1. Akhlak Kepada Orang Tua
Orang tua sangat tinggi kedudukannya bagi seorang anak dalam pandangan syariat Islam. Sangat wajar dikarenakan beberapa sebab, diantaranya:
1. Orang tua menjadi perantara keberadaan anak.
2. Orang tua yang mengasuh dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang.
3. Orang tua yang mendidik dan mengenalkan pendidikan kepada anak.
Beberapa akhlak yang harus diperhatikan oleh seorang anak, yaitu:
1. Memuliakan Orang Tua
Kedua orang tua dimuliakan kedudukannya oleh Allah Ta'ala. Karena itu seorang muslim harus memuliakan kedua orang tuanya. Memuliakan
keduanya diwujudkan dalam berbagai tindak tanduk dan sikap sehari-hari.
Karena ketinggian kedudukan orang tua, Allah mengaitkan keridhaan- Nya dengan keridhaan orang tua. Rasulullah bersabda (hadits dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash):
« نِيْدَلِاوَلِا طِخَسَ يفِ هِلَّلِا طِخَسَوَ ,نِيْدَلِاوَلِا اضَرِ يفِ هِلَّلِا اضَرِ
»
"Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua."1
Menempatkan kedua orang tua sebagai yang dimuliakan merupakan setinggi-tingginya akhlak kepada mereka. Segala kebaikan kepadanya dikarenakan seorang anak memuliakan orang tuanya. Seandainya orang tua bukan lagi yang dimuliakan dalam hati seorang anak, maka tidak akan lagi ada kebajikan kepada orang tua. Keduanya tidak lebih dari orang lain pada umumnya, atau lebih rendah lagi, atau bahkan –barangkali– dipandang sebagai orang hina.
Untuk itu wasiat Allah kepada seluruh makhluk adalah agar memuliakan dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
"Dan Kami wajibkan manusia berbuat kebaikan kepada kedua orang ibu bapaknya." (QS. Al'ankabut: 8).
Karena ketinggian derajat keduanya, keharusan berbakti kepadanya sangat ditekankan. Memuliakan dan ihsan kepadanya sangat dicintai oleh Allah Ta'ala.
Abdullah bin Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah, "Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?"
Jawab Rasulullah, "Shalat pada waktunya."
Ibnu Mas'ud bertanya lagi, "Lalu amalan apa lagi?"
Jawab beliau, "Berbakti kepada orang tua."2
Memuliakan orang tua dan menempatkannya pada derajat yang tinggi dalam kehidupan seorang anak akan mengantarkannya kepada kemuliaan hidup di dunia, keberkahan, kebahagiaan, keselamatan, dan pahala surga di akhirat kelak.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya suatu ketika Rasulullah berkata, "Kehinaan bagi seseorang, kehinaan bagi seseorang, dan kehinaan baginya…"
Seseorang bertanya, "Siapa itu, wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda:
« ةَنَّجَلِا لِخُدَيْ مْلَّفِ امَهِيْلَّكِ وَأَ امَهُدَحَأَ رِبَكِلِا دَنَّعِ هِيْوَبَأَ كَرِدْأَ نِمَ
»
"Siapa saja yang menjumpai kedua orang tuanya ketika telah lanjut usia salah satunya atau keduanya, namun tidak (menjadikannya sebab) masuk surga."3
2. Menaati Orang Tua
Menaati orang tua menunjukkan seseorang berakhlak kepada keduanya.
Selain itu menandakan bahwa keduanya berkedudukan mulia di hadapannya.
Sebaliknya, ingkar dan tidak taat kepada orang tua berarti mereka bukan orang yang dimuliakan dan dihormati sehingga tidak merasa perlu diberi perhatian dan respek.
Ketaatan kepada orang tua adalah perwujudan ihsan yang paling nyata kepada mereka. Allah memerintahkan untuk ihsan kepada kedua orang tua.
Firman-Nya:
"Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak…."(QS. Alan'am: 151).
Menaati orang tua tidaklah secara mutlak. Ketaatan kepada mereka hanyalah dalam perkara yang tidak melanggar syariat agama. Apabila keinginan dan perintah keduanya bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada keharusan untuk menaatinya. Dan ditolak dengan cara yang baik dan lemah lembut.
2 Berdasarkan HR. Bukhari (no. 504) dan Muslim (no. 85).
3 HR. Muslim, no. 2551.
Rasulullah mengatakan (hadits dari Abu Abdirrahman al-Sulami):
0لِجَوَ 0زّعِ هِلَّلِا ةَيْصِعْمَ يفِ 5قٍوَلَّخَمَلِ ةَعِاطَ لاَ «
»
"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allah 'Azza wa Jalla." (HR. Ahmad)4.
