• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Kondisi Desa Riamau

1. Sejarah Desa Riamau

Desa Riamau merupakan salah satu dari sembilan (9) Desa yang berada di bagian timur Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan luas wilayah 13 km dengan jumlah penduduk 820 Jiwa yang terdiri dari laki–

laki sebanyak 420 orang, perempuan sebanyak 398 orang dan memiliki kepala keluarga sebanyak 234 KK dengan batas wilayah sebagai berikut :33

a. Sebelah Utara : Kecamatan Wera.

b. Sebelah selatan : Kecamatan Sape.

c. Sebelah Barat : Desa Maria Kecamatan Wawo.

d. Sebelah Timur : Kecamatan Sape.

Pada awalanya Desa Riamau merupakan dusun dari Desa Maria yang kemudian melakukan pemekaran dari Desa Maria pada Tahun 2007. Dari penuturan cerita secara turun temurun oleh ahli-ahli sejarah di Desa Riamau, mereka mengatakan bahwa Desa Riamau pada awalnya merupakan bagian dari Desa Maria, pilihan untuk melakukan pemekaran untuk mencapai suatu perubahan seperti dari segi

33Dokumentasi, Sejarah Desa Riamau,Tanggal 10april 2019.

pembangunan, penataan lingkungan, pelayanan terhadap masyarakat, serta kehidupan sosial masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari masyarakat desa Riamau pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani yaitu pada bidang pertanian jagung dan padi serta beternak sapi sebagai sampingan. Sealin hasil pertaniannya berupa jagung, saat ini Desa Riamau juga merupakan daearah pedesaan yang banyak terdapat sumber daya alam berupa kemiri.

2. Topografi Desa Riamau

Desa Riamau merupakan salah satu dari sembilan (9) Desa yang berada di bagiantimur Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas wilayah 1.325 hektar.

Kodisi iklim di sebagian besar desa Riamau tidak jauh beda dengan kondisi iklim wilayah Desa lain di Kecamatan Wawo, secara umum terdapat dua Musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, musim kemarau berlangsung antara bulan Juli hingga oktober dan musim hujan berlangsung antara bulan November sampai dengan bulan Pebruari dengan suhu udara rata-rata berkisar 37 derajat celcius, kelembaban udara berkisar antara 30-33 %, sedangkan curah hujan sebesar 35-36 mm denga curah hujan terrendah bulan April dan curah hujan tertinggi pada bulan Januari.

3. Gambaran Umum Demografis

Jumlah penduduk Desa Riamau dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2013,penduduk Desa Riamau berjumlah 785 jiwa, padatahun 2016 meningkat menjadi 801 jiwa dan pada tahun 2017 jumlah penduduk menjadi 820 jiwa.

Tabel luas Dusun, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, serta kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Luas Dusun, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, serta kepadatan penduduk

Sumber: Data Profil Desa Riamau April 2019.

Berdasarkan dari Tabel 2. Di atas bahwa luas dusun pada tahun 2019 yang dulunya dusun riamau luasnya hanya 5,000 (km) sedangkan dusun kalate dan dusun pamali tidak ada penambahan perluasan wilayah. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2019 memang semakin bertambah yang dulunya di tahun 2017-2018 per-dusun itu di desa riamau tidak mencapai di atas ratusan jiwa. Kemudian jumlah penduduk perempuanpun hampir sama dari segi signifikan jumlahnya

Nama Luas (Km)

Jumlah Penduduk Laki – Laki

(jiwa)

Jumlah Penduduk Perempuan

(jiwa)

Kepadatan (jiwa)

Dusun

Riamau 6,000 100 114 214 (1,96

Jiwa / KM ) Dusun

Kalate 4,000 212 311 523 ( 3,35

Jiwa / KM ) Dusun

Pamali 3,000 30 34 73 ( 0,85

Jiwa / KM )

dimana jumlah perempuan pada tahun 2017-2018 maksimal seratus (100) jiwa. Sehingga pada tahun 2019 ini penduduk perempuan terbanyak dari pada tahun sebelumnya.

Dari hasil data diatas dan hasil wawancara di beberapa tokoh didesa riamau memang mengalami peningkatan jumlah penduduk/jiwa yang signifikan pertahunya itu di hitung dari jumlah perdusunya baik di dusun riamau,dusun kalate dan dusun pamali. Kemudian pertumbuhan ini pula yang mendominasi adalah penduduk perempuan,itu hampir setiap tahun terjadi di desa riamau. Dari jumlah tersebut desa riamau per-tahun mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sehingga kepadatan pendudukpun semakin terjadi.

