• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. ZONA PENGELOLAAN TN GUNUNG MERAPI

3.1 Zona Inti

Zona inti TNGM adalah seluas 1.052,75 hektar atau 15,93 % dari luas TNGM. Dibandingkan Zonasi TN Gunung Merapi tahun 2016, luasan zona inti mengalami perubahan sebesar 11,60 hektar atau 0,18% dari seluruh luas kawasan. Dikarenakan adanya perubahan blok Hutan Larangan yang sebelumnya zona rimba di Resort PTN Selo menjadi zona inti. Kondisi hutan larangan di Resort PTN Selo masih sangat bagus dan atas permintaan warga untuk tetap dilindungi dari aktivitas manusia.

Arahan zona inti di kawasan TN Gunung Merapi ditujukan terutama untuk melindungi 2 hal, yaitu :

1. Zona Inti I pada wilayah kepundan Gunung Merapi dan sekitarnya. Wilayah ini memiliki karakteristik geomorfologi khas Merapi yang membentuk tipe ekosistem vulkanik dengan potensi keanekaragaman hayati yang spesifik

(hingga saat ini belum dilakukan penelitian mengenai spesies yang mampu hidup di sekitar kepundan Gunung Merapi yang sangat aktif terutama paska erupsi tahun 2010). Wilayah kepundan kawah terletak di SPTN Wilayah I meliputi Resort PTN Dukun, Srumbung, Pakem Turi dan Cangkringan. Pada zona ini terdapat 33 peralatan mitigasi dari BPPTKG (lokasi alat merupakan zona khusus yang dibuffer zona rimba) yang menunjukkan pentingnya pengamatan aktivitas Gunung Merapi sebagai gunung api teraktif di Indonesia dan sinergi antara Balai TN Gunung Merapi dengan BPPTKG2. Infomasi BPPTKG Bulan Mei 2021 menyatakan bahwa saat ini terdapat 2 kepundan kawah aktif di Puncak Merapi yaitu di sisi Barat Daya dan sisi Tenggara.

Gambar 21. Wilayah kepundan Kawah Merapi dan sekitarnya

2. Zona Inti II pada areal hutan Gunung Bibi dan Hutan Larangan. Areal ini memiliki kondisi tutupan hutan yang bagus, mencirikan ekosisitem pegunungan pada ketinggian 1.500-2.500 mdpl. Dalam sejarah erupsi Merapi, areal hutan di Gunung Bibi dan Hutan Larangan sama-sama belum pernah dilalui secara langsung oleh awan panas. Keanekaragaman hayati areal ini masih belum banyak dieksplorasi diperkuat informasi bahwa kedua areal ini tidak ada aktiitas perumputan ataupun aktivitas manusia di dalamnya.

Gunung Bibi masuk dalam kawasan Resort PTN Musuk Cepogo, sedangkan

2 Disertasi Umaya (2020) menyebutkan bahwa BPPTKG adalah aktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap pengelolaan TNGM

Hutan Larangan terletak di Resort PTN Selo. Kedua resort ini berada di SPTN Wil II.

Arahan utama pengelolaan zona inti TNGM adalah :

a) perlindungan dan pengamanan kepundan Merapi sebagai bagian mitigasi bencana dan sinergi pengelolaan Balai TN Gunung Merapi dan BPPTKG;

b) perlindungan dan pengamanan kondisi hutan Gunung Bibi dan Hutan Larangan yang masih bagus;

c) penelitian keanekaragaman hayati Gunung Bibi dan Hutan Larangan sebagai ekosistem referensi dari hutan Gunung Merapi pada ketinggian 1.500-2.500 mdpl; dan

d) memperkuat modal sosial stakeholder dalam dukungan pelestarian hutan dan kepentingan mitigasi bencana erupsi.

Gambar 22. Kondisi hutan di Gunung Bibi dan Hutan Larangan 3.2 Zona Rimba

Zona rimba TN Gunung Merapi adalah seluas 3.210,85 hektar atau 48,59%

dari luas TN Gunung Merapi. Dibandingkan zonasi tahun 2016, luasan zona rimba mengalami perubahan seluas 230,62 hektar atau sebesar 3,49% dari luas kawasan TN Gunung Merapi. Perubahan ini dikarenakan adanya perubahan zona

tradisional menjadi zona rimba yang didasarkan pada hasil pemetaan detail aktivitas perumputan yang dilakukan bersama masyarakat.

