• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan aksi perubahan kinerja organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "laporan aksi perubahan kinerja organisasi"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKSI PERUBAHAN KINERJA ORGANISASI PERMODELAN DESA SOLID

STRATEGI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN OBAT- OBAT TERTENTU MELALUI KOLABORASI PROGRAM

NASIONAL DI SULAWESI BARAT

O L E H :

LINTANG PURBA JAYA, S.Farm,Apt. M.Si NO URUT : 14

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR ANGKATAN KE-V NON KEMENTRIAN PERTANIAN

PUSAT PELATIHAAN MANAJEMEN DAN KEPEMINPINAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN

CIAWI BOGOR 2022

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN AKSI PERUBAHAN

JUDUL : PERMODELAN DESA SOLID

STRATEGI PEMBERANTASAN

PENYALAHGUNAAN OBAT-OBAT TERTENTU MELALUI KOLABORASI PROGRAM NASIONAL DI SULAWESI BARAT

NAMA : LINTANG PURBA JAYA, S.Farm,Apt. M.Si NIP : 19841121 200812 1001

UNIT KERJA : BALAI POM DI MAMUJU

Telah diuji di depan penguji tanggal: 10 Agustus 2022

MENTOR PEMBIMBING/COACH

MIMIN JIWO WINANTI, S.Si Apt. Dr. Ir. WINNY DIAN WIBAWA, M.Sc.

NIP. 19780128 200312 2001 NIP. 19590329 198403 1 002

PENGUJI

LALU ISMAIL, S.P., M.Sc. Ir. SUMARNI, M.Pd.

NIP. 19671231 198703 1002

(3)

ii

ABSTRAK

PERMODELAN DESA SOLID

Strategi Pencegahan Penyalahgunaan Obat-Obat Tertentu Melalui Kolaborasi Program Nasional di Sulawesi Barat

OLEH:

Lintang Purba Jaya, S.Farm,Apt. M.Si

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI yang berkedudukan di Provinsi Sulawesi Barat bertugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya. Penyalahgunaan obat di Indonesia semakin menjadi tren di kalangan remaja dan masyarakat usia produktif karena efeknya yang menyerupai narkoba. Sebagian besar obat-obat tersebut merupakan golongan obat keras seperti Amitriptilin, Tramadol, Haloperidol, Triheksifenidil yang menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Masih banyaknya kasus penyalahgunaan obat dan temuan bocornya obat keras disarana ilegal menunjukkan masih lemahnya pengawasan terhadap peredaran obat keras tersebut. Desa Solid adalah strategi pencegahan penyalahgunaan OOT melalui program kolaboratif antara Desa Pangan Aman dan Desa Bersih dari Narkoba dengan stakeholder dan pemberdayaan masyarakat melalui program sosialisasi dan pembentukan penggiat menjadi usaha untuk meningkatkan efektifitas program. Efektivitas Desa Solid ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pengetahuan kader sebesaar 65% dan peningkatan pengetahuan masyarakat desa sebesar 60%. Penurunan kasus peredaran penyalahgunaan obat obat tertentu di desa yang di intervensi menunjukkan penurunan sebesar 100%.

Kata Kunci : Desa Solid,Penyalahgunaan Obat, Kolaborasi

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Aksi Perubahan Kinerja Organisasi dengan judul

Permodelan DESA SOLID: Strategi Pemberantasan Penyalahgunaan OOT melalui Kolaborasi Program Nasional di Sulawesi Barat” sebagai pemenuhan tugas dalam rangkaian kegiatan Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan V Tahun 2022 Non Kementerian Pertanian.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah membantu dalam proses pelaksanaan Aksi perubahan ini sehingga dapat berjalan dengan lancar. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada :

1. Dra. Elin Herlina, Apt.,MP. Plt. Sekretaris Utama Badan POM RI atas dukungan dalam pelaksanaan aksi perubahan

2. Dra. Rita Endang, Apt. M.Kes. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan POM RI selaku Pembina;

3. I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa S.Si,Apt. MPPM.,Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Badan POM;

4. Mimin Jiwo Winanti, S.Si,Apt., Direktur Pengawasan Distribusi dan Pelayanan Obat NPP selaku Mentor yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama kegiatan aksi perubahan;

5. Dr. Ir. Winny Dian Wibawa, selaku Coach yang telah memberikan bimbingan aksi perubahan;

6. Lalu Ismail, S.P, M.Sc selaku Penguji yang telah memberikan saran dan masukan terkait evaluasi aksi perubahan ini;

7. Ir. Sumarni M.Pd. selaku Penguji yang telah memberikan saran dan masukan terkait evaluasi aksi perubahan ini;

8. Tim Efektif Pendukung yang turut membantu dalam menyelesaikan penyusunan Aksi perubahan ini, dan

9. Para Widyaiswara PPMKP Ciawi dan Para Narasumber lainnya yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Aksi Perubahan ini.

(5)

iv

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan aksi perubahan ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan Aksi perubahan.

Atas perhatiannya, Penulis ucapkan terimakasih.

Ciawi,12 Agustus 2022

Penulis

(6)

v

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN AKSI PERUBAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Isu Strategis Aksi Perubahan ... 3

C. Kondisi Saat Ini dan Kondisi Yang Diharapkan ... 4

D. Tujuan Aksi Perubahan ... 5

E. Manfaat Aksi Perubahan ... 7

F. Adopsi dan Adaptasi Hasil Studi Lapangan ... 7

BAB IIPROFIL KINERJA ORGANISASI ... 13

A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 13

C. Kinerja Organisasi Saat Ini... 20

D. Kinerja Organisasi Yang Diharapkan ... 20

BAB IIIANALISIS MASALAH PELAYANAN ... 22

A. Akar Penyebab Masalah ... 28

B. Alternatif Solusi Untuk Mengatasi Masalah ... 32

C. Solusi Untuk Mengatasi Masalah ... 36

BAB IVSTRATEGI PENYELESAIAN MASALAH ... 39

A. Terobosan Inovasi ... 39

B. Tahapan Kegiatan/Milestone Tahapan Aksi Perubahan ... 40

C. Sumberdaya (Peta dan Pemanfaatan) ... 44

(7)

vi

BAB VPELAKSANAAN AKSI PERUBAHAN ... 51

A. DESKRIPSI PROSES KEPEMIMPINAN ... 51

1. MEMBANGUN INTEGRITAS ... 51

2. PENGELOLAAN BUDAYA KERJA ... 54

3. MEMBANGUN JEJARING DAN KOLABORASI ... 55

4. PENGELOLAAN TIM ... 56

5. KRITERIA KEBERHASILAN ... 58

B. DESKRIPSI HASIL KEPEMIMPINAN ... 61

1. CAPAIAN DALAM PERBAIKAN KINERJA ORGANISASI . 61 2. MANFAAT AKSI PERUBAHAN ... 85

C. KEBERLANJUTAN AKSI PERUBAHAN ... 93

1. Capaian Jangka Pendek ... 93

2. Capaian Jangka Menengah ... 94

3. Capaian Jangka Panjang ... 95

BAB VIPENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Rekomendasi ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN ... 101

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Diagram Rencana Aksi Perubahan ... 4

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BPOM di Mamuju ... 15

Gambar 3.1. Akar Masalah ... 28

Gambar 3.2. Diagram Penyebab Masalah ... 31

Gambar 3.3. Analisa SWOT Alternative Mengatasi Masalah (Strengts, Weaknesses, Opportunities, Threats) ... 32