Penduduk yang tinggal di Desa Riamau berasal darisuku asli Bima.

Hidup dalam suasana tolong-menolong dan gontong-royong sudah menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-haridi Desa Riamau.Kebiasaan sosial itu sering disebut mboloweki(rapat),yaitu tradisi kumpul bersama pada saat membahas acara besar seperti dalam hal tahlilan, pernikahan, rapat sebelum bertani dan lain-lain sebagainya.Nilai-nilai solidaritas sosial dan kebersamaan masyarakat seperti saling membantu, gotong- royong untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa mengharapkan suatu imbalan jasa. Desa Riamau merupakan salah satu Desa di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima NTB yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dalam hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:34

34Dokumentasi, desa riamau, tanggal 15 april 2018

Tabel 3.Jumlah Penduduk Menurut Agama

Agama Jumlah Persentase

Islam Kristen Katolik Hindu Budha

820 0 0 0 0

100 % 0 % 0 % 0 % 0 % Sumber: Data Profil Desa Riamau April 2019.

Berdasarkan Tabel 3,diatas bahwa penduduk yang beragama islam mencapai 100% artinya penduduk/jiwa yang ada di desa riamau rata-rata beragama islam, jadi memang pada awal sampai sekarang tidak ada perubahan jumlah malahan semakin signifikan sesuai dengan penambhan jumlah penduduk.

Dari hasil data diatas bahwa desa riamau ini adalah desa yang mayoritas agama islam,sehingga aktivitas yang dilakukannyapun tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan antar agama jikapun ada itu sebatas perdebatan internal agama islam. Ini menunjukan bahwa agama islam menjadi mayoritas di desa riamau.

4. Analisa Isu Strategis

Dengan memperhatikan analisa lingkungan eksternal dan internal, isu strategis Desa Riamau dalam 1 (satu) tahun mendatang adalah sebagai berikut:

a. Rendahnya budaya masyarakat dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dan belumoptimalnya sinergi pemerintah desa dengan Pemerintah dan Pemerintah

Kabupaten dalam pengembangan teknologi komonikasi dan informasi.

b. Kurangnya kerjasama antar Pemerintah Desa denganmasyarakat dalam melaksanakan kebersihan lingkungan.

c. Banyaknya petani atau masyarakat yang melindungi tanaman dari gangguna binatang ternak.

d. Kurangnya modal usahan masyarakat guna meningkatkan hasil pertanian.

e. Saluran irigasi di lahan pertanian masyarakat masih kurang layak sehingga petani sulit mengairi tanaman.

f. Rendahnya air dari pegunungan yang masuk keperkampungan warga saat musim kemarau.

g. Sulitnya pengangkutan hasil pertanian bagi petani.

h. Kurangnya akses modal usaha bagi masyarakat dan kelompok tani.

i. Banyakanya masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga.

5. Urutan Pejabat( Kepala Desa )Riamau

a. Ramlin A. Azis Periode Tahun 2007 (Pjs Kades).

b. M. Ilyas A. Gani Periode Tahun 2008 S/D 2013(Kades).

c. Sa’ala Ilyas Periode Tahun 2013 S/D 2019(Kades).

6. Sistem Pelaksanaan Pernikahan di Desa Riamau

Dalam melaksanakan pernikahan, masyarakat di desa Riamau melangsungkan pernikahan di rumah mempelai perempuan yang dalam hal ini pejabat Kantor Urusan Agama (KUA) mendatangi langsung ke rumah masyarakat yang melangsungkan pernikahan. Jumlah masyarakat di desa Riamau yang melangsungkan pernikahan di Desa Riamau bervariasi tiap bulannya, biasanya masyarakat di desa Riamau paling banyak melaksanakan acara pernikahan pada saat pasca panen yaitu bulan Oktober sampai November, hal ini terjadi karena pada bulan tersebut merupakan waktu untuk beristirahat dari kegiatan bertani.

Tabel4. Jumlah Penduduk yang Menikah di Desa Riamau per Tahun Tahun Dusun

Riamau/Pasangan Dusun

Kalate/Pasangan Dusun Pamali/Pasangan

2008 5 7 3

2009 4 9 4

2010 8 5 6

2011 7 8 5

2012 9 7 4

2013 5 6 8

2014 10 7 5

2015 8 9 4

2016 7 12 7

2017 9 5 8

2018 12 9 5

2019 4 3 2

Sumber: Data Kantor Urusan Agama Kecamatan Wawo 2008-2019.

