• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Analisis Hidrologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "2.1. Analisis Hidrologi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Log Person Type III Cs dan Ck = Fleksibel Tabel 2.1 menunjukkan kebutuhan parameter statistik untuk setiap distribusi yang dapat digunakan. Kt = faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode kebetulan atau periode ulang yang ditunjukkan pada Tabel 2.2 di atas. Metode distribusi logaritma tipe III Pearson merupakan distribusi yang diterapkan untuk memperkuat pendekatan antara data dan teori dari metode sebelumnya yaitu metode distribusi lognormal (Suripin, 2004).

Hasil perhitungan koefisien deviasi jika sama dengan nol (Cs=0) maka kembali menggunakan metode distribusi log-normal. Metode distribusi Gumbel merupakan metode yang digunakan dengan harga ekstrim sebagai fungsi dari distribusi eksponensial ganda (Suripin, 2004). Jika menggunakan data misalnya 10 tahun, maka nilai N vertikalnya menjadi 10 dan nilai N horizontalnya menjadi 0. Hasilnya adalah Yn dengan N=10 tahun sebesar 0,495.

Jika menggunakan data misalkan 10 tahun, maka dengan menggunakan nilai vertikal N pada angka 10 dan nilai horizontal N pada angka 0, maka Sn yang dihasilkan dengan N = 10 tahun adalah 0,950. Pengujian akan dilakukan dalam dua tahap yaitu menggunakan chi-kuadrat dan persamaan Smirnov-Kolmogrove (Suripin, 2004). Metode chi-square digunakan untuk mengetahui apakah distribusi statistik sampel data yang digunakan dalam analisis menggunakan persamaan distribusi yang sesuai.

Parameter χ2 merupakan parameter chi-kuadrat hitung yang digunakan sebagai parameter dalam menentukan besarnya simpangan yang terjadi.

Tabel 2.1 Pemilihan Jenis Kemungkinan Teoritis (SNI 2415:2016)
Tabel 2.1 Pemilihan Jenis Kemungkinan Teoritis (SNI 2415:2016)

Periode Ulang Hujan

Koefisien Pengaliran

Nilai C-price dapat digunakan sebagai nilai minimum, nilai maksimum atau nilai rata-rata dari rentang nilai C-price, tergantung pada kondisi DAS. Jika terdapat perbedaan kondisi aliran pada suatu daerah maka digunakan nilai C campuran dengan persamaan sebagai berikut.

Tabel 2.11 menunjukkan angka koefisien pengaliran yang dapat digunakan  pada  kondisi  yang  sesuai  dengan  tipe-tipe  daerah  aliran
Tabel 2.11 menunjukkan angka koefisien pengaliran yang dapat digunakan pada kondisi yang sesuai dengan tipe-tipe daerah aliran

Waktu Konsentrasi

Nilai nd tersebut dapat digunakan untuk menghitung waktu konsentrasi yang nantinya akan digunakan pada tahap analisis berikutnya. Waktu konsentrasi saluran (tf) adalah waktu yang diperlukan air hujan untuk masuk ke dalam saluran hingga mencapai titik pembuangan atau titik kendali yang ditentukan. 0,07 Tabel diatas menunjukkan nilai koefisien kekasaran Manning yang dapat digunakan untuk menyesuaikan jenis permukaan di lokasi penelitian.

Nilai n dapat digunakan untuk menghitung laju aliran pada saluran, yang nantinya akan digunakan pada analisis tahap berikutnya.

Tabel 2.12 Harga Koefisien Hambatan (Pd.T-02-2006 Perencanaan Sistem  Drainase Jalan)
Tabel 2.12 Harga Koefisien Hambatan (Pd.T-02-2006 Perencanaan Sistem Drainase Jalan)

Intensitas Curah Hujan

Banjir Rencana

Zero Delta Q Policy

Penerapan prinsip ini dilakukan sedemikian rupa sehingga limpasan air yang dihasilkan dari kawasan yang mengalami konversi lahan dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun tidak langsung mengalir ke saluran drainase perkotaan. Pembuangan limpasan akibat konversi lahan harus dibatasi sedemikian rupa sehingga tambahan limpasan yang dihasilkan menjadi nol.

Pemanenan Air Hujan ( Rain Water Harvesting )

Sistem Pemanenan Air Hujan (SPAH) atau Rain Water Harvesting (RWH) yang akan digunakan sebagai sumber air bersih. 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Gedung Ramah Lingkungan, pada bab II pasal 4b ayat 3, suatu bangunan dikatakan bangunan ramah lingkungan apabila memenuhi kriteria, salah satunya adalah mempunyai sistem pemanfaatan air hujan. 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan, sebagai pedoman bagi pemerintah Kabupaten/Kota dalam memanfaatkan air hujan untuk mengurangi kerusakan air atau banjir serta menjaga kualitas dan meningkatkan kuantitas air tanah.