Gambar 3.4. Alternatif Solusi ... 37

Gambar 3.5. Peta Stakeholder ... 46

Gambar 5.1. Tim Efektif Inovasi Desa Solid ... 56

Gambar 5.2. Struktur Organisasi Pelaksanaan Rencana Aksi Perubahan ... 58

Gambar 5.3. Tim Efektif Inovasi Desa Solid ... 62

Gambar 5.4. Rapat bersama Tim Efektif Desa Solid ... 64

Gambar 5.5. Rapat Pendahuluan Internalisasi Perencanaan dan Tahapan Aksi Perubahan ... 65

Gambar 5.6. Focus Group Discussion (FGD) dengan Tim kerja dan Tim Teknis ... 66

Gambar 5.7. Koordinasi dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Barat dan PD Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Sulawesi Barat ... 67

Gambar 5.8. Koordinasi dengan Kepala Badan Narkotika Nasional Prov Sulbar ... 68

Gambar 5.9. Koordinasi dengan SETDA Kabupaten Pasangkayu ... 69

Gambar 5.10. Koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pasangkayu ... 70

Gambar 5.11. Koordinasi dengan Kepala Sekolah dan Kepala Desa di Desa Kalola dan Desa Polewali... 71

Gambar 5.12. Pelaksanaan MoU dengan BNNP Sulbar ... 72

(9)

viii

Gambar 5.13. Form Survey Calon Kader ... 73

Gambar 5.14. MoU dengan Organisasi Profesi IAI ... 74

Gambar 5.15. Pelaksanaan Penandatangan PKS Badan POM dengan PD IAI ... 75

Gambar 5.16. Peningkatan Pengetahuan Kader Sebelum Dan Setelah Pelatihan ... 78

Gambar 5.17. Subsite Desa Solid ... 79

Gambar 5.18. Pelaksanaan Intervensi Sekolah dan Desa ... 80

Gambar 5.19. Peningkatan Pengetahuan Komunitas Desa Solid ... 81

Gambar 5.20. Pelaksanaan Intervensi Oleh Kader ... 82

Gambar 5.21. Peta Peta Stakeholder Sebelum Dilakukannya Aksi Perubahan ... 90

Gambar 5.22. Peta Peta Stakeholder Setelah Dilakukannya Aksi Perubahan ... 92

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kondisi Saat Ini dan Kondisi Yang Diharapkan ... 5

Tabel 1.2. Tujuan Aksi Perubahan ... 6

Tabel 1.3. Lesson Learnt ... 8

Tabel 1.4. Lesson Learnt II ... 11

Tabel 2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Balai POM di Mamuju Tahun 2021... 17

Tabel 3.1. Identifikasi Masalah ... 23

Tabel 3.2. Metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) ... 26

Tabel 3.3. Metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) Level 2 ... 29

Tabel 3.4. Metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) Level 3 ... 30

Tabel 3.5. Analisis Prioritas Solusi Mengatasi Masalah ... 34

Tabel 4.1. Input, Proses, Output, Outcome, Benefit dan Impact ... 39

Tabel 4.2. Tahapan Kegiatan/Milestone Tahapan Aksi Perubahan ... 40

Tabel 4.3. Rencana Penganggaran... 44

Tabel 4.4. Identifikasi Potensi Masalah / Kendala ... 48

Tabel 5.1. 7 Prinsip Manajemen Mutu ... 52

Tabel 5.2. Kegiatan Utama Rencana Aksi Perubahan ... 59

Tabel 5.3. Daftar Bahan Ajar Kader Desa Solid ... 75

Tabel 5.4. Pre dan Post Test Pelatihan Kader Desa Solid ... 77

Tabel 5.5. Hasil Monitoring Pelaksanaan Intervensi ... 82

Tabel 5.6. Pengukuran Efektivitas Desa Solid ... 87

Tabel 5.7. Strategi Komunikasi Kepada Kelompok Stakeholders ... 91

Tabel 5.8. Capaian Jangka Menengah ... 94

Tabel 5.9. Perencanaan Jangka Panjang ... 95

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang I. Dasar Hukum

a. Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6 tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

b. Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil;

d. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 7 tahun 2020 tentang Tentang Perubahan Atas Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 16 Tahun 2019 tentang Pelatihan Kepemimpinan Administrator;

e. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 1007/K.1/PDP.07/2019 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Kepemimpinan Administrator;

f. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 1008/K.1/PDP.07/2019 tentang Kurikulum Pelatihan Kepemimpinan Administartor;

g. Surat Edaran Lembaga Administrasi Negara RI Nomor 23/K.1/HKM.02.3/2020 Tentang Panduan Teknis Penyusunan Perencanaan Pelatihan, Pemanfaatan Teknologi, Penyusunan Skenario Pembelajaran, Serta Kehadiran dan Partisipasi dalam Masa Pandemi

(12)

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

II. Latar Belakang Organisasi

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI yang berkedudukan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.Balai POM di Mamuju mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

Di tahun keempat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang pengawasan Obat dan Makanan, Balai POM di Mamuju banyak mengalami hambatan dan tantangan sebagai pengawas sekaligus pembina di bidang Obat dan Makanan dalam rangka memastikan bahwa masyarakat terlindungi dari produk Obat dan Makanan yang tidak aman dan berbahaya bagi kesehatan sehingga dapat mengganggu produktivitas dan kualitas hidup masyarakat Sulawesi Barat.

Sebagai implementasi dari hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan- kegiatan di beberapa lini antara lain penajaman sasaran pengawasan dan penegakan hukum, peningkatan pembinaan, dukungan dan fasilitasi para pelaku usaha di bidang obat dan makanan yang didukung oleh kemampuan uji mutu dan keamanan yang handal, serta didukung pula oleh sumber daya termasuk sumber daya manusia yang harus mampu melaksanakan tugas dengan sebaik–baiknya, sehingga tujuan organsasi dapat segera tercapai.

Upaya khusus untuk mengembangkan komitmen seluruh anggota organisasi adalah perlunya koordinasi dan komunikasi dengan lintas sektor sebagai faktor kunci sukses yang harus terus diupayakan melalui peningkatan komunikasi efektif dan pertemuan dengan seluruh lintas sektor yang ada di daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Untuk itu Balai POM di Mamuju akan senantiasa menujukkan kinerja terbaik untuk dapat melaksanakan fungsi dan peran Badan POM dalam mengawasi Obat dan Makanan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(13)

3

B. Isu Strategis Aksi Perubahan

Perkembangan perkara penyalahgunaan obat tertentu semakin meningkat, efek dari peningkatan penyalahgunaan OOT ini menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka penggunaan Narkoba dan kejahata di wilayah Sulawesi Barat. Stakeholder yang berkepentingant terhadap kegiatan ini adalah : Badan POM, Kepolisian, BNNP dan Pemda.

1) Data Perkara yang di tangani PPNS BPOM Mamuju dari tahun 2020- 2022. Berdasarkan data penindakan dan pengawasan selama tahun 2020-2022 perkara terhadap peredaran OOT semakin meningkat, Penyebab peningkatan ini dikarena beberapa faktor, antara lain karena kurangnya informasi terkait dengan bahaya penyalagunaan OOT, selain itu kurangnya informasi terkait dengan ancaman pidana penyalahgunaan OOT.

2) Hasil Survey pengetahuan dari masyarakat terkait dengan OOT

Pada tahun 2022, sudah di lakukan survey terkait dengan pengetahuan masyarakat terkait dengan Pengawasan Obat dan Makanan di Provinsi Sulawesi Barat, menunjukkan masih rendah terutama dalam hal pengetahuan untuk Obat dan Makanan.

