• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Validitas Modul IPA Berbasis Kontekstual

Dari hasil pengisian angket oleh validator kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan skala likert dengan kriteria lima tingkatan berdasarkan perhitungan persentase rata-rata skor tiap item di setiap pertanyaan dari lembar angket. Tabel 3.2 menunjukkan kriteria skor pada instrumen validasi modul.

Tabel 3.2 Kriteria Skor Skor

1 2 3 4 5

Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik Untuk perhitungan hasil persentase skor penilaian digunakan rumus sebagai berikut:

𝜌 = 𝑓

𝑁× 100%

Keterangan: 𝜌 = Angka presentase/skor penilaian

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Jumlah frekuesni/skor maksimal

Hasil akhir dari skor penilaian yang berpedoman pada skala likert selanjutnya dihitung rata-rata dari sejumlah subjek sampel uji coba yang akan dikonversikan pada pernyataan penilaian dalam menentukan kualitas dan kebermanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pada pendapat pengguna.

Tabel 3.3 menunjukkan skala kelayakan modul.

Tabel 3.3 Tabel Skala Kelayakan

Skor Kriteria

0 – 20% Sangat Kurang

21 – 40% Kurang

41 – 60% Cukup

61 – 80% Baik

81 – 100% Sangat Baik

3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi hasil skor pada item-item yang ada pada instrumen validasi (Budiastuti & Bandur, 2018).

Tujuan dari uji reabilitas ini yaitu untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan yaitu instrumen validasi modul. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Alpha’s Cronbach berbantuan aplikasi SPSS.

Rentang nilai koefisien dari Alpha’s Cronbach disajikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Nilai Koefisien Alpha’s Cronbach

Skor Kriteria

0 Tidak reliabilitas

> 0.70 Reliabilitas yang dapat diterima

> 0.80 Reliabilitas yang baik 0.90 Reliabilitas yang sangat baik

1 Reliabilitas sempurna

3.5.3 Analisis Keefektifan Modul IPA Berbasis Kontekstual 3.5.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sumber data yang didapat berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji normalitas kolmogorof-smirnov dengan berbantuan aplikasi SPSS. Dasar pengambilan keputusan suatu data berdistribusi normal yaitu apabila nilai π·β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” > π·π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™(0,05) (Nuryadi, et al, 2017).

Uji normalitas data hasil pre-test dan post-test siswa menggunakan aplikasi SPSS bertujuan untuk mengetahui sumber data berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Tabel 3.5 menunjukkan hasil uji normalitas kolmogorof-smirnov.

Tabel 3.5 Hasil Uji Normalitas

No Kelompok Signifikansi Krteria

1 Pre-test 0,063 Berdistribusi normal

2 Post-test 0,145 Berdistribusi normal

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21

Tabel 3.5 menunjukkan nilai signifikansi data pre-test dan post-test (π·β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”) >

π·π‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™(0,05), sehingga dengan begitu dapat dikatakan bahwa data berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui dua kelompok data (pre-test dan post-test) memiliki varians yang sama atau tidak.

3.5.3.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa dua atau lebih kelompok sampel data berasal dari populasi yang variasinya sama. Dengan kata lain uji homogenitas memberikan gambaran bahwa data yang diteliti memiliki karakteristik yang sama. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji Levene dibantu aplikasi SPSS. Dasar pengambilan keputusan suatu data dikatakan homogen apabila nilai Levene statistik > 0,05 (Nuryadi, et al, 2017).

Tabel 3.6 menunjukkan hasil uji homogenitas data pre-test dan post-test.

Tabel 3.6 Hasil Uji Homogenitas

Kelompok Data Signifikansi Krteria

Pre-test dan Post-test 0,959 Homogen

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22

Tabel 3.6 menunjukkan nilai signifikansi (0,959) > 0,05 yang artinya data pre- test dan post-test memiliki varians yang sama dan dikatakan homogen. Setelah dilakukan uji prasyarat, maka dilanjutkan dengan uji paired t-test.

3.5.3.3 Uji Paired T-Test

Uji T berpasangan merupakan metode pengujian dengan data tidak bebas atau berpasangan yang mana objek penelitian dikenai dua perlakuan yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan uji paired t-test menggunakan aplikasi SPSS. Pengambilan keputusan pada uji paired t-test didasarkan atas hasil nilai signifikansi yaitu jika nilai signifikansi < 0,05, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐻0 ditolak dan π»π‘Ž diterima. Sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05, π‘šπ‘Žπ‘˜π‘Ž 𝐻0 diterima dan π»π‘Ž ditolak (Nuryadi et al, 2017).