Pemanfaatan air hujan dapat dilakukan dengan membuat kolam penampung air hujan, lubang resapan dan lubang resapan biopori. Salah satu cara untuk menampung air hujan adalah dengan memanfaatkan atap rumah dimana air hujan yang jatuh di atap ditampung dan ditampung pada bak atau tangki air hujan. Air hujan di talang setelah melewati proses penyaringan air akan masuk ke tangki dan kemudian dialirkan melalui pipa.

Selain itu, dengan atau tanpa menggunakan pompa, air hujan di dalam tangki dapat digunakan untuk menyiram tanaman, mengepel lantai, menyiram toilet, atau mencuci kendaraan. Selain ramah lingkungan, penampungan air hujan juga bisa menjadi salah satu cara mengatasi banjir dan kekeringan. Pada musim hujan yang singkat, air dipanen sebanyak mungkin untuk menjamin cadangan air pada musim kemarau.

Berikut beberapa metode pemanenan air hujan yang dapat dikembangkan di Indonesia, baik menampung air hujan yang dapat digunakan langsung untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumah tangga maupun untuk mengisi ulang air tanah (Maryono dan Santoso, 2006).

Pemanenan Air Hujan dari Atap

Kolam Tampung

Perencanaan Kolam Tampung

Asumsikan debit yang keluar dari gorong-gorong atau kapasitas saluran di bagian hilir gorong-gorong adalah konstan. Jika kolam dianggap berbentuk persegi panjang, maka luas kolam diperoleh dari volume air yang tertampung dalam kolam dibagi dengan tinggi air maksimal yang diperbolehkan. Bendungan retensi digunakan untuk melindungi daerah hilir saluran dari kerusakan akibat kondisi saluran hilir tidak mampu menampung debit dari saluran hulu, kelebihan debit ditampung di bendungan retensi.

Dalam merencanakan pembangunan kolam penampungan diperlukan analisis hidrologi untuk mengetahui besar kecilnya debit banjir yang direncanakan, yang nantinya akan mempengaruhi besar kecilnya debit. Kemudian, data curah hujan diperlukan untuk merencanakan penggunaan air dan merancang struktur air, yaitu rata-rata curah hujan seluruh wilayah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada waktu tertentu (Sosrodarsono, 1993). Selain data tersebut, pembuangan air kotor juga harus direncanakan untuk memastikan banyaknya air yang masuk ke kolam penampungan yang akan dibangun.

Perencanaan Pintu Air

Penelitian Terdahulu

Referensi dalam tugas akhir ini adalah beberapa penelitian terdahulu dalam bidang yang sama yang wajib dijadikan acuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Dari hasil analisis perhitungan dapat dinyatakan bahwa penerapan konsep Zero Run Off yaitu berupa teknologi Rainwater Collector, Sumur Resapan Air Hujan dan Rain Garden dapat mengurangi limpasan permukaan yang disebabkan oleh air hujan sebesar 96,6% dari total volume air hujan. perhitungan total debit tanah pada komplek perumahan Taman Sari Puri Bali. Penampung air hujan (PAH), saluran resapan air hujan, bak tumbuh-tumbuhan, kolam konservasi dan daerah resapan air hujan.

Konsep teknologi Zero Run Off berupa Kolam Penampung Air Hujan (PAH) dan Kolam Konservasi dapat mengatasi kekurangan air bersih pada musim kemarau. Dengan pengolahan yang tepat, air hujan yang terkumpul bisa langsung dimanfaatkan warga untuk kebutuhan rumah tangga bahkan air bersih untuk konsumsi sehari-hari. Dalam menghadapi perubahan iklim, banjir, kekeringan, kekurangan air bersih dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologis, salah satu cara untuk memanfaatkan teknologi konsep Zero Run Off secara optimal adalah dengan menampung dan menyerap air hujan di dalam tanah.

Debit limpasan yang dihasilkan pada saat kawasan belum terbangun (Q awal) pada perumahan Jamrud Residence sebesar 0,348 m3/detik, perumahan Neo Batakan Permai sebesar 4,4017 m3/detik, dan perumahan GBR 6 sebesar 0,4077 m3/detik. Debit limpasan yang dihasilkan pada saat dibangun kawasan (gedung Q) pada perumahan Jamrud Residence sebesar 1,0043 m3/detik, perumahan Neo Batakan Permai sebesar 15,0329 m3/detik, dan perumahan GBR 6 sebesar 0,9166 m3/detik. Luas kolam penampungan sesuai dengan perbandingan yang ada pada masing-masing komplek perumahan, dengan menggunakan model regresi linier yaitu Y X dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9998.