Aksi Perubahan yang akan dilakukan adalah Ekskalasi Kompetensi dan Kader Obat dan Makanan melalui kolaborasi program Pemberantasan Penyalahgunaan Obat dan Desa Pangan Aman yaitu Permodelan DESA SOLID. Aksi perubahan ini merupakan kolaborasi program nasional dalam upaya perkuatan terhadap program pencegahan Obat dan Makanan yang beresiko terhadap kesehatan memiliki semangat, niat dan tujuan untuk melakukan penyederhanaan program di Badan POM melalui program nasional Desa Pangan Aman dan Aksi Nasional Pemberantasan Penyalahgunaan Obat, serta kolaborasi program pencegahan dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Barat melalui program Desa Bersinar.

Latar belakang aksi perubahan ini didorong oleh 2 (dua) faktor, yaitu : a. Kebutuhan stakeholder

Penyalahgunaan Obat OOT di Provinsi Sulawesi Barat semakin

(14)

meningkat dan tingginya kasus di sebabkan karena belum adanya program pencegahan yang menyentuh sampai lapisan masyarakat.

b. Kebutuhan Organisasi

Sesuai dengan arahan direktif Presiden RI melalui INPRES No 3 Tahun 2018 tentang efektifitas pengawasan Obat dan Makanan serta program nasional Pemberantasan, Pencegahan Penyalahgunaan Obat Tertentu (POIPO) kepada seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) wajib berperan aktif dalam upaya pencegahan dan pemberantasan Penyalahgunaan OOT di masyarakat. Program pengawasan ini di butuhkan system yang terintegrasi dan kolaboratif dengan program nasional lainnya untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari program pengawasan Obat dan Makanan.

Gambar 1.1. Diagram Rencana Aksi Perubahan Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

C. Kondisi Saat Ini dan Kondisi Yang Diharapkan

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dilapangan terdapat ketimpangan antara kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut:

Penyalahgunaan Obat-Obat Tertentu semakin meningkat

Penegakan Hukum

PENCEGAHAN MELALUI PROGAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DESA PANGAN AMAN BADAN

POM

DESA SOLID

Pencegahan DESA BERSINAR BNN

DESA BERSINAR DESA PANGAN AMAN

(15)

5

Tabel 1.1. Kondisi Saat Ini dan Kondisi Yang Diharapkan

No Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diharapkan 1 Belum ada program Pencegahan yang

efektif sampai ketingkat kelompok masyarakat terkecil

Terdapat program pelibatan masyarakat

dalam upaya pencegahan penyalahgunaan OOT di masyarakat

2 Belum ada bahan materi edukasi

secara spesifik yang diberikan di tingkat sekolah dan Masyarakat desa.

Tersedia bahan materi tentang

pencegahan penyalahgunaan OOT untuk kader Guru dan Apoteker

3 Belum ada komitmen dari stakeholder terkait Pemberantasan

Penyalahgunaan OOT

Tersedia komitmen dan rencana aksi untuk pemberantasan penyalahgunaan OOT

4 Belum ada program yang secara spesifik menyasar kepada kelompok masyarakat terkait dengan

penyalahgunaan OOT

Memiliki program jangka Panjang terkait dengan pemberantasan

penyalahgunaan OOT Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

D. Tujuan Aksi Perubahan

Tujuan Aksi Perubahan adalah memberikan permodelan yang dapat di adaptasi secara luas dan memberikan kontribusi terhadap penurunan kasus penyalahgunaan OOT di masyarakat. Aksi perubahan ini juga memberikan dampak terhadap kinerja organisasi dalam hal kolaborasi dan sinergisme program dengan stakeholder lainnya.

Tugas pokok dan fungsi Balai POM di Mamuju adalah melakukan

(16)

pengawasan Obat dan Makanan di seluruh provinsi Sulawesi Barat untuk itu sebagai project leader dalam membuat dan menciptakan produk aksi perubahan ini, maka tahapan (milestones) serta tujuan aksi perubahan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tujuan Jangka Pendek (tahap 2 bulan)

Pembentukan Jejaring stakeholder melalui MOU, Pembentukan Kader Desa Solid terintervensi di tingkat Desa dan Sekolah, Pembuatan Booklet dan Materi digital untuk stakeholder. Terbentuk Komunitas Desa Solid sebanyak 1 Desa

2) Tujuan Jangka Menengah (tahap 6 bulan) Terbentuk Komunitas Desa Solid di 2 Desa

3) Tujuan Jangka Panjang (tahap 12 bulan) Terbentuknya komunitas Desa Solid di 3 Desa

Tabel 1.2. Tujuan Aksi Perubahan

TUJUAN OUTPUT

JANGKA PENDEK • Terbentuk Kader OOT sebanyak 10 Orang

• MOU dan PKS dengan BNN Provinsi Sulawesi Barat dan IAI Prov Sulawesi Barat

• Terbentuk 100 komunitas di 1 Desa

• Pembuatan Bahan KIE berbasis digital JANGKA

MENENGAH

• Terbentuk Kader OOT sebanyak 20 Orang

• Terbentuk 200 komunitas di 2 Desa

JANGKA PANJANG • Terbentuk Kader OOT sebanyak 30 Orang

• Terbentuk 300 komunitas di 3 Desa Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

(17)

7

E. Manfaat Aksi Perubahan

Manfaat yang akan terwujud dari aksi perubahan yang dilaksanakan pada Balai POM di Mamuju adalah:

1) Terbentuknya kolaborasi program nasional dalam pencegahan penyalahgunaan OOT di masyarakat khususnya di komunitas desa;

2) Meningkatnya sinergitas hubungan kerja organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dengan stakeholder dalam upaya perkuatan pengawasan Obat dan Makanan;

3) Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap kinerja BPOM di Mamuju.

4) Meningkatkan cakupan Komunikasi, Edukasi, Informasi kepada masyarakat melalui media digital.

Manfaat yang didapatkan oleh stakehoder dalam Aksi perubahan :

1) Program Desa Bersinar yang dibuat oleh BNN Provinsi Sulbar dapat terealisasi dengan cepat.

2) Desa yang diintervensi akan menjadi desa binaan serta keamanan dari resiko masuknya Narkoba dan OOT di masyarakat.

3) Sekolah yang diintervensi akan menjadi sekolah Pembina dan percontohan terhadap program pemberantasan penyalahgunaan Obat dan Narkoba.

4) Turunnya kasus penyalahgunaan OOT dan Narkoba di tingkat kabupaten.

F. Adopsi dan Adaptasi Hasil Studi Lapangan

Lesson learnt yang dapat diambil dari hasil studi lapangan di Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Daerah Istimewa Jogyakarta yaitu gaya kepemimpinan transformasional, pemanfaatan teknologi dan penerapan manajemen kinerja, yang telah memberikan inspirasi penulis untuk dapat diterapkan pada Balai POM di Mamuju yang mewujudkan komunikasi dan jejaring stakeholder yang memberikan dampak terhadap program pengawasan Obat dan Makanan.

(18)

Dari hasil studi lapangan yang telah dilaksanakan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah juga dapat diterapkan di BPOM di Mamuju sehingga mampu meningkatkan kinerja pelayanan terhadap pengawasan Obat Obat Tertentu khususnya dalam bidang Pencegahan.

Adopsi dan adaptasi hasil studi lapangan dapat penulis sampaikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1.3. Lesson Learnt Penyusunan Aksi Perubahan

No Aspek Lesson Learnt Adopsi Adaptasi

1 Kepemimpinan Pemimpin yang

transformasional adalah yang mampu

memberikan gambara akan kebutuhan organisasi, dan membawa organisasi

menuju perubahan.

