• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "1 BAB I - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampai saat ini stunting masih menjadi masalah gizi masyarakat baik di tingkat nasional dan internasional. Menurut WHO (2009) di dunia ini sedikitnya terdapat 165 juta anak di bawah lima tahun yang menderita stunting. Menurut standar World Health Organization (WHO) yang dikutip dari Setyawati (2018) stunting adalah gangguan linier yang disebabkan asupan gizi maupun penyakit infeksi kronis yang ditunjukan dengan nilai Z- score tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD).

Untuk mengukur status gizi dapat dilakukan dengan menghitung berat badan dan tinggi badan setelah itu dihubungkan kedalam nilai terstandar (Z-score). Berdasarkan klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U yaitu sangat pendek : Zscore < -3,0, pendek : Z-score ≥ - 3,0 s/d Z-score <

-2,0 , dan normal : Z-score > -2,0. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 secara nasional prevalensi stunting atau pendek pada balita mencapai 30,8% dan data prevalensi stunting di Jawa Timur Tahun 2018 mencapai 32,81%.

Salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita adalah riwayat berat badan lahir rendah (BBLR). Menurut Proverawati dan Ismawati (2010) bayi dengan BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat karena pada bayi dengan BBLR sejak dalam kandungan telah mengalami retardasi pertumbuhan intera uterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya setelah dilahirkan yaitu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dari bayi yang dilahirkan normal, dan sering gagal menyusul tingkat pertumbuhan yang seharusnya dia capai pada usianya setelah lahir. Bayi BBLR juga mengalami gangguan saluran pencernaan, karena saluran pencernaan belum berfungsi sempurna, seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein sehingga mengakibatkan kurangnya cadangan zat gizi dalam tubuh. Akibatnya pertumbuhan bayi BBLR akan terganggu, bila keadaan ini berlanjut dengan pemberian makanan yang tidak mencukupi, sering mengalami infeksi dan perawatan kesehatan yang tidak baik dapat menyebabkan anak stunting.

(2)

2 Pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan untuk bayi BBLR. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang pertama, utama dan terbaik pada awal usia kehidupan bayi yang bersifat alamiah. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa di campur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim (Sugiarti dkk, 2011). ASI Eksklusif merupakan satu faktor penting bagi keberhasilan menyusui jangka panjang (Roesli, 2005).

Unsur unsur yang terkandung di dalam ASI antara lain hidrat arang, protein, lemak, mineral, dan vitamin (Purwanti, 2004). Manfaat utama pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak, antara lain sebagai nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang.

Manfaat ASI tidak hanya bagi bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu, keluarga dan negara (Roesli, 2001). Bayi yang diberikan makanan pendamping atau susu selain ASI, seperti susu kaleng akan mempunyai resiko terkena diare.

Susu kaleng tidak mengandung zat kekebalan seperti ASI. Anak yang diberi susu kaleng mudah terserang diare dikarenakan pencampur dan botol susu yang kurang bersih (Handrawan Nadesul, 1996:9). Bayi yang diberikan MP-ASI dini dapat beresiko mengalami masalah gizi pada pertumbuhannya.

Keadaan sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan keluarga, pengetahuan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga secara tidak langsung mempengaruhi kejadian stunting. Apabila keadaan sosial keonomi keluarga baik maka tercipta gaya hidup yang baik pula.

Pendapatan keluarga yang cukup, maka dapat memenuhi kebutuhan keluarga utamanya asupan gizi dengan baik.

Indonesia sediri saat ini sedang mengalami masalah gizi yang berat, yaitu masalah gizi ganda yang meliputi gizi lebih dan gizi kurang.

Gizi lebih atau biasa disebut dengan obesitas sering di definisikan sebagai kondisi abnormal atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adipose sehingga mengganggu kesehatan (Hadi, 2004). Sedangkan gizi kurang bisa menyebabkan prevalensi stunting atau pendek di Indonesia semakin meningkat.

(3)

3 Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan penelitian untuk menganalisis sejauh mana riwayat berat badan lahir rendah, pemberian ASI eksklusif dan sosial ekonomi keluarga berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan berat badan lahir rendah, pemberian ASI eksklusif dan sosial ekonomi keluarga deng kejadian stunting pada balita?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan berat badan lahir rendah, pemberian ASI eksklusif, dan sosial ekomoni keluarga dengan kejadian stunting pada balita.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan berat badan lahir rendah dengan kejadian stunting pada balita

b. Mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita

c. Mengetahui hubungan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada balita.

d. Mengetahui hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian stunting pada balita

e. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita

f. Mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting pada balita

g. Mengetahui hubungan jumlah anggota keluarga dengan kejadian stunting pada balita

(4)

4 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang hubungan berat badan lahir rendah, pemberian ASI eksklusif dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada balita.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk merencanakan program intervensi gizi dalam upaya mengurangi kejadian berat badan lahir rendah dan meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada bayi sebagai upaya mencegah kejadian stunting.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan berat badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia pada balita di

lebih tinggi dari anak yang diberi ASI secara eksklusif. Hasil analis pada variabel berat badan lahir rendah dengan kejadian diare yang sering menunjukkan OR

2.4 Konsep ASI Eksklusif 2.4.1 Pengertian ASI Air Susu Ibu ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan, serta ASI

xi HALAMAN DAFTAR SINGKATAN BAK : Buang Air Kecil BAB : Buang Air Besar BBLR : Berat Badan Bayi Lahir Rendah FSH-RF : Foliclle Stimulating Hormone Releasing Factor IMS :

Manfaat Keilmuan Asuhan Gizi Rumah Sakit yang telah dilaksanakan di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut tentang asuhan

Faktor risiko penyebab stunting ditinjau dari faktor balita meliputi: Berat Badan Lahir Rendah BBLR, panjang lahir pendek, pemberian asi yang tidak eksklusif, usia anak, kurangnya gizi

Hubungan Praktik Pemberian Asi Eksklusif Dengan Karakteristik Sosial, Demografi Dan Faktor Informasi Tentang ASI Dan MP- ASI Studi Di Kota Padang Dan Kabupaten Solok Provinsi Sumatera

Menganalisa hubungan antara pemanfaatan buku KIA dengan kesiapan ibu hamil primigravida dalam perawatan bayi baru lahir 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian