• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran dan Strategi Pembangunan Pendidikan

Dalam dokumen Visi Indonesia Emas 2045 pdf (Halaman 37-41)

Meningkatnya taraf pendidikan rakyat Indonesia sehingga mampu menciptakan SDM yang unggul.

Rata-rata lama sekolah penduduk menjadi 12 tahun pada tahun 2045. APK pendidikan tinggi ditingkatkan mencapai 60 persen dan angkatan kerja lulusan pendidikan menengah keatas meningkat menjadi 90 persen pada tahun 2045.

Untuk mencapai sasaran di atas diperlukan investasi pembangunan pendidikan yang lebih besar, pengembangan metode penyelenggaraan pendidikan tinggi yang berbasis teknologi informasi, dan pengembangan pendidikan tinggi melalui program diploma (tidak harus S1) berdasarkan keahlian yang dibutuhkan dunia kerja.

Strategi pembangunan pendidikan sampai tahun 2045 adalah sebagai berikut:

Peningkatan Akses dan Partisipasi Pendidikan.

Seluruh penduduk memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan tanpa diskriminasi. Rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas diperkirakan terus meningkat dan mencapai 12 tahun atau setara dengan kelas 3 SMA/SMK/

sederajat pada tahun 2045 (Tabel 3-1). Penduduk dengan taraf pendidikan ≤ SD/sederajat terus menurun dan untuk penduduk dengan taraf pendidikan jenjang menengah dan tinggi meningkat.

Pemerataan Layanan Pendidikan. Pemerataan layanan pendidikan (equity of access to

education service) memastikan bahwa penduduk Indonesia terbebas dari kendala geografi dan keuangan untuk mendapatkan hak dasar layanan pendidikan. Satuan pendidikan harus terbangun di tingkat desa dan kecamatan serta daerah terpencil dan kepulauan dengan mempertimbangkan karakteristik daerah.

Pemerataan layanan pendidikan menjangkau kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan penduduk yang berstatus sosial-ekonomi lemah.

Peningkatan Peran Masyarakat dalam Pembangunan Pendidikan. Meskipun

pemerintah telah memberi perhatian besar pada bidang pendidikan melalui penyediaan alokasi anggaran sebesar 20 persen dari APBN, peran masyarakat termasuk sektor swasta didorong untuk mendukung pembangunan pendidikan.

Peran masyarakat dan kontribusi sektor swasta dalam pembangunan pendidikan juga didorong dalam hal penyelenggaraan pendidikan secara langsung. Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan swasta memberi sumbangan terhadap peningkatan pemerataan layanan dan partisipasi pendidikan.

Peningkatan Profesionalisme Guru. Kualitas pendidikan bergantung pada guru yang memiliki empat kompetensi: profesional, pedagogi, kepribadian, dan sosial. Kompetensi profesional dan pedagogi merupakan faktor utama dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

Proses pembelajaran yang berkualitas disertai penerapan metode inovatif dengan bantuan teknologi pendidikan. Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan diperkuat melalui revitalisasi sistem pendidikan keguruan agar melahirkan guru profesional, dengan memperbaiki proses seleksi calon guru berbasis prestasi (merit system), termasuk pembinaan guru berbasis kinerja.

Perubahan Pendekatan Pembelajaran.

Kemajuan teknologi pendidikan telah mengubah peran guru dan pendekatan pembelajaran menjadi lebih kreatif. Dengan sumber belajar online dan kemajuan teknologi yang memudahkan akses ke sumber belajar alternatif, metode pembelajaran akan berkembang ke arah peer-to-peer networking, dialog, pertukaran informasi, dan cara belajar berpola kolaborasi dan kerja sama/kerja kelompok merujuk paradigma pembelajaran abad ke-21.

