• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi dari kedala Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan

BAB III PEMBAHASAN PEMBAHASAN

D. Kendala dan Solusi Implementasi Pendidikan Krakter Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan

2. Solusi dari kedala Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan

Metode belajar yang hanya menggunakan satu aktivitas belajar cendrung menciptakan suasana belajar monoton. Konsep belajar monoton berarti dalam melaksanakan proses belajar mengajar Guru tidak mampu melibatkan peserta didik berinteraksi aktif. Metode statis ini membawa peserta didik pada interaksi semu yang hanya berfungsi sebagai pendengar tanpa ada aksi yang akan membangun gerak mereka untuk berpartisipasi mengakses sekaligus mempraktikkan terori yang diperoleh.

2. Solusi dari kedala Implementasi Pendidikan Karakter pada Mata

lebih baik. Adanya perubahan psikis dan emosi yang dihasilkan dari proses belajar dipengaruhi langsung oleh serangkaian persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan dimana mereka belajar.186

Dalam kegiatan belajar pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa kelas XI IPS, pemilihan topik ajar adalah langkah awal yang harus dipertimbangkan Guru sebelum memasuki ruangan kelas. Pemilihan materi ajar ini sering kali dipadukan dengan memilih media yang relevan untuk mendukung materi yang akan diajarkan. Sebagai contoh media ajar yang digunakan di Madrasah Alyah Nahdlatul Wathan Samawa mempergunakan teks foto kopi bacaan, gambar hidup (realia), charta dan potongan kartu kecil yang dibuat dari kertas manila. Manfaat penggunaan media sebagai alat bantu mengajar adalah untuk mempermudah jalannya proses belajar mengajar.

Mengutip penjelasan Hamdani ”bahwa fungsi utama media dapat memperjelas materi dan bersifat menarik. Topik ajar yang dipadukan dengan penggunaan media tertentu dapat menarik minat peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Selain menarik, media pembelajaan bersifat interaktif. Ini berarti bahwa media dapat menumbuhkan dorongan sikap dan prilaku positif yang membangun peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.”187

b. Memilih Metode Pembelajaran yang Aplikatif dan Interaktif

186Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 163-165.

187Hamdani, Strategi…..,73.

”Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu bentuk cara sistematis yang digunakan Guru dalam menyampaikan pesan pada situasi interaksi edukatif. Hal ini memungkinkan peserta didik belajar berproses dengan mengembangkan tiga ranah sebagai tujuan pembelajaran yang menyentuh kognitif, afektif dan psikomotor. Alat ukur yang dapat dijadikan penentu keberhasilan dari metode pembelajaran dapat dilihat dari adanya keterlibatan peserta didik berinteraksi membangun pola belajar komunikatif. Pola ini tersaji dalam pembelajaran konstruktif bukan menerima.”188

Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga formal telah menerapkan beberapa cara dalam mengajarkan pendidikan Agama Islam di kelas.

Berpariasinya metode pengajaran yang digunakan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak tercermin dari ulasan berikut:

1. Cerita

Pada dasarnya metode cerita merupakan sebuah upaya menyampaikan pesan edukatif kepada peserta didik. Cerita dicirikan dengan penyampaian informasi secara lisan dengan menyisipkan motivasi pada kisah inspiratif yang dapat membawa peserta didik kearah pengembangan positif. Metode cerita yang digunakan Guru Mata Pelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar dilakukan dengan

188Trianto, Model – model….,108.

memberikan cerita keAgamaan seputar kehidupan para Nabi dan Rasul. Fokus cerita yang disampaikan pada pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah dengan menanamkan nilai-nilai budi pekerti dan tingginya akhlakul karimah kepada peserta didik. Contoh cerita sebagai metode diambil dari sumber autentik seperti al-Qur‟an, al- Hadist dan kisah-kisah para cendikiawan muslim yang sangat berpengaruh dalam sejarah perkembangan Islam.

Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan adanya sifat alamiyah manusia yang menyukai cerita dan menyadari pengaruh besar, sehingga secara konteks, penyampaian topik ajar dengan menggunakan cerita kepada usia tingkat sekolah dasar membawa manfaat praktis dengan tidak menyampingkan sisi lemahnya. Pertama cerita dapat menggugah rasa ingin tahu peserta didik dengan isi yang disampaikan. Pengelolaan kelas dapat dengan mudah dikontrol mengingat ada satu titik yang dijadikan pusat informasi. Kedua cerita dapat memancing perhatian peserta didik sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima sebagai bagian dari pengalaman belajar.”189

Penggunaan metode cerita di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar dijabarkan melalui cerita singkat dengan mengupas biografi Nabi dan Rasul serta para cendikiawan

189Endang. E.T, Bagaimana Konseling Sekolah Bersikap (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 168.

muslim. Dalam penyampain cerita, Guru memberikan jeda dengan bertanya seputar cerita yang baru saja disampaikan sebagai intermission. Aktivitas ini dilakukan untuk mengecek pengetahuan peserta didik dengan mengingat informasi yang disampaikan Guru.