3.5.3.4 Uji N-gain

Untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa apakah terdapat peningkatan dari kegiatan pre-test dan post-test, maka dapat dihitung dengan rumus N-Gain (Melawati & Istianah, 2022).

βŒ©π‘”βŒͺ = π‘†π‘π‘œπ‘ π‘‘π‘‘π‘’π‘ π‘‘βˆ’ π‘†π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘’π‘ π‘‘ π‘†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™βˆ’ π‘†π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘’π‘ π‘‘ Keterangan:

βŒ©π‘”βŒͺ = peningkatan hasil belajar siswa π‘†π‘π‘œπ‘ π‘‘π‘‘π‘’π‘ π‘‘ = skor postest

π‘†π‘π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘’π‘ π‘‘ = skor prestest

π‘†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™ = skor maksimal

Dari hasil nilai βŒ©π‘”βŒͺ yang diperoleh kemudian dapat dikategorikan berdasarkan tabel 3.5.

Tabel 3.7 Kriteria N-Gain

Nilai N-Gain Keterangan

βˆ’1,00 ≀ 𝑔 < 0,00 Terjadi penurunan 𝑔 = 0,00 Tidak terjadi peningkatan

0,0 < 𝑔 < 0,30 Rendah

0,30 < 𝑔 < 0,70 Sedang 0,70 < 𝑔 < 1,00 Tinggi

(Melawati & Istianah, 2022) 3.5.4 Analisis Data Hasil Angket Respon Siswa

Hasil dari angket respon siswa akan dianalisis dengan menggunakan rumus (Melawati & Istianah, 2022):

𝑁𝑉 = βˆ‘π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ

π‘†π‘˜π‘œπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘Žπ‘™Γ— 100%

Keterangan: NV = Nilai respon siswa

Nilai yang telah diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan tabel 3.6.

Tabel 3.8 Kategori Kepraktisan Produk

Prosentase Kategori

0% < 𝑃 ≀ 20% Tidak praktis

21% < 𝑃 ≀ 40% Kurang praktis

41% < 𝑃 ≀ 60% Cukup praktis

61% < 𝑃 ≀ 80% Praktis

81% < 𝑁𝑉 ≀ 100% Sangat praktis

(Melawati & Istianah, 2022)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kevalidan Modul IPA Berbasis Kontekstual Pada Materi Bioteknologi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

4.1.1 Hasil Penelitian 4.1.1.1 Hasil Validasi Modul

Kelayakan modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi didasarkan pada hasil validasi oleh 4 ahli, meliputi 2 dosen di bidang Pendidikan IPA dan 2 guru IPA. Hasil validasi modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Validasi Modul IPA Berbasis Kontekstual Materi Bioteknologi No. Validator Persentase Validitas Kriteria

1 Ahli 1 85,5% Sangat Baik

2 Ahli 2 91,1% Sangat Baik

3 Ahli 3 84,4% Sangat Baik

4 Ahli 4 80% Baik

Rata-Rata 85,3% Sangat Baik

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9

Tabel 4.1 menunjukkan hasil rata-rata validasi modul IPA berbasis kontekstual pada materi bioteknologi dengan nilai mencapai 85,3% pada kategori sangat baik. Namun demikian, masih terdapat beberapa saran dan masukan dari validator untuk penyempurnaan modul IPA yang dikembangkan. Tabel 4.2 menyajikan saran dan masukan revisi modul dari ahli.

Tabel 4.2 Saran dan Masukan Revisi Modul

No. Aspek Saran Perbaikan

1. Isi Memperbaiki definisi bioteknologi dari segi terminologi

Menyesuaikan definisi bioteknologi dari segi terminologi

Menambah

definisi/penjelassan tentang bioteknologi konvensional dan modern

Penambahan definisi bioteknologi konvensional dan bioteknologi

Di setiap awal sub bab ditambah suatu

permasalahan/contoh nyata berkaitan dengan sub bab yang akan dibahas

Menambah informasi dari berita terkait sub bab yang akan dibahas

2. Penyajian Keterangan gambar ditulis sumber gambar dahulu lalu nama gambar, serta ukuran font diperkecil

Menyesuaikan tata nama gambar dan memperkecil ukuran font

Kegiatan berpikir kritis 3 diletakkan setelah bioteknologi

lingkungan

Memindahkan kolom kegiatan berpikir kritis 3 setelah bahasan bioteknologi lingkungan

