• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Prasyarat Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

H. Tehnik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak.

Untuk mengambil kesimpulan pada uji normalitas data, maka dilihat pada kolom tabel lilliefors (uji kecocokan Kolmogorv- Smirnov) yang diolah dengan software SPSS. Jika sig > 0,05 maka data terdistribusi normal, dan jika sig ≤ 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.

b. Uji General Linear Model

Uji general linear model adalah uji prasyarat untuk melihat apakah matriks varians-kovarians dari dependen variabel sama untuk group-group yang ada (indevenden). Uji genelar model menggunakan ujji box’s test. Uji box’s test merupakan kehomogenan matriks

79

varians-kovarians secara multivariat dan juga merupakan uji normalitas multivariat yaitu pengujian kesamaan varians-kovarians pada kedua variabel terikat secara bersama-sama.

Statisik uji yang digunakan untuk mengetahui kehomogenan matriks varians-kovarians dalam analisis multivariat adalah uji statistik box-s M. Dengan kriteria sig > 0,05 maka pengujian dilanjutkan

c. Uji Kesamaan Matriks Kovarians

Uji kesamaan mariks kovarians merupakan pengujian kesamaan varians-kovarians pada kedua variabel terikat secara sendiri-sendiri. Pengujian ini merupakan uji univariat F melalui uji varian error yang menggunakan angka-angka Levene’ Test Of Equality Of Error Variance. Dengan kriteria sig > 0,05 maka varians data homogen.

2. Teknik Analisis Pengujian Hipotesis

Statistik pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah uji kruskal wallis dan mann-whitney test.

a. Kruskal Wallis

Uji kruskal wallis merupakan uji nonparametric berbasis peringkat yang tujuannya untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistic antara dua atau lebih kelompok variable independen pada variable dependen yang berskala data numerik (interval/rasio) dan skala ordinal yang diolah dengan softwere SPSS.

80

Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap motivasi dan hasil belajar kimia secara multivariat siswa kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Ishlahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

Ha : Ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap motivasi dan hasil belajar kimia secara multivariat siswa kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Ishlahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

Kriteria pengujian menggunakan angka signifikasi berikut :

Jika angka signifikasi (sig) > 0,05, maka Ho diterima. Jika angka signifikasi (sig) ≤ 0,05, maka Ho ditolak.

b. Mann-Whitney Test

Mann-Whitney Test adalah Uji nonparametris yang digunakan untuk mengetahui perbedaan median dua kelompok bebas apabila skala data variable terikatnya adalah ordinal atau interval/ratio tetapi tidak berdistribusi normal. Hipotesis yang diujikan untuk variabel terikat A1 :

Ho: Tidak ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap motivasi

81

belajar kimia siswa kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al- Ishlahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

Ha: Ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap motivasi belajar kimia siswa kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Ishlahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

Hipotesis yang diujikan untuk variabel terikat A2 :

Ho: Tidak ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al- Ishlahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

Ha: Ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X (Sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Ishlahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

Kriteria pengujian menggunakan angka signifikasi berikut :

Jika angka signifikasi (sig) > 0,05, maka Ho diterima. Jika angka signifikasi (sig) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

82 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebanyak empat kali di dua kelas, yaitu dua pertemuan di kelas eksperimen dan dua pertemuan di kelas kontrol.

Dari penelitian ini diperoleh data motivasi dan hasil belajar. Berikut ini dikemukakan data motivasi dan hasil belajar peserta didik siswa kelas X MA Al-Ishlahul Ittihad Jabon Tentan tahun ajaran 2018/2019 yang proses pembelajarannya menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks (kelas eksperimen) dan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Adapun data yang diperoleh dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Motivasi

Table 4.1 Deskripsi Nilai Motivasi Belajar Kimia

Aspek Nilai

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai maksimum 85 83

Nilai minimum 69 55

Nilai rata-rata 76,81 70,12

Jumlah sampel 16 16

Standar deviasi 5,34 4,52

Berdasarkan tabel deskripsi nilai motivasi belajar di atas, nilai maksimum pada kelas eksperimen yaitu 85 dan nilai maksimum pada kelas kontrol yaitu 83. Nilai minimum pada kelas eksperimen yaitu 69 dan nilai minimum pada kelas kontrol yaitu 55. Perolehan nilai tersebut didapatkan melalui postest angket motivasi di kedua

83

kelas setelah proses pembelajaran selesai. Jumlah nilai rata-rata dari kelas eksperimen yaitu berjumlah 76,81 dan pada kelas kontrol berjumlah 70,12 yang diperoleh melalui nilai total dari masing-masing kelas yang kemudian dibagi dua dan dikali seratus. Sedangkan nilai standar deviasi diperoleh dari �� ��� .

Gambar 4.1 Grafik Deskripsi Motivasi Belajar Kimia 2. Data Hasil Belajar

Table 4.2 Deskripsi Nilai Hasil Belajar Kimia Aspek

Nilai

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai maksimum 80 70

Nilai minimum 45 20

Nilai rata-rata 64,38 42,81

Jumlah sampel 16 16

Standar deviasi 9,81 13,41

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Maksimum Minimum Rata-rata Jumlah Sampel Standar Deviasi Eksperimen Kontrol

84

Berdasarkan tabel deskripsi nilai hasil belajar di atas, nilai maksimum pada kelas eksperimen yaitu 80 dan nilai maksimum pada kelas kontrol yaitu 70. Sedangkan nilai minimum pada kelas eksperimen yaitu 45 dan nilai minimum pada kelas kontrol yaitu 20.

Perolehan nilai tersebut didapatkan melalui postest angket motivasi di kedua kelas setelah proses pembelajaran selesai. Jumlah nilai rata-rata dari kelas eksperimen yaitu berjumlah 64,38 dan pada kelas kontrol berjumlah 42,81 yang diperoleh melalui nilai total dari masing-masing kelas yang kemudian dibagi dua dan dikali seratus. Sedangkan nilai standar deviasi diperoleh dari �� ��� .

Gambar 4.2 Grafik Deskripsi Hasil Belajar Kimia

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Maksimum Minimum Rata-rata Jumlah Sampel Standar Deviasi Eksperimen Kontrol

85 3. Uji Prasyarat

Hasil uji normalitas dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Table 4.3 Output Hasil Uji Normalitas Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Hasil_Belajar .107 32 .200* .965 32 .377

Motivasi .164 32 .028 .933 32 .047

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan tabel di atas nilai sig hasil belajar 0,377 > 0,05 artinya terdistribusi normal. Akan tetapi sig motivasi 0,047 < 0,05 artinya data tidak terdistribusi normal. Karena salah satu data tidak terdistribusi normal maka uji hipotesis yang selanjutnya dilakukan adalah uji nonparametris yaitu kruskal wallis test dan man-whitney test. Adapun grafik distribusi frekuensinya bisa dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4.

86

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar

Gambar 4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar 4. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji prasyarat yang tidak terpenuhi yaitu distribusi data yang tidak normal, maka uji hipotesis dilanjutkan menggunakan uji nonparametris. Uji nonparametris yang digunakan

87

untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah kruskal wallis test dan mann-whitney test.

a. Kruskal Wallis Test

Tabel 4.4 Output Uji Hipotesis Multivariat Test Statisticsa,b

Motivasi_ Hasil Belajar

Chi-Square 10.730

Df 1

Asymp. Sig. .001

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: eksperimen_kontrol

Berdasarkan nilai sig 0,001 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Ha berbunyi ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap motivasi dan hasil belajar kimia secara multivariat siswa kelas X (sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Islahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

88 b. Mann-Whitney Test

Tabel 4.5 Output Uji Hipotesis Parsial Test Statisticsb

Hasil_belajar Motivasi

Mann-Whitney U 24.500 73.500

Wilcoxon W 160.500 209.500

Z -3.917 -2.061

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .039

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000a .039a

a. Not corrected for ties.

