• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengupahan Buruh dalam Undang-Undang No. 53

Dalam dokumen sistem pengupahan buruh (studi komparatif (Halaman 98-128)

BAB III PENYAJIAN LAPORAN DAN ANALISI..S

A. Penyajian Laporan Penelitian

2. Sistem Pengupahan Buruh dalam Undang-Undang No. 53

2. Sistem Pengupahan Buruh dalam Undang-Undang No. 53 Tahun

kompeten dianggap sebagai karyawan di bawah undang-undang perlindungan tenaga kerja.

Sebelum ada pengupahan tersebut sudah pasti antara pengusaha dan peker/buruh telah terjadi kesempakatan atau perjanjian. Perjanjian adalah baik secara tertulis atau lisan, dipahami secara jelas atau implisit oleh satu orang, yang disebut karyawan, setuju bekerja untuk orang lain, yang disebut majikan dan majikan setuju untuk memberikan upah selama masa kerja. Ini dijelaskan dalam pasal 5 ayat (3) paragragraf 5 Undang-Undang No. 57 Tahun 1998 Tentang Hukum Perlindungan Tenaga Kerja.

Itu berarti bahwa perjanjian kerja berdasarkan Undang- Undang Perlindungan Tenaga Kerja dengan jelas menyatakan bahwa perjanjian dapat dibuat secara tertulis atau tidak dilakukan secara tertulis, bahkan jika itu adalah perjanjian lisan atau implisit (kesepakatan saja), dianggap sebagai perjanjian berdasarkan undang-undang. Ini yang konsisten dengan bagian proses hukum perdata dan komersial pasal 575 dari Undang-undang yang menetapkan bahwa “mempekerjakan tenaga kerja semacam itu adalah sebuah perjanjian di mana seseorang yang dipanggil seorang karyawan setuju untuk bekerja untuk orang lain, yang disebut majikan dan majikan setuju untuk membayar upah setiap masa yang dilakukan bekerja”.

Sistem hukum pengupahan meliputi upah minimum, upah kerja lembur, upah kerja pada hari libur, upah kerja lembur pada hari libur,

upah tidak masuk kerja karena berhalangan, tidak tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar perkerjaan, upah karena berjalankan hak waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara pembayaran.

Semunya merupakan isi dan kandungan Undang- Undang No. 53 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja. Pengertian upah menurut Undang-Undang No. 53 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Tenagakerjapasal 5 ayat (3) paragraf 9 tentang pengupahan bahwa

“upah adalah uang yang disetujui oleh pemberi kerja dan pekerja sebagai kompensasi untuk pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja untuk jam kerja normal, setiap jam, harian, mingguan, bulanan atau masa lain atau membayar dengan menghitung sesuai dengan pekerjaan yang dapat dilakukan pada karyawan dalam jam kerja normal pada hari kerja dan harus termasuk uang yang dibayarkan majikan kepada karyawan pada hari libur dan cuti dimana karyawan tidak bekerja Tetapi karyawan berhak untuk menerima berdasarkan Undang-Undang ini”.

Dari definisi istilah ini, berarti bahwa uang yang telah disepakati oleh pemberi kerja untuk dibayarkan kepada karyawan berdasarkan perjanjian kerja itu adalah merupa uang yang telah disepakati untuk dibayar sebagai imbalan atas pekerjaan pekerja hanya selama Waktu kerja sebagai waktu kerja normal yaitu perjam perhari perminggu bulanan atau selain yang ditentukan atau menentukan upah sesuai dengan hasilan pekerjaan.

upah minimum adalah upah yang ditentukan oleh dewan direksi upah.68 dan diserahkan kepada Menteri untuk pengumuman dalam Lembaran Pemerintah agar pemberi kerja mematuhi upah minimum yang ditetapkan sebagai dasar untuk menentukan tingkat upah dengan tujuan Akan memberikan perlindungan kepada pekerja ketika mereka pertama kali memasuki tempat kerja dan pekerja tidak terampil untuk menerima kompensasi yang adil agar dapat hidup Iklim ekonomi saat ini memiliki.