3. Kebahasaan Menyesuaikan aturan penulisan huruf besar dalam kalimat

Memperbaiki penulisan sesuai kaidah EYD

4. Kegrafikan Mengubah jenis font isi modul

Menyesuaikan font isi modul Berdasarkan usulan dan arahan yang diberikan oleh validator, berikut ini perbedaan tampilan modul sebelum revisi dan sesudah revisi:

1) Perbaikan definisi bioteknologi dari segi terminologi. Gambar 4.1 menampilkan tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

(a) Modul sebelum revisi

(b) Modul setelah revisi

Gambar 4.1 Revisi Definisi Bioteknologi

2) Menambahkan definisi tentang bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern. Gambar 4.2 menampilkan tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

(a) Modul sebelum revisi

(b) Modul setelah revisi

Gambar 4.2 Revisi Definisi Bioteknologi Konvensional dan Modern 3) Menambah peristiwa/kejadian nyata di setiap sub bab. Gambar 4.3

menampilkan tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

(a) Modul sebelum revisi

(b) Modul setelah revisi

Gambar 4.3 Revisi Sub Bab

4) Menyesuaikan tata nama gambar sesuai kaidah dan memperkecil ukuran font.

Gambar 4.4 menampilkan tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

(a) Modul sebelum revisi

(b) Modul setelah revisi

Gambar 4.4 Revisi Tata Nama Gambar

5) Menempatkan kolom kegiatan berpikir kritis 3 setelah bahasan bioteknologi lingkungan. Gambar 4.5 menampilkan tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

(a) Modul sebelum revisi

(b) Modul setelah revisi

Gambar 4.5 Revisi Kegiatan Berpikir Kritis

6) Menyesuaikan aturan penulisan huruf besar dalam kalimat. Gambar 4.6 menampilkan tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

(a) Modul sebelum revisi

(b) Modul setelah revisi

Gambar 4.6 Revisi Penulisan Huruf Besar

7) Mengubah jenis font isi modul. Gambar 4.7 menampilkan tampilan modul sebelum dan sesudah revisi.

(a) Modul sebelum revisi

(b) Modul setelah revisi

Gambar 4.7 Revisi Jenis Font

4.1.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen validasi modul dianalisis menggunakan uji reliabilitas Cronbach-Alpha berbantuan program SPSS. Tabel 4.3 menampilkan hasil uji reliabilitas modul.

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Validasi Jumlah item Cronbach’s Alpha Kriteria

18 0,835 Reliabilitas yang baik

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Cronbach-Alpha instrumen validasi yaitu 0,835 yang berarti memiliki kriteria reliabilitas yang baik berdasarkan Tabel 3.4.

4.1.2 Pembahasan Hasil Validasi

Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi merupakan bahan ajar yang dikembangkan dengan memuat kearifan lokal tape ketan Muntilan sebagai media penyampaian materi Bioteknologi. Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi dapat digunakan dalam membantu proses pembelajaran IPA kelas IX. Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi selain terdapat muatan kearifan lokal Muntilan juga memuat kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan berpikir kritis.

Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30.

Pengembangan modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi secara umum bertujuan untuk menghasilkan modul IPA yang layak dan efektif untuk digunakan, selain itu bertujuan untuk menghasilkan modul IPA yang bermuatan kearifan lokal sekaligus mampu meningkatkan

keterampilan berpiki kritis siswa. Kevalidan modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi dinilai oleh ahli yang meliputi 2 dosen dari Pendidikan IPA dan 2 guru IPA SMP sedangkan untuk keefektifan modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi ditinjau dari peningkatan hasil KBK siswa dan angket respon siswa. Kelayakan modul IPA yang dikembangkan ditinjau dari 4 aspek kelayakan seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.

Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi dilakukan validasi oleh ahli sebanyak satu tahap. Setiap validator ahli memberikan skor penilaian yang berbeda pada beberapa butir aspek validasi, hal tersebut dikarenakan setiap validator ahli memiliki persepsi tersendiri tentang kelayakan suatu bahan ajar. Akan tetapi dari keempat validator ahli skor yang diberikan tidak jauh berbeda yang artinya modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi memenuhi kriteria kelayakan bahan ajar.

Rata-rata persentase penilaian dari keempat validator ahli yaitu 85,3%

dengan rincian validator ahli 1 sebesar 85,5%, validator ahli 2 sebesar 91,1%, validator ahli 3 sebesar 84,4%, dan validator ahli 4 sebesar 80%.