Berdasarkan nilai sig 0,039 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Hipotesis Ha-nya ada dua yaitu :

a) Ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap motivasi belajar kimia siswa kelas X (sepuluh) Madrasah Aliyah Al-Islahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

b) Ada pengaruh model pembelajaran cooperative learning tipe pair checks dipadukan dengan eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa kelas X (sepuluh) Madrasah Aliyah Al- Islahul Ittihad Jabon Tentan Tahun Ajaran 2018/2019.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit

89

siswa kelas X MA Al-Ishlahul Ittihad Jabon Tentan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe pair checks (kelas eksperimen) dan pembelajaran secara konvensional (kelas control). Penggunakan model pembelajaran pair checks diyakini dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara multivariat, maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi dan hasil belajar kimia peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran cooperative tipe pair checks dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensioanal. Hal ini bisa dilihat dengan nilai sig yang diperoleh yaitu 0,001 < 0,05. Hipotesis yang kedua yaitu, terdapat perbedaan yang signifikasi motivasi belajar kimia peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran cooperative tipe pair checks dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensioanal yaitu 0,039 < 0,05. Dan hipotesis yang ketiga yaitu, terdapat perbedaan yang signifikasi hasil belajar kimia peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran cooperative tipe pair checks dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensioanal yaitu 0,000 < 0,05.

Deskripsi data motivasi menunjukkan bahwa jumlah nilai rata- rata pada kelas kontrol ialah sebesar 70,12 dan di kelas eksperimen berjumlah 76,81. Selain itu, perbedaan hasil belajar kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-

90

rata pada deskripsi data hasil belajar, yaitu kelas kontrol berjumlah 42,8 dan kelas nilai eksperimen berjumlah 64,38.

Adapun kendala-kendala pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen dan kontrol yaitu jika ada siswa yang tidak hadir maka ada siswa yang tidak ada pasangannya, sehingga siswa tersebut bergantian dengan pasangan lain dalam satu kelompok. Kendala yang lain juga ialah manajemen waktu yang kurang maksimal, sehingga pelajaran baru bisa dimulai setelah 5-10 menit berlalu. Kemudian Pada kelas kontrol, beberapa siswa tidak memperhatikan guru yang menjelaskan materi di depan kelas dan sibuk sendiri.

Penggunaan model pembelajaran di kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah terlihat guru lebih mendominasi selama pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru sehingga kurang terjadi interaksi antar siswa dengan guru. Model pembelajaran ini tentunya tidak akan menimbulkan timbal balik baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa yang lain, karena pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol hanya berpatokan kepada guru saja. Menurut Djamarah metode ceramah adalah metode yang dikatakan tradisional karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan mengajar.103

103 Djamarah, Syaifudin Bahri, Psik ologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,2008), hlm.32.

91

Pembelajaran dengan metode ceramah membuat siswa merasa tidak dilibatkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini akan menimbulkan motivasi yang rendah bagi siswa. Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi belajar.

Sementara itu penelitian yang dilakukan di kelas eksperimen menunjukkan siswa dituntut untuk saling berbagi kemampuan sehingga terjadi saling tukar pendapat dan melatih kemampuan berkomunikasi.

Pada proses saling berbagi, terlihat siswa yang berkemampuan tinggi bisa saling berbagi sehingga siswa lain tidak sungkan bertanya dengan temannya yang lebih mengerti. Pada proses ini terjadi interaksi siswa yang menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Setiap siswa juga dituntut untuk memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya masing- masing, karena tugas diberikan oleh guru berbeda-beda. Maka siswa dituntut untuk mempersiapkan diri (belajar) sebelum proses pembelajaran dimulai. Selain itu pada pembelajaran cooperative tipe pair checks yaitu pada saat pengecekan hasil pekerjaan dilakukan oleh masing-masing pasangan yang dilakukan secara bergiliran.