Berdasarkan Table 4, diatas bahwa jumlah penduduk di desa riamau yang menikah pertahun tidaklah menentu dari segi jumlah.

Karena pernikahan ini persoalan kemauwan dan keinginan dari kedua pasangan. Sehingga pada konteks ini jumlahnya tidak menentu

pertahunya. Jadi pernikahan di desa riamau pasti dan akan selalu terjadi walaupun tidak menentukan angka yang menikah apakah semakin menurun ataukah semakin meningkat tapi yang pasti prosesi pernikahan di desa riamau pertahunya tetap akan selalu terjadi. Kemudian dari hasil wawancara pernikahan ini tidak hanya terjadi di desa riamau artinya kadang antar desa rimau dengan desa yang lain dan adapula antara dusun di satu desa riamau.

B. Proses Pelaksanaan Tradisi Boho Oi Ndeu

Berikut penjelasan dari salah satu tokoh adat di Kecamatan Wawo terkait tradisi Boho Oi Ndeu dengan menggunakan bahasa Bima Sebagai berikut:

(Aka rasa makalai si wati sama na labo cara Boho Oi Ndeu ara rasa Riamau, aka kampo makalai ma kandeu na ede du ma siwe na ngara na ede du Ina Ruka labo ndi ntanda ba Ina-Ina, sawatip da Boho kai Oi Ndeu ina ruka na baca ku shalawat, oi ndi kandeu kai na wi’i kai ku muja to’i edaku loa kai na busi. Oi ndi kani na kacampo ku labo ro’o fanda ra dompo kato’i-to’i labo bunga mundu, bunga jampaka labo bunga kananga loa kaina ngolo).35

Artinya:

(Di desa lain tidak sama dengan cara pemandian yang dilakukan oleh masyarakat Riamau, di desa lain yang memandikan adalah pihak wanita dan disaksikan oleh Ibu-Ibu. Sebelum Memandikan, pihak yang memandikan membacakan shalawat, pada saat saya saksikan air yang digunakan untuk pemandian ditaruh dalam gerabah kecil yanng katanya supaya dingin. Air yang digunakan dicampur dengan daun pandan yanng di iris kecil-kecil, bunga melati dan bunga kenanga).

35Ama Redo, Wawancara, Kec. Wawo, 16April 2019.

Proses pelaksanaan tradisi Boho Oi Ndeu di Desa Riamau adalah sebagai berikut:

Berdasarkan penjelasan pak Elo proses pelaksanaan tradisi (Boho Oi Ndeu) melalui beberapa tahap yaitu dengan menggunakan bahasa Bima sebagai berikut:

Sarambana kaboro weki keluarga ma mone ru’u ba ede lao kancore aka uma ma siwe, nggahi Mbojo na re lao tio rana, wa’u ba ra ede dula sama ra wa’a ma siwe lao aka uma ma mone na loa kai Boho Oi Ndeu ai mpa da ngupa na makalai).36 Artinya:

(Keluarga pengantin laki-laki ramai-ramai mengantarkannya ke rumah pengantin wanita untuk menjemput pengantin perempuan lalu dibawa ke rumah pengantin laki-laki untuk disiramkan air mandi supaya mereka setia dan tidak selingkuh). Berdasarkan pemaparan pak Ruslin mengatakan dengan menggunakan bahasa Bima sebagai berikut:

(Boho Oi Ndeu ede du rawi ra londo ro mai na aka ompu ro wa’i ndai ta, de cara na re sadia wa’uku oi ra do’a ba dou ma loa ede du abu ro lebe, dua na re doho menghadap kiblat ru’u ba ede cembu ku roka rahi bo wei ma boup ru’u kanggori weki).37 Artinya:

(Penyiraman air mandi merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh leluhur kita, caranya disediakan air yang sudah di doakan oleh tokoh agama yang sekaligus sebagai tokoh adat (Lebe), setelah itu keduanya menghadap kiblat lalu disiram bagian punggung mempelai laki-laki dan perempuan).

36Ama Elo, (Masyarakat Desa Riamau), Wawancara, 16 april 2019.

37Ruslin, Wawancara, Desa Riamau, 15April 2019.