Gambaran lainnya disebutkan dalam ayat berikut yang artinya:
"Dan apabila keduanya (ibu dan bapak) memaksamu untuk menyekutukan- Ku dengan apa pun yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya, maka janganlah mematuhi keduanya. Dan tetap pergauli keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku.
Kemudian hanya kepada-Ku saja tempat kembali kalian, lalu Kami beritakan kepada kalian tentang apa yang dahulu kalian kerjakan." ( QS. Luqman: 15 ).
3. Berbuat Baik dan Menyenangkan Hatinya
Berbuat baik kepada orang tua sangat ditekankan oleh Allah Ta'ala. Di dalam Alquran, perintah berbuat baik terkadang digandengkan dengan perintah bertauhid.
Allah berfirman:
"Sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu bapak…."
(QS. Annisa: 36).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan berbuat baik kepada orang tua setelah memerintahkan bertauhid (beribadah hanya kepada Allah). Tauhid sangat vital bagi seorang muslim kaitannya dengan hubungan dia dengan Allah.
Maka, berbuat baik kepada orang tua sangat vital dalam kehidupan seorang muslim kaitannya dengan hubungan sesama makhluk karena keduanya menjadi perantara keberadaan dia.
Berbuat baik kepada orang tua bisa berupa apa saja. Menyangkut berbagai hal, baik perbuatan, ucapan, tingkah laku, dan lain sebagainya. Segala yang menyenangkan orang tua dianjurkan untuk dilakukan, selama tidak terlarang secara syariat.
Menyenangkan orang tua dengan materi dan dicukupi kebutuhannya sangat bernilai. Namun, kebaikan kepada keduanya tidak mesti harus bersifat materi. Perilaku yang baik termasuk ke dalam berbuat baik yang tak kalah pentingnya, semisal:
Ramah dan menyambut gembira orang tua.
Sopan santun secara baik kepada keduanya, dalam gestur (gerak) tubuh ataupun tata cara bicara.
Berbicara dengan lembut dan suara yang rendah.
Merespon orang tua dengan ceria dan tidak menampakkan kekecewaan dan keluh kesah atas apa yang dilakukan keduanya.
Akrab dengan orang tua dan mengunjunginya apabila tinggal terpisah.
Membantu mengurangi kesulitan-kesulitan hidupnya.
Membantu membimbing anak-anaknya yang lain. Dan lain sebagainya yang tentunya sangat banyak untuk disebutkan.
Dalam konteks ini Allah berfirman yang artinya:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah", dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Alisra: 23).
Berbuat baik secara materi tidak akan pernah sebanding apabila disandingkan dengan kebaikan kedua orang tua.
Sabda Rasulullah (hadits dari Abu Hurairah)
هِقَتِعْيْفِ هِيْرِتِشْيْفِ ا<كِوَلَّمَمَ هُدَجَيْ نْأَ لاَإِ ا<دَلِاوَ @دَلِوَ يزّجَيْ لاَ «
»
"Seorang anak tidak akan mampu membalas kebaikan orang tuanya kecuali ia mendapatinya menjadi seorang budak, lalu ia membeli dan memerdekakannya." (HR. Muslim)5.
Selain berbuat baik yang nampak dan di hadapan kedua orang tua, jangan lupa juga dengan kebaikan di belakang mereka, yaitu mendokannya dengan kebaikan, memohon ampunan, dan doa agar keduanya selalu dicintai Allah Ta'ala.
Selain itu apabila sudah berkeluarga, hendaknya mendidik anggota keluarga dan mengondisikannya agar mencintai kedua orang tua.
4. Tidak Durhaka dan Menyakiti Kedua Orang Tua
Agama melarang seorang muslim menyakiti kedua orang tuanya dan membuatnya sedih. Ini akhlak yang buruk kepada orang tua.
Suatu ketika seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata, "Wahai Rasulullah, aku datang untuk berbai'at kepadamu. Kutinggalkan kedua orang tuaku, dan keduanya menangis karena ini."
5 HR. Muslim, no. 1510.
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam– berkata, "Kembalilah kepada kedua orang tuamu. Buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis." (HR. Bukhari)6.
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam– tidak menginginkan sahabatnya membuat kedua orang tuanya sedih dan menangis. Allah tidak menginginkan hambanya membuat menangis kedua orang tuanya. Dan Islam tidak menginginkan penganutnya menyakiti orang-orang tuanya.
Tidak ada alasan untuk menyakiti kedua orang tua sekalipun mereka kafir atau non muslim. Rasulullah memerangi orang kafir apabila mereka memusuhi dan memerangi Islam dan orang Islam. Di luar itu kedua orang tua tetap harus dipergauli secara baik.
