• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Hasil Penelitian

3. Thailand

lvii

Undang tentang Transfer of Sentenced Person (TSP) yang diajukan sejak masa pemerintahan Aroyo namun belum disetujui Senat. Lembaga Pemasyarakatan “New Bilibid” yang ada di Filipina merupakan lembaga pemasyarakatan yang diperuntukkan bagi terpidana yang dijatuhi hukuman lebih dari 3 (tiga) tahun. Sistem yang diterapkan merupakan warisan dari pemerintah kolonial Spanyol.

Adapun visi dari lembaga pemasyarakatan ini adalah sebuah sistem perbaikan yang mengembangkan warga binaan agar lebih sejahtera, mematuhi standar internasional dan merupakan teladan pelayanan publik.

Adapun misinya adalah untuk melindungi warga binaan dan mencegah kejahatan dalam kemitraan dengan para pemangku kepentingan dengan memberikan kesempatan orang berada dalam tahanan memiliki kesempatan untuk mendapatkan reformasi, serta lingkungan yang layak dan terjamin.

lviii

Kelompok hak asasi manusia di negara Gajah Putih itu telah meminta pihak berwenang untuk membebaskan pelanggar tanpa kekerasan untuk mengurangi kepadatan penjara, sementara Sa-ardyen menekankan pentingnya "memastikan bahwa penjara digunakan sebagai upaya hukum terakhir."25

Di saat Thailand tampaknya tengah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah kepadatan penjara, Usman Hamid dari AI Indonesia kelihatannya kurang optimis dengan situasi di Indonesia.

Merujuk kasus seorang dosen universitas yang dihukum karena pencemaran nama baik setelah mengkritik proses rekrutmen universitas di grup WhatsApp, Usmad mengatakan: "Kelebihan kapasitas tidak akan pernah terselesaikan jika bahkan ketidaksepakatan dan perbedaan pendapat yang paling ringan pun dapat mengakibatkan hukuman penjara."26

Masalahnya bahkan lebih akut di Filipina, di mana masalah kelebihan kapasitas penjara di sana dianggap salah satu yang terburuk di dunia", demikian kata Rachel Chhoa-Howard, peneliti Amnesty International Filipina kepada DW.

25https://www.dw.com/id/kebakaran-lapas-tangerang-picu-sorotan-masalah-Kelebihan Kapasitas Jadi Isu Utama di Lapas Asia Tenggara – DW – 16.09.2021 diunduh 21 Juli 2023 pukul 07.00

26 Ibid.

lix

Menurut Kantor Manjemen Penjara dan Penologi, dari 470 lapas di seluruh negeri, 356 di antaranya dianggap kelebihan kapasitas. "Penjara Kota Quezon, misalnya, terkenal karena tingkat kepadatannya yang sangat tinggi di mana narapidana terlihat bergiliran tidur di tangga atau di lantai lapangan basket terbuka," ungkap Chhoa-Howard.

"Dalam 12 bulan pertama pandemi virus corona, polisi menangkap lebih dari 100.000 orang karena melanggar aturan karantina," kata Chhoa- Howard, seraya menambahkan pihak berwenang Filipina mengatakan pada April silam, mereka untuk sementara akan berhenti menangkap pelanggar karantina.

Negeri Gajah Putih ini memiliki beberapa penjara dengan kepadatan terburuk di dunia. Tercatat ada sekitar 310.000 narapidana yang dipenjara di 143 lembaga pemasyarakatan di sana. Jumlah tersebut adalah dua kali lipat dari kapasitas resmi, menurut Departemen Pemasyarakatan negara itu.

Thana (nama disamarkan) adalah mantan narapidana di lapas di selatan ibu kota Bangkok. Kepada DW, pria berusia 30 tahun yang menyelesaikan masa hukumannya beberapa bulan lalu itu menceritakan kondisi hidupnya selama di penjara.

lx

"Hanya ada satu toilet jongkok setinggi pinggang untuk satu sel, dengan sekitar 80-100 narapidana tidur di dalamnya," kata Thana. "Kami tidur besandarkan bahu satu sama lain dari ujung ke ujung

b. Rekonstruksi Nilai Regulasi Perlindungan Hak Narapidana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia Yang Berbasis Nilai Keadilan Pancasila

Perlindungan bagi setiap warga negara merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu negara. Begitu juga negara Indonesia yang wajib melindungi setiap warga negaranya dimanapun berada. Hal ini sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) Alinea ke 4 (empat).

