• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi Untuk Mengatasi Masalah

Dalam dokumen laporan aksi perubahan kinerja organisasi (Halaman 46-49)

BAB III ANALISIS MASALAH PELAYANAN

C. Solusi Untuk Mengatasi Masalah

kontribusi maksimal terhadap tujuan dari pencegahan Penyalahgunaan OTT;

Biaya, penulis memberikan nilai 1, karena biaya yang diperlukan untuk solusi ini sangat besar;

Layak, penulis memberikan nilai 2, karena solusi ini cukup layak diterapkan karena membutuhkan waktu yang berulang dan lama.

3) Menggalang dukungan dari stakeholder terkait penyalahgunaan OOT

Kontribusi, penulis memberikan nilai 5 karena kontribusinya bisa dibutuhkan dan mendukung dalam upaya pencegahan dan pemberantasan;

Biaya, penulis memberikan nilai 4 karena kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak besar;

Layak, penulis memberikan nilai 4 karena solusi ini cukup layak.

4) Pembuatan Bahan informasi yang efektif dan mudah dimengerti

Kontribusi, penulis memberikan nilai 5 karena kontribusinya bisa dibutuhkan dan mendukung dalam upaya pencegahan dan pemberantasan;

Biaya, penulis memberikan nilai 4 karena kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak besar;

Layak, penulis memberikan nilai 4 karena solusi ini cukup layak.

37

Gambar 3.4. Alternatif Solusi Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

DESA SOLID adalah inovasi pemberdayaan masyarakat secara terpadu untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang beresiko terhadap Kesehatan. Lokus permodelan Desa Solid dilakukan di Desa yang terpilih berdasarkan analisis resiko kategori Tingginya Kasus Penyalahgunaan OOT, Desa Tujuan Wisata.

Intervensi dilakukan melalui pelatihan dan sosialisasi kepada calon kader, Pembentukan Kader Pemberantasan OOT dan Narkoba, Pembuatan Bahan Materi dan Booklet berbasis subsite serta Perkuatan komitmen Stakeholder melalui MoU dan Perjanjian Kerja Sama (PKS). Pembentukan Kader di lakukan melalui pelatihan dan sosialisasi melalui Kader Guru sekolah SMP, Kader Puskesmas, Kader Apoteker.

Pembuatan Perjanjian Kerja Sama dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Barat dan Ikatan Apoteker Indonesia Provinsi Sulawesi Barat. Perjanjian Kerjasama ini merupakan bentuk perwujudan komitmen dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan Penyalahgunaan OOT.

KOMUNIKASI EDUKASI SASARAN TERTENTU

PROGRAM NASIONAL DESA

PANGAN AMAN BADAN POM

DESA SOLID

DESA BERSINAR

BNN

Pembuatan bahan ajar berbasis website dan booklet yang lebih spesifik untuk kalangan yang sudah di targetkan. Kegiatan ini menggunakan subsite bpom mamuju yang sudah ada saat ini. Desa Solid pada tahap awal akan dilaksanakan di 1 desa dan kewajiban dari Kader melakukan sosilisasi kepada komunitasnya.

Pengukuran akhir dilakukan dengan melalui survey pengetahuan yang dilakukan untuk para kader dan komunitas. Selain itu dalam rangka pengukuran outcome yang dilakukan melalui pengawasan peredaran OOT di daerah yang di intervensi.

39

BAB IV

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

A. Terobosan Inovasi

Inovasi yang akan dilakukan oleh penulis adalah membuat program pencegahan pemberantasan penyalahgunaan Obat Obat Tertentu (OOT) yang terkolaborasi dan sistematis melalui pembentukan DESA SOLID. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengawasan Obat dan Makanan di provinsi Sulawesi Barat.

Inovasi ini sangat dibutuhkan karena kasus dan perkara penyalahgunaan Obat Obat tertentu di provinsi Sulawesi Barat semakin meningkat dan membutuhkan penanganan yang mendasar dan kontinu.

Melalui permodelan kolaborasi program lintas sektor diharapkan akan menurunkan kasus penyalahgunaan obat-obat tertentu melalui pendekatan pencegahan.