Pemimpin yang mampu merangkul bawahan dan memberikan pengaruh positif terhadap atasan mampu memberikan perubahan.

Pemimpin harus bisa memberikan visi yang jelas terhadap seluruh pegawai

dan

memberikan masukkan terhadap kebutuhan internal dan eksternal

Melakukan pertamuan rutin dalam apel pagi tentang tujuan organisasi jangka pendek, menengah dan Panjang secara berulang

sehingga memberikan pengertian bawah

sadar terhadap perubahan yang akan di lakukan.

(19)

9

No Aspek Lesson Learnt Adopsi Adaptasi

2 Jejaring Kinerja MOU penting namun demikian upaya dalam membangun kesadaran dari lintas sektor ini lebih

penting dalam

melakukan apa yang menjadi kepentingan kita

Jejaring kinerja tidak harus di bangun secara formal tetapi lebih efektif di bangun secara informal dengan

keterikatan individu

Membuat MOU dan PKS serta melakukan evaluasi terhadap MOU yang sudah ada

3 Komunikasi Efektif

Memberikan dan mengakomodir

kepentingan stakeholder dahulu untuk mencapai kepentingan organisasi

Komunikasi yang efektif lebih dapat cepat terlaksana

jika ada

pendekatan secara personal

dan perlu

kesabaran

Membentuk Tim Efektif Percepatan pencapaian target

Membuat SK Tim Efektif Pertemuan dengan stakeholder pembahasan kerjasama secara formal dan informal 4 Akuntabilitas

Kinerja dan Manajemen Kinerja

Transparansi dalam penggunaan anggaran negara dan daerah sehingga dapat di laporkan kepada masyarakat

Transparansi anggaran meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi dan

meningkatkan indeks

keterbukaan public atas kinerja

Memperkaya fungsi dari subsite

pom.go.id/bpom mamuju untuk dapat

memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat melalui

(20)

No Aspek Lesson Learnt Adopsi Adaptasi organisasi pemberiaan

informasi edukasi dan pelaporan 5 Organisasi Digital Tugas pemerintah

untuk memberikan pelayanan public paripurna sampai tingkat kelompok masyarakat terkecil

program dan layanan public harus sampai pada tingkat masyarakat terbawah dan memberikan kemudahan dalam layanan publik

Mengkolaborasi kan program nasional yang menyentuh tingkat desa untuk diberikan manfaat

sebesar- besarnya

6 Manajemen Perubahan Sektor Publik

Pemberian informasi yang sederhana akan lebih mudah di pahami masyarakat sehingga meningkatkan

kepatuhan atas aturan yang diberlakukan

Perubahan dalam memberikan informasi standar pelayanan public

Mengubah informasi materi KIE dalam bentuk infografis

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

(21)

11

Tabel 1.4. Lesson Learn II BBPOM di Yogyakarta

No Faktor Lesson Learn Adopsi & Adaptasi 1 Peran

Kepemimpinan

Peran pemimpin sangat mempengaruhi kinerja organisasi khususnya yang menyangkut komitmen kerja, keteladanan, dukungan terhadap bawahan yang menunjukkan sikap

kepemimpinan transformasional

Komitmen pemimpin yang kuat dan sebagai pendorong

peningkatan

pelayanan organisasi sangat penting dengan pemanfaatan

teknologi

2 Jejaring Kinerja dan Komunikasi Efektif

Komunikasi efketif antar stakeholder dapat

meningkatkan performa dari kinerja organisasi

Membangun komunikasi dan jejaring secara informal dan formal dengan stakeholder untuk membangun Desa Solid

3 Pemanfaatan Teknologi

Untuk meningkatan kinerja organisasi diperlukan dukungan teknologi yang tepat. Sebagai contoh penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat meningkatkan efisiensi

pelaksanaan kerja, membantu mengatasi kekurangan sumber daya manusia, meminimalisir kesalahan, memper luas jangkauan informasi dan mengurangi human error serta pemanfaatan teknologi

pendukung lainnya untuk sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersifat

Membuat bahan ajar yang berbasis website dan mudah di akses

(22)

No Faktor Lesson Learn Adopsi & Adaptasi spesifik

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

(23)

13

BAB II

PROFIL KINERJA ORGANISASI

A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan POM RI yang berkedudukan di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.Balai POM di Mamuju mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

Di tahun keempat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang pengawasan Obat dan Makanan, Balai POM di Mamuju banyak mengalami hambatan dan tantangan sebagai pengawas sekaligus pembina di bidang Obat dan Makanan dalam rangka memastikan bahwa masyarakat terlindungi dari produk Obat dan Makanan yang tidak aman dan berbahaya bagi kesehatan sehingga dapat mengganggu produktivitas dan kualitas hidup masyarakat Sulawesi Barat.

Sebagai implementasi dari hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan- kegiatan di beberapa lini antara lain penajaman sasaran pengawasan dan penegakan hukum, peningkatan pembinaan, dukungan dan fasilitasi para pelaku usaha di bidang obat dan makanan yang didukung oleh kemampuan uji mutu dan keamanan yang handal, serta didukung pula oleh sumber daya termasuk sumber daya manusia yang harus mampu melaksanakan tugas dengan sebaik–baiknya, sehingga tujuan organsasi dapat segera tercapai.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 tahun 2017, Tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Badan POM Nomor 22 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) di Mamuju merupakan Unit Pelaksanaan Teknis

(24)

(UPT) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI).

Berdasarkan Peraturan Badan POM Nomor 22 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas pokok:

“Melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang

pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.”

1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai POM di Mamuju disusun berdasarkan Peraturan Badan pengawas Obat dan Makanan Reupublik Indonesia Nomor 22 tahun 2020 Tantang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Yang di undangkan Pada Tanggal 7 September 2020.

Dalam pelaksanaan tugas Pokok dan fungsi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju didukung dengan struktur organisasi yang terdiri dari Sub Bagian Tata Usaha dan 4 (empat) Kelompok Subtansi.

1) Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara, teknologi informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian, penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan 2) Kelompok Substansi Pengujian mempunyai tugas melakukan

pengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan

3) Kelompok Substansi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan inspeksidan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, sertifikasi dan pengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan

4) Kelompok Substansi Penindakan mempunyai Tugas intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-

(25)

15

undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan

5) Kelompok Substansi Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas melakukan pengelolaan Komunikasi, Informasi, Edukasi dan Pengaduan Masyarakat, serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerjasama di bidang Pengawasan Obat dan Makanan.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BPOM di Mamuju

Sumber: Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di Lingkungan

BPOM Diolah Penyusun, 2022

2. Aspek Strategis Organisasi

Tugas utama Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju sebagai Unit Pelayanan Teknis adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat di bidang obat dan makanan. Hal ini mempunyai posisi strategis karena produk- produk ini merupakan kebutuhan dasar manusia. Apabila pengelolaan tidak dilakukan dengan benar, digunakan secara tidak tepat

KEPALA

KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA

KORDINATOR KELOMPOK SUBSTANSI PENGUJIAN

KORDINATOR KELOMPOK SUBSTANSI PEMERIKSAAN

KORDINATOR KELOMPOK SUBSTANSI PENINDAKAN

KORDINATOR KELOMPOK SUBSTANSI INFORMASI DAN

KOMUNIKASI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(26)

atau disalahgunakan, maka akan berisiko memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan keselamatanmasyarakat.

