• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

1. Statistik deskriptif

Pembahasan dalam statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan kelengkapan informasi serta penyajian hasil ringkasan. Informasi yang dikumpulkan dari survei adalah informasi mentah yang tidak terorganisir dan tidak efisien.

Informasi harus diringkas dalam bentuk tabel sederhana sebagai dasar untuk berbagai keputusan (inferensi statistik). Statistik deskriptif ini memudahkan untuk mencari nilai mean, median, modus, maksimum, dan minimum untuk setiap variabel.

2. Analisis regresi sederhana

Analisis ini digunakan untuk mengetahui model relasional dan seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (kinerja guru). Proses pengolahan penulis menggunakan program komputerisasi SPSS15.0.

3. Analisis regresi berganda

Analisis ini digunakan untuk secara simultan mengetahui korelasi dan sejauh mana pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (kinerja guru). Pengolahan penulis menggunakan program komputer SPSS 15.0

100 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dibantu dengan menggunakan aplikasi SPSS 20 untuk setiap data yang dimiliki. Adapun hasil uji normalitas menggunakan SPSS 20 disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation .96527875

Most Extreme Differences

Absolute .087

Positive .087

Negative -.070

Kolmogorov-Smirnov Z .867

Asymp. Sig. (2-tailed) .439

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Pada Tabel 2 di atas terlihat hasil analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diketahui bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0.439, karena nilai signifikan data lebih besar dari 0.05 sehingga data dapat disimpulkan berdistribusi normal.

101 b. Uji Multikoleniaritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk memastikan apakah di dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel bebas. Interkorelasi adalah hubungan yang linear atau hubungan yang kuat antara satu variabel bebas atau variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di dalam sebuah model regresi. Uji asumsi ini menggunakan SPSS 20, nilai interkorelasi dilihat berdasarkan nilai VIF dari hasil analisis SPSS 20 adapun hasil analisis disajikan pada Tabel 3 berikut ini

Tabel 3. Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) 127.308 16.703 7.622 .000

Kepemimpinan_Kepala

_Sekolah .272 .114 .241 2.380 .019 .926 1.080

Managemen_Kepala_S

ekolah -.197 .085 -.233 -2.305 .023 .926 1.080

a. Dependent Variable: Motivasi_Kerja_Guru

Pada tabel 3 di atas diperoleh nilai VIF untuk setiap variabel X1 (Kepemimpinan Kepala Sekolah) sebesar 1.080, dan X2 (Manajemen Kepala Sekolah) sebesar 1.080, karena nilai VIF dari kedua variabel tidak ada yang lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas pada kedua variabel bebas tersebut.

102

Berdasarkan syarat asumsi klasik regresi linier dengan OLS, maka model regresi linier yang baik adalah yang terbebas dari adanya multikolinieritas, dengan demikian, model di atas telah terbebas dari adanya multikolinieritas

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan uji asumsi selanjutnya yang perlu dilakukan, uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari nilai residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari nilai residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya berbeda maka dikatakan heteroskedastisitas, begitu sebaliknya. Adapun hasil uji disajikan pada tabel 4 berikut

Tabel 4. Hasil Uji heteroskedastisitas

Correlations

Kepemimpina n_Kepala_Se

kolah

Managemen_

Kepala_Sekol ah

Unstandardize d Residual

Spearman's rho

Kepemimpinan_Kepala_

Sekolah

Correlation

Coefficient 1.000 .336** -.045

Sig. (2-tailed) . .001 .658

N 100 100 100

Managemen_Kepala_Se kolah

Correlation

Coefficient .336** 1.000 -.033

Sig. (2-tailed) .001 . .747

N 100 100 100

Unstandardized Residual

Correlation

Coefficient -.045 -.033 1.000

Sig. (2-tailed) .658 .747 .