Tabel 4.1. Input, Proses, Output, Outcome, Benefit dan Impact Permodelan Desa Solid

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME BENEFIT IMPACT

Data kasus perkara

Penyalahguna an di wilayah

Desa sasaran

Materi pencegahan penyalahgun aan Obat Obat Tertentu

SDM (melakukan pembuatan bahan materi,

Rapat Koordinasi dengan Tim Efektif

Benchmarki ng (sharing pendapat)

Komunikas i lintas sektor melalui pembahas an MOU dan PKS

Pembuata

Terbent uknya kader Desa Solid

Tersedi anya Komint men Lintas Sektor

Tersedi anya Bahan Materi

Menurunny a kasus penyalahgu naan di desa sasaran

Meningka tnya kinerja pengawa san Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Barat

Kepuasan terhadap kinerja pengawas an Obat dan Makanan BPOM di Mamuju

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME BENEFIT IMPACT pemilihan kader

dan pelatihan kader)

Sarana/

Prasarasan a (software &

hardware)

n Bahan Materi pelatihan Kader

Pembuata n Materi berbasis digital

Penyala hgunaan OOT

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

B. Tahapan Kegiatan/Milestone Tahapan Aksi Perubahan

Tahapan pelaksanaan aksi perubahan disusun dalam 3 tahap rentang waktu dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.2. Tahapan Kegiatan/Milestone Tahapan Aksi Perubahan

No Kegiatan Utama Output Waktu (Minggu ) Penanggung Jawab

Adopsi STULA

1 Membentuk SK TIM

SK TIM

2 Juni 2022

Koordinator INFOKOM Dan

Penindakan

Kepemimpinan yang transformasional dengan melibatkan

seluruh tim 2

Rapat pendahuluan internal perencanaan dan

tahapan aksi

perubahan Notulen 3 Juni 2022

Koordinator INFOKOM

3

Koordinasi dengan BNN dan Dinas

Pendidikan Notulen 3 Juni 2022

Koordinator INFOKOM Dan

Penindakan Komunikasi efektif dan Hubungan

Kelembagaan diperlukan untuk

meningkatkan kinerja organisasi melalui komunikasi

informal 4

Koordinasi dengan Setda Kab

Pasangkayau Notulen 7 Juni 2022 Koordinator INFOKOM

5

Pelaksanaan MoU

dengan BNNP MoU 8 juni 2022

Koordinator Penindakan

6

Koordinasi dengan

Dinas Kesehatan Draft PKS 9 – 11 Juni 2022

Koordinator INFOKOM

41

No Kegiatan Utama Output Waktu (Minggu ) Penanggung Jawab

Adopsi STULA

dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab

Pasangkayu

7

Survey Calon Kader

dan masyarakat Notulen 10-11 Juni 2022

Koordinator INFOKOM

Organisasi Digital dalam

melakukan percepatan mendapatkan

informasi 8

PKS dengan

Organisasi Profesi IAI PKS

13 Juni 2022

Koordinator INFOKOM Penindakan

9

Pembuatan Modul Bahan Ajar

Hasil Survey

Pengetahuan 1-7 Juni 2022

Koordinator INFOKOM

10 Bimtek Kader

Buku Saku dan Modul

pelatihan 20-25 Juni 2022

Koordinator INFOKOM dan Penindakan

Komunikasi efektif melalui kegiatan yang

semiformal untuk mencapai

tujuan organisasi

11

Pembentukan google site modul, penyertaan link Ke subsite POM

Mamuju Jumlah Kader

15-20 Juni 2022

Koordinator INFOKOM dan Penindakan

Organisasi Digital melalui

pembuatan subsite untuk upload materi

12

Intervensi Sekolah dan Desa

Googlesites penyertaan link

27 Juni-15 Juli 2022

Koordinator INFOKOM, Penindakan dan

Tim IT (TU)