H.Salahudin (Abu Sile) memberikan penjelasan dengan menggunakan bahasa Bima bahwa:

Cara na ede du mbolo ro do’a wa’u ba dou ma bade atau ma londo ro mai kai ba rawi Boho Oi Ndeu, na sadiaku oi labo kale’e ni’u ndi bui kai, oi na ndi kacampo labo ro’o fanda bunga kananga,toho ku dolu janga kampo ta kengge na. Baca wu shalawat kau ku duana doho menghadap kiblat wede cembu ra di roka dua na re. Ndai wa’ur imbi kasama kai rawi ede loa kai na taho ruku ro rawi rahi labo wei ra Boho kai Oi Ndeu.Cara na ede du bergantung hidi ndi karawi kai tradisi Boho Oi Ndeu, lai hidi maka na lai cara na karawi tradisi ede re.)38

Artinya:

(Penyiraman air mandi adalah tradisi yang harus kita laksanakan setelah nikah. Caranya adalah dengan mengadakan rapat lalu memberikan doa terhadap air yang disiapkan dengan batok kelapa oleh tokoh agama dan tokoh adat, air dicampur dengan daun pandan dan bunga kananga, ditaruh telur ayam kampung dekat air tersebut.

Sebelumnya dibacakan shalawat lalu keduanya disuruh menghadap kiblat kemudian disiramkan ke punggung kedua sepasang pengantin yang sudah di akadkan

1. Kegiatan Sebelum Pelaksanaan Tradisi Boho Oi Ndeu

Salah satu tokoh adat yaitu (H.Syamsudin) memberikan penjelasan bahwa sebelum pelaksanaan tradisi Boho Oi Ndeu hal yang paling utama disiapkan adalah semua kebutuhan/peralatan yang akan digunakan seperti (Ro’o Fanda Ra Dompo Kato’i-To’i Labo Bunga Mundu, Bunga Jampaka Labo Bunga Kananga Loa Kaina Ngolo) ini semua penting disiapkan terlebih dahulu karena kayakinan masyarakat di sekitar sana jika dari salah satu dari bahan itu tidak terpenuhi maka akan ada yang terjadi di keluarga kedua pasangan yang akan dimandikan.

38H. Salahudin, Wawancara, Dusun Kalate, 20April 2019.

Kemudian setelah itu kedua pasangan akan dipangil untuk menghadap ke ina ruka (ibu pengasuh) untuk diberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum kedua pasangan ini dimandikan biar pada saat memandikan nanti kedua pasangan ini mengerti apa yang dilakukan. Setelah pasangan dipersilahkan duduk baru di do’akan dengan mengunakan beberapa ayat Al- Qur’an diantaranya Surah Al-Ikhlas,Al-Falak dan An-Nass.

2. Kegiatan Sesudah Pelaksanaan Tradisi Boho Oi Ndeu

Kemudian sesudah dimandikan kedua pasangan akan ditempatkan di kamar khusus mempelai karena akan diberikan do’a kembali oleh tokoh agama agar supaya keluarga mereka menjadi keluarga yang bahagia. Dengan menggunakan beberapa ayat Al-qur’an seperti surah Al-fatiha dan ayat kursi.

C. Pandagan Masyarakat Terhadap Trdaisi Boho Oi Ndeu

Pelaksanaan terhadap tradisi Boho Oi Ndeu memilliki tata cara atau aturan sesuai dengan ketentuan adat yang disepakati oleh masyarakat setempat di desa Riamau. Menurut hasil wawancara menunjukan adanya keselarasan pendapat dari beberapa orang di desa Riamau terhadap bentuk dan proses pelaksanaan tradisi Boho Oi Ndeu. Dalam hal ini adanya akulturasi antara tradisi lokal dengan syariat Islam.

Dewasa ini untuk mengembangkan kerangka acuan berpikir dan menganalisis akulturasi tradisi tersebut harus dengan mengetahui tanggapan lebih lanjut dari masyarakat terkait terhadap tradisi Boho Oi Ndeu sehingga mampu memberikan solusi terhadap pro kontra yang

terjadi di masyarakat Riamau itu sendiri. Adapun rincian tangapan masyarakat Riamau adalah sebagai berikut:

1. Tanggapan Tokoh Masyarakat

Adapun tanggapan pak Ruslin sebagai tokoh masyarakat terhadap tradisi Boho Oi Ndeudengan mengunakan bahasa Bima adalah sebagai berikut:

Rawi Boho Oi Ndeu wa’ura mendarah daging aka rasa ndai Kampo Riamau ake, ba wa’ur ndede na re ncoki ku paki ba masyarakat ndai ta. Ne’e mu kancara rawi dei tradisi ake wa’ur campo angi bo auma wara aka syareat Islam. Bune si nggahi re masyarakat ta ake tetap imbi na aka Ruma ra tala hidi ndi raho kai au ndi ne’emu raho.Nuntu si bid’ah re kan wara ku dua mbua macam na ede du ndim kadeni ndai bo Ruma labo ma kado’a ndai labo Ruma. Ndi tio si, rawi Boho Oi Ndeu ake justru na kadeniku masyarakat ta Desa Riamau ake dei ruma Allah Swt).39

Artinya:

(Tradisi Boho Oi Ndeu sudah mendarah daging di desa kita Riamau, sehingga sangat sulit untuk ditinggalkan masyarakat secara menyeluruh. Dewasa ini ketika kita mau menyalahkan, yang menjadi tameng mereka adalah penggunaan syariat Islam dalam proses tradisi tersebut yaitu berupa doa dari beberapa ayat dalam al-Quran. Masyarakat desa Riamau justru menganggap tradisi ini juga mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Wahyudi mengatakan dengan menggunakan bahasa Bima yakni:

Wara ku hidi na ma caru aka rawi Boho Oi Ndeu ake ede du ntika na karawi sama sawatip da rawi inti na, ede du ndai ma tua, ma to’i, ro ma muda kasama weki lao weha haju ka’a ndi dei kai ngaha dou ma ntanda rawi Boho Oi Ndeu. Dei woha rawi Boho Oi Ndeu ndai dou Riamau cua mpa’a cerita kalucu angi, bune si nggahi re wara na rawi Boho Oi Ndeu na naha kaciaku hubungan cina ro angi ndai. Lewat rawi Boho Oi Ndeu ake ndai ta dou riamau do’a ro raho kasamaku di ndai na Ruma loa kaina taho ngge’e ro mori keluarga ndai ma bou pu nika).40

39Pak Ruslin, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Desa Riamau, 21 April 2019.

40Wahyudi, Tokoh Masyarakat, Wawancara, Dusun Pamali, 23 April 2019.

Artinya:

(Ada bagian yang indah terhadap tradisi Boho Oi Ndeu yaitu indahnya nilai gotong-royong dalam menyiapkan acara tersebut, yaitu yang tua, anak-anak, dan para pemuda bekerjasama mencari kayu bakar untuk membuat makanan yang akan disajikan diacara Boho Oi Ndeu. Ditengah-tengah acara tersebut kita warga Riamau bertukar cerita dan bercanda ria, dalam hal ini dengan adanya tradisi Boho Oi Ndeu semakin mempererat tali persaudaraan. Melalui tradisi Boho Oi Ndeu kita bersama-sama mendoakan saudara kita yang baru saja melangsungkan acara pernikahan agar harmonis dalam hubungan berumah tangga).

2. Tanggapan Tokoh Adat

Salah satu tokoh adat yaitu H. Salahudin (Abu Sile) berpendapat dengan mengunakan bahasa Bima bahwa:

Tradisi Boho Oi Ndeu ede du ra karawi ba wa’i ro ompu ndai sawatip da lu’u na Agama Islam aka Kampo Riamau, nggahi dou ma ntoi watisi karawi mu Boho Oi Ndeu ake ndi mai kai ba ntuwu ncao rahi labo wei. Artina Boho Oi Ndeu ake tujuana ndi ma karaso sarumbu kasa ro sarumbu halu dou ma bou pu nika, wara kaki tau bunga maksud na re loa kaina caru ngolo ruku ro rawi na wunga ngge’e sama mena na pea labo loa kai na taho ngge’e ro moridua na rewi. Ake Boho Oi Ndeu wa’ur kani kai kalombo syareat Islam dan nami kasama weki imbi di Ruma Allah Swt.hidi ndi raho.Au-au ra do’a ba nami aka tradisi ake ede du nggahi ra eli karo’a bune al-Fatiha, ayat kursi, al- Ihlas. Nami pun wa’ur kasabua nggahi labo dou ma dei Agama ara Kampo Riamau ake bahwa Boho Oi Ndeu loa ndi tetap karawiba ndai).41

Artinya :

(Tradisi Boho Oi Ndeu merupakan kebiasaan sebelum datangnya agama Islam di Desa Riamau, orang tua terdahulu mengatakan jika tidak dilaksanakannya pemandian ini akan membawa kerusakan dalam rumah tangga. Artinya pemandian ini tujuannya merupakan cara untuk mebersihkan jiwa dan raga keduanya, adanya bunga dalam air yang digunakan ada pesan tersirat agar selalu ada kebaikan dalam berumah tangga. Sekarang Boho Oi Ndeu sudah dibungkusi oleh syariat atau nilai-nilai Islam dan kitapun secara bersamaan percaya hanya kepada Allah Swt tempat kita memohon do’a dan pertolongan. Penggunaan doa dalam tradisi ini mengunakan ayat-ayat dalam al-Quran seperti surah al- Fatiha, ayat Kursi, dan al- Ikhlas.