Pendekatan pembelajaran beralih dari expository learning approach ke discovery learning

approach. Perubahan pendekatan pembelajaran sejalan dengan pengembangan kurikulum, yang terus dilakukan penyesuaian agar selaras dengan perkembangan mutakhir dan dinamika kehidupan masyarakat modern. Melalui kerangka kompetensi abad ke-21, siswa berpengetahuan akan dilengkapi dengan kemampuan kreatif–

kritis, karakter yang kuat [bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif, adaptif], dan didukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi.

Pembangunan pendidikan mengarah pada terciptanya proses pembelajaran yang

menumbuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi (high-oder thinking), yaitu kegiatan pembelajaran

yang mampu mendorong peserta didik berpikir kritis (critical thinking), kreatif (creative thinking), imajinatif (imaginative thinking), serta mampu berpikir secara komprehensif, analitis, dan mengambil kesimpulan.

Peningkatan Budaya Sekolah. Satuan pendidikan berkembang sebagai sarana pembelajaran yang efektif dengan membangun budaya sekolah yang berorientasi mutu, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan—orangtua, kepala sekolah, guru, murid, komunitas—dalam proses pembelajaran. Pendidikan dimaknai sebagai learning, bukan schooling. Pendidikan sebagai learning bermakna setiap anak didik harus dapat mengoptimalkan segenap potensi dan bakat serta mengeksplorasi semua daya yang dimiliki, agar dapat tumbuh-kembang melalui proses pembelajaran efektif.

Peningkatan Budaya Baca. Budaya baca ditumbuhkan dan diperkuat dengan memperbanyak perpustakaan baik di satuan pendidikan maupun di masyarakat. Perpustakaan dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran utama untuk membangun masyarakat

berpengetahuan (knowledge society). Melalui perpustakaan, budaya baca ditumbuhkan yang mencerminkan tingkat literasi masyarakat. Literasi merupakan faktor esensial dalam membangun pondasi yang kokoh bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan.

Peningkatan Penguasaan Bahasa Asing dan Pelestarian Bahasa Daerah. Kemampuan berbahasa asing menjadi prasyarat di era global dan memasuki pasar kerja yang semakin kompetitif. Bahasa asing, terutama bahasa Inggris, perlu dikuasai sejak dini dan diajarkan paling kurang sejak kelas 4 sekolah dasar. Upaya melestarikan bahasa daerah menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan. Untuk merawat

khazanah kebudayaan bangsa, bahasa daerah tetap diajarkan di sekolah agar penutur bahasa ibu terus bersambung dan mencegah kepunahan bahasa daerah.

Peningkatan Pendidikan Vokasi. Pendidikan vokasi terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus dan keterampilan spesifik bekerja di sektor ekonomi. Pendidikan vokasi merupakan pilihan strategis untuk membekali penduduk usia-muda produktif mengenai pengetahuan know-how

kemahiran teknis yang diperlukan di dunia kerja. Penguatan pendidikan vokasi ditempuh melalui reorientasi dari supply-driven menjadi demand-driven, yang disertai fleksibilitas dalam pengembangan program studi, bidang keahlian, dan mata pelajaran baru mengikuti dinamika pasar kerja.

Peningkatan Tenaga Kerja Berpendidikan dan Kewirausahaan. Untuk menopang struktur ekonomi modern yang berbasis pada industri diperlukan skilled labor force. Tenaga kerja perlu memiliki kualifikasi pendidikan tinggi dan mempunyai pengetahuan, keterampilan teknikal, serta kecakapan hidup dan jiwa kewirausahaan.

Para lulusan lembaga pendidikan perlu memiliki jiwa kewirausahaan agar lebih berorientasi pada penciptaan lapangan kerja.

Peningkatan Bidang Ilmu di Perguruan Tinggi.

Penduduk yang menempuh pendidikan tinggi diarahkan untuk menguasai bidang ilmu yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi.

Pengembangan bidang ilmu di perguruan tinggi akan diselaraskan dengan dinamika perekonomian nasional dan kebutuhan pembangunan.

Tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi banyak terserap di sektor jasa, industri, dan infrastruktur.

Dalam 30 tahun ke depan ketiga sektor tersebut

akan meningkatkan kebutuhan sarjana bidang ilmu keteknikan. Dibandingkan negara-negara di ASEAN, proporsi sarjana teknik (insinyur) terhadap total penduduk Indonesia masih sangat sedikit. Dari total 750 ribu insinyur, hanya sekitar 9 ribu orang yang bekerja sebagai insinyur profesional.

Kekurangan sarjana teknik sejalan dengan data UNESCO Institute for Statistics (UIS, 2013-2015).

Rasio sarjana teknik per 1 juta penduduk di Indonesia relatif rendah yaitu 2.671 dibandingkan dengan negara lain, berturut-turut Malaysia (3.334), India (3.380), Thailand (4.421), dan Cina (5.730).

Dalam rangka menghadapi era Revolusi Industri 4.0, perguruan tinggi juga diharapkan mampu beradaptasi dengan pembelajaran Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics (STEAM) serta mempersiapkan lulusan dengan keterampilan profesional dan intelektual yang memadai. Lulusan pendidikan tinggi diharapkan mampu menguasai literasi baru terkait

data, informasi, dan teknologi; serta mampu berpikir kritis, berkolaborasi, dan kreatif dalam memecahkan masalah.

Profesi yang berlandaskan STEAM dan berbasis media digital dan komunikasi membutuhkan tenaga terampil dan berkeahlian sesuai dengan bidang ilmu yang sesuai. Saat ini persentase lulusan bidang ilmu STEAM baru mencapai 39,9%

(505.156 mahasiswa) dari total lulusan sebanyak 1.267.559 mahasiswa.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja ke depan, pengembangan bidang ilmu STEAM di perguruan tinggi perlu didorong sehingga bisa menghasilkan lulusan dengan proporsi bidang ilmu STEAM yang lebih besar dari saat ini.

Perguruan Tinggi sebagai Pusat Keunggulan.

Perguruan tinggi dikembangkan sebagai pusat keunggulan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi, dengan menggalakkan riset ilmiah—dasar dan terapan—

untuk dapat melahirkan invention dan innovation.

Pengembangan riset ilmiah di masa depan diarahkan pada thematic-based research, yang berorientasi pada pemecahan masalah dan menggunakan pendekatan lintas disiplin ilmu.

Perguruan tinggi di wilayah Indonesia diperkuat dengan membangun pusat keunggulan untuk bidang ilmu tertentu, sekaligus berperan sentral sebagai penggerak pembangunan di daerah.

Peningkatan Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter sebagai salah satu pusat dari proses pembentukan kepribadian anak didik diperlukan untuk membangun watak yang baik, memupuk mental yang tangguh, dan menanamkan nilai- nilai kebajikan yang selaras dengan moral dan etika yang hidup di dalam masyarakat. Melalui pendidikan karakter, kepribadian yang positif akan tumbuh dan menjelma dalam wujud budi pekerti luhur, perilaku individual dan sosial yang baik, dan menjaga integritas merujuk pada nilai-nilai moral dan etika.

Taraf dan kualitas pendidikan rakyat ditingkatkan untuk menciptakan SDM unggul. Rata-rata lama sekolah penduduk diharapkan menjadi 12 tahun, APK pendidikan tinggi ditingkatkan mencapai 60 persen, dan angkatan kerja lulusan SMA meningkat menjadi 90 persen pada tahun 2045. Strategi pembangunan pendidikan yang ditempuh mencakup : peningkatan pendidikan umum, vokasi, entrepreneurship, dan karakter; perubahan metode pembelajaran dari expository learning ke discovery learning approach ; peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan pendidikan ; serta penguatan pendidikan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi.

Dalam dokumen Visi Indonesia Emas 2045 pdf (Halaman 37-41)