Komunikasi Efektif yang digunakan

melalui pendekatan

personal

13 Monitoring pelaksanaan

Jumlah Siswa dan Masyarakat yang di berikan informasi

27 Juni-15 Juli 2022

Koordinator INFOKOM dan Penindakan

Akuntabilitas kinerja dilakukan

No Kegiatan Utama Output Waktu (Minggu ) Penanggung Jawab

Adopsi STULA

14

Meningkatnya Pengetahuan Masyarakat dan Siswa

sekolah

Jumlah Siswa dan Masyarakat yang di berikan informasi

Hasil Survey

Pengetahuan 18-20 Juli 2022

Koordinator INFOKOM, Penindakan

melalui pengawasan pre dan post pelaksanaan inetrvensi

sebagai bagian dari pengukuran

efektifiitas kinerja

JANGKA MENENGAH

1

Pertemuan FGD dengan Pemda Kabupaten/ Provinsi

untuk pembahasan pedoman dan rencana

memasukkan materi Pemberantasan OOT

ke dalam pemebelajaran

Surat undangan BPOM dan notulen

Agustus 2022

Koordinator INFOKOM, Penindakan

Komunikasi efektif melalui kegiatan yang

semiformal untuk mencapai

tujuan organisasi

2

Pembahasan bersama materi Pemberantasan OOT bagi sekolah dan

Organisasi Profesi dengan stakeholder

Notulen Rapat dan draf

bahan ajar September 2022

Koordinator INFOKOM, Penindakan

3 Replikasi 2 Desa

Agustus- Desember

2022

Koordinator INFOKOM, Penindakan

43

No Kegiatan Utama Output Waktu (Minggu ) Penanggung Jawab

Adopsi STULA JANGKA PANJANG

1

Penyusunan rencana kerja dalam rangka

program nasional kolaboarasi Pangan

dan Obat Naskah Program nasional Januari 2023

Koordinator INFOKOM,

Penindakan -

2

Rangkaian FGD penyusunan Program

Kolaborasi Nasional Pengawasan Pangan

dan Obat Notulen Juni 2023

Koordinator INFOKOM,

Penindakan -

3

Replikasi di 6 Desa

Januari-Desember

2023

Koordinator INFOKOM,

Penindakan Paket Kegiatan

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

Tiga tahapan atau langkah kegiatan yang harus dilakukan penulis dalam aksi perubahan ini adalah:

a. Membentuk tim efektif atau tim kerja;

b. Membuat bahan materi pembentukan Kader Desa SOLID c. Membuat MOU dan PKS dengan stakeholder

d. Melakukan pelatihan terhadap Kader Pemberantasan OOT

C. Sumberdaya (Peta dan Pemanfaatan) 1) Penganggaran

Untuk dapat mencapai tujuan dalam aksi perubahan ini diperlukan adanya dukungan sumber daya dalam pelaksanaannya salah satunya adalah sumber daya pengaanggaran dalam kegiatan pelaksanaan Desa SOLID:

Tabel 4.3. Rencana Penganggaran

Kegiatan Utama Jumlah Kegiatan Kebutuhan Anggaran Koordinasi Dengan BNN Dan

Dinas Pendidikan Mamuju 2 Kegiatan 600,000 Koordinasi Dengan Bupati Dan

Setda. Kabupaten Pasangkayu 1 Kegiatan 7,140,000 Koordinasi Dengan Dinas

Kesehatan Dan Dinas Pendidikan

Kabupaten Pasangkayu 1 Kegiatan 7,140,000 Bimtek Kader Keamanan Pangan

Desa

1 Kegiatan 21,400,000

Bimtek Komunitas 2 Desa 57,200,000

Monitoring dan Evaluasi serta 1 Kegiatan 29,900,000

TOTAL 123,380,000

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

2) Pemetaan Stakeholder

Stakeholder adalah pihak yang berkepentingan baik perorangan maupun organisasi lainnya yang berkepentingan dan dapat mempengaruhi/dipengaruhi aksi perubahan untuk kemudian dilakukan stakeholder mapping analysis, pemetaan dan pengelompokan stakeholder

45

ke dalam kuadran kelas yang dipengaruhi oleh kekuatan dan kemauan yang dapat dipengaruhi untuk menguatkan dukungan pelaksanaan aksi perubahan.

Identifikasi pemangku kepentingan dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek seperti dampak (impact), manfaat (benefit), hasil (outcome), dan keluaran (output) dari aksi perubahan sehingga akan dihasilkan tiga jenis stakeholder yaitu sekunder, primer, dan utama yang merupakan gabungan dari primer dan sekunder ditambah lain-lain baik jangka Panjang dan jangka pendek.

