• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BREBES RANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI BREBES RANCANGAN"

Copied!
342
0
0

Teks penuh

(1)

Pemerintah Kabupaten Brebes

Tahun 2013

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BREBES

(2)

BUPATI BREBES

RANCANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012-2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES,

Menimbang : a. bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi dan misi Kepala Daerah, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 150 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncto Pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perlu mengatur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Brebes tahun 2012-2017;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

(3)

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 4287);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

(4)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 -2014;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Propinsi

(5)

Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005–2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4);

22. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 3 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2005-2025 ((Lembaran Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2009 Nomor 38A);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2011 Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN BREBES dan

BUPATI BREBES MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 – 2017.

(6)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Brebes.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati Brebes dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Brebes.

3. Bupati adalah Bupati Brebes.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Kabupaten Brebes.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah Kabupaten Brebes. 6. Peraturan Daerah selanjutnya disingkat Perda adalah Peraturan

Daerah Kabupaten Brebes.

7. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut RPJPD adalah Dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2012-2017 yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

9. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renstra SKPD, adalah Dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahunan.

10. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah Dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 yang selanjutnya disingkat RPJMN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima tahun).

12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut RPJPD Provinsi Jawa Tengah adalah Dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 yang selanjutnya disebut RPJMD

(7)

Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahun.

14. Visi adalah kondisi yang diinginkan untuk diwujudkan di masa mendatang.

15. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

16. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

17. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan.

18. Program adalah Bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat.

BAB II

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Pasal 2

(1) RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun 2012; (2) RPJMD berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten

Brebes Nomor 3 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes tahun 2005-2025, dan memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-2014 serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013.

Pasal 3

RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam RKPD.

(8)

Pasal 4

RPJMD menjadi pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di daerah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan selama kurun waktu tahun 2012-2017.

Pasal 5

RPJMD wajib dilaksanakan oleh Bupati dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di daerah.

BAB III

SISTEMATIKA RPJMD Pasal 6

Dokumen RPJMD terdiri atas sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB IV Analisis Isu – Isu Strategis BAB V Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran BAB VI Strategi dan Arah Kebijakan

BAB VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah BAB VIII Indikasi Rencana Program Prioritas Disertai Kebutuhan

Pendanaan

BAB IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah

BAB X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

Pasal 7

Dokumen RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

(9)

BAB IV

PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 8

(1) Bupati melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD;

(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 9

(1) Perubahan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila :

a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;

b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukan bahwa substansi yang dirumuskan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. terjadi hal-hal yang mendasar, dan/atau;

d. merugikan kepentingan nasional/masyarakat luas.

(2) Perubahan yang mendasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, mencakup antara lain terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial budaya, gangguan keamanan, pemekaran daerah, atau perubahan kebijakan nasional;

(3) Merugikan kepentingan nasional/masyarakat luas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, apabila bertentangan dengan kebijakan nasional/kepentingan masyarakat luas.

Pasal 10

RPJMD perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(10)

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 11

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku maka RPJMD menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun 2017 dan dapat diperlakukan sebagai RPJMD transisi, sebagai pedoman penyusunan RKPD 2018 sebelum tersusunnya RPJMD tahun 2017-2022 yang memuat visi dan misi Bupati terpilih.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 12

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Brebes.

Ditetapkan di Brebes

pada tanggal 10 Juni 2013 BUPATI BREBES,

IDZA PRIYANTI Diundangkan di Brebes

pada tanggal 11 Juni 2013 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BREBES Kepala BPMDK,

(11)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012-2017

I. UMUM

Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang disusun dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, dan dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. Perencanaan pembangunan daerah tersebut dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing- masing. Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan.

Sejalan dengan perkembangan dinamika perencanaan pembangunan daerah telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sebagai penjabaran dari Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perencanaan pembangunan daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten sesuai dengan kewenangannya dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). RPJMD Kabupaten Brebes digunakan sebagai pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Kabupaten Brebes Tahun 2012-2017 bahan penyusunan dan evaluasi Renstra SKPD dengan memperhatikan tugas dan kewenangan SKPD dalam mencapai sasaran pembangunan Kabupaten Brebes yang termuat dalam RPJMD Tahun 2012-2017, serta pedoman dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RPJMD tersebut dijabarkan ke dalam RKPD yang merupakan rencana

(12)

pembangunan tahunan daerah.