Pembelajaran cooperative mengajarakan siswa untuk saling menghargai satu sama lain dan mendorong komunikasi antar siswa sehingga hubungan antar siswa semakin baik. Pembelajaran cooperative juga dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama, saling membantu dan meningkatkan rasa percaya diri. Dalam model pembelajaran cooperative

92

tipe pair checks guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar.

Dengan strategi pair checks memungkinkan siswa untuk saling memberikan saran.104

Hal ini disebabkan karena model pembelajaran pair checks merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada kemandirian siswa dalam proses pembelajaran, sehingga setiap siswa dituntut untuk lebih menguasai materi yang telah diajarkan. Selain itu model pembelajaran pair check juga akan membuat siswa lebih aktif untuk menjawab persoalan yang diberikan melalui kerja kelompok sehingga kendala belajar siswa secara mandiri dan adanya siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran dapat diminimalisir.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fandi Ahmad yang menyatakan bahwa metode cooperative learning tipe pair checks berpengaruh positif terhadap motivasi dan hasil belajar siswa105. Begitu juga dengan penelitian Islamiah106 Edy Setiyo Utomol107 menunjukkan metode cooperative learning tipe pair checks berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

104 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontek stual : Konsep dan Aplik asi. (Bandung : PT Refika Ditama, 2010), hlm. 2.

105 Fandi Ahmad, “Penerapan…,hlm. 141.

106 Islamiah, Bunga Dara Amin, Aisyah Azis…,hlm, 160.

107 Edy Setiyo Utomol, Fatchiyah Rahman, “Pengaruh…,hlm. 53.

93 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut:

1. Hasil penelitian yang dilakukan secara multivariat menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi dan hasil belajar kimia peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran cooperative tipe pair checks dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensioanal yaitu 0,001 < 0,05.

2. Hasil penelitian pada variabel motivasi belajar, terdapat pengaruh yang signifikasi motivasi belajar kimia peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran cooperative tipe pair checks dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensioanal yaitu 0,039 < 0,05

3. Hasil penelitian pada variabel hasil belajar juga terdapat pengaruh yang signifikasi hasil belajar kimia peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran cooperative tipe pair checks dengan peserta didik yang diajar dengan model konvensioanal yaitu 0,000 < 0,05.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar khususnya mata pelajaran kimia, yaitu sebagai berikut :

94

1. Bagi guru, sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya guru mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, seperti media dan bahan ajar.

2. Bagi kepala sekolah, hendaknya mendukung kegiatan pembelajaran dengan menyediakan segala bentuk sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberlangsungan kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

95

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fandi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatife Tipe Pair Checks Dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Tabulanan Kab.

Mamasa. Jurnal Sanismat, Vol. V, Nomor 2, hlm. 137.

Aqib Zainal, Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung : Yrama widya, 2013.

Asikin, muhammad, Model-Model Pembelajarn Kooperatif (Text Book).

Semarang: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNNES, 2004.

Bahtiar, Strategi Belajar Mengajar SAINS (IPA). Mataram: CV Sanabil, 2015.

Djamarah, Syaifudin Bahri, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Edy Setiyo Utomol dan Rahman Fatchiyah, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Terhadap Hasil Belajar Siswa. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UNY, 2016.

Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA Disekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12, Nomor 1. Hlm. 90.

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.

Huda Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2017.

Islamiah, Bunga Dara Amin dan Aisyah Azis, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas IX2 SMP Negeri 1 Balusu Kabupaten Barru.

Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4, Nomor 2, hlm. 153.

Jufri Wahab, Belajar Dan Pembelajaran SAINS. Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2017.

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT Refika Ditama, 2010.

96

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2009.

Lina Muawanah, Budiyono dan Sri Subanti, Eksperimentasi Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Pair Checks, dan Think Pair Share Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Gaya Belajar. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol 3, Nomor 6, Tahun 2015, hlm. 625.

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2012.

Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Beroreintasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2017.