Stakeholder Utama:

Deputi Pengawasan Obat dan Napza Badan POM RI, Deputi pencegahan BNN, Bareskrim Kepolisian, Pemerintah Daerah (Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan, Kepala Dinas Pariwisata)

Stakeholder Primer:

Kepala BPOM di Mamuju, Tim Efektif, Koordinator substansi Informasi, Komunikasi, Edukasi, Koordinator substansi Penindakan, Tim Pengelola data dan informasi, Kepala Desa, Kepala sekolah, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Prov Sulawesi Barat, Kepala BNN Prov Sulawesi Barat. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

Stakeholder Sekunder:

Ketua LSM Penggiat Narkoba dan Ketua Organisasi Profesi Lainnya.

Dari indentifikasi stakeholder tersebut, dilakukan pemetaan untuk mengetahui tingkat pengaruh dan kepentingan dari masing- masing stakeholder terhadap perubahan yang dibagi menjadi empat kuadran, yaitu:

i. I (promoters) : Memiliki kepentingan tinggi dan memiliki kekuatan tinggi untuk mempengaruhi aksi perubahan.

ii. II (latent) : Memiliki kepentingan rendah namun kekuatan yang tinggi untuk mempengaruhi aksi perubahan.

iii. III (defender) : Memiliki kepentingan yang tinggi tetapi kekuatan yang rendah untuk mempengaruhi aksi perubahan.

iv. IV (apathetics) : Memiliki kepentingan rendah dan kekuatan yang

I N T E R E S T

rendah untuk mempengaruhi aksi perubahan .

Adapun pemetaan stakeholder berdasarkan tingkatan pengaruh (influence) dan dukungan (interest) dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.5. Peta Stakeholder Sumber: Data Diolah Penulis, 2022 P

O W E R

LSM

Organisasi Profesi lainnya

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

Staf Infokom

Staf Penindakan

Wartawan

Kepala Balai POM di Mamuju

Deputi Pengawasan Obat dan NAPZA Badan POM

Kepala Desa

Kepala Sekolah

Tim Efektif

Ketua IAI

Kepala BNNP SulBar

Kepala Dinas Pariwisata

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten

47 3) Strategi Pemanfaatan Stakeholder

Dalam pemanfaatan stakeholder untuk membantu keberhasilan dari Aksi perubahan ini diperlukan strategi sebagai berikut :

i. Promoters

1. Melakukan koordinasi dan konsultasi kepada promoters dengan komunikasi yang baik

2. Melibatkan promoters dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

3. Meminta dukungan baik secara moril (motivasi) maupun materil (anggaran)

ii. Latents

1. Menjaga koordinasi dan komunikasi kepada kelompok Latents dengan komunikasi yang baik

2. Menunjukkan upaya yang dilakukan akan memiliki dampak positif terhadap isu yang menjadi perhatiannya

iii. Defenders

1. Melakukan koordinasi dan komunikasi kepada kelompok Defenders dengan komunikasi yang baik

2. Mengkomunikasikan pentingnya inovasi ini kepada Defenders sebagai unit kerja yang dapat menerima maafaat dari inovasi yang sedang dirancang

iv. Apathetics

1. Melakukan sosialiasi Aksi perubahan

2. Permintaan dukungan terhadap Aksi perubahan 4) Pemetaan Sarana dan Prasarana

Selain stakeholder, sarana merupakan salah satu unsur penting dalam Aksi perubahan. Berikut sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Smartphone

• Komputer/ Laptop

• Jaringan

• Ruang rapat

5) Manajemen Resiko

Pada pelaksanaan Aksi perubahan selalu ada risiko yang akan dihadapi. Upaya yang perlu dilakukan yaitu meminimalisir persoalan/permasalahan yang ada, yaitu dengan cara melakukan teknik komunikasi yang baik. Tabel identifikasi risiko dibawah ini merupakan estimasi kemungkinan-kemungkinan hambatan yang muncul serta strategi yang akan dijalankan oleh Project Leader. Diharapkan dengan adanya pemetaan potensi masalah ini, dapat disusun langkah-langkah penyelesaiannya.

