Dengan tantangan dan peluang pengembangan industri nasional ke depan, pembangunan industri sampai tahun 2045 akan dilaksanakan melalui enam tahapan sebagai berikut.
Tahap Perkuatan Pilar Pertumbuhan (2016-2020). Tahap ini difokuskan pada peningkatan daya saing industri yang didukung:
(a) penumbuhan pusat-pusat industri, (b) infrastruktur konektivitas dan energi, (c) penguatan struktur industri, (d) peningkatan produktivitas dan daya saing industri yang didukung SDM terampil.
Sasaran: pertumbuhan PDB industri rata-rata sekitar 5 persen per tahun dan peningkatan kontribusi PDB industri menjadi sebesar 20,8 persen pada tahun 2020.
Strategi: (a) percepatan pembangunan
infrastruktur yang mendukung konektivitas dan penyediaan energi, (b) fasilitasi operasionalisasi kawasan industri dan revitalisasi sentra industri kecil dan menengah (IKM), (c) intensifikasi pendidikan dan pelatihan yang berbasis vokasi dan Science-Technology-Engineering-Mathematics (STEM), (d) perbaikan regulasi yang mengatur ketenagakerjaan dan rantai pasok industri
Subsektor industri prioritas: industri padat karya yang berorientasi ekspor, termasuk industri yang mengolah sumber daya alam (SDA) seperti:
(a) industri makanan dan minuman, (b) industri alat angkutan, (c) industri kulit, barang kulit dan alas kaki, dan (d) industri tekstil dan pakaian jadi. Perbaikan regulasi di keempat subsektor prioritas tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan ketahanan subsektor tersebut. Penguatan subsektor prioritas dapat memperkuat pilar pertumbuhan industri dan kontribusinya dalam perekonomian terutama dalam penciptaan
lapangan kerja serta pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Tahap peningkatan diversifikasi dan nilai tambah, khususnya Industri Berbasis SDA (2021-2025). Tahap ini difokuskan pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam (SDA) untuk menjadi produk bernilai tambah tinggi, seiring dengan berkembangnya kawasan industri dan sentra industri kecil dan menengah, terutama di luar Jawa, yang didukung ketersediaan tenaga kerja terampil dan infrastruktur.
Sasaran: pertumbuhan PDB industri rata-rata sebesar 6,2 persen per tahun, dan peningkatan kontribusi PDB industri menjadi sebesar 21,4 persen pada tahun 2025.
Strategi: intensifikasi hilirisasi SDA yang mencakup:
(a) integrasi rantai pasok industri berbasis SDA yang melibatkan kemitraan industri besar dengan IKM, serta antara kawasan industri dan sentra IKM, (b) penguatan keterkaitan antara industri- lembaga litbang-SDM, termasuk hilirisasi hasil litbang industri SDA melalui science and techno park, (c) revitalisasi industri barang modal, (d) peningkatan akses ke pembiayaan industri, (e) harmonisasi kebijakan perdagangan termasuk efisiensi logistik dan mitigasi dampak fluktuasi harga komoditas, (f) perluasan pasar ekspor.
Subsektor industri prioritas: industri padat karya yang berorientasi ekspor, termasuk industri yang mengolah sumber daya alam (SDA) dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Subsektor prioritas tersebut mencakup subsektor yang menjadi prioritas di periode 5 tahun sebelumnya ditambah dengan: (a) industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, dan (b) industri barang logam, komputer dan elektronik, optik dan peralatan listrik. Dua subsektor prioritas tambahan
memiliki rantai nilai yang lebih panjang dengan tingkat teknologi yang lebih tinggi. Intensifikasi hilirisasi SDA pada tahap ini diarahkan untuk mendukung industri maritim, baik yang berbasis SDA perikanan dan kelautan, energi maupun konektivitas.
Tahap Penguatan Basis Industri Maju (2026- 2030). Pada tahap ini, pembangunan industri memasuki masa transisi menuju industri berbasis teknologi tinggi. Perhatian khusus diberikan untuk menguatkan industri barang modal yang akan meningkatkan kemampuan industri nasional untuk menjawab tuntutan pasar akan produk industri yang beragam dengan kualitas dan akurasi yang lebih tinggi. Jasa industri diperkuat sebagai bagian yang memperkuat struktur industri barang modal. Penguatan industri barang modal dan jasa industri juga diarahkan untuk menopang peningkatan produktivitas dan efisiensi industri pengolah SDA. Pada akhir tahapan ini, kawasan industri sebagai bentuk aglomerasi industri diharapkan telah beroperasi lebih efisien dan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah dan nasional.
Sasaran: pertumbuhan PDB industri rata-rata sebesar 6,8 persen per tahun dan peningkatan kontribusi PDB industri menjadi sebesar 22,3 persen pada tahun 2030.
Strategi: (a) penguatan industri barang modal melalui insentif riset dan penyediaan SDM berkualitas, (b) penguatan rantai pasok dan jasa industri, (c) penguatan litbang industri berteknologi tinggi, (d) penguatan kemitraan antara industri-litbang-lembaga pendidikan, dan (e) perluasan pasar ekspor tidak terbatas untuk industri barang modal, namun juga industri lainnya, dan diarahkan untuk memenuhi permintaan negara-negara yang memiliki kelompok kelas menengah yang tinggi.
Subsektor industri prioritas: subsektor industri prioritas di tahap sebelumnya ditambah dengan industri mesin dan perlengkapan, dan jasa industri untuk penguatan basis aktivitas pengolahan dalam merespon perubahan pasar yang dinamis.