N 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

103

Dari output pada tabel 4 di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi atau sig.(2-tailed) variabel (X1) sebesar 0.658, dan variabel (X2) sebesar 0.747. karena nilai kedua variabel independen lebih dari nilai 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah atau gejala heteroskedastisitas, yang berarti model regresi yang dipakai untuk penelitian ini layak dilakukan.

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini uji hipotesis menggunakan regresi berganda dimana akan diuji secara empirik untuk mencari hubungan fungsional dua atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat, atau untuk meramalkan dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat. Hasil uji linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Hasil Uji linier berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 127.308 16.703 7.622 .000

Kepemimpinan_Kepala_Sek

olah .272 .114 .241 2.380 .019

Managemen_Kepala_Sekola

h -.197 .085 -.233 -2.305 .023

Sumber: Output SPSS 20.0, data sekunder yang diolah 2021

Berdasarkan hasil dari coefficientsa di atas dapat dikembangkan dengan menggunakan model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

104

Prestasi peserta diklat (Y) = b0+ b1 X1+ b2 X2 + э

Apabila nilai pada tabel 5 di atas disubsitusikan maka akan diperoleh nilai sebagai berikut:

Prestasi peserta diklat (Y) = 127.308 + 0,272X1 + 0,197X2 a) Konstanta sebesar 127,308 artinya jika Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X1), Manajemen Kepala Sekolah (X2) dan Disiplin (X3) tidak ada, maka motivasi guru sebesar 127,308.

b) Koefisien Regresi X1 sebesar 0,272 artinya setiap kenaikan kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah akan meningkatkan motivasi guru sebesar 0,272. Dan sebaliknya, setiap penurunan kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah, akan menurunkan motivasi guru sebesar 0,272, dengan anggapan bahwa X2 tetap.

Koefisien Regresi X2 sebesar 0,197 artinya setiap kenaikan Managemen Kepala Sekolah akan meningkatkan motivasi guru sebesar 0,197. Dan sebaliknya setiap penurunan Managemen Kepala Sekolah, akan menurunkan motivasi guru sebesar 0,197 dengan anggapan bahwa X1

tetap.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F dan uji t. Uji F dilakukan untuk membuktikan pengaruh secara serentak variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan uji t digunakan untuk

105

membuktikan pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat

a. Uji Signifikansi Parameter (Uji Statistik t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas atau p-value (sig-t) dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, dan sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak.

Tabel 6. Hasil Uji Signifikansi Parameter

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 127.308 16.703 7.622 .000

Kepemimpinan_Kepala_S

ekolah .272 .114 .241 2.380 .019

Managemen_Kepala_Sek

olah -.197 .085 -.233 -2.305 .023

a. Dependent Variable: Motivasi_Kerja_Guru

Sumber: Output SPSS 20.0, data sekunder yang diolah 2021

Hasil uji t di atas dapat disimpulkan bahwa pada variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) seperti pada tabel 6 di atas diperoleh t hitung sebesar 2,380 dengan probabilitas sebesar 0,019 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan langsung yang signifikan antara kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan motivasi guru (Y).

106

Hasil uji t pada variabel Motivasi (X2) seperti pada tabel 6 di atas diperoleh t hitung sebesar 2 , 3 0 5 dengan probabilitas 0,023 yang nilainya lebih kecildari 0,05. Dengan demikian Ha diterima, yang artinya t erdapat hubungan langsung yang signifikan antara Managemen Kepala Sekolah (X2) dengan Motivasi guru (Y).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat dalam tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Hasil Uji Signifikansi Simultan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 8.022 2 4.011 4.315 .016b

Residual 90.168 97 .930

Total 98.190 99

a. Dependent Variable: Motivasi_Kerja_Guru

b. Predictors: (Constant), Managemen_Kepala_Sekolah, Kepemimpinan_Kepala_Sekolah

Berdasarkan tabel 7 di atas, di dapat F hitung sebesar 4,315 dengan probabilitas sebesar 0.016 yang nilainya lebih kecil dari 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima yang artinya semua variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap motivasi guru.