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012.

Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga Group, 2011.

Sentot Budi Rahardjo dan Ispriyanto, Buku Guru Kimia Berbasis Eksperimen. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2016.

Siti Suprihatin, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro. Vol 3, Nomor. 1, hlm.73.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2018.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2017.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2018.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Susanto Ahmad, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana, 2013.

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Wakijo, Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Media Pembelajaran Mahasiswa Semester IV Pendidikan Ekonomi Tahun Akademik 2014/2015. Vol 3, Nomor. 1, Tahun 2015. hlm. 14.

97

Widodo, Lusi Widayanti, Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII A MTs Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, Volume 17, No. 49, Tahun 2013, hlm. 34.

Yusuf, Strategi Pembelajaran Biologi. Mataram: CV. Sanabil, 2015.

1

LAMPIRAN-LAMPIRAN

2 LAMPIRAN 1 : RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN)

Satuan Pendidikan : MA Al-Ishlahul Ittihad Kelas/Semester : X/1

Mata Pelajaran : Kimia

Materi Pokok : Larutan Elektrolit Alokasi Waktu : 2x 45 Menit

Pertemuan Ke : I

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

3

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar :

3.8Menganalisis Sifat larutan elektrolit dan non elektrolitberdasarkan daya hantar listriknya.

4.8Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan non elektrolit.

Indikator :

3.8.1 Menjelaskan pengertian larutan elektrolit

3.8.2 Menyebutkan ciri-cirihantaran arus listrik dalambeberapa larutanelektrolit

3.8.3 Menjelaskan penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik

3.8.4 Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit berdasarkan sifat daya hantar listriknya

3.8.5 Menjelaskan ikatan yang terdapat dalam senyawa elektrolit

4.8.1 Merancang percobaan untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik dan mempresentasikan hasilnya untuk menyamakan persepsi.

4.8.2 Melakukan percobaan.daya hantar listrik pada beberapa larutan.

4.8.3 Mengamati dan mencatat data hasil percobaan.daya hantar listrik pada beberapa larutan.

4.8.4 Menganalisis data hasil percobaan untuk menyimpulkan sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya (larutan elektrolit dan larutan non- elektrolit).

4.8.5 Mengelompokkan larutan berdasarkan jenis ikatan dan menjelaskannya.

4.8.6 Menyimpulkan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar

4.8.7 Menyajikan laporan hasil percobaan tentang daya hantar listrik larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah.

4 C. Indikator dan Tujuan Pembelajaran

Indikator Tujuan

3.8.1 Menjelaskan pengertian larutan elektrolit

Siswa dapat menjelaskan pengertian larutan elektrolit dengan tepat 3.8.2 Menyebutkan ciri-cirihantaran

arus listrik dalam beberapa larutan elektrolit

Siswa dapat menyebutkan ciri- cirihantaran arus listrik dalam beberapa larutan elektrolit dengan benar.

3.8.3 Menjelaskan penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik

Siswa dapat menjelaskan penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik baik dan benar

3.8.4 Mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit berdasarkan sifat daya hantar listriknya

Siswa dapat mengelompokkan larutan kedalam larutan elektrolit berdasarkan sifat daya hantar listriknya dengan tepat

3.8.5 Menjelaskan ikatan yang terdapat dalam senyawa elektrolit

Siswa dapat menjelaskan ikatan yang terdapat dalam senyawa elektrolit dengan tepat

4.8.1 Merancang percobaan untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik dan mempresentasikan hasilnya untuk menyamakan persepsi.

Siswa dapat merancang percobaan untuk menyelidiki sifat larutan berdasarkan daya hantar listrik dan mempresentasikan hasilnya untuk menyamakan persepsi dengan jujur dan disiplin.

4.8.2 Melakukan percobaan.daya hantar listrik pada beberapa larutan.

Siswa dapat melakukan

percobaan.daya hantar listrik pada beberapa larutan dengan rasa ingin

Dokumen terkait