• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGALIHAN HAK CIPTA ATAS BUKU

A. Waris

Hukum waris adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing7. Di dalam hukum waris melibatkan subjek hukum yakni pewaris8, ahli waris9, dan anak angkat10. Kemudian terdapat objek hukum waris yang dikenal dengan istilah harta peninggalan11, harta waris12, dan hibah13. Di samping itu dikenal adanya wasiat, yakni

5Lihat Penjelasan Pasal 16 ayat (2) UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

6Lihat Penjelasan Pasal 16 ayat (2) huruf f UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

7Lihat Pasal 171 huruf a Kompilasi Hukum Islam.

8Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. Lihat Pasal 171 huruf b Kompilasi Hukum Islam.

9Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. Lihat Pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam.

10Anak angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari- hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan. Lihat Pasal 171 huruf h Kompilasi Hukum Islam.

11Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa benda yang menjadi miliknya atau hak-haknya. Lihat Pasal 171 huruf d Kompilasi Hukum Islam.

12Harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat.

Lihat Pasal 171 huruf e Kompilasi Hukum Islam.

13Hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. Lihat Pasal 171 huruf g Kompilasi Hukum Islam.

pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia14.

Di dalam hukum Islam dikenal dengan istilah Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dan kata waritsa-yaritsu- irtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah “berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain”, atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Pengertian menurut bahasa tidak terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan harta, tetapi mencakup harta benda dan non-harta benda15. Sedangkan makna Al-Miirats menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar’i16.

Di dalam hukum Islam dikenal adanya rukun dan syarat waris.

Antara rukun dan syarat ada perbedaan dalam pengertiannya. Rukun waris ialah sesuatu yang harus ada dalam suatu waris dan merupakan hakikat dari waris itu sendiri. Jadi tanpa adanya salah satu rukun, waris tidak mungkin dilaksanakan. Sedangkan yang dimaksud dengan syarat waris ialah sesuatu yang harus ada dalam waris akan tetapi tidak termasuk dalam hakikat waris itu sendiri. Kalau salah satu syarat dari waris itu tidak dipenuhi, maka waris itu tidak sah.

Ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari Kartu Identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang baru lahir atau anak yang belum dewasa beragama menurut ayahnya atau lingkungannya17. Seorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai hukum yang tetap, dihukum karena18:

1. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat para pewaris;

2. dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.

14Lihat Pasal 171 huruf f Kompilasi Hukum Islam.

15Muhammad Ali Assh-Sabuni, Hukum Waris Islam, (Depok: Senja Publishing;

2015), hlm. 32.

16Ibid.

17Lihat Pasal 172 Kompilasi Hukum Islam.

18Lihat Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam.

94 Hukum Hak Cipta: Model Fair Use/Fair Dealing Hak Cipta Atas Buku Kelompok ahli waris terdiri dari19:

1. menurut hubungan darah:

a. golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman, kakek.

b. golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara perempuan dari nenek.

2. menurut hubungan perkawinan terdiri dari: duda atau janda.

Apabila ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya:

anak, ayah, ibu, janda atau duda. Tanggung jawab ahli waris terhadap hutang atau kewajiban pewaris hanya terbatas pada jumlah atau nilai harta peninggalannya20. Kemudian diatur mengenai kewajiban ahli waris terhadap pewaris, yakni21:

1. mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai;

2. menyelesaikan baik hutang-hutang berupa pengobatan, perawatan, termasuk kewajiban pewaris maupun penagih piutang;

3. menyelesaikan wasiat pewaris;

4. membagi harta warisan di antara ahli waris yang berhak.

Di dalam UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta diatur mengenai waris, yaitu:

1. Setiap orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya22.

2. Penggunan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi Potret yang memuat Potret 2 (dua) orang atau lebih, wajib meminta persetujuan dari orang yang ada dalam Potret atau ahli warisnya23.

19Lihat Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam.

20Lihat Pasal 175 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam.

21Lihat Pasal 175 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam.

22Lihat Pasal 12 ayat (1) UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Pada Penjelasan Pasal ini dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “kepentingan reklame atau periklanan” adalah pemuatan potret antara lain pada iklan, banner, billboard, kalender, dan pamflet yang digunakan secara komersial.

23Lihat Pasal 12 ayat (2) UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

3. Hak Cipta yang dimiliki Pencipta yang belum, telah, atau tidak dilakukan Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi setelah Penciptanya meninggal dunia menjadi milik ahli waris atau milik penerima wasiat24.

4. Pencipta, pemegang Hak Cipta dan/atau pemegang Hak Terkait atau ahli warisnya yang mengalami kerugian hak ekonomi berhak memperoleh ganti rugi25.

5. Pengalihan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan Pencipta yang melanggar hak moral Pencipta26 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) yakni:

a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;

b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya;

c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;

d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan

e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya.

6. Pengalihan hak ekonomi Pelaku Pertunjukan kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pelaku Pertunjukan atau ahli warisnya untuk menggugat setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan Pelaku Pertunjukan yang melanggar hak moral Pelaku Pertunjukan27 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, yakni:

a. namanya dicantumkan sebagai Pelaku Pertunjukan, kecuali disetujui sebaliknya; dan

b. tidak dilakukannya distorsi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal-hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya kecuali disetujui sebaliknya.

24Lihat Pasal 19 ayat (1) UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

25Lihat Pasal 96 ayat (1) UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

26Lihat Pasal 98 ayat (1) UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

27Lihat Pasal 98 ayat (2) UU No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

96 Hukum Hak Cipta: Model Fair Use/Fair Dealing Hak Cipta Atas Buku 7. Setiap Orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau

ahli warisnya melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi atas Potret sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1228 untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk Penggunaan Secara Komersial baik dalam media elektonik maupun non elektronik, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)29.

Dalam dokumen Untitled - Research and Publication (Halaman 107-111)