Dalam menentukan upah minimum adalah untuk melindungi penggunaan tenaga kerja agar sesuai dengan upah yang diterima, pada tingkat yang wajar, tanpa membiarkan karyawan dieksploitasi dan mempromosikan kondisi kerja yang lebih baik. Tetapi penentuan upah minimum juga harus mempertimbangkan kemampuan pemberi kerja untuk membayar upah (ability to pay), yang memiliki banyak tingkatan dan ukuran, dan juga harus Upah yang benar (actual wages) yang dipraktikkan di pasar pada saat itu, dengan tingkat yang paling penting untuk tingkat upah minimum yaitu harus menciptakan pemahaman yang benar bahwa tujuan menetapkan tingkat upah minimum, untuk memberikan perlindungan kepada karyawan tidak terampil untuk menerima upah yang wajar yang cukup untuk dapat bertahan hidup saat memasuki pasar tenaga kerja baru, yang ketika bekerja sampai memiliki lebih banyak pengalaman dan keahlian, harus disesuaikan

68 Ibid.,Undang-Undang No. 53 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Tenaga kerja, pasal 5 peragraf 11.

untuk meningkatkan upah sesuai dengan pengetahuan, kemampuan dan tingkat keterampilan karyawan atau pencari kerja akan tahu dan memiliki kesempatan sebelum membuat keputusan untuk bekerja tetapi bukan ambil upah minimum untuk menentu jadi meutamakan tikat dalam manjemen upah kerja atau jadi pengaturan upah kerja yang utamakan, upah minimum bukan masalah yang perlu disesuaikan setiap tahun, tetapi harus tergantung pada kebutuhan biaya hidup pada saat itu, kenaikan upah tahunan harus menjadi hal yang dimembahaskan dari pada klaim naikan upah minumu, tetapi klaim juga harus mempertimbangkan kesesuaian situasi ekonomi, jika terlalu banyak dapat menyebabkan masalah biaya produksi dan pada akhirnya mereka yang menerima ini adalah konsumen, yang berarti bahwa pekerja itu sendiri dengan masyarakat pada umumnya.

Negara Thailand mulai menetapkan undang-undang upah minimum dalam pengumuman Kementerian dalam Negeri tentang penentuan upah minimum, tertanggal 17 April 1972, yang dianggap sebagai undang-undang langsung mengenai upah minimum yang pertama diisikan tentang peraturan yang berkaitan dengan upah minimum Negara Thailand sebagai berikut:

“Undang-undang tentang upah minimum berlaku untuk semua jenis pekerjaan, kecuali untuk pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah dan kegiatan lain yang ditentukan oleh Kementerian dalam Negeri” berarti pengusaha di semua jenis perusahaan, baik itu

jenis pekerjaan yang bukan layanan sipil dan pekerjaan bahwa Kementerian dalam Negeri akan mengumumkan kecuali sebagai khusus, maka harus mematuhi undang-undang tentang upah minimum, yaitu membayar upah kepada karyawan sesuai dengan upah minimum yang ditentukan oleh Direktur Upah dan Menteri dengan telah memberlakukan.

Tetapi karena pemberitahuan tentang upah minimum telah diberlakukan, pengecualian tidak berlaku dengan pertanian yaitu pertanaman, memancing, melihara binatan saja, pekerja/buruh yang bekerja dipertanian baik kerja tanaman, mamancing, kehutanan atau melihara binatang tidak berhak untuk pengusaha/pemberi kerja mambayar upah kurang lebih menurut upah minimum yang ditentukan dalam undang-undang seperti pekerja/buruh dalam pekerja lain karena pemberi kerja tidak ada berwenangan menurut dalam undang-undang, sebagai kerja tersebut tidak dapatkan upah minimum yang sudah ditentukan dalam undang-undang ini.

Untuk pekerjaan yang tidak memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam perekonomian, harus mematuhi undang-undang upah minimum karena undang-undang upah minimum tidak mengecualikan bahwa itu tidak berlaku untuk pekerjaan yang tidak memiliki tujuan mencari keuntungan dalam perekonomian juga, oleh karena itu, pekerjaan yang tidak memiliki tujuan mencari keuntungan dalam ekonomi masih harus tunduk pada permintaan. Undang-undang

tentang upah minimum harus mematuhi undang-undang tentang upah minimum dalam segala hal, bukan bahwa jika itu adalah pekerjaan yang tidak berdasarkan hukum, harus mematuhi hukum perlindungan tenaga kerja dan tidak akan tunduk pada hukum. Berkenaan dengan upah minimum.