Sistem Pemasyarakatan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang mulia, tugas pemasyarakatan termasuk menjalankan pekerjaan yang dilandasi oleh kebijakan untuk melaksanakan hukum pidana penjara secara patut dan efektif agar kejahatan dapat terkendali. Petugas pelaksana dibidang Pemasyarakatan pada masa sekarang dalam kenyataannya tidak dapat dianggap sekedar pelengkap penjaga gedung penjara agar mencegah pelarian, melainkan sebagai salah satu aparat pemegang kunci keberhasilan hasrat pemantapan tertib sosial dalam masyarakat dan negara. Pemantapan tertib sosial menjadi jembatan penghubung dari kebijakan perlindungan

lxi

sosial (social defence policy) untuk menuju kearah tercapainya cita-cita kesejahteraan sosial (social welfare)

Pemasyarakatan dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan antara Warga Binaan Pemasyarakatan dengan masyarakat.

Rekonstruksi nilai yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah bahwa sebelumnya regulasi perlindungan hak narapidana dalam sistem peradilan di Indonesia belum berkeadilan, kini dapat berbasis nilai keadilan.

c. Rekonstruksi Norma Regulasi Perlindungan Hak Narapidana Dalam Sistem Peradilan di Indonesia Yang Berbasis Nilai Keadilan Pancasila

Berdasarkan uraian diatas, maka disajikan rekonstruksi regulasi perlindungan hak narapidana dalam sistem peradilan pidana di Indonesia yang berbasis nilai keadilan Pancasila dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.1.

Rangkuman Rekonstruksi Regulasi Perlindungan Hak Narapidana Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Yang Berbasis

Nilai Keadilan Pancasila

lxii

No. Kontruksi Kelemahan Rekonstruksi

1 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 Tentang

Pemasyarakatan Pasal 7

Tahanan berhak:

a. menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

b. mendapatkan perawatan, baik jasmani maupun rohani;

c. mendapatkan pendidikan, pengajaran, dan kegiatan rekreasional, serta kesempatan mengembangkan potensi;

d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan

Belum adanya hak rehabilitasi dan pemulihan nama baik

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan Pasal 7 dengan menambahkan huruf l yaitu hak rehabilitasi dan pemulihan nama baik serta dapat tumbuh dan

berkembang ekonominya, sehingga berbunyi : Pasal 7

Tahanan berhak:

a. menjalankan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

b. mendapatkan

perawatan, baik jasmani maupun

rohani;

lxiii yang layak sesuai dengan

kebutuhan gizi;

e. mendapatkan layanan informasi;

f. mendapatkan penyuluhan hukum dan bantuan

hukum;

g. menyampaikan pengaduan dan/atau keluhan;

h. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran

media massa yang tidak dilarang;

i. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan dilindungi dari tindakan penyiksaan, eksploitasi, pembiaran, kekerasan, dan

c. mendapatkan

pendidikan, pengajaran, dan kegiatan

rekreasional, serta kesempatan mengembangkan potensi;

d. mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak sesuai dengan kebutuhan gizi;

e. mendapatkan layanan informasi;

f. mendapatkan

penyuluhan hukum dan bantuan

hukum;

g. menyampaikan pengaduan dan/atau keluhan;

lxiv segala tindakan yang

membahayakan fisik dan mental;

j. mendapatkan pelayanan sosial; dan

k. menerima atau menolak kunjungan dari keluarga, advokat, pendamping, dan masyarakat.

h. mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran

media massa yang tidak dilarang;

i. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan dilindungi dari tindakan penyiksaan, eksploitasi, pembiaran, kekerasan, dan segala tindakan yang

membahayakan fisik dan mental;

j. mendapatkan pelayanan sosial; dan

k. menerima atau menolak kunjungan dari keluarga,

advokat, pendamping, dan masyarakat.

l. hak rehabilitasi dan pemulihan nama baik, serta dapat tumbuh dan berkembang

ekonominya.

lxv PENUTUP