2. Kerja kelompok

Bagian penting dari strategi pembelajaran yang dapat dilakukan Guru adalah dengan kerja kelompok. Yang dimaksud dengan kerja kelompok disini adalah peserta didik diberikan tugas berdiskusi, berbagi pengalaman membentuk satu kesatuan ide dari permasalahan pembelajaran yang disuguhkan Guru. Dalam menggunakan strategi ini Guru sesungguhnya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan kemampuannya, membantu mereka berpikir kritis, mengembangkan motivasi untuk belajar, mengarahkan mereka untuk belajar menilai kemampuan diri maupun kemampuan rekan sekelompoknya.”190

Strategi belajar dengan kerja kelompok yang diterapkan di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa sumbawa Besar melibatkan semua peserta didik berdasarkan kelompok yang telah ditentukan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas XI IPS. Saat pembagian kelompok dilakukan Guru menggunakan cara yang berbeda-beda. Pertama Guru membagi kelompok dengan cara menGurutkan peserta didik dengan nomor urut nama sesuai dengan

190 Endang. E.T, Bagaimana Konseling Sekolah Bersikap (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 174.

absensi. Kedua Guru memberikan stimulus berupa permainan kecil dengan peserta didik diminta menyebutkan nomor dari digit satu sampai lima. Peserta didik kemudian diberikan tempat berdasarkan nomor yang telah disebutkan. Ketiga peserta didik yang mendapat nomor yang sama berkumpul membentuk kelompok yang beranggotakan lima orang. Menuru Fairuzul Muamtaz pola pengembangan pembelajaran dengan menggunakan permainan kecil dapat meningkatkan titik fokus peserta didik dalam belajar.”191

Menurut pendapat Anissatul Mufarrokah pembelajaran dengan menggunakan kerja kelompok dapat membawa dampak signifikan terhadap hasil belajar. Pertama sebagai pembiasaan bagi para peserta didik untuk bekerja sama secara bebas dan berdemokrasi. Kedua peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan prinsip musyawarah dan bertanggung jawab. Ketiga adanya kesadaran untuk berkompetisi dengan cara yang sehat yang dapat membuka ruang bagi mereka untuk meningkatkan motivasi dalam belajar. Manfaat lain yang dapat ditimbulkan dari strategi ini adalah Guru dapat dengan mudah memperhatikan, melakukan monitoring, memberikan penjelasan secara berkelompok sehingga terjadi efektivitas penyampaian yang lugas dan komprehensif.192

Pengimplementasian strategi pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar

191Fairuzul Mumtaz, To Be Smart Parents (yogyakarta: Dimond, 2011), 44.

192Anissatul Mufarrokah, Strategi ….,92-93.

menggunakan kerja kelompok dengan memberikan teks bacaan yang beragam jenisnya. KerAgaman ini terlihat jelas dari berbedanya topik ajar yang termuat pada silabus yang mempersyaratkan Guru PAI untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan silabus. Metode penyampaian materi dalam kerja kelompok adalah semua peserta didik dilibatkan.

Mereka diberikan kesempatan berbaur mengkonstruksi pemahaman dan menyimpulkan intisari dari teks yang disediakan. Teks yang telah dibagikan berbentuk teks foto kopi lembaran yang memuat materi untuk didiskusikan.

Ketika proses diskusi dalam kelompok berlangsung Guru melakukan tugas pokoknya dengan melakukan aktivitas mingling.

Aktivitas ini oleh Mustaqim dipandang sebagai aktivitas vital dimana Guru harus mampu berpindah, memberikan arahan yang positif, memberikan asupan informasi penting dan mengecek pekerjaan kelompok secara purposif sesuai kebutuhan peserta didik.”193

Kerja kelompok dipandang sebagai tata pengelolaan kelas yang efektif. Efektivitas kelas yang dibangun melalui kerja kelompok ini dapat mengintegrasikan berbedaan-perbedaan yang melekat pada individu. Prinsip kerja kelompok yang diterapkan di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar adalah kerja sama, saling tolong menolong, percampuran tingkat kemampuan yang teterogen serta membentuk pola berpikir yang demokratis.

193Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2008), 78.