Arahan zona rimba di kawasan TN Gunung Merapi ditujukan terutama untuk 2 hal, yaitu :

1. Zona rimba I, yang terletak sebagian besar di wilayah SPTN Wilayah I, terdiri dari dominasi hutan sekunder baik secara alami maupun hasil intervensi manusia. Terdapat hutan sekunder dengan jenis-jenis asli yang dapat dijadikan lokasi penelitian tahapan ekosistem reference (hutan sekunder alami) yang terletak di Resort PTN Dukun dan sebagian wilayah Resort PTN Cangkringan yang berdekatan dengan sumber benih hutan Bukit Plawangan.

Hutan tanaman Pinus merkusii sebagian besar terletak di Resort PTN Srumbung dan Dukun. Selain hutan sekunder yang terbentuk pasca erupsi, areal juga masih terdapat ekosistem semak belukar maupun savana alami akibat erupsi, khususnya di wilayah Resort PTN Srumbung daerah perbatasan antara Yogyakarta dengan Magelang. Berdasarkan peta sebaran awan panas 1911-2010, zona rimba I ini sebagian besar terletak pada ketinggian 1.000-2.000 mdpl. Sebagian besar hutan pegunungan Merapi pada wilayah tersebut (lereng selatan dan barat) pernah terdampak erupsi berupa awan panas secara langsung.

2. Zona Rimba II, yang terletak di SPTN Wilayah II, terdiri dari dominasi sisa hutan primer/ alam Gunung Merapi karena tidak pernah dilalui awan panas secara langsung. Areal ini terletak mulai dari sektor tenggara (wilayah Sapu Angin/ Gunung Bibi di Resort PTN Kemalang hingga Gunung Bibi di Resort PTN Musuk Cepogo) dan merupakan potret hutan pegunungan pada ketinggian 1.500-2.968 mdpl sekaligus habitat satwa liar yang dilindungi yaitu Lutung. Saat ini, hanya di wilayah zona rimba II yang masih dijumpai Lutung.

Area zona rimba II merupakan tempat aktivitas termasuk berpijah satwa, namun masih ada sebagian aktivitas manusia sehingga areal ini di jadikan zona rimba II. Khusus untuk zona rimba di wilayah Resort PTN Selo tidak dijumpai Lutung.

Kondisi topografi pada zona rimba II di SPTN Wilayah II tergolong sedang- curam, minim aktivitas manusia dan merupakan penyangga zona inti kawasan TN Gunung Merapi. Zona rimba pada Resort PTN Kemalang merupakan habitat anggrek Vanda tricolor yang masih tersisa. Anggrek ini masih dijumpai dengan mudah pada tebing-tebing batuan Merapi Tua (Gunung Bibi).

Berdasarkan info masyarakat, keberadaan anggrek Vanda tricolor melimpah di lereng selatan (Resort PTN Cangkringan dan Pakem Turi) namun karena aktivitas erupsi Gunung Merapi keberadaan anggrek tersebut saat ini sangat sulit dijumpai di alam (selain hasil relokasi). Argumentasi ini yang menyebabkan pentingnya mempertahankan habiat alami anggrek Vanda tricolor di lereng timur kawasan TNGM dan mengembangkan di lereng lain Gunung Merapi.

Secara umum, sesuai fungsinya sebagai buffer zona inti, kondisi habitat dan potensi keanekaragaman hayati zona rimba hampir sama dengan zona inti, terutama zona rimba yang berada di Resort Pakem Turi dan Resort Cangkringan (SPTNW I) dan Resort Kemalang, Musuk Cepogo dan Selo (SPTNW II). Arahan utama pengelolaan zona rimba TN Gunung Merapi adalah melakukan kegiatan- kegiatan sebagai berikut :

a) perlindungan dan pengamanan sebagai buffer zona inti;

b) penelitian keanekaragaman hayati sebagai data pendukung ekosistem reference;

c) pembinaan habitat dan populasi dalam rangka mempertahankan keberadaan populasi hidupan liar terutama Lutung dan Elang.

d) penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada model hutan pegunungan 1.000-2.000 mdpl (Zona Rimba I) dan 1.500-2.968 mdpl (Zona Rimba II) ;

e) penyimpanan dan penyerapan karbon terutama identifikasi cadangan karbon pada berbagai tipe hutan;

f) pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya terutama untuk kepentingan bioprospeksi.

g) pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan terbatas untuk menunjang kegiatan pada huruf (a), huruf (b), huruf ©, huruf (d), huruf (f), dan huruf (g).

Dalam dokumen RPJP TN Gunung Merapi Periode 2015-2024 (1) (Halaman 72-76)