Tahap Penguatan Inovasi dan Peran Global (2031-2035). Pada tahap ini, pembangunan industri difokuskan pada peningkatan inovasi produk dan proses industri, serta perluasan pasar dari produk industri di pasar global. Tahap ini ditandai dengan transisi dari industri yang mengandalkan tenaga kerja menjadi industri yang berbasis inovasi. Jumlah industri yang menerapkan sistem yang kompleks dan terintegrasi (cyber- physical system atau CPS). Keterkaitan industri pengolahan dengan usaha kreatif dan digital semakin kuat terutama disain, kemasan, sistem/
proses produksi canggih, dan layanan customer yang handal.
Sasaran: pertumbuhan PDB industri rata-rata sebesar 6,8 persen per tahun dan peningkatan kontribusi PDB industri menjadi sebesar 23,4 persen pada tahun 2035.
Strategi: fasilitasi industri nasional yang berbasis teknologi tinggi untuk meningkatkan perannya di pasar internasional, mencakup: (a) intensifikasi inovasi produk dan proses yang didukung kehandalan sistem informasi teknologi untuk meningkatkan business sophistication, serta kemitraan industri-litbang-lembaga pendidikan, (b) peningkatan efisiensi rantai pasok dan jasa industri, (c) peningkatan daya saing di pasar internasional melalui peningkatan jumlah brand global, dukungan layanan desain dan kehandalan customer services, serta perluasan sistem distribusi dan keagenan.
Subsektor industri prioritas: industri berbasis teknologi tinggi dan jasa industri yang memiliki orientasi pasar global.
Tahap Peningkatan Adaptasi Industri (2036- 2040). Pada tahap ini, Indonesia ditargetkan untuk memiliki industri yang memiliki kapasitas adaptasi tinggi terhadap perubahan pasar yang ditandai dengan tren aging population, pola konsumsi sehat, tren aktivitas perkotaan yang efisien, serta kualitas lingkungan hidup yang lebih baik.
Sasaran: pertumbuhan PDB industri rata-rata sebesar 6,5 persen per tahun, dan peningkatan kontribusi PDB industri menjadi sebesar 24,6 persen pada tahun 2040.
Strategi: fasilitasi industri nasional untuk mampu beradaptasi terhadap perubahan pasar dan ekosistem industri yang mencakup: (a) intensifikasi inovasi dan perekayasaan lanjutan untuk mendukung produk yang bernilai tambah lebih tinggi, serta proses industri dan rantai pasok yang lebih efisien dan ramah lingkungan (b) penguatan jasa industri dengan memanfaatkan (cyber-physical system atau CPS)
Subsektor industri prioritas: (a) industri dengan produk yang mendukung rentang kehidupan (life span) yang semakin meningkat, termasuk industri pangan, sandang, obat-obatan, kosmetik, bahan bangunan, alat transportasi, dan alat rumah tangga, dan (b) industri yang beroperasi secara efisien dalam penggunaan sumber daya dan berkontribusi pada perbaikan kualitas lingkungan hidup. Pada tahap ini, peran jasa industri semakin penting, termasuk dalam menyerap perpindahan tenaga kerja dari sektor industri sebagai akibat dari penerapan CPS.
Tahap Penguatan Keberlanjutan Industri (2041- 2045). Pada tahap ini, industri diharapkan dapat bertransformasi menuju smart and sustainable manufacturing.
Sasaran: pertumbuhan industri diharapkan rata-rata sebesar 6,4 persen per tahun dan kontribusi PDB industri sebesar 26,0 persen pada tahun 2045. Pada periode selanjutnya, industri nasional diharapkan dapat tumbuh stabil dengan kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan kemajuan teknologi.
Strategi: keberlanjutan industri, mencakup: (a) intensifikasi inovasi untuk mempertahankan daya dukung lingkungan dalam menyediakan bahan baku industri dan produk konsumsi secara berkelanjutan (b) kebijakan perdagangan dan teknologi yang memperkuat kemampuan adaptasi industri secara berkelanjutan. Peran pemerintah lebih difokuskan pada penyediaan jaminan taraf/kualitas hidup masyarakat yang lebih tinggi, sedangkan dunia usaha (industri dan jasa) sudah terintegrasi menjadi penggerak utama ekonomi.
Peran subsektor industri pada tahap
sebelumnya akan diperkuat, khususnya untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat Indonesia dan global pada 10 sampai 25 tahun selanjutnya.
Industri didorong kembali sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Modernisasi industri difokuskan pada industri pengolahan sumber daya alam (SDA) berbasis kawasan dan sentra industri dengan integrasi rantai pasok dan rantai nilai dari hulu ke hilir, yang didukung oleh inovasi, sumber daya manusia (SDM) berkualitas, dan kemitraan antara industri besar, sedang, dan kecil. Industri di dorong menjadi bagian rantai nilai global (GVC) dengan prioritas pada industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi , otomotif, elektronik, serta kimia dan farmasi. Efisiensi industri nasional ditingkatkan bertahap dengan penerapan smart and sustainable manufacturing untuk mengantisipasi aging population, aktivitas perkotaan yang efisien,
konektivitas dan pergerakan manusia-barang-jasa yang luas, serta kualitas lingkungan hidup yang lebih baik. Peranan sektor industri meningkat menjadi 26 persen terhadap PDB pada tahun 2045.
Revolusi industri hingga 4.0 didorong pemanfaatannya sesuai dengan karakteristik masing-masing industri untuk peningkatan efisiensinya.
Pengembangan ekonomi kreatif dan digital ke depan diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang Kreatif dan Berpikiran Maju (Creative and Forward-Thinking Indonesia). Sifat ekonomi kreatif dan digital yang kosmopolitan dan memiliki faktor produksi yang mudah berpindah menuntut kebijakan dan strategi pengembangan