• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB III METODELOGI PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

Metode padan ekstralingual dalam hal ini merupakan teknik yang digunakan dalam menganalisis data, yaitu dengan menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa (Mahsun, 2013: 120). Makna, informasi, dan konteks tuturan merupakan hal yang menyangkut di luar bahasa, sedangkan teori pragmatik merupakan teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengkaji hubungan antara bentuk, makna, dan pengaruhnya. Dalam pengkajian makna di penelitian ini, faktor nonbahasa menjadi dominan seperti makna-makna yang lahir dari tuturan penutur yang sesuai dengan konteks.

Berikut ini adalah rincian langkah-langkah dalam menganalisis data menurut Syafruddin (2018) yaitu sebagai berikut.

1. Mentranskrip Data dari Status dan Komentar di Facebook

Setelah penulis memeroleh data berupa tuturan melalui status dan kolom komentar di Facebook, maka selanjutnya mentranskripsi atau memindahkan data tersebut dengan cara menulis kembali semua hasil tuturan yang ditulis oleh pengguna Facebook.

2. Mengidentifikasi dan Mengklarifikasi Data

Berdasarkan hasil transkripsi diperoleh data tertulis yang selanjutnya siap untuk diidentifikasi. Proses identifikasi berarti mengenali/menandai data untuk memisahkan kalimat yang dibutuhkan untuk tahap selanjutnya, dan mana yang tidak dibutuhkan.

3. Menyalin ke Dalam Kartu Data

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka selanjutnya adalah penyalinan tiap tuturan yang telah diidentifikasi ke dalam kartu data. Hal itu dimaksudkan agar mudah untuk mengelompokkan tuturan tersebut menurut karakteristik tertentu.

4. Menganalisis Kartu Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan tindak tutur lokusi, ilokusi, perlokusi. Dari analisis kartu data tersebut akan tergambar bentuk tindak tutur terhadap aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sorong dalam media sosial (Facebook). Agar mudah dideskripsikan menggunakan kalimat, maka hasil analisis tersebut dideskripsikan terlebih dahulu ke dalam Tabel 3.1. Analisis Tindak Tutur.

5. Menyimpulkan

Untuk tahap terakhir, hasil analisis akan menghasilkan simpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

No. Data tuturan Lokusi Ilokusi Perlokusi

B P T A D K E DK

Tabel 3.1. Analisis T i n d a k T u t u r

Keterangan :

Lokusi Ilokusi

B : Berita A : Asertif

P : Perintah D : Direktif

T : Tanya K : Komisif

E : Ekspresif DK : Deklaratif

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang bentuk tindak tutur terhadap aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sorong dalam media sosial (Facebook). Hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel dan yang disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Penjabaran dalam pembahasan dilakukan berdasarkan hasil penelitian.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa pendeskripsian bentuk tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi terhadap aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sorong dalam media sosial (Facebook). Data tuturan yang diperoleh adalah sebanyak 223 tuturan yang merupakan tindak tutur yang digunakan oleh pengguna media sosial Facebook berupa status dan komentar terkait berita aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sorong dan tuturan yang paling banyak ditemukan yaitu tindak tutur ilokusi yaitu sebanyak 189 tuturan. Hasil analisis tindak tutur tersebut digambarkan dalam Tabel Analisi Data Tindak Tutur terhadap Aksi Perobekan Bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universiats Muhammadiyah Sorong dalam Media Sosial (Facebook) pada lampiran.

45

Sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya bahwa data yang diperoleh dalam penelitian ini cukup banyak, sehingga tidak memungkinkan dibahas secara keseluruhan. Oleh karena itu, dalam hal ini hanya beberapa tuturan yang dijadikan sebagai perwakilan setiap jenis tindak tutur.

1. Bentuk Tindak Tutur Lokusi a. Lokusi Bentuk Kalimat Berita

Kalimat berita disebut juga dengan kalimat deklaratif. Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian.