Tabel 4.4. Identifikasi Potensi Masalah / Kendala

No Kendala yang Mungkin Muncul

Risiko yang Harus diantisipasi bagi Keberhasilan Aksi Perubahan

Strategi Mengatasi Kendala

1

Data dukung /

informasi kegiatan tidak lengkap

Komunikasi tidak efektif, Informasi yang tidak jelas

Melakukan komunikasi yang efektif, meminta informasi yang jelas dan up date dari masing- masing koordinator

2

SK Tim Efektif tidak terbentuk

Kegiatan tidak terlaksana dengan baik

Melakukan penilaian melalui wawancara secara khusus untuk mengetahui dari kompetensi dan

motivasi dalam bekerja

49

No Kendala yang Mungkin Muncul

Risiko yang Harus diantisipasi bagi Keberhasilan Aksi Perubahan

Strategi Mengatasi Kendala

3 MOU dan PKS tidak ada

Komitmen dari stakeholder tidak kuat

Melakukan komunikasi dengan Badan POM dan Stakeholder untuk

percepatan kajian MOU/PKS

4 Desa Solid tidak terbentuk

Program aksi perubahan tidak terlaksana

Melakukan monitoring setiap hari kepada tim efektif

3

Media Informasi yang dibuat tidak valid

Komitmen tim kerja yang rendah

Memilih tim kerja yang kompeten,

Menyusun time table rencana kgiatan, Komunikasi intensif dengan tim kerja

4

Kader yang di bentuk belum kompeten

Kompetensi pelatih belum maksimal

Pelatihan khusus untuk calon pelatih

5

Komunitas belum di lakukan sosialisasi

Ketersediaan waktu dan tenaga

Penjadwalan dibuat ketat dan komunikasi

dengan para kader

6 Bahan Materi tidak ada

Kompetensi dari SDM IT masih kurang

Melakukan supervisi dan konsultasi dengan Badan POM terkait

dengan subsite Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

Setelah melalui identifikasi potensi masalah/kendala maka strategi- strategi yang didapat akan diterapkan pada tahapan pelaksanaan Aksi Perubahan dengan menggunakan Metode Pengendalian Mutu dengan menggunakan metode PDCA seperti pada uraian dibawah ini :

Plan/ Rencana : Pada tahapan ini penulis melakukan komunikasi secara intensif kepada tim efektif menganai kegiatan apa saja yang ingin dilakukan dalam merancang aksi perubahan.

Do / Kerja : Pada tahapan ini penulis melakukan rapat – rapat koordinasi untuk menyamakan persepsi serta mengumpulkan informasi dan data-data yang dibutuhkan

Check / Periksa : Pada tahapan penulis melakukan konsultasi berupa masukan (saran dan pendapat) kepada stakeholder external terkait aksi perubahan yang akan dilakukan dan meminta tanggapan terakait aksi perubahan yang dilakukan.

Action /Aksi : Pada tahapan ini penulis mulai mengimplementasikan program serta melakukan perbaikan atas masukan dan saran yang telah berikan.

51

BAB V

PELAKSANAAN AKSI PERUBAHAN

A. DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN 1. MEMBANGUN INTEGRITAS

Integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Seorang pemimpin dalam melakukan aksi perubahan harus memiliki integritas dan akuntabilitas melalui tahapan- tahapan atas aksi perubahan. Inovasi yang di hasilkan harus mampu memperbaiki kinerja dan tujuan dari organisasi. Pemilihan dalam strategi untuk mengatasi permasalahan dalam organisasi dilakukan secara bertahap. Aksi perubahan yang dilakukan menerapakan prinsip dalam kepimpinan antara lain melalui :

➢ Mengatasi hambatan dalam pelaksanaan Aksi perubahan.

Pelaksanaan aksi perubahan tentunya akan mendapatkan hambatan dalam pelaksanaan. Faktor yang mempengaruhi mulai dari faktor internal maupun eksternal, sebagai contoh, adanya agenda kegiatan yang mendadak pelaksanaannya, atau karena faktor kondisi alam antara lain Gempa Bumi dan Banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Sulawesi Barat.

Perencanaan yang baik dan mitigasi resiko dengan tepat akan mengurangi dampak hambatan yang terjadi.