107 c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel motivasi guru. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel independen penelitian memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel motivasi guru. Hasil koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8. Koefisien Determinan

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .286a .082 .063 .964

a. Predictors: (Constant), Managemen_Kepala_Sekolah, Kepemimpinan_Kepala_Sekolah

b. Dependent Variable: Motivasi_Kerja_Guru

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggunakan adjusted R Square (R2) pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Dari tabel 8 koefisien determinasi di atas, dapat dilihat bahwa angka koefisien korelasi (R) sebesar 0.286. Hal ini berarti hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen sebesar 28%. Dari angka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen kurang.

108

Besarnya Adjust R Square (R2) adalah 0,063. Hasil perhitungan statistik ini berarti bahwa kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasinya perubahan variabel dependen sebesar 6%, sedangkan sisanya sebesar 94% (100%- 6%) diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model regresi yang dianalisis

2. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru

Hasil analisis pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap motivasi guru (Y) disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Signifikansi Parameter

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 127.308 16.703 7.622 .000

Kepemimpinan_Kepala_S

ekolah .272 .114 .241 2.380 .019

Managemen_Kepala_Sek

olah -.197 .085 -.233 -2.305 .023

a. Dependent Variable: Motivasi_Kerja_Guru

Sumber: Output SPSS 20.0, data sekunder yang diolah 2021

Hasil uji t di atas dapat disimpulkan bahwa pada variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) seperti pada Tabel 6 diperoleh t hitung sebesar 2,380 dengan probabilitas sebesar 0,019 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ha diterima, yang

109

artinya terdapat hubungan langsung yang signifikan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dengan Motivasi Guru (Y). SDN Batukliang Utara.

1. Pengaruh Manajemen Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru

Hasil analisis pengaruh Manajemen Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru seperti pada Tabel 6 di atas diperoleh t hitung sebesar 2,305 dengan probabilitas 0,023 yang nilainya lebih kecil dari 0,05.

Dengan demikian Ha diterima, yang artinya terdapat hubungan langsung yang signifikan antara Manajemen Kepala Sekolah (X2) dengan Motivasi Guru (Y) SDN Batukliang Utara.

2. Pengaruh Kepemimpinan dan Manajemen Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru

Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Signifikansi Simultan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 8.022 2 4.011 4.315 .016b

Residual 90.168 97 .930

Total 98.190 99

a. Dependent Variable: Motivasi_Kerja_Guru

b. Predictors: (Constant), Managemen_Kepala_Sekolah, Kepemimpinan_Kepala_Sekolah

Berdasarkan Tabel 7 di atas, didapat F hitung sebesar 4,315 dengan probabilitas sebesar 0.016 yang nilainya lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima yang artinya semua variabel independen

110

(Kepemimpinan dan Manajemen Kepala Sekolah) berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap Motivasi Guru SDN Batukliang Utara.

B. Pembahasan

1. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Kerja guru SDN di Kecamatan Batukliang Utara. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) diperoleh t hitung sebesar 2,380 dengan probabilitas sebesar 0,019 yang nilainya lebih kecil dari 0,05.

Salah satu dimensi penting dalam sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah memegang peran kunci dalam memajukan sebuah institusi, termasuk institusi pendidikan seperti pada sekolah dasar. Untuk bisa membangun sekolah yang unggul, maka kunci utamanya adalah kepala sekolah harus memiliki wawasan yang luas, sumber daya manusia yang berkualitas. Agar memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, sekolah harus melakukan berbagai upaya dan strategi dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki tersebut secara maksimal.97

97Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga Pendidikan Islam, (Malang: UIN MALIKI PRESS, 2011), Hlm. 10.

111

Sekolah apabila ingin maju, maka sekolah harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tentunya dan tidak lepas juga dari peran seorang pemimpin atau kepala sekolah. Salah satu sumber daya manusia di madrasah yang penting untuk dikelola dan dikembangkan agar menjadi berkualitas yaitu tenaga pendidik/guru. Pendidik merupakan faktor penting dalam kegiatan pendidikan. Dalam proses belajar mengajar, pendidik memiliki peran kunci dalam menentukan kualitas kualitas pembelajaran.

