• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sentralisasi dan Desentralisasi Difusi

Dalam dokumen IMPLEMENTASI INOVASI PENDIDIKAN ISLAM (Halaman 74-78)

BAB III PROSES KEPUTUSAN INOVASI PENDIDIKAN

E. Sentralisasi dan Desentralisasi Difusi

Selama ini pendifusian inovasi masih menggunakan model klasik. Dalam model klasik inovasi berasal dari beberapa sumber yang ahli dalam hal ini dapat berupa para ulama, pembuat kebijakan dan agen perubahan. Di Amerika Serikat, keputusan mengenai difusi inovasi pertanian disana cenderung untuk terpusat. Jadi pengambil keputusan-keputusan penting seperti untuk siapa inovasi tersebut, bagaimana penyebarannya, dan sebagainya dilakukan oleh pusat. Hal ini juga berlaku dengan di bidang lain diluar pertanian.Di Indonesia sendiri nampaknya hal ini juga berlaku, dalam hal pendidikan jelas terlihat bahwa pemerintah memegang peranan penting dalam melakukan inovasi. Misalnya dalam inovasi KTSP, pemerintah jelas memegang peranan penting dalam pendifusian inovasi tersebut.Sekitar tahun 1967, Schon mencatat bahwa teori difusi yang terpusat tertinggal dibandingkan dengan realita yang ada.

Dia mengkritik teori difusi klasik karena teori ini menganggap bahwa inovasi harus berasal dari pusat baru kemudian disebar artinya inovasi tidak mungkin berasal dari lokal.

Belakangan ini, teori difusi klasik dianggap tidak efektif lagi untuk diterapkan. Muncul ide-ide baru untuk menyebarkan inovasi yaitu dengan jaringan horizontal. Dengan munculnya jaringan horizontal inovasi yang dikembangkan akan dimodifikasi oleh para ahli atau agen perubahan agar dapat disebarkan ke suatu lingkungan masyarakat yang sesuai dengan kondisi mereka. Penemuan yang dilakukan biasanya berasal dari local innovators Difusi dengan cara ini disebut dengan difusi desentralisasi. Difusi ini tidak diputuskan oleh pusat atau para ahli. Sebaliknya, pengambilan keputusan dalam sistem difusi ini

63

dilakukan secara bersama dengan masyarakat yang akan mengadopsi suatu inovasi. Dalam beberapa hal, adopters dapat mengganggap diri mereka sebagai agen perubahan.

1) Perbandingan Sentralisasi Dengan Desentralisasi Sistem

Tabel 01

Perbedaan mengenai difusi secara sentralisasi dan desentralisasi sistem terdapat dalam tabel berikut : No Karakteristik sistem difusi Sentralisasi Sistem

Difusi Desentralisasi Sistem Difusi

1

Pemegang kekuasaan dan pengambil keputusan

Di pegang oleh pemerintah dan orang yang ahli

Pengambilan

keputusan berdasarkan dari anggota. Banyak difusi yang bersifat spontan dan tidak terencana

2

Arah difusi Bersifat top down innovation dari orang yang ahli kepada masyarakat/klien lokal

Dilakukan dengan unit lokal dan lewat network horizontal

3

Sumber inovasi Inovasi berasal dari orang-orang yang ahli (Research and

Development)

Inovasi berasal dari pengalaman dan ujicoba yang dilakukan oleh inovator lokal

4

Siapa yang memutuskan untuk

mendifusikan inovasi ?

Keputusan mengenai bagaimana pendifusian inovasi dilakukan oleh pemerintah dan orang yang ahli

Unit lokal yang akan memutuskan

berdasarkan evaluasi yang mereka lakukan terhadap inovasi

5

Seberapa penting kebutuhan klien dalam mendorong proses difusi ?

Inovasi berdasar pada perkembangan

teknologi dan menekankan kebutuhan pada tersedianya inovasi

Inovasi dikembangkan berdasarkan masalah yang terjadi,

berdasarkan kebutuhan yang ingin dipenuhi 6 Jumlah Penemuan lebih Penemuan lebih

64 penemuan

kembali ? sedikit banyak terjadi.