Dalam penyelenggaraan pengawasan tersebut Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju perlu senantiasa menjaga keseimbangan kepentingan antara perlindungan masyarakat / konsumen, perluasan akses produk bagi masyarakat luas dan kepentingan strategis lain yang berkaitan dengan perekonomian nasional dan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Analisis Lingkungan Strategis

Lingkungan Internal (Kapasitas Balai POM di Mamuju)

Balai POM di Mamuju terletak di Jl. Poros Mamuju-Kalukku KM 13 Bambu Kab Mamuju. Gedung balai POM di Mamuju terdiri dari 3 gedung yang menempati tanah seluas lebih dari 9000 meter persegi, 3 gedung yang terdiri dari Gedung Laboratorium Pangan, Gedung Laboratorium Mikorbiologi dan Gedung Pengujian Laboratorium Teranokoko. Saat ini laboratorium Balai POM di Mamuju telah menjadi rujukan hasil pengujian obat dan makanan di Provinsi Sulawesi Barat.

a. Luas Tanah

Kantor Baru : 9.109 m2

b. Luas Bangunan

Kantor Baru : 1.555,2 m2

c. Status Kepemilikan Tanah

Kantor : Hak Milik Badan POM RI

d. Rumah Dinas : 1 Unit (Sewa) e. Penerangan

PLN : 5500 KVA

f. Sarana Komunikasi

No. Telepon : (0426) 2322759,

085241111534

Nomor Faximili : (0426) 2322759

Alamat e-mail :

(27)

17

balaipommamuju@gmail.com, bpom_mamuju@pom.go.id g. Sumber air

Sumur Bor

h. Kendaraan (Laik Pakai ) Kendaraan Roda Empat

• Mitsubishi FE 71BC

• All New Kijang Innova 2.0 G

• Rush

• Hylux Pick Up 2,5 Dsl

• All New Kijang Innova 2.0 G Kendaraan Roda Dua

• Yamaha MX King 150

• Yamaha MX King 150

• ALL New Vxion Matte Black

i. Sumber Daya Manusia

Jumlah Pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju per 31 Desember 2021 adalah 66 orang. Terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terdiri dari 25 Orang SDM Teknis dan 12 Orang SDM Administrasi serta 29 orang tenaga PPNPN seperti terlihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Balai POM di Mamuju Tahun 2021

No SDM Satuan Jumlah

A Balai POM di Mamuju

1 SDM Teknis* pegawai 25

2 SDM Administrasi** pegawai 12

3 SDM Pramubakti/PPNPN *** pegawai 29

TOTAL 66

Sumber: Data Kepegawaian Tahun 2021, 2022

(28)

j. Jenis Pendidikan Pegawai

Profil pegawai Balai POM di Mamuju menurut Pendidikan dan Unit Kerja masing-masing pegawai dapat dilihat bahwa dari total pegawai sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) orang sebagian besar memiliki Pendidikan S1 lain yaitu sebanyak 14 (empat belas) orang. Terbanyak kedua yaitu pegawai dengan Pendidikan Profesi Apoteker sebanyak 13 (tiga belas) orang. Pada jenjang Pendidikan S2 sebanyak 4 orang, S1 Biologi sebanyak 1 (satu) orang, SLTA. Umum sebanyak 2 (dua) orang dan jenjang Pendidikan D3 Lain sebanyak 2 (dua) orang.

Bagian yang memiliki jumlah pegawai terbanyak yaitu bagian Tata Usaha dan Kelompok Substansi Pengujian. Tata Usaha memiliki banyak SDM karena bagian ini memerlukan kompetensi yang spesifik sesuai dengan jabatannya. Sampai saat ini, jabatan fungsional untuk satu fungsi di bagian Tata Usaha masih dipegang oleh 1 (satu) orang pegawai ASN.Dari 37 orang pegawai 23 orang merupakan SDM yang memiliki Jabatan Pengawas Farmasi dan Makanan (PFM).

k. Anggaran

Anggaran Kegiatan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju yang tertuang dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) awal pada Tahun 2022 sebesar sebesar Rp. 14.419.727.000,- (empat belas miliar empat ratus sembilan belas juta tujuh ratus dua puluh tujuh ribu rupiah) dan telah terealisasikan sebesar Rp 6.326.602.358,- (28,55%).

(29)

19

Lingkungan Eksternal (Data Umum Provinsi Mamuju) a. Luas wilayah

Provinsi Sulawesi Barat memiliki Luas Wilayah 16.787.18 km2 dibagi kedalam 6 (enam) pemerintahan Kabupaten. Penduduk provinsi Sulawesi Barat berdasarkan proyeksi penduduk tahun2018 mencapai1.330,95 ribu jiwa. Berdasarkan posisi geografisnya, Provinsi Sulawesi Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara : Kabupaten Donggala (Provinsi Sulawesi Tengah) Timur : Kabupaten Tana Toraja (Provinsi Sulawesi Selatan) Selatan : Kabupaten Pinrang ( Provinsi Sulawesi Selatan) Barat : Selat Makassar

b. Jumlah Kabupaten/Kota di Sulawesi Barat:

• Kabupaten : 6 (Enam)

• Kecamatan : 69 (Enam Puluh Sembilan)

• Desa : 576 (Lima Ratus Tujuh Puluh Enam)

c. Wilayah kerja Balai POM di Mamuju :

• Kabupaten Mamuju dengan luas wilayah 4.999,69 km2

• Kabupaten Mamasa dengan luas wilayah 3.005,88 km2

• Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 1.775,65 km2

• Kabupaten Majene dengan luas wilayah 947,84 km2

• Kabupaten Mamuju Utara dengan luas wilayah 3.014,37 km2

• Kota Mamuju Tengah dengan luas wilayah 3.014,37 km2

(30)

C. Kinerja Organisasi Saat Ini

Dalam rangka pengawasan terhadap Obat dan Makanan yang beredar di wilayah Sulawesi Barat, Balai POM di Mamuju melakukan berbagai upaya untuk melindungi masyarakat Sulawesi Barat dari Obat dan Makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan manfaat.

Sesuai dengan sasaran strategis ke-2 mengenai “Meningkatnya kepatuhan pelaku usaha dan kesadaran masyarakat terhadap keamanan, manfaat dan mutu Obat dan Makanan di wilayah kerja Balai POM di Mamuju”, Balai POM di Mamuju melakukan sampling terhadap Obat, Obat Tradisional, Kosmetik, Produk Komplimen, Pangan dan Kemasan Pangan.

Selain itu pada tahun 2019 Balai POM di Mamuju telah melakukan pengawasan terhadap sarana produksi dan sarana distribusi Obat, NAPZA, Obat Tradisional, Kosmetik, Produk Komplimen, Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Pangan, dan Bahan Berbahaya, Pengawasan Periklanan dan Label Rokok, pengawasan penandaan obat, pemeriksaan kebenaran fakta penggunaan dan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor sesuai dengan sasaran strategis ke-4 mengenai

“Meningkatnya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko di Provinsi Sulawesi Barat”.

Jumlah sarana produksi dan distribusi yang diperiksa di wilayah kerja Balai POM di Mamuju sesuai DIPA Tahun Anggaran 2021 ditargetkan sebanyak 20 sarana Produksi dan 100 sarana Distribusi sedangkan pencapaian pemeriksaan sarana Produksi 20 sarana (100 %) dan distribusi yang telah dilakukan sebanyak 99 sarana (99 %).