Kita perhatikan firman Allah berikut:
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu (memaksa menjadi musyrik), maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu. Maka, akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Luqman: 15).
Durhaka kepada orang tua termasuk ke dalam dosa besar. Tidak mungkin seorang muslim yang mengagungkan Allah, Rasul-Nya, agama, dan beriman kepada hari akhir, akan menyakiti dan menganiaya kedua orang tuanya.
Orang tua yang dengan susah payah (bahkan mengorbankan hidupnya) melahirkan dan membesarkan dia.
Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Bakrah):
قٍوَBBقَعِوَ هِBBلَّلِابَ كَارِBBشْلْإِا :لَاBBقَ .هِBBلَّلِا لَوَسَرِ ايْ ،ىلَّبَ :انَّلَّقَ ؟رِئِابَكِلِا رِبَكِأَبَ مْكِئُOبَنَأَ لاَأَ « ...نِيْدَلِاوَلِا
»
"Maukah kalian aku beritahu tentang sebesar-besarnya dosa?"
Kami menjawab: "Ya, wahai Rasulullah."
Lalu beliau bersabda: "Berbuat syirik, dan durhaka kepada kedua orang tua." (Muttafaq 'alaih)7.
5. Ibu Paling Berhak untuk Didahulukan.
Bagian dari akhlak kepada orang tua yaitu memberikan perhatian yang lebih kepada ibu. Seorang ibu yang karena kewanitaannya memiliki
6 HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 19. Dimuat dalam Shahih al-Targhib (Syaikh al- Albani), no. 2481.
kelemahan secara fisik, tapi telah begitu perkasa melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang.
Dalam sebuah hadits diceritakan:
« هِBBيْلَّعِ هِBBلَّلِا ىلَّBBصَ هِBBلَّلِا لَوَسَرِ ىلِإِ @لِجَرِ ءَاجَ :لَاقَ هِنَّعِ هِلَّلِا يضَرِ ةَرِيْرِهُ يبَأَ نِعِ
مْثُ :لَاBBقَ .كَ VBBمَأَ :لَاBBقَ ؟يتِبَاحَصَ نِسْحَبَ سِانَّلِا Vقُّحَأَ نِمَ ،هِلَّلِا لَوَسَرِ ايْ :لَاقَفِ ،مْلَّسَوَ
كَوَبَأَ مْثُ :لَاقَ ؟نِمَ مْثُ :لَاقَ .كَVمَأَ مْثُ :لَاقَ ؟نِمَ مْثُ :لَاقَ .كَVمَأَ مْثُ :لَاقَ ؟نِمَ
»
Dari Abu Hurairah bahwasanya datang seseorang kepada Rasulullah seraya berkata: "Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?"
Rasulullah menjawab, "Ibumu."
Lelaki tersebut bertanya lagi, "Lalu siapa?"
Jawab Rasulullah, "Lalu ibumu."
Lelaki tersebut bertanya lagi, "Lalu siapa lagi?"
Rasulullah menjawab, "Lalu ibumu."
Lalu lelaki tersebut bertanya lagi, "Lalu siapa lagi."
Rasulullah menjawab, "Lalu bapakmu." (HR. Muslim)8.
Kesusahan seorang ibu dalam mengurusi anaknya digambarkan dalam sebuah ayat:
-
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan, dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Alahqaf: 15-16).
8 HR. Bukhari (no. 5626) dan Muslim (no. 2548).
Seorang sahabat Nabi bernama Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Semua orang Islam mengenal namanya. Ketika masuk Islam, tidak ada problem yang memberatkan Abu Hurairah selain satu problem yang menyebabkan kelopak matanya tidak bisa tidur. Problem tersebut yaitu ibunya yang menolak masuk Islam. Bahkan sang ibu malah menyakiti putranya ini perihal Rasulullah di mana sang ibu mencela beliau.
Pada suatu hari, ibu Abu Hurairah berkata tentang Rasulullah apa yang tidak disukai oleh Abu Hurairah sehingga ia menangis dan bersedih betul karenanya.
Kemudian ia pergi ke masjid Rasul menemui Rasulullah. Kata beliau bercerita, "Aku datang kepada Rasulullah dalam keadaan menangis. Lalu aku berkata, "Wahai Rasululah, aku pernah mengajak ibundaku kepada Islam, namun ia menolak. Dan aku mengajaknya lagi hari, tapi beliau malah menyampaikan kepadaku tentang engkau sesuatu yang tidak aku sukai.
Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar memberi hidayah kepada ibunda."
Lalu Rasulullah berdoa, "Ya Allah, berikanlah hidayah kepada ibunda Abu Hurairah."