Berdasarkan Tabel 3.2 tentang skala kelayakan modul maka modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi termasuk dalam kriteria modul yang sangat baik (> 81%).

Kriteria penilaian pada kelayakan isi terdapat 6 komponen penilaian yang terdiri dari komponen kesesuaian dengan KI dan KD, kelengkapan materi, kedalaman materi, akurasi materi, kemutakhiran dan kontekstual, serta mengandung wawasan pengetahuan. Pada aspek kelayakan isi rata-rata

validator memberikan skor penilaian 4 dari rentang skor 1 – 5. Skor tersebut menunjukkan kriteria skor baik pada aspek kelayakan isi. Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi yang dikembangkan sudah memuat 6 komponen dari aspek kelayakan isi dengan baik yaitu materi dan latihan soal dalam modul sudah disesuaikan dengan KI dan KD, memuat informasi tambahan sebagai pelangkap materi, kedalaman materi telah disesuaikan dengan jenjang sekolah siswa, konsep dan definisi dalam modul sesuai dengan yang berlaku di bidang IPA, pengenalan materi bioteknologi menggunakan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal tape ketan Muntilan, contoh dan kasus yang disajikan dalam modul sesuai dengan kenyataan di Indonesia, materi dalam modul sesuai dengan perkembangan keilmuan IPA, latihan soal dan contoh kasus mendorong siswa untuk mengerjakannya dan melatihkan KBK.

Kriteria penilaian pada kelayakan penyajian terdapat 4 komponen penilaian yang terdiri dari teknik penyajian yang digunakan, pendukung penyajian materi, penyajian pembelajaran, serta kelengkapan penyajian.

Pada aspek kelayakan penyajian rata-rata validator memberikan skor penilaian 4 dari rentang skor 1 – 5. Skor tersebut menunjukkan kriteria skor baik pada aspek kelayakan penyajian. Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi yang dikembangkan sudah memuat 4 komponen dari aspek kelayakan penyajian dengan baik yaitu sistematika penyajian materi dalam modul runtut, terdapat latihan soal di setiap akhir sub bab dan uji kompetensi, terdapat kunci jawaban soal uji kompetensi, memuat rincian

kegiatan pembelajaran, terdapat daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar pustaka, serta memuat rangkuman materi.

Kriteria penilaian pada kelayakan bahasa terdapat 6 komponen penilaian yang terdiri dari kesesuaian dengan perkembangan siswa, keterbacaan modul, kelugasan bahasa, koherensi dan keselarasan alur pikir, kesesuaian dengan kaidah EYD, serta kesesuaian istilah, simbol, atau ikon.

Pada aspek kelayakan bahasa rata-rata validator memberikan skor penilaian 4 dari rentang skor 1 – 5. Skor tersebut menunjukkan kriteria skor baik pada aspek kelayakan bahasa. Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi yang dikembangkan sudah memuat 6 komponen dari aspek kelayakan bahasa dengan baik yaitu bahasa yang digunakan komunikatif, menggunakan bahasa Indonesia sesuai EYD, menggunakan bahasa lugas dan tidak ambigu, istilah yang digunakan sesuai dengan konsep yang ada, nama ilmiah yang digunakan konsisten, terdapat peta konsep yang membantu siswa memahami keruntutan alur materi dalam modul.

Kriteria penilaian pada kelayakan kegrafikan terdapat 2 komponen penilaian yang terdiri dari desain modul dan kualitas tampilan modul. Pada aspek kelayakan kegrafikan rata-rata validator memberikan skor penilaian 4 dari rentang skor 1 – 5. Skor tersebut menunjukkan kriteria skor baik pada aspek kelayakan kegrafikan. Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi yang dikembangkan sudah memuat 2 komponen dari aspek kelayakan kegrafikan dengan baik yaitu ukuran modul telah disesuaikan dengan ketentuan BSNP yaitu A4, tata letak dalam modul konsisten, memuat keterangan gambar dan tabel untuk memperjelas penyajian gambar

dan tabel, ilustrasi gambar yang digunakan menggambarkan materi dalam modul, dan desain menarik.