D. Kinerja Organisasi Yang Diharapkan

Melalui aksi perubahan diharapkan mampu meningkatan efektifitas upaya pencegahan yang dilakukan oleh BPOM di Mamuju terhadap kasus penyalahgunaan obat-obat tertentu. Empat dari sepuluh stakeholder yang terpenuhi berdasarkan indikator keberhasilan dari program pemberantasan penyalahgunaan OOT dan adanya Instruksi Presiden No 3 tahun 2017 dan

(31)

21

adanya pemberitaan tentang pemberantasan penyalahgunaan obat menjadikan stakeholder paham tentang permasalahan yang terjadi.

Stakeholder mampu memenuhi indikator tentang pembagian tugas, pelaksanaan dan komitmen. Hal ini terjadi karena stakeholder yang menjadi pimpinan program belum mensosialisasikan secara menyeluruh tentang program pemberantasan penyalahgunaan obat, selain itu karena adanya UU No 23 tahun 2014 yang telah memisahkan urusan pemerintah pusat dan daerah menjadikan program pengawasan Obat dan Makanan bukan prioritas sehingga dengan adanyan Program Desa Solid ini mampu meningkatkan awarness masyarakat dan stakeholder terhadap penyalahgunaan OOT. Outcome yang diharapkan adalah replikasi dari kolaborasi program ini dapat di adopsi dan adaptasi oleh Kabupaten lainnya.

(32)

BAB III

ANALISIS MASALAH PELAYANAN

Rencana strategis Balai POM di Mamuju Tahun 2020-2024 telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Mamuju nomor PR.01.02.95.05.20.2534 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat Dan Makanan Di Mamuju tahun 2020-2024.

Didalam Rencana Strategis Balai POM di Mamuju telah ditetapkkan Visi dan Misi yang berdasar pada Visi dan Misi Badan POM yaitu:

Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan

berkepribadian berlandaskan gotong royong.

Untuk mencapai Visi Balai POM di Mamuju Tahun 2020-2024 maka ditetapkan Misi Balai POM di Mamuju sebagai berikut :

1) Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka peningkatan kualitas manusia;

2) Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan Makanan dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka membangun struktur ekonomi yang produktif dan berdaya saing untuk kemandirian bangsa;

3) Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta penindakan kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan guna perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga;

4) Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya untuk memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat dan Makanan

Beberapa isu yang terdapat di BPOM di Mamuju, di antaranya Tingginya kasus penyalahgunaan Obat Obat tertentu, Indeks Reformasi Birokrasi yang rendah, Indeks Pengelolaan Informasi UPT masih Rendah, cakupan pemberikaan Informasi, Edukasi dan Komunikasi masyarakat masih rendah, akreditasi laboratorium belum ada.

(33)

23

Sehingga APKL di unit tugas Penulis, dapat digambarkan pada tabel di gambarkan sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Identifikasi Masalah

No Isu A P K L Keterangan

1 Tingginya perkara

Penyalahgunaan Obat Obat Tertentu di wilayah kerja BPOM Mamuju

V V V V Memenuhi Syarat

2 Indeks Reformasi Birokrasi yang masih rendah

V V V V Memenuhi Syarat 3 Indeks Pengelolaan informasi

UPT masih rendah

V V V V Memenuhi Syarat 4 Program Komunikasi, edukasi dan

Informasi untuk masyarakat masih rendah

V V X V Tidak Memenuhi Syarat 5 Akreditasi Laboratorium

Pengujian belum ada

V V V X Tidak Memenuhi Syarat

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

Berdasarkan tabel di atas terdapat 3 (tiga) masalah yang memenuhi kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak (APKL) adalah isu nomer 1,2 dan 3 dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Isu nomer 1 yakni “Tingginya perkara Penyalahgunaan Obat-Obat Tertentu di wilayah kerja BPOM Mamuju” memenuhi standar kriteria dimana penjelasan isu dengan kriteria APKL adalah sebagai berikut:

• Aktual, karena merupakan isu yang benar-benar terjadi dan menjadi dan harus segera ada upaya untuk menurunkan isu ini.

• Problematik, resiko dari permasalahan ini menyebabkan kinerja pengawasan Obat dan Makanan menjadi menurun dan berakibat terhadap isu kredibititas organisasi;

• Kekhalayakan, isu ini berdampak terhadap kinerja di Pengawasan

(34)

Obat dan Makanan, dan melibatkan stakeholder, pelaku usaha, masyarakat.

• Layak, isu ini layak dibahas secepatnya karena terkait dengan tupoksi di BPOM Mamuju untuk meningkatkan indeks pengawasan Obat dan Makanan.

2) Isu nomer 2 yakni “Indeks Reformasi Birokrasi yang masih rendah”

memenuhi standar kriteria APKL dengan penjelasan sebagai berikut:

• Aktual, karena isu tersebut merupakan permasalahan yang terjadi sebagai bagian dari penilaian terhadap implementasi Reformasi Birokrasi;

• Problematik, karena dibutuhkan sebagai penilaian untuk membangun Wilayah Bebas dari Korupsi;

• Kekhalayakan, isu ini melibatkan seluruh pegawai BPOM di Mamuju;

• Layak, isu ini untuk dapat dilakukan perecepatan peningkatan nilai dan pembangunan zona integritas

3) Isu nomer 3 yakni “Indeks Pengelolaan dan dan informasi UPT masih rendah” memenuhi standar kriteria APKL dengan penjelasan sebagai berikut:

• Aktual karena isu tersebut merupakan permasalahan yang terjadi sebagai bagian dari penilaian kinerja organisasi di bidang TI;

• Problematik, karena dibutuhkan sebagai penilaian untuk membangun organisasi berbasis elektronik;

• Kekhalayakan, isu ini melibatkan seluruh pegawai BPOM di Mamuju;

• Layak, isu ini untuk dapat dilakukan perecepatan peningkatan nilai SAKIP

4) Isu nomer 4 yakni “Program Komunikasi, edukasi dan Informasi untuk masyarkaat masih rendah” tidak memenuhi standar Aktual (A) dengan penjelasan Sebagai berikut:

(35)

25

• Tidak Aktual, karena isu efektifitas KIE merupakan isu yang dihadapi seluruh organisasi ;

• Problematik, karena KIE yang di lakukan memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan indeks kesadaran masyarakat ;

• Kekhalayakan, isu ini melibatkan banyak pihak antara lain Pegawai BPOM, Masyarakat dan stakeholder;

• Layak, karena perlu dilakukan upaya dan cara khusus untuk pelaksanaan KIE efektif.

5) Isu nomer 5 yakni “Akreditasi Laboratorium Pengujian belum ada” tidak memenuhi standar Problematika (P) dengan penjelasan Sebagai berikut:

• Aktual, merupakan isu yang sekarang terjadi di Substansi Pengujian;

• Bukan Problematik, karena tanpa Akreditasi laboratorium pengujian tetap berjalan;

• Kekhalayakan, karena melibatkan pegawai Balai POM di Mamuju khususnya bagian pengujian ;

• Layak, karena perlu usaha dan program khusus serta anggaran untuk proses akerditasi.

Langkah selanjutnya adalah menganalisis isu yang memenuhi syarat APKL dengan menggunakan metode analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan.

Metode analisis USG dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Urgency: menunjukkan seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas untuk memecahkan masalah yang menyebabkan permasalahan tersebut.

2) Seriousness: menunjukkan seberapa serius permasalahan perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan permasalahan tersebut.

(36)

3) Growth: seberapa besar kemungkinannya permasalahan tersebut menjadi berkembang apabila masalah penyebab permasalahan dibiarkan.