➢ Membangun Tim kerja yang efektif

Pembangunan tim kerja yang efektif dilakukan melalui seleksi terhadap tim yang memang memberikan dampak terhadap aksi perubahan yang akan di lakukan. Seleksi tim didasarkan atas kebutuhan dan informasi.

Tim efektif harus selalu di lakukan monitoring terhadap target yang dicapai.

Membangun kepercayaan terhadap tim dan memberikan arahan yang jelas dan tepat akan memberikan dampak terhadap keberhasilan aksi perubahan.

➢ Komunikasi efektif dengan stakeholder

Keberhasilan pelaksanaan aksi perubahan di tentukan dalam menjalin komunikasi dengan stakeholder. Komunikasi yang efektif harus berlangsung multiarah dan memiliki tujuan yang jelas. Dalam pelaksanaan aksi perubahan ini dibutuhkan dukungan dari stakeholder yang kuat, salah satu upaya yang dilakukan adalah membangunn komunikasi yang cair dan mudah di mengerti. Komunikasi secara informal dilakukan akan lebih mudah dan banyak menerima manfaatnya. Selain itu pembimbingan dan mentoring yang baik dengan para coach dan mentor akan memberikan dampak yang baik dalam mendukung keberhasilan aksi perubahan.

Penjabaran terhadap BAB III Analisa Masalah pada pohon masalah didapatkan permasalahan spesifiknya adalah perubahan belum ada program pemberantasan penyalahgunaan OOT yang efektif. Serta dalam Pemilihan Gagasan Isu dengan Metode Mc Namara (kriteria kontribusi, biaya dan layak) penulis menentukan bahwa alternatif gagasan yang menjadi prioritas untuk dijadikan solusi adalah “Kolaborasi Program Nasional dalam pencegahan Penyalahgunaan OOT”.

Atas dasar tersebut, integritas yang dapat dilakukan dalam aksi perubahan Permodelan Desa Solid, yakni sesuai dengan 7 Prinsip Manajemen Mutu dalam ISO 9001:2015 agar implementasi Aksi Perubahan ini dapat terlaksana dengan baik, antara lain sebagai berikut:

Tabel 5.1. 7 Prinsip Manajemen Mutu

NO KUNCI SUKSES IMPLEMENTASI

1 Kepemimpinan (Leadership)

Meyakinkan atasan langsung bahwa aksi perubahan ini bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan Makanan khususnya pemberantasan penyalahgunaan Obat

Mendengarkan dan menerima masukan dan saran dari stakeholder dalam rangka aksi perubahan.

Dalam penyusunan dan pelaksanaan Desa Solid banyak mendapatkan masukkan dari Mentor,

53

NO KUNCI SUKSES IMPLEMENTASI

Coach dan stakeholder.

Dengan mendengarkan saran dari stakholders dapat meningkatkan kualitas Aksi Perubahan.

Mampu mengendalikan situasi, hambatan dan tantangan selama pelaksanaan Desa Solid, termasuk mengatur manajeman SDM dan Anggaran untuk pelaksanaan Desa Solid

2 Pendekatan Proses Melaksanakan implementasi aksi perubahan sesuai dengan prosedur yang berlaku serta terencana sesuai dengan milestones aksi perubahan.

Dalam menjalankan aksi perubahan, dituntut untuk menjalankan program sesuai dengan pentahapan jangka pendek, menengah, dan panjang. Meskipun dengan waktu yang terbatas, proses pengerjaan dilakukan sesuai dengan proses dan perencanaan dalam rancangan aksi perubahan.

3 Keterlibatan Pegawai Melibatkan dan menggerakkan tim efektif dalam rangka menyukseskan implementasi aksi perubahan.

Keterlibatan seluruh pegawai dan stakeholder dalam mewujudkan aksi perubahan terlihat dari koordinasi yang dilakukan antar instansi dan pegawai dalam mengerjakan aksi perubahan.

4 Relationship Melakukan komunikasi yang baik kepada tim efektif untuk mendapatkan progress atas implementasi perubahan.

Komunikasi yang baik perlu dilakukan dengan tim agar maksud dan tujuan dalam mewujudkan Aksi Perubahan tercapai.