Perubahan penggunaan lahan di Kota Balikpapan khususnya di DAS Ampal, Klandasan Kecil dan Sepinggan menunjukkan tren peningkatan koefisien drainase antara tahun 2014 hingga 2032 dengan rata-rata peningkatan sebesar 27,7% pada perumahan formal/pengembang dan 37%. 2% di perumahan non-formal/swadaya karena bertambahnya luas lahan terbangun. Acuan yang dapat dijadikan acuan adalah kesamaan cara yang digunakan untuk mengatasi dan mengantisipasi kondisi yang sama, yaitu berkurangnya limpasan akibat pembangunan perumahan. Metodologi yang digunakan adalah kebijakan Zero Deta Q dan kajian struktural upaya pengendalian banjir.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil atau luaran berupa implementasi kebijakan Zero Deta Q dan kajian struktural pada penelitian Endah Lestari (2016) dan penelitian Besse Nadia Irawan (2020), serta rasio penyediaan kolam penyimpanan. berdasarkan rasio lokasi perumahan pada penelitian kerjasama antara BAPPEDA -LITBANG Balikpapan dan LPPM ITK.

Posisi Penelitian

39 Berdasarkan diagram di atas, posisi penelitian yang dilakukan sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Endah Lestari (2016), Besse Nadia Irawan (2020) dan BAPPEDA-LITBANG Balikpapan bersama LPPM ITK (2020). Berdasarkan tabel diatas maka penelitian yang dilakukan oleh Endah Lestari (2016), Besse Nadia Irawan (2020) dan BAPPEDA-LITBANG Balikpapan bersama LPPM ITK (2020) melalui tahapan analisis hidrologi, analisis selisih debit limpasan ( Zero Delta Policy Q), dan perencanaan metode struktural berupa holding pool. Metode-metode yang dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya di atas membuahkan hasil sesuai dengan yang diharapkan penulis pada penelitian akhir proyek, sehingga metode-metode tersebut kemudian diadopsi oleh penulis dalam melakukan tahapan analisis.

Dalam penelitian ini, penulis tidak hanya menggunakan kolam retensi sebagai metode struktural pengendalian banjir.

Tabel 2.16 Posisi Penelitian  (Penulis, 2021)
Tabel 2.16 Posisi Penelitian (Penulis, 2021)

Gambar

Tabel 2.1 Pemilihan Jenis Kemungkinan Teoritis (SNI 2415:2016)
Tabel 2.2 Faktor Frekuensi, Kt Sebagai Nilai Variabel Reduksi Gauss (Bonnier  (1980) dalam Suripin, 2004)
Tabel 2.3 Nilai K Distribusi Log Pearson (Suripin, 2004)
Tabel  2.3  menunjukkan  nilai  K  yang  merupakan  variabel  standar  untuk  nilai  X  yang  didapat  berdasarkan  besaran  koefisien  kemencengan  (Cs)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Curah Hujan Daerah ( Arael Rainfall ) adalah curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir yaitu curah hujan

Jumlah curah hujan rata-rata di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar 2.075,07 mm, rata-rata jumlah curah hujan per bulan 173 mm Dengan curah hujan tinggi

Rata-rata curah hujan tahunan, berdasarkan pencatatan curah hujan pada tahun 2007, curah hujan rata-rata tahunan adalah sebesar 1.375 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak

Hasil Uji Analisis Frekuensi Curah Hujan DAS Kaligarang Cara Log Person Type III ... Hasil Uji Analisis Frekuensi Curah Hujan DAS Kaligarang Cara Probabilitas Normal 3

Setelah diketahui rata-rata curah hujan dari data yang diunggah, maka hidrolog dapat menginputkan deviasi dan periode ulang pada sistem.Jika proses

dimana SWt adalah kandungan air tanah akhir (mm), Swo adalah kandungan air tanah permulaan hari 1 (mm), t adalah waktu (hari), Rday adalah jumlah curah hujan pada hari

I = R24 24 24 t2/3 9 Keterangan : I = Nilai intensitas hujan mm/jam R24 = Nilai curah hujan harian maksimum mm t = Waktu jam Berikutnya melakukan perhitungan debit banjir rencana

IV  Mengisi data yang hilang dengan tiga metode perhitungan  Menguji konsisten data curah hujan dengan metode analisa massa ganda  Menghitung curah hujan rata-rata pada