(1) Konteks : Akun dengan nama Furqan Jurdi membuat status di Facebooknya tentang aksi pencopotan bendera IMM di Univesitas Muhammadiyah Sorong.

Wujud Tuturan :

“Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”

Kejadian Pencopotan Bendera IMM di Universitas Muhammadiyah Sorong adalah bentuk tindakan premanisme yang tidak bisa dibenarkan. Tentu hal tersebut melukai perasaan kader IMM se-Indonesia….

Muhammadiyah telah membuat pedoman tentang organisasi otonom dan kemahasiswaan di kampus milik Muhammadiyah. Jadi, tidak dibenarkan dari segi manapun menyerang IMM di kampus Muhammadiyah. Tindakan mencopot bendera dan membakar bambu tiang bendera di Sorong itu secara tidak langsung melecehkan Muhammadiyah secara organisasi.

Apalagi ada insiden perampasan bendera oleh oknum mahasiswa, kemudian dilanjutkan pembakaran tiang bendera di depan Gedung rektorat dinilai sangat tidak beradab. Gedung rektorat seharusnya menjadi pelindung IMM di kampus.

Oleh karena itu, menurut saya kejadian di Sorong itu merupakan bentuk premanisme kampungan yang secara sengaja dibiarkan oleh oknum yang bereda di Kampus UMS….

Furqan Jurdi

Ketua Lembaga Dakwah DPP IMM. (Data: 1)

Tuturan (1) merupakan tindak tutur lokusi, bentuk kalimat berita karena ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda titik (.) di akhir kalimat. Kalimat berita digunakan Furqan Jurdi selaku penutur untuk memberitahu kepada pengguna Facebook bahwa mencopot bendera IMM di kampus Muhammadiyah adalah tindakan premanisme yang akan melukai perasaan kader IMM se-Indonesia dan memberitahu bahwa Muhammadiyah telah membuat pedoman tentang organisasi otonom dan kemahasiswaan di kampus milik Muhammadiyah. Jadi, tidak dibenarkan dari segi manapun menyerang IMM di kampus Muhammadiyah. Selain itu Furqan Jurdi juga memberitahu bahwa dia sebagai Ketua Lembaga Dakwa DPP IMM di bagian penutup statusnya.

(2) Konteks : Status yang dibuat akun bernama Berita Aktivis tentang demo perobekan bendera IMM

Wujud Tuturan : Tak disangka berawal dari aksi menghentikan LK-1 HMI di Universitas Muhammadiyah Sorong. IMM Kembali didemo HMI, bendera IMM dirobek. Yang lebih parah lagi dari pihak kampus membiarkan ini terjadi tanpa ada solusi. (Data: 140)

Tuturan (2) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat berita karena dari nama akun yang membuat status ini kita sudah bisa mengetahui bahwa akun tersebut merupakan akun yang selalu menyabarkan informasi seputar aktivis IMM. Selain itu bentuk kalimatnya ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda baca yaitu tanda titik (.) di akhir kalimat. Kalimat berita digunakan akun Berita Aktivis selaku penutur untuk

menginformasikan bahwa IMM kembali di demo sampai bendera IMM dirobek karena sebelumnya telah menggelar aksi untuk menghentikan LK-1 HMI di Universitas Muhammdiyah Sorong.

(3) Konteks : Tuturan berasal dari status yang dibuat oleh Berita Aktivis dan diunggah dengan lampiran surat pernyataan sikap dari DPP IMM pasca-insiden perobekan bendera IMM di Universitas Muhammadiyah Sorong.

Wujud Tuturan : Pernyataan sikap DPP IMM. (Data: 146)

Tuturan (3) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat berita karena ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda titik (.) di akhir kalimat. Kalimat berita digunakan akun Berita Aktivis selaku penutur untuk menginformasikan bahwa DPP IMM telah membuat surat pernyataan sikap pasca-insiden perobekan bendera di UMS dan pemperlihat isi dari surat tersebut.

