• Tidak ada hasil yang ditemukan

16.2500.023.pdf - Repository IAIN PAREPARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "16.2500.023.pdf - Repository IAIN PAREPARE"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

Vokal ganda dalam bahasa Arab, yang simbolnya adalah gabungan pergerakan dan huruf, transliterasinya adalah gabungan huruf, i.e. Syaddah atau tasydid seperti dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan tanda tasydid, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan pengulangan huruf (konsonan rangkap) yang mendapat tanda syaddah. Dalam panduan transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik apabila diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah.

Namun jika hamzahnya berada di awal kata, maka tidak dilambangkan, karena dalam aksara arabnya adalah alif. Adapun ta marbutah di akhir kata yang merujuk pada lafz al-jalalah ditransliterasikan dengan huruf [t]. Meskipun sistem penulisan bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, namun huruf tersebut juga digunakan dalam transliterasi ini berdasarkan Pedoman Bahasa Indonesia (EYD) yang berlaku saat ini.

Jika nama peribadi didahului dengan perkataan sandang (al-), maka yang dihuruf besar kekal huruf pertama nama peribadi dan bukan huruf pertama perkataan sandang. Jika berada di awal ayat, maka huruf A perkataan sandang ditulis dengan huruf besar (Al-).

Daftar Singkatan

Apabila nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (putra) dan Abu (ayah dari) sebagai nama keluarga kedua, maka dua nama terakhir tersebut sebaiknya dicantumkan sebagai nama keluarga dalam daftar pustaka atau daftar pustaka. Abu> al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, ditulis sebagai: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muhammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Walid Muhammad Ibnu).

KATA PENGANTAR

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka permasalahan pokoknya adalah bagaimana menganalisis jari gereja terhadap tindak pidana pembunuhan berencana (studi.

Tujuan Penelitian

Siapa pun yang membaca penelitian ini diharapkan menambah pemahamannya tentang tindak pidana pembunuhan berencana dalam konsep hukum pidana Islam. Riswandi Rahmat R “Pemeriksaan Peradilan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus Putusan Nomor: 78/Pid.B/2014/PN.Mks)” Penelitian ini menitikberatkan pada permasalahan bagaimana penerapan unsur-unsur tindak pidana pembunuhan berencana. . berdasarkan pasal 340 KUHP pada putusan nomor 78/Pid.B/2014/PN.Mks. Hasil penelitian ini menunjukkan layak untuk menerapkan unsur tindak pidana pembunuhan berencana berdasarkan Pasal 340 KUHP dalam putusan nomor 78/Pid.B/2014/PN.Mks.

Sedangkan penelitian terdahulu menjelaskan penerapan unsur tindak pidana pembunuhan berencana berdasarkan pasal 340 KUHP dalam putusan No.78/Pid.B/2014/PN.Mks dan pertimbangan majelis hakim dalam menjatuhkan pidana. hukuman terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana dalam putusan perkara no. .78/Pid.B/2014/PN.Mks. Ghalib Oktawa Putra, “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pembunuhan Berencana dan Luka Berat (Pedoman Kajian Putusan Nomor 625/Pid.B/2014/Pn.Btm)”. 8 Riswandi Rahmat R “Peninjauan Kembali Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus Putusan Nomor: 78/Pid.B/2014/PN.Mks)” (Skripsi Sarjana: Jurusan Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar 2017).

Mardian Ari Saputra, “Sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan karena kekuasan dalam perspektif jinjah fiqh”. Sedangkan penelitian terdahulu menjelaskan tentang sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan karena ekses ditinjau dari Fiqih Jinajah.10.

Tinjauan Teoritis .1 Teori Maşlahãt

Sehingga acara pembuktian hanya merupakan salah satu tahapan atau prosedur dalam keseluruhan pelaksanaan hukum acara pidana. 22 Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat Bukti (Jakarta: Ghalia, 1983), hal.12. . terjadi dan terdakwa bersalah melakukannya, maka ia harus mempertanggungjawabkannya. Hukum pembuktian merupakan bagian dari hukum acara pidana yang mengatur tentang jenis alat bukti yang sah secara hukum, sistem pembuktian yang dianut, syarat-syarat dan tata cara penyerahan alat bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima atau menolaknya.

Kekuatan pembuktian dalam hukum acara pidana terletak pada pasal 183 undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang menyatakan bahwa “seorang hakim tidak dapat menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia yakin bahwa suatu kejahatan telah dilakukan." benar-benar terjadi dan terdakwa bersalah karenanya.” Berdasarkan ketentuan ini, hakim dalam memutus suatu perkara pidana harus bersandar pada sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah. Menurut Simons, sistem atau teori pembuktian didasarkan pada hukum positif. (teori hukum positif beijing).