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Perda tentang RPJMD Tahun 2012-2017 adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan pembangunan daerah, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi, baik antar ruang, antar waktu, maupun antar fungsi pemerintah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2012-2017, terdiri dari 7 bab dan 1 2 pasal yang mengatur mengenai pengertian - pengertian, sistematika penulisan RPJMD Kabupaten Brebes, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD, serta lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perda tentang RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2012-2017.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas. Pasal 4 Cukup Jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

(13)

Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Pasal 9 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Ayat (3) Cukup Jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas.

(14)

DAFTAR ISI

Daftar isi ... i BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Landasan Hukum... I-2 1.3 Tujuan ... I-3 1.4 Hubungan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Daerah Lainnya... I-3 1.5 Sistematika ... I-4 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II-1 2.1 Aspek Geografi dan Demografi ... II-1

2.1.1 Kondisi Geografis ... II-1 2.1.2 Kondisi Demografis... II-7 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... II-8 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan ekonomi... II-8 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial ... II-14 2.3 Aspek Pelayanan Umum... II-22 2.3.1 Pelayanan Urusan Wajib ... II-22 2.3.2 Pelayanan Urusan Pilihan ... II-73 2.4 Aspek Daya Saing Daerah ... II-85 1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ... II-85 1.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur ... II-86 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA

PENDANAAN... III-1 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu... III-1 3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu ... III-3 3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran ... III-3 3.2.2 Analisis Pembiayaan Daerah ... III-7 3.3 Analisis Neraca Daerah ... III-8 3.4 Kerangka Pendanaan ... III-12 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ... IV-1 4.1 Kondisi Lingkungan Strategis ... IV-1 4.2 Permasalahan Pembangunan... IV-1 4.3 Isu-Isu Strategis... IV-13 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN... V-1 5.1 Visi... V-1 5.2 Misi ... V-1 5.3 Tujuan dan Sasaran... V-3 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... VI-1 6.1 Strategi ... VI-1 6.2 Arah Kebijakan... VI-6 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VII-1 7.1 Kebijakan Umum ... VII-1 7.2 Program Pembangunan... VII-1

(15)

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI

KEBUTUHAN PENDANAAN... VIII-1 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH ... IX-1 BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN ... X-1 10.1 Pedoman Transisi ... X-1 10.2 Kaidah Pelaksanaan ... X-1

(16)

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

NOMOR : 4 Tahun 2013

TANGGAL : 10 Juni 2013

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BREBES TAHUN 2012-2017

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih maju dan peningkatan kualitas hidup manusia yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara merata. Pembangunan diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan seluruh stakeholder pembangunan melalui beberapa tahapan, meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut merupakan sebuah siklus pembangunan yang berkelanjutan. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah, mengimplementasikan rencana pembangunan daerah, memonitor dan mengevaluasi hasil pembangunan daerah sehingga terjamin keterkaitan dan konsistensi dalam pembangunan daerah.

Amanat kepada pemerintah daerah untuk menyusun sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008. Kedua Undang-Undang tersebut mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk menyusun rencana pembangunan daerah, meliputi: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan jangka waktu 5 tahun, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan jangka waktu 1 tahun. Rencana pembangunan daerah tersebut menjadi bagian integral dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Rencana pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, sehingga penyusunannya harus dilakukan secara terpadu, terukur, dapat dilaksanakan dan berkelanjutan.

Kabupaten Brebes pada bulan Oktober tahun 2012 telah menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, dan telah berhasil menetapkan pasangan bupati dan wakil bupati terpilih Periode 2012-2017 yang pelatikannya telah dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2012. Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, maka perlu disusun RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012-2017. Dokumen RPJMD ini disusun guna menjabarkan visi dan misi serta program Kepala Daerah kedalam tujuan dan sasaran, arah kebijakan, strategi, kebijakan umum dan program pembangunan, program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan, serta indikator kinerja pembangunan.