Metode analisis USG merupakan salah satu metode skoring untuk menyusun urutan prioritas permasalahan yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya.

Jumlah skor menunjukkan prioritas, artinya semakin tinggi skor maka semakin tinggi prioritasnya untuk diselesaikan masalahnya. Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring 1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah (Kotler dan Gary 2001). Analisis prioritas isu perbenihan kedelai dengan menggunakan metode USG disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG)

No Isu U S G Total Prioritas

1 Tingginya perkara Penyalahgunaan Obat-Obat Tertentu di wilayah kerja BPOM Mamuju

5 5 5 15 1

2 Indeks Reformasi Birokrasi yang masih rendah

5 4 4 13 2

3 Indeks Pengelolaan dan dan informasi UPT masih rendah

5 4 3 12 3

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022 Keterangan Bobot Penilaian:

Nilai 5 : Sangat Penting Nilai 4 : Penting Nilai 3 : Netral

Nilai 2 : Tidak Penting

Nilai 1 : Sangat Tidak Penting

(37)

27

Berdasarkan Analisa isu mengenai USG, maka penulis menemukan hasil Analisa sebagai berikut:

1) Pada isu “Tingginya perkara Penyalahgunaan Obat Obat Tertentu di wilayah kerja BPOM Mamuju”:

Urgency, penulis memberikan nilai 5 karena isu tersebut sangat penting untuk diselesaikan karena perlu upaya yang efektif dari sisi pencegahan dan penindakan untuk menurunkan kasus dan perkara yang terjadi;

Serioussness, penulis memberikan nilai 5 karena permasalahan penyalahgunaan Obat Obat Tertentu perlu upaya dan perhatian khusus dan harus segera di selesaikan apabila tidak di lakukan upaya intervensi akan menyebabkan kasus akan terus meningkat

Growth, penulis memberikan nilai 5 karena permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara kolaborasi program yang dilaksanakan setiap tahun dan menjadi program nasional.

2) Pada isu “Indeks Reformasi Birokrasi yang masih rendah”:

Urgency, penulis memberikan nilai 5 karena isu tersebut sangat penting untuk diselesaikan karena menyangkut terhadap pencapaian Reformasi Birokrasi dan pembangunan Wilayah Bebas dari Korupsi;

Serioussness, penulis memberikan nilai 4 karena masalah ini memerlukan penyelesaian yang cepat namun tidak berpengaruh langsung terhadap masyarakat;

Growth, penulis memberikan nilai 4 karena jika masalah ini tidak cepat diselesaikan mengakibatkan pencapaian WBK semakin lama;

3) Pada isu “Indeks Pengelolaan dan dan informasi UPT masih rendah”:

Urgency, penulis memberikan nilai 5 karena isu tersebut sangat penting untuk diselesaikan untuk meningkatkan kinerja organisasi berbasis TI;

Serioussness, penulis memberikan nilai 4 karena masalah ini memerlukan penyelesaian yang cepat namun tidak berpengaruh langsung terhadap kebutuhan stakeholder dan masyarakat;

Growth, penulis memberikan nilai 3 karena jika dibiarkan terus menurus

(38)

akan menyebabkan tidak tercapainya kegiatan organisasi berbasis TI.

A. Akar Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil metode USG, maka diperoleh satu isu “Tingginya perkara Penyalahgunaan Obat Obat Tertentu di wilayah kerja BPOM Mamuju”. Selanjutnya, perlu dilakukan identifikasi akar masalahnya sebelum menentukan solusi atau jalan keluar masalah. Adapun identifikasi akar penyebab masalah tersebut dapat digambarkan di bawah ini dalam Gambar Akar Masalah.

Gambar 3.1. Akar Masalah Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

(39)

29

Tabel 3.3. Metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) Level 2

No Isu U S G Total Prioritas

1 Program Penindakan belum memiliki efek jera

5 3 3 11 4

2 Belum ada program pencegahan yang efektif untuk mengurangi penyalahgunaan OOT

5 5 5 13 1

3 Program deteksi pemberantasan OOT belum efektif

5 4 3 12 3

4 Dukungan Stakeholder masih lemah 4 5 4 13 2

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

Keterangan Bobot Penilaian:

Nilai 5 : Sangat Penting Nilai 4 : Penting

Nilai 3 : Netral

Nilai 2 : Tidak Penting

Nilai 1 : Sangat Tidak Penting

Dari hasil analisa masalah menggunakan metode USG didapatkan bahwa akar penyebab masalah diperoleh nilai prioritas tertinggi pada level satu adalah Belum ada program pencegahan penyelahgunaan OOT yang efektif. Selanjutnya akar penyebab masalah level satu yang terpilih dilakukan analisa kembali untuk mencari prioritas akar penyebab masalahnya. Setelah akar penyebab masalah level satu terpetakan maka selanjutnya dilakukan identifikasi kembali yang menjadi akar penyebab permasalah pada level dua yaitu:

1) Tidak adanya program kolaboratif dan sinergi untuk pencegahan Penyalahgunaan OOT

(40)

2) Tidak ada dukungan anggaran dari stakeholder dalam rangka pemberantasan Penyalahgunaan OOT

3) Belum ada komitmen kuat dari stakeholder terkait program pemberantasan penyalahgunaan OOT

4) Tidak ada bahan materi yang mudah diakses dan dipahami.

Ketiga akar penyebab masalah pada level dua di atas selanjutnya akan dilakukan kembali analisa menggunakan metode USG untuk menentukan prioritas akar penyebab masalah tertinggi pada level tiga seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4. Metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) Level 3

No Isu U S G Total Prioritas

1 Tidak ada program kolaboratif dan

sinergis

5 5 5 15 1

2 Tidak ada dukungan anggaran dari stakeholder untuk pelaksanaan program pencegahan

4 4 4 12 4

3 Belum ada komitmen dari stakholder 5 4 4 14 2 4 Tidak ada bahan materi yang mudah

di akses untuk edukasi

5 5 3 13 3

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

Keterangan Bobot Penilaian:

Nilai 5 : Sangat Penting Nilai 4 : Penting

Nilai 3 : Netral

Nilai 2 : Tidak Penting

Nilai 1 : Sangat Tidak Penting

(41)

31

Dari hasil analisa menggunakan metode USG diperoleh nilai prioritas akar penyebab masalah tertinggi pada level tiga adalah belum adanya program kolaborasi dan sinergi untuk pencegahan pemberantasan penyalahgunaan OOT.