Hakim tidak terikat dengan berbagai jenis alat bukti yang ada, hakim dapat menggunakan alat bukti tersebut untuk memperoleh keyakinan atas kesalahan terdakwa atau mengabaikan alat bukti tersebut dengan hanya menggunakan keyakinan yang diperoleh dari keterangan saksi dan pengakuan terdakwa. 27 Tolib Efendi, Pokok-pokok Hukum Acara Pidana (Pembangunan dan Reformasi di Indonesia) (Malang: Setara Press, 2014), hal.171. Rumusan sistem pembuktian ini adalah bersalah atau tidaknya terdakwa ditentukan oleh keyakinan hakim, berdasarkan cara dan alat pembuktian yang sah menurut undang-undang.29.

28 Tolib Effendi, Pokok-Pokok Hukum Acara Pidana (Pembangunan dan Reformasi di Indonesia) (Malang: Setara Press, 2014), hal.171. 29 Tolib Effendi, Pokok-Pokok Hukum Acara Pidana (Pembangunan dan Reformasi di Indonesia) (Malang: Setara Press, 2014), hal.171. Dengan demikian, aliran pemikiran ini bertumpu pada hukuman pada maksud dan tujuan hukuman, artinya teori ini mencari manfaat dari hukuman (utilitas hukuman).

Menurut penulis, lahirnya teori ini merupakan bentuk negasi terhadap teori absolut (walaupun secara historis teori ini bukan merupakan bentuk penyempurnaan dari teori absolut) yang hanya menekankan retribusi dengan memberikan hukuman kepada pelaku kejahatan. Teori ini mempunyai asas penjatuhan sanksi pidana untuk menjaga ketertiban masyarakat dengan tujuan terjalinnya pencegahan kejahatan. Menurut Wirjono Prodjodikoro, jaksa dan hakim bagi pembentuk hukum pidana tidak perlu memilih salah satu dari ketiga jenis teori hukum pidana dalam menjalankan tugasnya.33.

Tinjauan Konseptual

لٱ

ى ثنُأ ٓ

ي شَِٰهيِخ أ

لٱِب

فيِف ٓ

با ذ ع

ميِل أ

لٱ َٰ ِفِ

لْوُأ ٓلٱ

نوُقَّ ت ت١٧٩

Kerangka Pikir

Jenis Penelitian

Metode penelitian dalam buku ini memuat beberapa bagian, yaitu jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, fokus penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.40.

Lokasi dan Waktu Penelitian .1 Lokasi Penelitian

Pengadilan Negeri Parepare Kelas II akan ditingkatkan menjadi Kelas I B, Parepare merupakan kota terbesar kedua di Sulawesi Selatan setelah Kota Makassar. 42 Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Negeri Parepare, https://www.pn-parepare.go.id/tangankami/profil-pengadilan-negeri-parepare/historic (16 Agustus 2020). 43 Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan Negeri Parepare, https://www.pn-parepare.go.id/tangankami/visi-dan-misi (16 Agustus 2020).

Gambar 1.2: Visi dan Misi Pengadilan Negeri Parepare
Gambar 1.2: Visi dan Misi Pengadilan Negeri Parepare

Fokus Penelitian

Jenis dan Sumber

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

  • Dasar Pertimbangan Hakim
  • Hukuman Qishas Ditinjau dari Teori Maslahat
    • Maslahat dalam pelaksanaan Qishash
  • Sumber Hukum Eksekusi
  • Macam-macam Eksekusi
  • Tata Cara Eksekusi a. Eksekusi Riil

Dalam hukum pidana juga dikenal dengan istilah Restorative Justice dan Retributive Justice. Perbedaan antara restorative justice dan retributive justice memang merupakan suatu hal yang tidak biasa. Dalam hukum acara pidana, alat bukti merupakan inti pertimbangan suatu perkara di pengadilan. Untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu tindak pidana, maka harus dilakukan pembuktian sebagaimana diatur dalam hukum pidana atau hukum acara pidana.

Pengampunan atau grasi dalam Islam khususnya dalam tindak pidana merupakan salah satu faktor yang meringankan hukuman, baik yang diberikan oleh wali korban maupun oleh penguasa negara. Di sini jelas bahwa syarat pemberian remisi dalam hukum positif dan hukum pidana Islam mempunyai persamaan, yaitu sama-sama mensyaratkan adanya pelaku. Tindak pidana pembunuhan tingkat pertama memerlukan perilaku yang baik atau penyesalan sebelum menerima pengampunan atau hukuman yang ringan. Jadi pengurangan hukuman ini diberikan di Pengadilan Negeri Parepare untuk memenuhi hak-hak narapidana yang telah memenuhi syarat, dan dalam hukum pidana Islam bisa juga dikatakan bahwa pengurangan hukuman berarti mashlahah murshalah, sesuatu yang dianggap baik oleh orang-orang. . alasan, sejalan dengan. Hukum pidana Islam mempunyai fungsi strategis dalam hukum Islam, yaitu menjamin terwujudnya kemaslahatan manusia seutuhnya.