Abu Hurairah melanjutkan ceritanya, "Kemudian aku pergi ingin menemui bunda untuk meberinya kabar gembira perihal doa Rasulullah. Ketika aku sampai di pintu, ternyata terkunci, dan kudengar suara gemerecik air.
Kudengar ibunda menyeruku, "Wahai Abu Hurairah, tahan dulu."
Ternyata ibu memakai baju kurungnya dan memakai kerudung. Ibunda keluar seraya berucap, "Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Selanjutnya aku menemui Rasulullah lagi sambil betul-betul menangis saking gembiranya sebagaimana aku menangis karena bersedih. Aku berkata kepada beliau, "Bergembiralah, wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah mengabulkan doamu. Allah telah memberi hidayah kepada ibunda. Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku beserta ibuku dicintai oleh kaum mukminin."
Lalu Rasulullah berdoa:
»ةَنَّمَؤْمَوَ نِمَؤْمَ 0لِكِ ىلِإِ اذَهُ كَدَيْبَعِ بْOبَحَ مْهِلَّلِا«
"Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu yang kecil ini beserta ibunya dicintai oleh setiap mukmin dan mukminah (orang-orang beriman)."
6. Berbuat Baik Meskipun Telah Meninggal Dunia
Berbuat baik kepada orang tua setelah meninggal dunia bisa dengan beberapa cara, antar lain:
1. Mendoakannya.
Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Hurairah):
5 مْلَّعِ وَأَ ،5ةَيْرِاجَ 5ةَقَدَصَ نِمَ لاَإِ :5ةَثُلاَثُ نِمَ لاَإِ هِلَّمَعِ هِنَّعِ عَطَقَنَا نْاسْنَلْإِا تَامَ اذَإِ « هِلِ وَعِدَيْ 5حٍلِاصَ 5دَلِوَ وَأَ ،هِبَ عَفَتِنَّيْ
»
"Apabila manusia meninggal, maka terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara: [1] sedekah jariah, [2] ilmu yang bermanfaat, atau [3] anak saleh yang mendoakan-nya." (HR. Muslim)9.
Mendoakan dan memohonkan ampun untuk kedua orang tua (yang muslim tentu saja) bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Tidak perlu mengadakan upacara atau ritual khusus pada waktu atau tanggal-tanggal tertentu. Rasulullah tidak melakukan upacara atau seremonial tertentu untuk mendoakan yang telah meninggal dunia.
2. Menyambung kekerabatan dengan saudara-saudara kedua orang tua.
Ini bagian dari kebaikan yang dianjurkan oleh syariat. Diceritakan bahwa suatu ketika Abdullah bin Umar sedang naik keledai dalam suatu
perjalanan. Tiba-tiba lewatlah seorang badui. Ibnu Umar berkata kepada orang tersebut, "Bukankah engkau ini si polan anak dari si polan?"
"Ya," jawab orang badui tadi.
"Ini ambillah keledai ini," kata Ibnu Umar sambil menyerahkannya. Lalu ia membuka tutup kepalanya ('imamah) dan diserahkan kepada orang tersebut seraya berkata, "Pakailah tutup kepala ini olehmu."
Melihat hal tersebut teman-teman Ibnu Umar berkata, "Kenapa engkau berikan himar dan tutup kepala itu kepadanya? Bukankah engkau
mempergunakannya?10"
Ibnu Umar menjawab, "Aku mendengar Rasulullah bersabda:
»ىOلِوَيْ نْأَ دَعْبَ هِيْبَأَ Oدْوَ لِهُأَ لِجَرِلِا ةَلَّصَ Oرِبَلِا Oرِبَأَ نِمَ نْإِ«
"Sesungguhnya sebaik-baik kebajikan yaitu menyam-bungkan hubungan persaudaraan dengan orang yang dicintai bapaknya setelah bapaknya tersebut meninggal." (HR. Muslim)11.
Ternyata bapak orang badui tersebut teman dari Umar bin Khathab.
3. Bersedekah untuk kedua orang tuanya.
Dulu Rasulullah bersedekah untuk Khadijah (salah satu istri beliau) dengan memberikan makanan kepada orang atau kepada teman-teman Khadijah12.
9 HR. Muslim, no. 1631.
10 Beliau beralih menunggang keledai apabila dirasa sudah capai atau bosan menunggang onta.
11 HR. Muslim, no. 6679.
12 HR. Bukhari, no. 3818.
Patut dicermati di sini bahwa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah memberikan sedekah secara begitu saja tanpa suatu ritual tertentu atau perayaan tertentu. Jangan sampai bermaksud mengikuti sunah Rasulullah dengan bersedekah, tapi yang dilakukan adalah ritual dan upacara ibadah yang bernilai bid'ah. Harus hati-hati dan cerdas.