Dapat dkatakan secara umum bahwa sentralisasi difusi didasarkan atas komunikasi satu arah. Sedangkan di dalam sistem desentralisasi komunikasi lebih bersifat konvergen sehingga terjadi komunikasi antar lainnya sehingga dapat terjadi tukar informasi sehingga ditemukan satu kata sepakat. Asumsi dasar mengenai sistem difusi desentralisasi adalah setiap anggota berhak untuk menentukan keputusan bagaimana proses difusi dilaksanakan.Sistem difusi desentralisasi yang ada di berbagai bidang dan lokasi menunjukan bahwa kita telah meremehkan kemampuan dari para penggunan untuk mengelola proses difusinya sendiri. Penelitian yang masih sedikit mengenai difusi ini menyebabkan pemahaman yang terbatas

2) Keuntungan dan Kerugian Dari Sistem Difusi Desentralisasi

Dibandingkan dengan sistem terpusat, inovasi disebarkan oleh sistem desentralisasi cenderung cocok dan lebih dekat dengan kebutuhan dan masalah pengguna.

Pengguna merasa memiliki kontrol atas sistem difusi desentralisasi, saat mereka berpartisipasi dalam membuat keputusan-keputusan, seperti dengan memilih masalah yang mereka rasa paling memerlukan perhatian maka akan ditentukan inovasi terbaik yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Masalah mengenai bagaimana untuk mencari informasi mengenai setiap inovasi, sumber apa yang diperlukan dan seberapa perlu untuk memodifikasi inovasi juga akan menjadi mudah karena menggunakan sistem desentralisasi.. Tingginya kontrol pengguna dalam menentukan keputusan-keputusan berarti bahwa sistem difusi desentralisasi erat kaitannya dengan kebutuhan lokal.

Beberapa kelemahan Namun, biasanya ditandai difusi sistem desentralisasi (dibandingkan dengan sistem difusi terpusat);

65

1) Keahlian teknis yang kurang sehingga menyebabkan sulit untuk mengarahkan keputusan tentang inovasi dalam hal menyebar dan mengadopsi, dan mungkin penyebaran inovasi tidak efektif melalui sistem desentralisasi karena kurangnya kontrol kualitas. Jadi, ketika sistem difusi menyebarkan inovasi dengan melibatkan tingkat keahlian teknis yang tinggi, sistem desentralisasi difusi mungkin kurang tepat dari sistem difusi lebih terpusat.

2) Selanjutnya, non experts dalam sistem desentralisasi difusi. Kurangnya pemahaman mengenai strategi difusi yang mungkin digunakan. Akibatnya, situs-kunjungan untuk mengamati inovasi digunakan oleh sebuah adopter adalah saluran utama difusi. Seperti situs- mengunjungi dapat menjadi cara yang efektif untuk difusi, tetapi dapat menimbulkan masalah overload untuk situs yang dikunjungi, seperti yang terjadi untuk individu, organisasi, atau kota yang memiliki ribuan situs-pengunjung per tahun. Sepenuhnya sistem desentralisasi difusi mungkin menderita dari kenyataan bahwa pengguna lokal, yang mengontrol sistem, kurangnya pengetahuan yang memadai masalah pengguna dan tersedia inovasi tentang yang bisa menyelesaikannya.

3) Terkadang sebuah pemerintah nasional ingin suatu inovasi yang disebarkan dan orang-orang tidak merasa perlu dengan inovasi yang dibuat. Contohnya adalah keluarga berencana di negara-negara Dunia Ketiga, yang mungkin menganggap pemerintah sebagai prioritas tinggi tetapi masyarakat lokal mungkin tidak ingin. Sistem desentralisasi difusi untuk pengguna inovasi tidak ada di Amerika Latin, Afrika, dan Asia.

Demikian pula, inovasi lingkungan seperti daur ulang mungkin menjadi prioritas nasional, tetapi tidak populer dengan orang-orang. Pendekatan difusi desentralisasi tidak akan bekerja di sini.

Difusi dengan sistem desentralisasi bisa diterapkan dengan cara :

66

1) Sistem desentralisasi difusi paling tepat dilakukan dengan kondisi tertentu, seperti untuk penyebaran inovasi yang tidak melibatkan tingkat keahlian teknis tinggi, dimana pengguna mempunyai kondisi yang relatif heterogen. Ketika kondisi homogen, sebuah pendifusiaan dengan sistem yang terpusat mungkin relatif lebih tepat.

2) Beberapa elemen sistem difusi terpusat dan tidak terpusat dapat dikombinasikan untuk membentuk sistem difusi hibrida yang unik sesuai situasi tertentu. Misalnya, sebuah sistem difusi dapat menggabungkan jenis mengkoordinasikan peran- pusat, dengan keputusan desentralisasi yang dibuat tentang inovasi yang harus disebarkan dan yang pengguna harus mengunjungi situs. Teknis evaluasi inovasi yang menjanjikan dapat dibuat dalam sistem desentralisasi dinyatakan difusi.

Dalam dokumen IMPLEMENTASI INOVASI PENDIDIKAN ISLAM (Halaman 74-78)