Penentuan upah minimum dan upah standar keterampilan, diterapkan dalam Undang-Undang No. 53 Tahun 1998 pasal 87 paragraf 1, paragraf 2 dan paragraf 3 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja yaitu menentukan upah minimum, Direktur upah harus mempelajari dan mempertimbangkan fakta-fakta tentang upah yang diterima oleh pekerja/buruh bersama dengan fakta-fakta lain, terutama biaya hidup, inflasi, standar hidup, biaya memproduksi harga produk dan layanan, kemampuan bisnis, produktivitas tenaga kerja, produk domestik bruto Negara Thailand, dan kondisi ekonomi dan sosial dengan pertimbangankan menentuan upah minimum khusus pekerjaan atau bidang apa saja berapa banyak dalam daerah mana saja tetapi upah minimum harus menentukan jangan lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan oleh Direktur upah.

Selanjutnya pasal 88 paragraf 4 yang dinyatakan bahwa untuk menentukan upah sesuai dengan standar keterampilan, Direktur Upah harus mempelajari dan mempertimbangkan fakta-fakta tentang upah yang diterima oleh pekerja/buruh setiap profesi sesuai dengan standar keterampilan yang ditetapkan dengan mengukur keterampilan,

pengetahuan dan kemampuan. Namun tingkat upah menurut standar keterampilan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan oleh Direktur Upah juga.

Dan selanjutnya juga dalam pasal 90 paragraf 1 dan 2 dijelaskan lagi bahwa setelah mempelajari informasi dan mempertimbangkan fakta-fakta tersebut, Direktur Upah akan menentukan upah minimum atau tingkat upah sesuai dengan standar keterampilan yang dianggap sesuai dengan mengusulkan kepada menteri untuk dipublikasikan dalam Lembaran Negara untuk menegakkan pemberi kerja dan Semua karyawan tanpa diskriminasi.

Ketika ada pemberitahuan tentang upah minimum atau tingkat upah sesuai dengan standar keterampilan, pengusaha dilarang untuk membayar upah kepada pekerja/buruh kurang dari upah minimum atau tingkat upah sesuai dengan standar keterampilan yang ditentukan.

Pemberi kerja harus ada pengumuman upah seperti yang diungkapkan agar pekerja/buruh mengetahui di tempat kerja selama pengumuman itu berlaku.

Namun, terlepas dari jenis pekerja/buruh yang dipekerjakan oleh majikan, setiap orang memiliki hak untuk menerima upah sesuai dengan upah minimum yang dinyatakan di daerah itu pada waktu itu.

Baik pekerja/buruh dalam masa cobaan juga memiliki hak untuk menerima upah sesuai dengan upah minimum seperti pekerja/buruh lainnya

Pada upah lembur, karyawan harus bekerja sesuai dengan jadwal kerja reguler yang seharusnya tidak diharuskan untuk bekerja lebih dari jadwal kerja normal untuk menjaga kesehatan dan membuat pekerjaan lebih efektif, tetapi dengan kebutuhan ekonomi, bersama dengan Perkembangan industri yang harus bersaingan oleh karena itu kadang-kadang diperlukan bagi karyawan untuk bekerja di luar atau melebihi jam kerja. Jadi harus setuju dengan adanya ketentuan izinkan adanya bekerja lembur untuk memberikan perlindungan bagi pekerjaan yang dilakukan di luar atau di luar jam kerja normal yang ditetapkan dengan sesuai dan juga menerima kompensasi yang benar dengan yang sudah ditentukan “upah lembur” dan “upah lembur liburan” untuk kerja lembur.

Kerja lembur yaitu bekerja di luar atau di luar jam kerja normal sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 paragraf 15 sebagai berikut:

“kerja lembur adalah bekerja di luar atau di luar jam kerja normal, atau melebihi jam kerja harian yang disetujui oleh pemberi kerja dengan pekerja/buruh berdasarkan pasal 23 pada hari kerja atau liburan, tergantung pada keadaannya”

Upah kerja lembur memiliki arti sebagaimana ditentukan dalam pasal 5 paragraf 16 bahwa “upah kerja lembur” berarti uang yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pekerja/buruh dengan imbalan bekerja lembur pada hari kerja.