Yakni menunjukan cara mendapatkan pengetahuan, sikap dan nilai serta keterampilan. Dengan kata lain tugas dan peran pendidik yang utama terletak pada aspek pembelajaran. Pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidiknya.98

Kepemimpinan kepala sekolah dapat mengubah lingkungan sekolah, termasuk sarana dan prasarana, guru dan staf. Pemimpin sekolah memiliki pilihan yang berbeda untuk mengambil tindakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan setiap sekolah. Tindakan kepala sekolah sebagai administrator dapat membantu meningkatkan kinerja guru dalam mewujudkan perubahan kemampuan guru.

Kinerja guru adalah hasil kerja pendidik (tenaga profesional) yang dapat dicapai melalui tindakan, perilaku, dan kinerja yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya.99 Guru memegang peranan

98Ibid.,,,Hlm.40.

99 Marlina Marlina, „Studi Korelasi Disiplin Dalam Pembelajaran Dengan Kinerja Guru Di SMAN Se-Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Way Kanan‟, Al-I’tibar: Jurnal Pendidikan Islam, vol.6, no.1 (Februari 2019), 45–49.

112

yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Secara khusus, membantu siswa membangun sikap positif, mendorong kemandirian, membangkitkan rasa ingin tahu, dan menciptakan kondisi yang efektif dalam proses pembelajaran.

Kepala sekolah adalah pegawai sekolah yang bertanggung jawab atas segala kegiatan sekolah dan mempunyai wewenang serta tanggung jawab menyelenggarakan segala kegiatan pendidikan di lingkungan sekolah yang dipimpinnya berdasarkan pancasila.100

Kepala sekolah mengarahkan sarana atau sekolah dan seluruh pemangku kepentingannya untuk menggerakkan, mempengaruhi, dan mendorong untuk mencapai tujuan bersama. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kepemimpinan kepala sekolah antara lain:

1. Karakter yang kuat ialah yakin , beranian, antusias, baikhati serta sensibilitas sosial;

2. Mempunyai pemahaman yang bagus mengenai tujuan pembelajaran, sebab dengan pemahaman yang bagus, kepala sekolah dapat menjelaskan pada guru, karyawan, anak didik serta pelaksana kepentingan strategi untuk menggapai tujuan sekolah;

3. Memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang pekerjaannya dan bidang lain yang terkait;

4. Mempunyai keahlian profesional, ialah keahlian yang berhubungan dengan fungsinya selaku kepala sekolah, yakni keterampilan teknis

100 Munajat, “Manajemen Kepemimpinan …”, 18

113

(menjadwalkan, memimpin rapat, mengawasi), keterampilan yang penting dalam sistem manusia (motivasi, motivasi dan keberhasilan guru), keterampilan konseptual (Membangun) mengidentifikasi dan memecahkan masalah, serta mengantisipasi masalah yang akan muncul dari segala kemungkinan).

Selain kedudukannya dalam manajemen sekolah yang efektif dan efisien, kepala sekolah harus mampu tingkatkan kemampuan guru.

Jika pemimpin dapat mendorong guru untuk sungguh-sungguh meningkatkan kinerjanya dan menyelesaikan tugas dengan sepenuh hati, maka kinerja guru dalam pembelajaran dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu, tanpa dukungan penuh dari kepala sekolah untuk tingkatkan kemampuan guru, guru tidak akan bisa melakukan tugasnya, seperti pendidikan, pelatihan, bimbingan, dan memaksimalkan potensi setiap siswa. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja guru, perlu dikembangkan lebih lanjut peran pemimpin sekolah sebagai pemimpin kelembagaan dan peningkatan kinerja guru.101

Walaupun tanggung jawab kepala sekolah sangat kompleks, kepala sekolah senantiasa harus bertugas keras tingkatkan kemampuan guru. Kepala sekolah wajib melaksanakan bermacam usaha serta lebih perhatikan kepemimpinan pengajaran. karena kepala sekolah adalah model, pelatih, fasilitator, dan mentor sebagai pemimpin pengajaran, bukan wali atau supervisor pengajaran. Artinya, jika kepala sekolah

101 Nasib Tua Lumban Gaol and Paningkat Siburian, Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru, Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, 5.1 (2018), 66–73.