(17)

Pada pasal 19 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 ayat (2) disebutkan bahwa RPJM-D ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah kepala daerah dilantik. Sementara itu dalam pasal 150 ayat (3) huruf c Undang– Undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Terkait dengan hal ini Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dimana dalam PP ini disebutkan bahwa RPJM-D ditetapkan paling lambat 6 bulan setelah kepala daerah dilantik dengan Peraturan Daerah.

Penyusunan RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012-2017 berpedoman pada Permendagri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Tahapan penyusunan RPJMD meliputi tahap persiapan, penyusunan rancangan awal RPJMD, penyusunan kebijakan umum anggaran, konsultasi publik, penyusunan rancangan RPJMD, penyusunan rancangan akhir RPJMD sampai dengan proses legislasi oleh DPRD untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah (Perda).

RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012-2017 menjadi pedoman kerja bagi seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah selama 5 tahun kedepan. RPJMD ini juga menjadi acuan bagi KPD di lingkungan pemerintah Kabupaten Brebes dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra-SKPD). Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMD ini akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

1.2 Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012-2017 adalah sebagai berikut:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah beberapa kali, dan perubahan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025;

8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

(18)

13. Peraturan Pemerintahan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

14. Peraturan Pemerintahan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional; 17. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

19. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanan Pembangunan Wilayah dan Pelaksanaan Musyawarah Pembangunan Propinsi Jawa Tengah;

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005– 2025;

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013; 22. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Propinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029;

23. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2005-2025;

24. Peraturan Daerah Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2010-2030.

1.3 Tujuan

Tujuan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) Kabupaten Brebes tahun 2012 - 2017 ini adalah:

1. Memberikan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan Daerah (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan cita-cita pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang telah disepakati bersama.

2. Memberikan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD tahun 2012-2017.

1.4 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Dokumen RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2012– 2017 merupakan penjabaran visi dan misi kepala daerah terpilih untuk kurun waktu lima tahun. Dokumen RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2012–2017 menjadi bagian integral sistem perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. RPJMD disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Brebes Tahun 2005-2025. RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012-2017 merupakan separuh dari pelaksanaan tahap kedua RPJPD (Tahun 2010 s/d Tahun 2014) dan tahap ketiga RPJPD (Tahun 2015 s/d 2019).

Penyusunan RPJMD juga memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2008–2012, RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2010-2030, RPJM Nasional tahun 2010-2014, RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013, RTRW Provinsi Jawa Tengah, dan dokumen perencanaan pembangunan sektoral lainnya

(19)

seperti Rencana Aksi Daerah (RAD) MDG’s, RAD Pangan dan Gizi, Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPKD), RAD Pendidikan Untuk Semua (PUS), dan sebagainya. Penyusunan RPJMD juga memperhatikan amanat nasional, seperti Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Inpres Nomor 3 tentang Pembangunan Berkeadilan.

Posisi Kabupaten Brebes sebagaimana diatur dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029, merupakan bagian dari sistem wilayah Bregasmalang yang mencakup Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Slawi (Kabupaten Tegal), dan Kabupaten Pemalang, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal, Provinsi dan Nasional. Sesuai dengan RTRW Kabupaten Brebes tahun 2010-2030 Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Kabupaten Brebes terbagi menjadi tiga. Pertama, Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Utara terdiri dari Kec. Brebes, Kec. Wanasari, Kec. Bulakamba, Kec. Tanjung, dan Kec. Losari, dengan pusat SWP Utara adalah Perkotaan Brebes. Kedua, Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Tengah terdiri atas Kec. Jatibarang, Kec. Songgom, Kec. Larangan, Kec. Ketanggungan, Kec. Kersana, dan Kec. Banjarharjo, dengan pusat dari SWP Tengah adalah Perkotaan Ketanggungan. Ketiga, Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Selatan terdiri atas Kec. Tonjong, Kec. Bumiayu, Kec. Sirampog, Kec. Paguyangan, Kec. Bantarkawung, dan Kec. Salem, dengan pusat dari SWP Selatan adalah Perkotaan Bumiayu.

RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2012– 2017 menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahun anggaran yang selanjutnya akan dijabarkan menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). RPJMD Kabupaten Brebes Tahun 2012– 2017 juga akan menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah Kabupaten Brebes dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra-SKPD) Tahun 2012– 2017.