41H. Salahudin (Abu Sile), Wawancara, Desa Riamau, 23 April 2019.

Ini tujuanya merupakan cara untuk membersihkan jiwa dan raga keduanya,adanya bunga dalam air yang digunkan ada pesan tersirat agar selalu ada kebaikan dalam berumah tangga. Sekarang boho oi ndeu sudah dibungkusi oleh syariat atau nilai-nilai islam dan kitapun secara bersamaan percaya hanya kepada Allah Swt tempat kita memohon do’a dan pertologan. Penggunaan do’a dalam tradisi ini menggunakan ayat-ayat dalam al-Qur’an seperti surah al-fatiha,ayat kursi dan al-ikhlas.

Kita pun sudah sepakati bersama pemuka agama bahwa tradisi ini masih bisa kita laksanakan. Berdasarkan pengalaman selama melakukan observasi di lapangan penulis menemukan beberapa informasi tambahan terkait dengan tradisi Boho Oi Ndeu yaitu tidak hanya berbeda pendapat namun adanya sedikit perubahan yang di mana tidak semua penduduk di Desa Riamau melaksanakan proses tradisi Boho Oi Ndeu, sesuai dengan penjelasan-penjelasan di atas.

Dan yang paling aneh yaitu teryata ada beberapa masyarakat yang justru kemudian mempermudah dalam pelaksanaan tradisi Boho Oi Ndeu yang dalam hal ini mengurangi syarat-syarat yanng dijelaskan pada hasil wawancara di atas seperti yang dilaksanakan pada saat setelah acara pernikahanya A.

Wahab dan Nur dulu, bahwa keluarga dari pengantin tersebut sepakat hanya menggunakan air dengan media batok kelapa dalam proses pelaksanaan tradisi Boho Oi Ndeu pada A. Wahab dan Nur.

Pelaksanaan prosesi tradisi Boho Oi Ndeu dilakukan oleh tokoh adat dan tokoh Agama, kedua elemen penting ini dipercaya sebagai tokoh yang kemudian memberikan arahan selama prosesi boho oi ndeuberlangsung. Dan sampai hari ini kedua elemen ini masih satu pandagan tidak perbedaan dalam memberikan pandagan terkait dengan tradisi boho oi ndeu.

D. Tanggapan Tokoh Agama Terhadap Tradisi Boho Oi Ndeu Di Desa Riamau

1. Tanggapan Tokoh Agama

1. Ustad Ramlin memberikan pendapat terkait dengan tradisi Boho Oi Ndeu dengan mengunakan bahasa Bima sebagai berikut:

Ndi tiosi dari segi Agama, lai na Boho Oi Ndeu mpoa tradisi ma campo angi labo syariat Islam ara Mbojo, aka rasa ma kalai rau mboto, lu’u na Agama Islam oleh para ulama moda terima ba dou Mbojo ba wati fura lalona tradisi ndai ma wara di rasa Mbojo, arti na re ede du nggahi ra tei syariat Islam na kasesuaikan weki na labo kebiasaan ma wara. Akulturasi tradisi Boho Oi Ndeu na ntauku sejara ma dondo sehingga na ncoki ku ndi paki ba dou ara rasa Riamau, ndai rau pun wati disaku kau wi’i paki ba wa’ur ndadina akulturasi tradisi. Masala kle’a ni’u, bunga labo makalai-lai ede du simbol harapn lo kai na taho ngge’e ro mori dua na nggahi dou ma bade. Lagi pula wati wara rumpa ba ndai ku rawi ede ma wara unsur syirik na. Arti na wati sara’a na tradisi ndi paki ba ndai, na sesuai si labo syariat Islam santabe ta pertahankan sebaliknya na wati sesuaisi santabe ta wi’i paki. Sesuai labo nggahi dei karo’a sura al- A’raf ayat 199 arti na “ ndadipu pu dou ma cua kangampu angi labo kaupu dou karawi tradisi ma taho, labo kado’o pu labo cou-cou ma ma sampula, wara ku nggahi Ulama’ ma ngara na Syaikh Wahbah al- Zuhaili ede du “Kebiasaan ede du ra pata

Dokumen terkait