Yaitu, ketika pengusaha memberi kerja kepada pekerja/buruh untuk bekerja di luar atau melebihi jam kerja normal atau melebihi jam kerja setiap hari yang disepakati oleh pengusaha yang tidak boleh melebihi jam kerja normal yang ditentukan oleh undang-undang yang mengharuskan pekerja/buruh untuk datang ke pekerjaan seperti biasa, pengusaha harus membayar kompensasi untuk pekerjaan selama masa kerja itu kepada pekerja/buruh itu adalah “upah lembur”.

Upah lembur terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Upah kerja lembur pada hari kerja

Pasal 61 dijelaskan bahwa ketika pemberi kerja kepada peker/buruh bekerja lembur pada hari kerja, pemberi kerja harus membayar upah lembur kepada pekerja/buruh dengan tarif tidak kurang dari satu setengah dari upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam yang dibuat atau tidak kurang dari satu setengah dari tingkat upah per unit pada hari kerja sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan untuk pekerja/buruh yang dibayar sesuai dengan pekerjaan dengan menghitung dalam satuan.

Dari ketentuan undang-undang ini, dapat dilihat bahwa jika pemberi kerja memberi pekerja/buruh untuk bekerja lebih dari jam kerja normal pada hari kerja pekerja/buruh, itu dianggap kerja lembur, pemberi kerja harus membayar upah lembur kepada pekerja/buruh tidak kurang satu kali setengah pada

upah per jam yang diterima oleh pekerja/buruh saat bekerja sesuai dengan jam kerja normal berdasarkan jumlah jam lembur.

Jika pekerja/buruh menerima upah bulanan, upah per jam pada hari kerja harus dihitung dari upah bulanan pekerja/buruh itu dibagi tiga puluh. (Satu bulan adalah tiga puluh hari) untuk mengetahui upah harian ketika upah harian diketahui dan kemudian mengambil jumlah jam kerja setiap hari untuk membagi upah harian untuk mengetahui upah per jam terus dihitung upah lembur per jam berikut sebagaimana ditentukan dalam pasal 68 bahwa:

“untuk kepentingan penghitungan upah lembur, kerja liburan, dan upah lembur liburan jika pekerja/buruh menerima upah bulanan, upah perjam pada hari kerja iyalah upah bulanan dibagi dengan kali tiga puluh dan jumlah perjam kerja pada perhari kerja”.

Dan jika menjadi pekerja/buruh menurut pekerjaan dihitung dengan satu kali setengah pada upah per unit yang dibuat dalam jam kerja normal dihitung berdasarkan jumlah jam kerja lembur juga.

2. Upah kerja lembur pada hari libur

Upah lembur pada hari libur adalah uang yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pekerja/buruh sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan di luar jam kerja normal yang ditetapkan pada hari libur pekerja/buruh, jika pengusaha

memberi pekerja/buruh bekerja pada hari libur lebih dari jam kerja normal yang ditetapkan untuk setiap hari (Hari kerja normal) baik sebelum atau setelah jadwal kerja normal, dianggap bahwa pemberi kerja telah mengizinkan pekerja/buruh untuk bekerja lembur pada hari libur. undang- undang mengharuskan pemberi kerja untuk membayar upah lembur pada hari libur yang sebagaimana ditentukan dalam pasal 63 sebagai berikut:

“dalam hal pemberi kerja memberi pekerja/buruh bekerja lembur pada hari libur, pemberi kerja harus membayar upah kerja lembur tarif tidak kurang dari tiga kali upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam atau tidak lebih dari tiga kali upah per unit pada hari kerja sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan untuk pekerja/buruh yang dibayar sesuai dengan pekerjaan dengan menghitung dalam satuan”.

Oleh karena itu, jika pemberi kerja memperbolehkan pekerja/buruh untuk bekerja lebih dari jam kerja normal pada hari libur pekerja/buruh, berapa jam dia harus membayar lembur pada hari libur dengan upah tiga kali upah normal berdasarkan jumlah jam kerja Lembur pada hari libur.