Gambar 3.2. Diagram Penyebab Masalah Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

PENEGAKAN HUKUM TIDAK MEMBERIKAN EFEK JERA

KASUS PEYALAHGUNAAN

OBAT-OBAT TERTENTU TINGGI

BELUM ADA PROGRAM KOMUNIKASI,EDUKASI INFORMASI DENGAN SASARAN KHUSUS

KOMIUNITAS DESA DAN SEKOLAH SMP

PROGRAM DETEKSI

BELUM EFEKTIF

PROGRAM PENCEGAHAN TIDAK EFEKTIF

KERJASAMA DAN KOMITMEN STAKEHOLDER MASIH RENDAH MATERI KIE

BELUM TERSTRUKTUR

UNTUK KALANGAN

KHUSUS

(42)

B. Alternatif Solusi Untuk Mengatasi Masalah

Untuk mencari alternatif solusi untuk mengatasi prioritas akar penyebab masalah yang telah dianalisa sebelumnya, alternatif solusi mengatasi masalah tersebut dilakukan menggunakan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Analisis SWOT adalah teknik perencanaan strategi untuk organisasi atau suatu proyek. Metode ini mempertimbangkan faktor internal dan eksternal guna menyusun strategi organisasi yang efektif, seperti yang terilhat pada tabel berikut ini:

Beneficial Harmfull

Gambar 3.3. Analisa SWOT Alternative Mengatasi Masalah (Strengts, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022 OPPORTUNITY

Tingginya dukungan organisasi Pusat terhadap upaya pencegahan

penyalahgunaan OOT

Tersedianya sarana dan prasarana

Pemanfaatan teknologi STRENGTH

Adanya Komitmen Pimpinan

Tersedianya Anggaran

Hubungan antar instansi yang baik

THREAT

Sulitnya akses jaringan

Restitensi penggunaan aplikasi (teknologi)

Resistensi program pencegahan oleh masyarakat

WEAKNESS

Pemahaman terhadap konsep pencegahan belum maksimal

Belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung

Komunikasi dengan masyarakat masih kaku

Internal Eksternal

(43)

33

Dari analisa SWOT menunjukkan bahwa:

1) Strength (Kekuatan) yang dimiliki yaitu: komitmen pimpinan, ketersediaan anggaran, hubungan dengan instansi yang baik dan tim kerja yang solid;

2) Weakness (Kelemahan) yang ada adalah; Pemahaman SDM terhadap program pencegahan masih kurang, belum ada sarana dan prasarana IT yang mendukung, komunikasi dengan masyarakat masih kaku.

3) Opportunity (Peluang) yang bisa dimanfaatkan yaitu: tingginya dukungan organisasi terhadap upaya pencegahan, tersedianya sarana dan prasarana

4) Threat (Ancaman) yang bisa menghambat adalah: sulitnya akses saat jaringan yang berdampak pada restitensi penggunaan aplikasi (teknologi) dan resistensi masyarakat.

Kemudian penulis memasukan strategi dalam penyelesaian masalah dengan kombinasi antara lain:

1) Meminilalisir dan mengantisipasi resistensi (Strenght Opportunity) dengan memaksimalkan dukungan dari organisasi dan stakeholder;

2) Meminimalkan kurangnya pemahaman SDM (Strength Weakness) strateginya adalah meningkatkan kompetensi SDM dengan pelatihan dan sosialisasi;

3) Meminimalkan kekurangan dalam kebutuhan sarana dan prasarana (strength Threat) strategi yang dilakukan melalui revisi anggaran.

4) Memaksimalkan kompetensi pegawai dengan kemampuan IT guna menciptakan inovasi bahan ajar dan booklet berbasis subsite melalui teknologi digital yang belum ada (weakness strength);

Alternatif gagasan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan “Tingginya perkara Penyalahgunaan Obat Obat Tertentu di wilayah kerja BPOM Mamuju.”, adalah:

1) Mengkolaborasikan program pencegahan penyalahgunaan OOT dengan Program Nasional

(44)

2) Meningkatan dukungan sumberdaya dari stakeholder untuk upaya pencegahan

3) Menggalang dukungan dari stakeholder terkait penyalahgunaan OOT 4) Pembuatan Bahan informasi yang efektif dan mudah dimengerti

Selanjutnya keempat solusi alternative pemecahan masalah tersebut dianalisis menggunakan metode tapisan Mc. Namara. Metode ini digunakan untuk menentukan prioritas pemecahan masalah berdasarkan penilaian terhadap empat kriteria, yaitu kontribusi, biaya/kemurahan, dan kelayakan.

Hasil analisis pemecahan isu dengan menggunakan tapisan Mc. Namara dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Analisis Prioritas Solusi Mengatasi Masalah Berdasarkan Mc Namara

No Solusi

Kriteria Alternative Gagasan Kontrib

usi Biaya Layak Total

Skor Priotitas

1

Mengkolaborasikan

program pencegahan penyalahgunaan OOT dengan Program

Nasional

5 4 5 14 I

2

Meningkatan dukungan

sumberdaya dari

stakeholder untuk upaya pencegahan

5 1 2 8 IV

3

Menggalang dukungan dari stakeholder terkait penyalahgunaan OOT

5 4 4 13 III

4

Pembuatan Bahan

informasi yang efektif dan

mudah dimengerti 5 4 4 13 II

Sumber: Data Diolah Penulis, 2022

(45)

35

Keterangan Tabel 3.5 :

K: Kontribusi; L: Layak B: Biaya

Skor 5: Sangat K, L Skor 5 = Biaya Sangat Rendah

Skor 4: Kontribusi K, L Skor 4 = Biaya Rendah Skor 3: Cukup K, L Skor 3 = Biaya Cukup

Skor 2: Kurang K, L Skor 2 = Biaya Cukup Tinggi Skor 1: Tidak K, L Skor 1 = Biaya Sangat

Tinggi

Dari ketiga alternatif gagasan di atas yang dianalisa dengan menggunakan metode Analisa McNamara, penulis dapat menentukan bahwa alternatif gagasan yang dapat menjadi prioritas untuk dijadikan solusi adalah “Mengkolaborasikan program pencegahan penyalahgunaan OOT dengan Program Nasional” dengan penjabaran sebagai berikut:

1) Mengkolaborasikan program pencegahan penyalahgunaan OOT dengan Program Nasional

Kontribusi, penulis memberi nilai 5 karena program pencegahan belum spesifik dan berdampak;

Biaya, penulis memberikan nilai 4 untuk tidak membutuhkan biaya yang tidak terlalu besar karena mengkolaborasikan dengan progam yang sudah ada;

Layak, penulis memberikan nilai 5 karena solusi ini layak dan dapat di laksanakan.

2) Meningkatan dukungan sumberdaya dari stakeholder untuk upaya pencegahan

Kontribusi, penulis memberikan nilai 5, karena memberikan

Gambar

Tabel 1.1. Kondisi Saat Ini dan Kondisi Yang Diharapkan
Gambar 2.1. Struktur Organisasi BPOM di Mamuju
Tabel 2.1 Sumber Daya Manusia (SDM)  Balai POM di Mamuju Tahun 2021
Tabel 3.4. Metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) Level 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Aksi perubahan dilakukan untuk perbaikan kinerja, dalam melaksanakan pekerjaan tentu selalu terdapat hambatan yang disebabkan oleh faktor-faktor

Penyediaan data yang cepat dan akurat dalam mekanisme pengendalian pelaksanaan kegiatan maupun dalam menyusun kebijakan dalam pengembangan florikultura merupakan

aporan Kinerja Balai Besar POM Balai Besar POM di Bandung Tahun 2020 sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas Kinerja Balai Besar POM di Bandung dalam melaksanakan

Inovasi yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi yaitu profesional, menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab secara keilmuan dan selalu belajar

LAPORAN AKSI PERUBAHAN KINERJA ORGANISASI “JAKET MIKA” JEJARING KOLABORASI HEBAT ADMINISTRASI PERKAWINAN UNTUK IMPLEMENTASI PENINGKATAN PERUBAHAN ELEMEN DATA PERKAWINAN PADA

Uraian Singkat Hasil Kegiatan Dalam melaksanakan Aksi Perubahan ini Project Leader membuat tahapan tahapan kegiatan agar dalam menjalankan Aksi perubahan ini bisa memantau dan

v PRAKATA Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan Laporan Aksi Perubahan Kinerja Organinisasi

persepsi/pandan/sikap dan tidak perihal efektif, efisiensi dan responsif dalam hal pengelolaan pajak daerah 4 Pemanfaatan Teknologi Sebagai respon dari Panjang dan rumitnya nya