil Validasi Modul oleh Dosen dan Guru IPA

Lampiran 9. Hasil Rekapitulasi Penilaian Validasi Modul oleh Dosen dan Guru IPA

No Kriteria Penilaian Skor Penilaian Total

Skor

V.1 V.2 V.3 V.4

A. Kelayakan Isi

1 Kesesuaian dengan KI dan KD

5 5 5 4 19

2 Kelengkapan materi 4 4 4 4 16

3 Kedalaman materi 4 4 4 4 16

4 Akurasi materi 4 5 4 4 17

5 Kemutakhiran dan kontekstual

4 5 4 4 17

6 Mengandung wawasan pengetahuan

5 5 4 4 18

B. Kelayakan Penyajian 1 Teknik penyajian yang

digunakan

4 5 4 4 17

2 Pendukung Penyajian materi 4 5 5 4 18

3 Penyajian Pembelajaran 4 4 4 4 16

4 Kelengkapan penyajian 4 4 4 4 16

C. Kelayakan Bahasa 1 Kesesuaian dengan

perkembangan siswa

4 5 4 4 17

2 Keterbacaan modul 5 5 4 4 18

3 Kelugasan bahasa 5 4 4 4 17

4 Koherensi dan kelarasan alur pikir

4 4 5 4 17

5 Kesesuaian dengan kaidah EYD

5 4 4 4 17

6 Kesesuaian penggunaan istilah, simbol atau ikon

4 4 4 4 16

D. Kelayakan Kegrafikan

1 Desain modul 4 5 5 4 18

2 Kualitas tampilan modul 4 5 4 4 17

Total 77 82 76 72 307

𝝆 (Angka persentase validitas) 85,5% 91,1% 84,4% 80%

Rata-Rata 85,3%

Kriteria Sangat Baik

Keterangan:

V.1 = Ayu Lestari, M.Pd.

V.2 = Harsi Admawati, M.Pd.

V.3 = Ida Meinani S, S.Pd., M.Pd.

V.4 = Supriyanto, S.Pd.

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas Validasi Modul

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 4 100.0

Excludeda 0 .0

Total 4 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.835 18

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item- Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 72.00 14.000 .713 .810

P2 72.75 16.917 .000 .837

P3 72.75 16.917 .000 .837

P4 72.50 13.667 .812 .803

P5 72.50 13.667 .812 .803

P6 72.25 13.583 .705 .808

P7 72.50 13.667 .812 .803

P8 72.25 14.250 .535 .820

P9 72.75 16.917 .000 .837

P10 72.75 16.917 .000 .837

P11 72.50 13.667 .812 .803

P12 72.25 13.583 .705 .808

P13 72.50 17.000 -.081 .854

P14 72.50 17.667 -.238 .862

P15 72.50 17.000 -.081 .854

P16 72.75 16.917 .000 .837

P17 72.25 14.250 .535 .820

P18 72.50 13.667 .812 .803

Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 12. Hasil Validasi Instrumen Soal Keterampilan Berpikir Kritis oleh Dosen dan Guru IPA

Lampiran 13. Hasil Skor V-Aiken Soal Keterampilan Berpikir Kritis Butir

Soal

Penilai

s1 s2 s3 s4 Σs n(c-1) V Ket I II III IV

1 5 5 4 4 4 4 3 3 14 16 0,875 TINGGI 2 5 3 4 4 4 2 3 3 12 16 0,75 SEDANG 3 4 4 5 4 3 3 4 3 13 16 0,8125 TINGGI 4 4 5 5 4 3 4 4 3 14 16 0,875 TINGGI 5 4 5 4 4 3 4 3 3 13 16 0,8125 TINGGI 6 4 4 5 4 3 3 4 3 13 16 0,8125 TINGGI 7 3 5 4 4 2 4 3 3 12 16 0,75 SEDANG 8 5 3 4 4 4 2 3 3 12 16 0,75 SEDANG 9 5 5 5 4 4 4 4 3 15 16 0,9375 TINGGI 10 5 5 4 4 4 4 3 3 14 16 0,875 TINGGI 11 3 3 4 4 2 2 3 3 10 16 0,625 SEDANG 12 5 4 4 4 4 3 3 3 13 16 0,8125 TINGGI 13 4 4 4 4 3 3 3 3 12 16 0,75 SEDANG 14 4 4 4 4 3 3 3 3 12 16 0,75 SEDANG 15 5 5 4 4 4 4 3 3 14 16 0,875 TINGGI 16 5 5 5 4 4 4 4 3 15 16 0,9375 TINGGI 17 5 4 5 4 4 3 4 3 14 16 0,875 TINGGI 18 4 5 4 4 3 4 3 3 13 16 0,8125 TINGGI 19 4 4 5 4 3 3 4 3 13 16 0,8125 TINGGI 20 4 5 5 4 3 4 4 3 14 16 0,875 TINGGI 21 4 5 5 4 3 4 4 3 14 16 0,875 TINGGI 22 4 3 4 4 3 2 3 3 11 16 0,6875 SEDANG

Dokumen terkait