Selanjutnya upah kerja hari libur berarti uang yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pekerja/buruh sebagai imbalan untuk bekerja pada hari libur, yang berarti bahwa pada hari itu adalah hari libur pekerja, pemberi kerja dapat mengizinkan pekerja/buruh untuk bekerja sesuai dengan jam

kerja normal atau yang ditentukan jam kerja. seperti libur mingguan, libur tradisional, dll. Ketika pemberi kerja memberi pekerja/buruh bekerja pada hari libur maka pemberi kerja harus membayar upah pada hari libur, sebagaimana ditentukan dalam undang-undang pasal 62.

Dalam hal pemberi kerja memberi pekerja/buruh untuk bekerja pada hari libur berdasarkan pasal 28, pasal 29 atau pasal 30, pemberi kerja harus membayar upah pekerjaan liburan kepada pekerja/buruh dengan berikut:

(1) Untuk pekerja/buruh yang memiliki hak untuk menerima upah pada hari libur, harus membayar lebih dari upah tidak kurang dari satu kali upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam yang dibuat atau setidaknya satu kali upah per unit pada hari kerja sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan untuk pekerja/buruh yang dibayar sesuai dengan pekerjaan, dihitung dalam satuan.

(2) Untuk pekerja/buruh yang tidak memiliki hak untuk menerima upah pada hari libur, harus membayar setidaknya dua kali tingkat upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam yang dibuat atau tidak kurang dari dua kali upah per unit pada hari kerja sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan untuk pekerja/buruh yang dibayar sesuai dengan pekerjaan dengan menghitung dalam satuan”

Ada beberapa ketentuan mengenai upah pada pekerja/buruh yang tidak masuk kerja dalam Undang-Undang No. 53 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Tenaga Kerja adalah sebagai berikut:

1. Majikan bayar upah kepada karyawan sama dengan hari kerja pada hari libur yaitu: (pasal 56).

a. liburan minggu kecuali untuk karyawan yang menerima upah harian, jam atau berdasarkan pekerjaan dengan menghitung dalam satuan.(pasal 56 ayat 1)

b. Liburan tradisional. (pasal 56 ayat 2) c. Liburan tahunan. (pasal 56 ayat 3)

2. Pemberi kerja harus membayar upah kepada pekerja yang cuti sakit sesuai dengan pasal 32 sama dengan tingkat upah pada hari kerja selama hari cuti tetapi satu tahun tidak boleh melebihi 30 (tiga puluh) hari kerja. (pasal 57) 3. Dalam hal karyawan menggunakan cuti untuk sterilisasi

berdasarkan pasal 33, majikan juga harus membayar upah kepada karyawan pada hari itu.

4. Majikan harus membayar upah kepada karyawan pada saat cuti untuk dinas militer berdasarkan pasal 35 sama dengan upah pada hari kerja selama hari cuti, tetapi tidak lebih dari 60 (enam puluh) hari. (pasal 58)

5. Majikan harus membayar upah kepada pekerja perempuan pada hari melahirkan sama dengan upah pada hari kerja selama cuti tetapi tidak lebih dari 45 (empat puluh lima) hari. (pasal 59)

6. Dalam hal pemberi kerja memperbolehkan karyawan untuk bekerja lembur pada hari kerja, majikan harus membayar upah lembur kepada karyawan dengan tarif tidak kurang dari satu setengah dari tingkat upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam yang dibuat atau tidak kurang dari satu setengah dari tingkat upah per unit pada hari kerja sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan untuk karyawan yang dibayar sesuai dengan pekerjaan, dihitung dalam satuan. (pasal 61)

7. Dalam hal pemberi kerja memberi karyawan untuk bekerja pada hari libur sesuai dengan pasal 28, pasal 29 atau pasal 30, majikan harus membayar upah pekerjaan liburan kepada karyawan dengan berikut: (pasal 62)

a. Untuk karyawan yang memiliki hak untuk menerima upah pada hari libur, pemberi kerja harus membayar lebih dari upah tidak kurang dari satu kali tingkat upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam yang dibuat atau tidak kurang dari satu kali Tingkat upah per unit pada hari kerja sesuai dengan

jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan untuk karyawan yang dibayar sesuai dengan pekerjaan, dihitung dalam satuan. (pasal 62 ayat 1)

b. Untuk karyawan yang tidak memiliki hak untuk menerima upah pada hari libur, pemberi kerja harus membayar upah setidaknya dua kali tingkat upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam yang dibuat atau tidak kurang dari dua kali tingkat upah per unit. Pada hari kerja sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan untuk karyawan yang dibayar sesuai dengan pekerjaan, dihitung dalam satuan.