(4) Konteks : Tuturan berasal status yang dibuat oleh Berita Aktivis dan diunggah dengan artikel berita tentang aksi yang digelar IMM Sorong untuk menolak LK- Satu.

Wujud Tuturan : Tolak LK-Satu di PTM, IMM Sorong Gelar Demo di Depan Rektorat UM-Sorong. (Data ke-174) Tuturan (4) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat berita karena ditandai dengan adanya huruf kapital di awal kalimat dan terdapat tanda titik (.) di akhir kalimat. Kalimat berita digunakan akun Berita Aktivis selaku penutur untuk menginformasikan bahwa IMM Sorong menggelar demo di depan rektorat UM-Sorong dengan alasan menolak diadakan LK-Satu di PTM.

Jadi, berdasarkan pembahasan beberapa contoh tuturan tentang aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sorong dalam media sosial (Facebook) di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi bentuk deklaratif atau kalimat berita merupakan tuturan yang sifatnya untuk menginformasikan tanpa adanya tindakan apapun dan tanpa mengharapkan dampak apapun.

b. Lokusi Bentuk Kalimat Perintah

Kalimat perintah juga disebut sebagai kalimat imperatif atau suruhan atau permintaan. Kalimat imperatif memiliki ciri-ciri: (1) intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan; (2) pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, dan larangan; (3) susunan inversi sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat-subjek jika diperlukan; (4) pelaku tindakan tidak selalu terungkap (Alwi dkk, 2010: 353-354).

Dilihat dari segi maknanya kalimat perintah dapat berupa perintah yang sesungguuhnya, ajakan, larangan, persilahan, dan salam. Berikut ini beberapa bentuk kalimat perintah yang ditemukan pada status atau komentar di Facebook:

1) Kalimat Perintah yang Sebenarnya

Kalimat perintah yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Selain itu, apabila P-nya terdiri dari kata verbal intransitif, bentuk kata verbal itu tetap, hanya partikel “-lah” dapat

ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan perintah. S- nya yang berupa persona ke-2 boleh dibuang boleh juga tidak.

Berikut ini adalah data yang menujukkan kalimat perintah yang sebenarnya:

(5) Konteks : Komentar Gendro Sugiono terhadap status yang dibuat oleh Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Ini merupakan tamparan keras bagi seluruh PTM di Indonesia yang membiarkan mahasiswa lain merendahkan Ortom Muhammadiyah yang notabene kader penerus pergerakan Muhammadiyah. Usut tuntas, kalau perlu bekukan organisasi kemahasiswaan lain yang tidak mau ikut aturan pergerakan Muhammadiyah!!! (Data: 105)

Tuturan (5) tepatnya pada kalimat “Usut tuntas, kalau perlu bekukan organisasi kemahasiswaan lain yang tidak mau ikut aturan pergerakan Muhammadiyah!!!” merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat perintah karena ditandai oleh pola intonasi suruh dan bentuk kata verbal tetap yaitu “usut”, selain itu terdapat tanda seru (!) di akhir kalimat sebagai penegasan. Kalimat ini digunakan Gendro Sugiono selaku penutur untuk menyuruh agar diselidiki sampai tuntas insiden tersebut dan kalau perlu organisasi kemahasiswaan lain yang tidak mau ikut aturan pergerakan Muhammadiyah dibekukan.

(6) Konteks : Tuturan berasal dari komentar Ahmad Syarif Papalia terhadap status yang dibuat oleh Furqan Jurdi tentang Rektor UMS yang selalu membina organisasi Cipayung tapi justru menghina IMM.

Wujud Tuturan : Ganti rektornya. (Data: 131)

Tuturan (6) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat perintah karena ditandai oleh pola intonasi suruh dan bentuk kata verbal tetap yaitu “ganti”. Kalimat ini digunakan Ahmad Syarif Papalia selaku penutur untuk menyuruh agar rektor diganti.