114

menjadi pengawas orientasi guru kelas, kepala sekolah tidak boleh bertindak sebagai evaluator atau penguji.

Kinerja berkaitan dengan perilaku individu dalam melaksanakan pekerjaan, upaya untuk memperoleh kinerja yang baik diperlukan suatu proses dan pengelolaan yang berkesinambungan agar diperoleh hasil yang diinginkan. Kinerja dipandang sebagai hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi, kemampuan menunjuk pada tingkat kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu, dan motivasi merupakan keinginan individu untuk menunjukkan perilaku dan kesediaan berusaha. Jika seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, orang tersebut akan berusaha mengerjakannya dengan tujuan hasil yang terbaik.

Kinerja guru merupakan perilaku yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan guru di dalam kelas dalam proses belajar dan pembelajaran untuk menghasilkan hasil belajar yang maksimal dari peserta didiknya. Untuk mengukur kinerja guru bisa dilihat dari kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan, keputusan yang diambil, dan perencanaan kerja.

Selain itu, guru juga melakukan pendekatan kepada peserta didiknya, supaya tercipta hubungan yang akrab antara siswa dengan guru, sehingga proses belajar menjadi lancar. Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan pembelajaran dan contoh yang baik,

115

sehingga peserta didik akan merasa dihargai sebagai peserta didik dan guru akan merasa dihormati karena kharisma atau wibawanya, karena semua itu besar pengaruhnya dalam menjalankan disiplin dan kinerja guru terutama dalam proses belajar dan pembelajaran. Kinerja guru merupakan prestasi yang ditunjukkan oleh guru dan berusaha mengerjakannya dengan hasil yang baik dengan prestasi yang dilihatkan.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan variable paling dominan. Mengingat betapa pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerju guru, maka guru yang baik adalah guru yang mampu meningkatkan mutu pendidikan dan memiliki semangat kerja yang tinggi.

Seorang guru tidak akan bekerja dengan kinerja yang baik jika kebutuhannya hanya terfokus pada kebutuhan fisik materi dengan mengabaikan kebutuhan pengembangan diri salah satunya adalah kebutuhan untuk berprestasi. Tingginya motivasi guru di SDN Batukliang Utara dipengaruhi langsung oleh kinerja guru. Guru-guru yang memiliki penguasaan materi pembelajaran yang luas dan mendalam, yang mencakup perencanaan pembelajaran sampai dengan evaluasi hasil pembelajaran, substansi keilmuan serta penguasaan metodologi keilmuan akan dapat dapat memicu peningkatan motivasi berprestasi dan semangat kerja guru. Mencapai kesuksesan merupakan kebutuhan berprestasi.