Kemanfaatan dalam hukum pidana Islam tidak hanya dicapai sebagai akibat dari penerapannya saja, namun diawali dalam proses penerapan hukum pidana Islam. Tujuan pemidanaan dalam Islam tidak hanya sekedar pemidanaan, namun mempunyai tujuan mulia lainnya seperti pencegahan (prevention) dan pembaharuan (perbaikan), serta mengandung tujuan pendidikan (at-tehzib) bagi masyarakat.80 Tujuan pemidanaan merupakan kesatuan yang terpadu dalam pelaksanaan hukum pidana Islam untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Adapun ketiga tindak pidana qisas lainnya, para ulama umumnya sepakat bahwa pidananya hanya diancam dengan ilmu sesuai dengan ketentuan hukum pidana Islam 82, termasuk dalam hal ini pembunuhan berencana dan penganiayaan yang dimaafkan oleh keluarga korban.

Hukum kisa merupakan bagian dari hukum pidana Islam dan selalu berpegang pada asas-asas umum yang menjadi satu dengannya, yaitu asas keadilan. Dari beberapa pernyataan dan pembahasan diatas penulis dapat berasumsi bahwa hukum pidana positif dan hukum pidana Islam tentang pelaksanaan jarimah qishash dalam kajian putusan NOMOR 221/Pid.B/2016/PN.Pre,. Dalam sistem peradilan pidana positif masih berpedoman pada hukum pidana dengan pasal-pasal pembunuhan berencana dan hal-hal yang memberatkan, sehingga terlebih dahulu dicocokkan dengan perbuatan yang dilakukan terdakwa.

Sedangkan dalam hukum pidana Islam, penjatuhan hukuman qishas masih didasarkan pada bukti-bukti yang ada di persidangan dan keterangan saksi-saksi yang dihadirkan selama persidangan, sehingga pihak berwenang menjatuhkan hukuman kepada tersangka yang melakukan pembunuhan berencana yang dilakukan sebagai pelaku pembunuhan berencana. pencegah. efek dan pelajaran pendidikan agar mereka tidak melakukan kejahatan lagi. Adapun pelaksanaan putusan NOMOR 221/Pid.B/2016/PN.Pre menurut ketentuan hukum acara pidana Islam, sudah tepat karena putusan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum (telah diputus). Adapun implementasi dari putusan ini, jika penulis melihat pada hukum acara pidana Islam, yaitu pelaksanaan hukuman dalam kasus pembunuhan berencana.

Dalam sistem pidana positif masih berpedoman pada KUHP dengan pasal-pasal yang mengatur tentang pembunuhan berencana dan keadaan-keadaan yang memberatkan agar pada mulanya dapat dicocokkan dengan perbuatan yang dilakukan terdakwa. Sedangkan dalam hukum pidana Islam, pemidanaan masih berdasarkan bukti-bukti yang ada di persidangan.

Saran

Al-Jurjani Ali bin Abu Zahrah, Buku Al-Ta'rifat, Jakarta: Dar Al-Hikmah Ali, Z. Keadilan Restoratif dalam Kejahatan Pembunuhan: Perspektif Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam, Ash-Syir'ah, vol. Sebagai Metode Ijtihad dan Tujuan Utama Hukum Islam, Jurnal Diktum Syariah dan Hukum, Jilid.

Analisis kriminologi kejahatan pembunuhan berencana yang dilakukan pelaku terhadap mantan kekasih, Jurnal Poenale, Jilid. Riswandi Rahmat R “Peninjauan Kembali Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus Putusan Nomor: 78/Pid.B/2014/PN.Mks)” (Skripsi Sarjana: Jurusan Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar 2017). Ghalib Oktawa Putra “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pembunuhan Berencana dan Luka Berat (Pedoman Kajian Putusan Nomor 625/Pid.B/2014/Pn.Btm)” (Skripsi Sarjana: Jurusan Hukum Publik Islam Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel 2018).

Mardian Ari Saputra, "Criminal Sanctions Against Perpetrators of the Crime of Murder Due to Overmacht in the Perspective of Jinayah Fiqh" (bachelorafhandling; Fakultet for Landbrug, Lampung University, Bandar Lampung, 2018).

Gambar

Gambar 1.1: Kerangka Pikir
Gambar 1.2: Visi dan Misi Pengadilan Negeri Parepare
Gambar 1.3: Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Parepare

Referensi

Dokumen terkait

Based on the results of the evaluation of Marshall characteristics in the AC-WC mixture, the best composition for the combination using artificial aggregate AA and natural aggregate NA

According to the definition made by the United Nations Palermo Protocol: “human trafficking is the recruitment, transportation, transfer, harboring, or receipt of persons utilizing the