(7) Konteks : Komentar Muhammad Farhan Dore terhadap status yang dibuat oleh Furqan Jurdi tentang Rektor UMS yang selalu membina organisasi Cipayung tapi justru menghina IMM.

Wujud Tuturan : #Semoga_Tuntas. #Ributlah_dengan_Damai. (Data:

132)

Tuturan (7) tepatnya pada kalimat “#Ributlah_dengan_ Damai.”

merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat perintah karena ditandai oleh pola intonasi suruh dan bentuk kata verbal tetap yaitu “ribut”, selain itu partikel “-lah” dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk menghaluskan perintah. Kalimat ini digunakan Muhammad Farhan Dore selaku penutur untuk menyuruh agar ribut tapi dengan cara yang damai.

(8) Konteks : Komentar Aan Prasetia terhadap status yang dibuat oleh Berita Aktivis tentang aksi yang dilakukan IMM untuk menolak LK-Satu di PTM.

Wujud Tuturan : Tuntaskan!!! (Data: 176)

Tuturan (8) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat perintah karena ditandai oleh pola intonasi suruh dan bentuk kata verbal tetap, selain itu terdapat partikel “-kan” dan tanda seru (!) di akhir kalimat sebagai penegasan. Kalimat ini digunakan Aan Prasetia selaku penutur sebagai perintah kepada IMM Sorong agar menuntaskan aksinya.

2) Kalimat Perintah yang Bersifat Larangan

Kalimat perintah yang bersifat larangan merupakan kalimat perintah yang selain ditandai oleh intonasi suruh ditandai juga dengan adanya kata “jangan” di awal kalimat, partikel “-lah” juga dapat ditambahkan untuk memperhalus kalimat larangan. Lokusi perintah larangan ini yang paling sedikit ditemukan dalam status dan komentar di Facebook, berikut ini contoh lokusi perintah larangan yang ditemukan:

(9) Konteks : Komentar Laode Alex Tan terhadap status yang dibuat oleh Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : #Jangan_Hanya_Diam (Data: 74)

Tuturan (9) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat perintah yang bersifat larangan karena ditandai oleh pola intonasi suruh dan ditandai juga dengan adanya kata “jangan” di awal kalimat.

Kalimat ini digunakan Laode Alex Tan selaku penutur untuk melarang kader IMM diam saja dalam menyikapi aksi perobekan tersebut.

(10) Konteks : Komentar Sity Utari terhadap status yang dibuat oleh Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Usut tuntas dan adili pelakunya. Jangan biarkan bendera kita diobrak-abrik. LASKAR MERAH TETAP DI HATI. (Data: 103)

Tuturan (10) tepatnya pada kalimat “Jangan biarkan bendera kita diobrak-abrik.” merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat

perintah yang bersifat larangan karena ditandai oleh pola intonasi suruh dan ditandai juga dengan adanya kata “jangan” di awal kalimat.

Kalimat ini digunakan Sity Utari selaku penutur agar tidak membiarkan IMM diobrak-abrik.

Jadi, berdasarkan pembahasan beberapa contoh tuturan tentang aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sorong dalam media sosial (Facebook) di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi bentuk imperatif atau kalimat perintah merupakan tuturan yang bentuk kalimatnya menyuruh, tapi tidak menuntut lawan tutur untuk melakukan tindakan yang diperintahkan oleh penutur.

c. Lokusi Bentuk Kalimat Tanya

Kalimat tanya yang juga dikenal dengan nama kalimat introgatif, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti

“apa”, “siapa”, “berapa”, “kapan”, dan “bagaimana” dengan atau tanpa partikel –kah sebagai penegas. Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis atau suara turun (Alwi dkk, 2003:357-358). Fungsi kalimat tanya adalah untuk menanyakan sesuatu. Berikut ini tindak tutur lokusi bentuk kalimat tanya yang terdapat di Facebook:

(11) Konteks : Komentar Chaeruddin Hakim terhadap status dari Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Siapa yang copot? (Data: 38)

Tuturan (11) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat tanya karena ditandai oleh kehadiran kata tanya “siapa” dan diakhiri dengan tanda tanya (?). Tuturan tersebut merupakan murni berisi pertanyaan dari Chaeruddin Hakim menanyakan yang pelaku dari aksi pencopotan bendera IMM.

(12) Konteks : Komentar Lukman Pulungan terhadap status dari Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Terus kenapa dibiarkan begitu saja? Saya sebagai kader IPM merasa tersakiti. IPM juga harus cepat bertindak. (Data: 58)

Tuturan (12) tepatnya pada kalimat “Terus kenapa dibiarkan begitu saja?” merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat tanya karena ditandai oleh kehadiran kata tanya “kenapa/mengapa” dan diakhiri dengan tanda tanya (?). Tuturan tersebut merupakan murni berisi pertanyaan dari Lukman Pulungan yang menanyakan alasan insiden tersebut dibiarkan begitu saja.

(13) Konteks : Komentar Rafsanjani terhadap status dari Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Sangat tidak masuk akal jika lahan garapan Muhammadiyah dikuasai oleh orang lain. Apakah ini karena krisisnya kader Muhammadiyah? (Data ke- 61)

Tuturan (13) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat tanya karena ditandai oleh kehadiran kata tanya “apa” dengan partikel

“–kah” sebagai penegas dan diakhiri dengan tanda tanya (?). Tuturan

tersebut merupakan murni berisi pertanyaan dari Rafsanjani yang menanyakan penyebab peristiwa tersebut terjadi dikarenakan krisisnya kader Muhammadiyah.

(14) Konteks : Komentar Awan Syah terhadap status dari Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Kau tahu kronologi bung? (Data: 68)

Tuturan (14) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat tanya, walaupun tidak terdapat kata tanya tetapi terdapat tanda tanya (?) di akhir kalimat. Tuturan tersebut digunakan Awan Syah selaku penutur untuk menanyakan kepada mitra tutur yaitu Furqan Jurdi yang menanyakan kronologi dari aksi tersebut.

(15) Konteks : Tuturan berasal dari komentar Ulum terhadap status dari Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Kondisi terkini bagaimana kakanda? (Data: 96) Tuturan (15) merupakan tindak tutur lokusi bentuk kalimat tanya karena ditandai adanya kata tanya “bagaimana” dan terdapat tanda tanya (?) di akhir kalimat. Tuturan tersebut merupakan murni berisi pertanyaan dari Ulum selaku penutur kepada lawan tutur yaitu Furqan Jurdi tentang kondisi terkini dari insiden tersebut.

Jadi, berdasarkan pembahasan beberapa contoh tuturan tentang aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sorong dalam media sosial (Facebook) di

atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi bentuk interogatif atau kalimat perintah merupakan tuturan yang bentuk kalimatnya hanyalah untuk menanyakan, tapi tidak menuntut lawan tutur untuk menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh penutur.

2. Bentuk Tindak Tutur Ilokusi

Bentuk tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalam status dan komentar di Facebook tentang aksi perobekan bendera Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah yang terjadi di universitas Muhammadiyah Sorong ada asertif, direktif, komisif, dan ekspresif, namun sama sekali tidak ditemukan tindak tutuk deklaratif. Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang berfungsi menyampaikan sesuatu dengan maksud untuk melakukan tindakan yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu kepada lawan tutur.

a. Tindak Tutur Bentuk Asertif

Pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. Berikut bentuk tindak tutur asertif yang terdapat pada status atau komentar di Facebook:

(16) Konteks : Furqan Jurdi menanggapi komentar Maryon Muh R.

Tasijawa.

Wujud Tuturan :

Maryon Muh R. : Pimpinan Pusat Muhammadiyah harus angkat bicara.