Dari rangkaian kegiatan kerja kelompok yang dideskripsikan pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar, Guru sebagai fasilitator kunci belajar memberikan kesempatan kepada semua kelompok untuk memberi kesimpulan. Penguatan pemahaman diberikan Guru dalam bentuk mengisi pernyataan yang rumpang pada lembar kerja yang telah dibagikan Guru dalam bentuk lembaran kosong. Dalam mengerjakan tugas tersebut kelompok diberikan durasi waktu sekitar 10-15 menit untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut untuk didiskusikan bersama sebelum memasuki kuis sebagai tahap terakhir dari rangkaian pembelajaran.

3. Kompetisi permainan (game competition)

Seperti yang dipahami bahwa permainan adalah salah satu cara alternatif memberikan energi baru bagi peserta didik dalam belajar yang menyenangkan. Prinsip bermain sebenarnya diupayakan Guru Aqidah Akhlak dikala konteks kelas tidak lagi mendukung peserta didik untuk berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Fairuzul Mumtaz dalam bukunya to be smart parents bahwa tujuan mendasar dilakukannya kompetisi permainan adalah untuk menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi dan harmonisasi sehingga seseorang cenderung bergairah dalam melakukan sesuatu.”194 Kegairahan akan dengan mudah menciptakan

194Fairuzul Mumtaz, To be Smart….,44.

semangat dan inspirasi yang membawa mereka pada kondisi yang nyaman serta menantang tanpa harus terbebani dengan stumpukan konsep yang memberatkan mereka bekerja.

Hamdani mengungkapkan hal yang sama bahwa dalam konsep bermain peserta didik dapat melibatkan segala kemampuan yang tersembunyi, mengoptimalkan pikiran untuk berkonsentrasi pada hal yang dihadapi. Melalui bermain peserta didik belajar menerima, mengekspresikan dan menguasai perasaan mereka secara positif dan konstruktif. Melalui belajar juga peserta didik dapat belajar tentang diri mereka sendiri, peserta didik juga belajar meyakini sudut pandangnya sendiri, yang membuat mereka termotivasi untuk menguasai dan mengembangkan jati diri, kepercayaan diri dan ketenangan diri karena proses belajar berlangsung secara damai dan menyenangkan. Dari prinsip bermain peserta didik dapat mempelajari tingkah laku sosial seperti bekerja sama, berbagi dan saling membantu.195

Penggunaan kompetisi permaianan atau yang sering diistilahkan dengan game competition telah diterapkan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah alyah Nahdlatul Wathan samawa sumbawa Besar. Kompetisi yang dibentuk diarahkan kepada kelompok dan individu. Tujuan utama diterapkannya kompetisi ini sebenarnya untuk mengarahkan minat peserta didik untuk tetap fokus pada materi ajar yang direncanakan.

195Hamdani, Strategi…..,124.

Bentuk kompetisi yang diperlihatkan di dalam kelas adalah kompetisi secara berkelompok. Peserta didik diminta menyusun potongan kalimat-kalimat dalam paragraf untuk membentuk paragraf yang padu sehigga terbentuk satu bentuk wujud teks yang solid. Dalam melaksanakan kegiatan ini, Guru memfasilitasi kelompok dengan memberikan potongan kertas untuk disusun. Peserta didik dalam kelompok diinstruksikan mengerjakan tugas tersebut selama waktu tertentu yang telah ditentukan Guru. Dalam proses penyusunan potongan kertas tersebut, Guru mengecek pekerjaan setiap kelompok sambil mengamati cara peserta didik bertukar ide bagaimana menyusun potongan kertas tersebut kedalam suatu bentuk teks yang padu sesuai dengan yang diharapkan Guru.

Bentuk kedua dari kompetisi yang diberikan Guru kepada peserta didik adalah kompetisi dalam bentuk tugas individu. Penyajian bentuk kompetisi ini dilakukan dengan menggunakan metode yang bervariasi. Pertama Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik menyebutkan nama dari gambar yang ditunjukkan Guru secara cepat. Kedua Guru menyajikan kompetisi dalam bentuk menggolongkan pernyataan dalam kalimat kedalam kategori yang telah disediakan Guru. Peserta didik yang dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan benar diberikan penghargaan berupa pujian. Sebaliknya peserta didik yang tidak dapat memasukkan elemen tersebut kedalam

kategori yang benar diberikan motivasi untuk tetap belajar dengan lebih giat.

4. Charta atau bagan

Penggunaan charta atau bagan di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar diterapkan guna memberikan penjelasan yang sistematis. Penyajian yang sederhana pada charta dapat memberikan rangkuman komprehensif terhadap materi rumit dan luas. Materi yang disajikan dalam bentuk charta di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar dipresentasikan dengan menyajikan konsep-konsep sholat yang sangat sederhana. Guru memberikan charta kedalam kelompok kecil yang memuat kompenen sholat secara keseluruhan. Dari kopian charta tersebut Guru kemudian memberikan penjelasan tentang charta yang dibagikan.