(pasal 62 ayat 2)

8. Dalam hal pemberi kerja memberi pekerja lembur pada hari libur, majikan harus membayar upah lembur karyawan dengan tidak kurang dari tiga kali tingkat upah per jam pada hari kerja sesuai dengan jumlah jam atau kurangn atau tiga kali tingkat upah per unit pada hari kerja sesuai dengan jumlah pekerjaan yang dilakukan untuk karyawan yang dibayar sesuai dengan pekerjaan, dihitung dalam satuan. (pasal 63).

Untuk tempat membayar upah, pembayaran upah, biasanya harus dibayar di tempat kerja karyawan.

(Pendirian) jika dibayarkan kepada karyawan di tempat

lain selain dari tempat kerja atau cara lain, seperti transfer upah ke rekening di bank panik (พาณิชย์) atau lembaga keuangan lainnya, maka harus persetujuan dari karyawan sebelum membayar ditempat lain, kalu tidak dipersetujui maka harus dibayar di tempat kerja, untuk kenyamanan dan keselamatan bagi karyawan sebagaimana ditentukan dalam pasal 55 mengatakan:

“pemberi kerja harus membayar upah, upah lembur, upah liburan, upah lembur liburan, dan tunjangan lain untuk pekerjaan kepada pekerja/buruh di tempat kerja jika dibayarkan di lokasi lain atau dengan cara lain atau harus persetujuan dari pekerja/buruh”.

Kemudian dalam 70 yang dinyatakan bahwa pemberi kerja membayar upah , upah lembur, upah liburan, dan upah lembur pada hari libur dan sesuai dengan berikut:

(1) Dalam hal upah bulanan, harian, jam atau masa kerja lain tidak melebihi satu bulan atau sesuai dengan pekerjaan, dihitung dalam satuan, bayar satu bulan setidaknya sebulan sekali, kecuali ada perjanjian lain yang bermanfaat bagi pekerja/buruh.

(2) Dalam hal perhitungan upah selain angka (1) membayar sesuai dengan disepakati oleh pemberi kerja dan pekerja/buruh.

(3) upah lembur, kerja liburan, dan upah lembur libur harus dibayar setidaknya sebulan sekali.

Bahwa penjelasan diatas disempulkan adalah pemberi kerja memiliki tugas untuk menentukan waktu yang tepat untuk membayar upah pekerjaan sebagaimana diharuskan oleh undang-undang, yaitu upah, upah lembur dan upah liburan memberi kepada pekerja/buruh yang bulanan, harian, setiap jam sesuai dengan pekerjaan yang tidak lebih dari satu bulan, kapan saja tapi harus membayar sebulan sekali atau mungkin setuju membayar dua kali sebulan, setiap minggu, setiap hari. Namun, itu tidak boleh kurang dari sebulan sekali, kecuali untuk kepentingan pekerja/buruh itu sendiri.

B. Analisis Penelitian

1. Sistem Pengupahan Buruh dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan di Indonesia

Pengupahan adalah uang atau imbalan yang diterima oleh pekerja/buruh sebagai hasil pekerjaan yang dapat memenuhi penhidupan yang layak, yang mana di antaranya ada sebuah hubungan perjanjian/kesepakatan oleh dua belah pihak iyalah pihak pemberi kerja dan pihak pekerja/buruh untuk bekerja kepada mereka. Perjanjian kerja yang dibuat antara pekerja dan pemberi kerja menyababkan adanya hubungan kerja diantara keduanya dan dimana pihak kesatu (buruh), meningkatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah dari

Dalam dokumen sistem pengupahan buruh (studi komparatif (Halaman 98-128)