NO KUNCI SUKSES IMPLEMENTASI 5 Pengambilan

Keputusan Berbasis Bukti

Dalam melaksanakan tahapan kegiatan tim efektif selalu didukung oleh bukti otentik, baik itu photo, video, maupun surat-surat.

6 Perbaikan Terus Menerus

Dalam melaksanakan implementasi aksi perubahan selalu meminta saran dan masukan dari stakeholders agar implementasi aksi perubahan dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dari kekurangan yang ada.

7 Fokus Pelanggan Implementasi aksi perubahan dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada para stakeholders internal dan eksternal dalam rangka meningkatkan kualitas layanan Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga Sumber: ISO 9001:2015, 2022

2. PENGELOLAAN BUDAYA KERJA

Budaya kerja organisasi adalah suatu sistem yang telah diterima secara bersama-sama dan mampu menciptakan pemahaman yang sama diantara para pegawai mengenai bagaimana sebenarnya organisasi itu dan bagaimana anggota harus berperilaku. Budaya Kerja dalam organisasi / perusahaan akan lahir dan tumbuh karna diciptakan dan dikembangkan oleh para pegawai yang bekerja dalam organisasi / perusahaan itu sendiri, dan diterima sebagai nilai-nilai yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap pegawai baru.

Budaya kerja dalam organisasi akan menumbuhkan identitas diri setiap pegawainya, dan keterikatan terhadap organisasi/ perusahaan tersebut, karena kesamaan nilai yang tertanam akan memudahkan setiap pegawai untuk saling memahami satu dengan yang lainnya.

Dengan dasar suatu pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat maupun kebiasaan dalam suatu kelompok. Hal tersebut dapat tercerminkan dalam perilaku dan tindakan yang terwujud melalui kinerja suatu organisasi.

55

Pelayanan publik yang baik adalah pelayanan yang bermutu tinggi, cepat, sederhana, terjangkau, dan terukur yang diberikan oleh penyedia jasa kepada penerimanya. Sisi pelayanan publik adalah sisi kebijakan pelayanan, sisi kekhususan sumber daya manusia (SDM), sisi infrastruktur, sisi sistem informasi pelayanan publik, sisi saran dan pengaduan, dan sisi inovasi. Konsep pelayanan publik yang baik dirumuskan dengan lima penilaian (reliability, assurance, tangible, empati, dan responsif).

Sehubungan dengan sistem informasi dan konsultasi pelayanan publik, setiap unit penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan pengelolaan konsultasi dan pengaduan serta budaya pelayanan.

Pemahaman konsep pelayanan publik yang baik mempengaruhi kepuasan pelayanan publik dan opini publik yang positif. Pengendalian budaya terkait perubahan perilaku dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dengan membuat bahan informasi berbasis subsite, selain itu perubahan perilaku masyarakat menjadi salah satu target sasaran aksi perubahan ini.

3. MEMBANGUN JEJARING DAN KOLABORASI

Jejaring yang dibangun melalui aksi perubahan ini yaitu jejaring kolaborasi kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) internal dan eksternal. Pembangunan jejaring ini dalam rangka membangun kerjasama, kolaborasi program dan komunikasi, hal ini mengingat adanya pelibatan pihak lain dengan peran masing- masing dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Aksi Perubahan. Kolaborasi yang dialaksanakan tercapai dengan terbitnya Perjanjian Kerjasama antara Balai POM di Mamuju dengan BNN Provinsi Sulawesi Barat nomor KS.01.01.33A.33A5.07.22.03 tanggal 23 Juli 2022 dan Ikatan Apoteker Indonesia Provinsi Sulawesi Barat nomor KS.01.02.33A.33A5.07.22.02 Tanggal 20 Juli 2022 Kerjasama dan komitmen yang di bentuk dalam Program Aksi Perubahan Desa Solid dan pelaksanakaan Pengawasan Obat dan Makanan.

Pelaksanaan kolaborasi dan jejaring ini dilaksanakan dengan berbagai tahapan, mulai dari FGD, masukkan dan tanggapan dari masing-masing instansi, dan sampai dengan persetujuan MOU dari Badan POM pusat

Dalam dokumen laporan aksi perubahan kinerja organisasi (Halaman 46-49)

Dokumen terkait