Menyimpulkan penjelasan Hamdani bahwa charta dipandang sebagai media sekaligus cara praktis Guru dalam mengajar yang lebih simpel. Charta memuat konsep-konsep inti berupa pesan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk koneksi atau hubungan antara teori maupun fakta penting. Charta setidaknya memiliki kriteria: (1) dapat dimengerti peserta didik karena dirumuskan dengan cara yang sistematis dan sederhana. (2) sederhana, lugas dan tidak rumit sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik mendeteksi dan memprediksi arti dari simbol yang ditunjukkan.196

196Hamdani, Strategi..., 252.

5. Kuis

Penyajian kuis pada aktivitas pembelajaran memberikan sumbangan yang vital bagi kelancaran suatu proses belajar. Tanya jawab adalah salah satu bentuk kreativitas pembelajaran dengan menguji peserta didik dengan beberapa petanyaan yang mengacu pada materi yang dibahas sebelumnya. Manfaat dilakukannya kuis menurut Hamdani ialah menfasilitasi peserta didik dengan menggabungkan konsep bermain dengan menciptakan kegiatan belajar yang menantang.197 Kuis pada prinsipnya memberikan peluang bagi para peserta didik untuk memacu diri dengan berupaya mengingat informasi yang telah tersaji pada materi ajar yang sudah dipelajari. Keberadaan kuis yang tersaji melalui proses tanya jawab adalah rangkaian kegiatan belajar yang berorientasi pada kecakapan intelegensi.

Pada prinsipnya pencapaian intelegensi yang dimaksudkan dalam pembelajaran adalah kemampuan peserta didik yang tanggap terhadap materi ajar yang telah disampaikan. Prinsip kuis adalah cara Guru memberikan evaluasi sekilas atas pencapaian prestasi sejauhmana peserta didik mampu menyerap materi ajar yang telah tersusun dan diterapkan ketika proses belajar mengajar dilaksanakan.

Jika dilihat penerapan kuis di Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan Samawa Sumbawa Besar sangat efektif memfokuskan konsentrasi peserta didik untuk menjawab serangkaian pertanyaan Guru.

197197

Hamdani, Strategi..., 252.

Pertanyaan yang dilontarkan Guru kepada para peserta didik telah mampu membawa peserta didik belajar dalam permainan menyenangkan dan menantang serta mampu bermanfaat secara akademik. Bentuk kuis yang diberikan berupa kuis benar salah dan tanya jawab pendek seputar materi yang dipelajari saat itu.

c. Menciptakan Aktivitas Belajar Variatif

Pada pembelajaran variatif dimaksudkan semua komponen yang terjaring pada kegiatan belajar harus dioptimalkan. Model pembelajaran yang digunakan harus disesuikan dengan tingkat peserta didik yang sedang belajar. Pertimbangan yang digunakan dalam pembelajaran variatif ini didasarkan pada pemilihan metode yang mampu membangun kreativitas, penyeleksian media yang relevan untuk menopang inisiatif peserta didik menggunakan daya nalar dan emosi untuk terlibat.

Guru dalam mengembangkan konsep belajar variatif ditujukan untuk meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu dan mampu mengembangkan imajinasi. Metode mengembangkan kreativitas dipergunakan untuk mendorong peserta didik mencari dan menemukan jawaban, membuat pernyataan yang membantu memecahkan, memikirkan kembali materi sebagai refleksi yang padu.

Menurut pendapat Rizki bahwa pembelajaran variatif adalah pembelajaran yang menggunakan aktivitas beragam. Aktivitas ini menggunakan berbagai macam kegiatan yang digabungkan menjadi satu kesatuan yang terintegrasi. Tujuan dilakukannya aktivitas ini supaya

peserta didik tidak dibebani dengan aktivitas yang memporsir mereka dalam satu aktivitas monoton.”198

Menciptakan aktivitas beragam seperti yang diungkapkan Rizki di atas adalah hal mutlak yang harus dilakukan Guru. Bervariasinya aktivitas dalam proses belajar mengajar dapat mendorong peserta didik bereksplorasi menemukan gagasan yang mendukung lancarnya kegiatan belajar. Hal ini dipandang praktis dapat menumbuh kembangkan potensi unggul dari peserta didik. Rancangan kegiatan yang variatif sesungguhnya memberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta didik sebagai subyek belajar berinteraksi baik dengan teman ataupun dengan fasilitator yang diperankan Guru.

198Rizki, Efektifitas Media Pembelajaran, Sumber: http//www.belajaivovatifdankreatif.rizki.blok.

BAB IV