116

Tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang dapat dilihat dari tinggi rendahnya dorongan dalam dirinya untuk melaksanakan tugas- tugas organisasi, dengan demikian, tinggi rendahnya motivasi kerja guru dapat dilihat dari tinggi rendahnya dorongan guru dalam melaksanakan tugas. Karakteristik motivasi memiliki dimensi yang berbeda-beda ada motivasi tinggi dan motivasi rendah. Jika motivasi kerja guru lebih berorientasi pada reward materi (kelompok kebutuhan eksistensi), maka hasil kerja atau kinerjanya masih rendah. Hal ini dapat diasumsikan bahwa orang pada dasarnya malas, perlu terus menerus diawasi, pasif, harus dibujuk, dihargai, dihukum, dikendalikan, aktivitas mereka harus diarahkan, bekerja dengan sedikit mungkin, tidak memiliki ambisi, tidak menyukai tanggungjawab, lebih suka memimimpin, egois, acuh tak acuh, menolak perubahan, sehingga kinerjanya sangat rendah. Jika motivasi kerja guru meliputi semua kebutuhan yang seimbang dan lebih berorientasi prestasi kerja maka hasil kerja atau kinerjanya akan tinggi.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa motivasi berprestasi memiliki hubungan langsung terhadap kinerja guru (Wiyana, 2015, Kuswadi, 2014, Bakar, 2011, Santosa, 2011, Yuliejatiningsih, 2005, Mutohar, 2006). Dengan motivasi kerja yang tinggi akan berdampak pada kinerja guru yang baik. Motivasi berprestasi yang muncul dari dalam diri guru akan mampu meningkatkan hasil kerja yang maksimal.

117

Guru-guru ini memerlukan kesempatan untuk mewujudkan perilaku yang termotivasi tersebut di sekolah. Oleh karena itu sekolah harus terus membina hubungan antara lembaga pendidikan/sekolah dengan masyarakat sehingga masyarakat akan lebih percaya terhadap keberadaan sekolah. Hasil temuan penelitian mengungkapkan bahwa semangat kerja dalam meraih prestasi sangat tinggi karena motivasi yang tinggi akan menimbulkan individu yang produktif dan secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas kinerja guru. Guru yang profesional dan berkualitas ditunjukkan dengan adanya motivasi dalam diri guru tersebut. Guru yang memiliki motivasi dapat menggerakkan dirinya untuk dapat melaksanakan tugasnya. Selain motivasi dari guru, peran kepala sekolah juga sangat penting dalam memberikan Inspirational Motivation hal ini mengacu pada perilaku kepala sekolah dalam memberikan motivasi yang diilhami oleh nilai- nilai dan cita-cita yang tinggi kepada guru-guru.

2. Pengaruh Manajemen Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa Manajemen Kepala Sekolah (X2) berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Guru di SDN Batukliang Utara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa Manajemen Kepala Sekolah (X2) diperoleh t hitung sebesar 2,305 dengan probabilitas sebesar 0,023 yang nilainya lebih kecil dari 0,05.

118

Kepala sekolah merupakan seorang pemimpin dan sekaligus manajer yang baik yang memiliki kemampuan dan mampu mengelola sekolah dengan baik dan efektif.102 Sebagai seorang kepala sekolah harus memiliki tujuan yang jelas dalam menjalankan roda organisasi sekolah, karena dengan tujuan yang jelas maka akan membawa sekolah kearah yang lebih baik dan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan Bersama,103 dan kepala sekolah harus mampu bekerjasama dengan semua unsur yang ada dan bekerja secara efektif dan efesien untuk mencapai mutu Pendidikan.104

Untuk menunjang keberhasilan sekolah yang baik, terdapat tiga peran seorang kepala sekolah yang berhasil yaitu: (1) peran seorang kepala sekolah dalam memimpin sekolah yang efektif dan efesien, (2) kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajerial; (3) kepala sekolah harus mampu mengembangkan kurikulum nasional dan menjabarkan kedalam kurikulum pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah selalu menggerakkan sumber daya yang ada (guru dan staf) untuk selalu bekerjasama dalam mencapai tujuan, visi dan misi, serta memiliki beberapa upaya-upaya yang harus dilakukan antara lain: (1) bekerjasama dengan para guru dan pegawai sekolah; (2) membangun jiwa kolegialitas diantara para guru; (3) sekolah menjalin hubungan Kerjasama antara komite sekolah dengan

102 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2013), 152.

103 Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh Rencana Strategis dan Rencana Operasional, 31.

104 Rohiat, Manajemen Sekolah; Teori Dasar dan Praktik Dilengkapi dengan Contoh Rencana Strategis dan Rencana Operasional, 15.

Dokumen terkait