Meskipun dari hasil validasi ahli sudah memperoleh hasil yang menyatakan bahwa modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi sangat baik dengan persentase rata-rata 85,3%, namun validator ahli 1 dan validator ahli 2 memberikan beberapa saran dan masukan untuk perbaikan modul IPA sebelum diujicobakan kepada siswa. Saran dan perbaikan dari validator ahli secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. Validator ahli 3 dan validator ahli 4 merasa bahwa modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi sudah baik dan dapat digunakan oleh siswa, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8. Setelah dilakukan perbaikan pada isi modul sesuai dengan saran dan masukan dari validator ahli, maka modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi dapat diujicobakan kepada siswa.

Hasil uji reliabilitas instrumen validasi diketahui bahwa instrumen memiliki nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha 0,835. Jika ditinjau berdasarkan Tabel 3.4 tentang nilai koefisien Alpha’s Cronbach, maka instrumen memiliki kriteria reliabilitas yang baik. Artinya hasil skor penilaian validasi oleh ahli menunjukkan konsistensi skor pada item-item yang ada pada instrumen validasi, sehingga dengan begitu hasil validasi dari ahli dapat digunakan untuk menyatakan bahwa modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi layak untuk diujicobakan kepada siswa dengan kriteria validasi sangat bagus. Hasil penelitian Widiastuti (2021) disebutkan bahwa modul yang telah divalidasi oleh ahli dan memenuhi kriteria kevalidan dapat diujicobakan kepada siswa. Cristiana et al (2021)

menyatakan bahwa suatu produk bahan ajar dikatakan layak apabila memenuhi kriteria valid dan praktis.

4.2 Keefektifan Modul IPA Berbasis Kontekstual Pada Materi Bioteknologi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa 4.2.1 Hasil Penelitian

Data hasil pre-test dan post-test dari 29 siswa secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 19. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui rata-rata berpikir kritis siswa dan rata-rata per indikator KBK siswa sebagaimana disajikan pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.

Gambar 4.8 Rata-Rata Berpikir Kritis Siswa

Gambar 4.9 Rata-Rata Keterampilan Berpikir Kritis Tiap Indikator

18,27

44,2

0 10 20 30 40 50

Pre-Test Post-Test

2 2

1 2

1

2 2

1 2

1 2 4

5

4 4

3 4

5

3

4 4 4

0 1 2 3 4 5 6

Pre-Test Post-Test

Uji prasyarat sebelum Uji Paired T-Test sudah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa data pre-test dan post-test berdistribusi normal dan homogen. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi kolmogorof-smirnov data pre-test yaitu 0,063 dan nilai signifikansi data post-test yaitu 0,145. Nilai signifikasi yang melebihi 0,05 pada uji normalitass menandakan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Tabel 3.6 menunjukkan hasil uji homogenitas dimana nilai signifikansi (0,959) > 0,05 yang berarti data pre-test dan post-test memiliki varians yang sama dan dikatakan homogen. Selanjutnya dilakukan Uji Paired T- Test terhadap data pre-test dan post-test yang tersaji pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Paired T-Test

Kelompok Rata-Rata Sig(2-tailed) Kriteria Pre-test 18,28

0,000 Terdapat perbedaan secara signifikan

Post-test 44,21

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil Uji Paired T-Test nilai signifikansi (2-tailed) bernilai 0,000 < 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari data nilai pre- test dan post-test siswa.

Keefektifan modul IPA berbasis kontekstual pada materi bioteknologi untuk meningkatkan KBK siswa dibuktikan dengan uji N-gain dari data pre-test dan post-test siswa. Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji N-gain dari data pre-test dan post-test siswa yang memiliki rata-rata total 0,707 dengan kriteria tinggi. Hasil tersebut berarti terdapat peningkatan KBK siswa setelah menggunakan modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi.

Tabel 4.5 Hasil Uji N-Gain Pre-test dan Post-test No Indikator Berpikir

Kritis

Rata-Rata Skor Rata-Rata

N-Gain Kriteria Pre-test Post-test

1 Memfokuskan

Pertanyaan 1,897 4,379 0,802 Tinggi

2 Menganalisis

Pertanyaan 1,966 4,621 0,874 Tinggi

3

Bertanya dan Menjawab

Pertanyaan

1,379 3,621 0,615 Sedang

4

Mempertimbangkan Apakah Sumber dapat Dipercaya atau Tidak

1,724 4,31 0,784 Tinggi

5

Mengobservasi dan Mempertimbangkan Laporan Observasi

1,448 3,241 0,494 Sedang

6

Melakukan dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi

1,931 4,345 0,773 Tinggi

7

Melakukan dan Mempertimbangkan Hasil Induksi

2,034 4,552 0,848 Tinggi

8

Membuat dan Menentukan Nilai Pertimbangan

1,31 3,483 0,578 Sedang

9

Mendefinisikan dan Mempertimbangkan Suatu Definisi

1,621 4 0,698 Sedang

10 Mengidentifikasi

Asumsi-Asumsi 1,448 3,517 0,572 Sedang

11 Menentukan Suatu

Tindakan 1,517 4,138 0,75 Tinggi

Rata-Rata Total 1,661 4,018 0,707 Tinggi

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25 4.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Tujuan kedua dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektifan modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi dalam meningkatkan KBK siswa.

Modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi diujicobakan kepada 29 siswa kelas IXD SMPN 2 Muntilan setelah dilakukan revisi. Pertimbangan pengambilan sampel didasarkan pada nilai rata-rata IPA siswa hampir sama, tidak termasuk kelas

unggulan, dan tempat tinggal siswa di muntilan. Pembelajaran dilakukan dua kali pertemuan tatap muka dengan total waktu pelajaran yaitu 200 menit (5 jam pelajaran). Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2023 selama dua jam pelajaran. Pada pertemuan I peneliti mengenalkan modul IPA berbasis kontekstual materi bioteknologi kemudian siswa melakukan pre-test. Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2023 selama tiga jam pelajaran. Aktivitas pembelajaran pada pertemuan kedua meliputi diskusi kelompok memecahkan masalah pada kegiatan berpikir kritis di modul dan melakukan post-test.

Pada awal penelitian dilakukan pre-test yang bertujuan untuk mengetahui KBK siswa sebelum menggunakan modul, kemudian pada akhir pertemuan kedua dilakukan post-test yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan KBK siswa setelah menggunakan modul. Soal pre-test dan post-test berjumlah 11 soal berbentuk esai yang setiap soalnya telah disesuaikan dengan indikator KBK menurut Robert Ennis. Soal tersebut sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang dapat diamati pada Lampiran 12 sampai Lampiran 18.

Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 memperlihatkan adanya peningkatan rata-rata nilai berpikir kritis siswa, baik secara keseluruhan maupun ditinjau dari setiap indikator KBK. Peningkatan KBK pada siswa secara signifikan terlihat pada indikator 2 (menganalisis pertanyaan), indikator 3 (bertanya dan menjawab pertanyaan), indikator 7 (melakukan dan mempertimbangkan hasil induksi), dan indikator 10 (mengidentifikasi asumsi-asumsi). Keefektifan modul yang dikembangkan ditinjau dari skor N-Gain data nilai pre-test dan post-test siswa.

Tabel 4.5 menunjukkan rata-rata total N-Gain dari 11 indikator adalah 0,707 yang berada pada kategori tinggi. Hal ini dikarenakan modul IPA yang dikembangkan

menggunakan pendekatan kontekstual sehingga siswa lebih mudah mempelajari dan memahami keterkaitan antara materi IPA khususnya bioteknologi dengan kehidupan nyata siswa. Hidayat (2012) mengemukakan bahwa pembelajaran yang berbasis kontekstual membantu siswa mengaitkan pelajaran secara akademis dengan keadaan kehidupan nyata.

Peningkatan KBK siswa ditinjau dari 11 indikator. Pada indikator pertama yaitu memfokuskan pertanyaan diperoleh data rata-rata pre-test 1,897 dan post-test 4,379 dengan skor N-gain 0,802 berkategori tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu memfokuskan pertanyaan dari soal yang diberikan berkaitan dengan indikator pembelajaran tentang perbedaan prinsip bioteknologi konvensional dengan bioteknologi modern. Dalam modul yang dikembangkan telah memuat penjelasan lengkap tentang perbedaan prinsip bioteknologi konvensional dengan bioteknologi modern. Penjelasan tersebut meliputi pengertian bioteknologi, prinsip bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern, contoh bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern, serta perbedaan antara bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern, sehingga siswa dapat menguasai konsep dari pemaparan yang ada dalam modul. Selain itu, dalam modul juga terdapat bagian β€œKegiatan Berpikir Kritis 2” yang mampu melatih indikator memfokuskan pertanyaan. Pembelajaran berbasis kontekstual memiliki 7 komponen utama salah satunya adalah bertanya (questioning). Dengan keterampilan bertanya siswa mampu menggali informasi dari suatu peristiwa, mengajukan pertanyaan, serta memfokuskan perhatian pada permasalahan yang diberikan oleh guru (Syahza, 2012 dalam Hidayat, 2012).

Dokumen terkait