Furqan Jurdi : Maryon Muh R. Tasijawa saatnya untuk diketahui oleh teman OKP lain tentang IMM di kampus Muhammadiyah. (Data: 4) Tuturan (16) merupakan bentuk tindak tutur asertif karena tuturan tersebut digunakan Furqan Jurdi selaku penutur menyatakan kepada lawan tutur yaitu Maryon Muh R. Tasijawa bahwa saatnya untuk diketahui oleh teman OKP lain tentang IMM di kampus Muhammadiyah.

(17) Konteks : Komentar Yandis Alfhauzan Nababan IpmAsweet terhadap status yang dibuat oleh Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Itulah realitanya di PTM kita kanda. Teman-teman DPP harus berpikir keras untuk menghentikan semua ini. Tamu yang seharusnya tahu diri malah bertingkah seperti tuan, makanya di kampus kami walaupun berkali-kali dilobi oleh OKP lain untuk masuk di kampus tapi IMM komisariat dan BEM tetap berkomitmen untuk tidak memberikan ruang kepada mereka demi menjaga segala yang terjadi.

Mudah-mudahan segera diatasi dan kawan-kawan DPP segera turun tangan. #salam IMM Komisariat STIA Muhammadiyah Lombok Timur. (Data: 20) Tuturan (17) tepatnya pada kalimat “Itulah realitanya di PTM kita kanda. Teman-teman DPP harus berpikir keras untuk menghentikan semua ini. Tamu yang seharusnya tahu diri malah bertingkah seperti tuan, makanya di kampus kami walaupun berkali- kali dilobi oleh OKP lain untuk masuk di kampus tapi IMM komisariat dan BEM tetap berkomitmen untuk tidak memberikan ruang kepada mereka demi menjaga segala yang terjadi.” merupakan bentuk tindak tutur asertif karena tuturan tersebut digunakan Yandis Alfhauzan Nababan IpmAsweet untuk menyatakan bahwa begitulah realita di

PTM dan DPP IMM harus bekerja keras menyelesaikan masalah tersebut dan menyampaikan komitmen antara IMM dan BEM untuk tidak memberikan ruang kepada OKP lain yang hendak memasuki kampusnya.

(18) Konteks : Komentar Rafsanjani terhadap status dari Furqan Jurdi dengan judul “Mencopot bendera IMM di Kampus Muhammadiyah adalah Tindakan Premanisme”.

Wujud Tuturan : Rektor UMS harus ambil sikap dengan kejadian ini.

Kejadian ini merupakan yang paling buruk karena IMM diserang di kendang sendiri. Kejadian ini merupakan pembiaran terhadap para mahasiswa lain yang sewenang-wenang masuk ke ruang lingkup Muhammadiyah. Dan ini tidak ada ketegasan dalam UMS sehingga para penyusup sewenang-wenang dalam ruang lingkup UMS. Kami harap kepada rektor untuk memanggil oknum yang melakukan hal itu dan keluarkan dari kampus UMS, kalau dibiarkan orang lain yang akan menguasai lahan Garapan sendiri. Kader-kader yang ada di UMS segera ambil sikap. (Data: 55)

Tuturan (18) tepatnya pada kalimat “Kejadian ini merupakan yang paling buruk karena IMM diserang di kendang sendiri. Kejadian ini merupakan pembiaran terhadap para mahasiswa lain yang sewenang-wenang masuk ke ruang lingkup Muhammadiyah. Dan ini tidak ada ketegasan dalam UMS sehingga para penyusup sewenang- wenang dalam ruang lingkup UMS.” merupakan bentuk tindak tutur asertif tuturan tersebut digunakan Rafsanjani selain untuk menyatakan bahwa insiden tersebut merupakan kejadian yang paling buruk sekaligus juga mengkritik bahwa pihak UM-Sorong tidak tegas dengan

Dokumen terkait