1.5 Sistematika RPJMD

RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012–2017 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, landasan hukum, tujuan hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, dan sistematika RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012-2017.

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah, menguraikan tentang kondisi geografis dan demografi, kondisi perekonomian daerah, kondisi kesejahteraan masyarakat, kondisi pelayanan umum, dan kondisi daya saing daerah.

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan, menguraikan tentang kinerja keuangan yang lalu, kebijakan pengelolaan keuangan yang lalu, dan kerangka pendanaan.

BAB IV Analisis Isu-Isu Strategis, menguraikan tentang permasalahan pembangunan yang dikelompokkan berdasarkan urusan kewenangan wajib dan urusan pilihan, dan isu strategis daerah.

BAB V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, menguraikan tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah dan uraian ringkas pentahapan pembangunan selama 5 tahun ke depan.

BAB VI Strategi dan Arah Kebijakan, menguraikan tentang strategi dan arah kebijakan pembangunan lima tahun dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan daerah.

(20)

Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah, menguraikan tentang kebijakan umum pembangunan jangka menengah dan perincian program-program pembangunan berdasarkan pengelompokkan urusan kewenangan.

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas Disertai Kebutuhan Pendanaan, menguraikan tentang indikator kinerja program dan pendanaan indikatif.

Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah, menguraikan tentang indikator kinerja dari masing-masing program pembangunan daerah.

Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan, menguraikan tentang pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2012-2017.

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Brebes terletak antara 6o44’-7o 21’ Lintang Selatan

dan antara 108o- 109o11’ Bujur Timur dengan bentuk memanjang dari utara ke selatan

sepanjang 87 km dan dari barat ke timur sepanjang 50 km dan memiliki garis pantai sepanjang 65,48 km dengan batas wilayah laut 12 mil laut. Secara administratif Kabupaten Brebes berada pada posisi ujung barat laut dari Provinsi Jawa tengah, berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, laut Jawa di sebelah utara, Kota dan Kabupaten Tegal di sebelah timur, Kabupaten Banyumas dan Cilacap di sebelah selatan. Kabupaten Brebes memiliki luas wilayah sebesar 166.177 Ha yang terbagi menjadi 17 kecamatan dan 297 desa/kelurahan.

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Brebes

Wilayah Kabupaten Brebes memiliki ketinggian antara 0–2.000 m di atas permukaan laut. Beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes memiliki topografi yang sama, yaitu 5 kecamatan berupa daerah pesisir/pantai, 9 kecamatan dataran rendah, dan 3 kecamatan dataran tinggi atau pegunungan. Terdapat beberapa tipe kelerengan lahan di wilayah Kabupaten Brebes, yaitu: wilayah datar (0-2%) seluas 71.512,04 ha,

(22)

wilayah bergelombang (2-15%) seluas 30.641 ha, wilayah curam (15-40%) seluas 38.422 ha, dan wilayah sangat curam (>40%) seluas 25.542 ha. Kondisi wilayah yang beranekaragam menjadikan Kabupaten Brebes memiliki berbagai potensi sumber daya, baik di sektor pertanian, perikanan dan kelautan, maupun kehutanan.

Dengan topografi wilayah yang bervariasi, beberapa wilayah di Kabupaten Brebes termasuk dalam kawasan rawan bencana, yaitu adalah kawasan yang mempunyai potensi rawan terjadinya bencana, dengan pengelompokan sebagai berikut:

1. Kawasan Rawan Bencana Banjir

Kawasan rawan bencana banjir seluas kurang lebih 703 ha (0,42%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes, yang meliputi wilayah yang sering terkena banjir meliputi kawasan utara (Kecamatan Tanjung, Brebes, Ketanggungan, Bulakamba, Losari, Wanasari). 2. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana gerakan tanah seluas kurang lebih 901 Ha (0,54%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes. Wilayah yang sering terkena bencana longsor adalah wilayah yang berlereng seperti Salem, Sirampog, Paguyangan, Bumiayu, Tonjong dan Bantarkawung.

3. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi

Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi seluas kurang lebih 1.430 Ha (0,86%) dari luas wilayah Kabupaten Brebes. Wilayah rawan bencana gempa meliputi Kecamatan Tonjong, Ketanggungan, dan Bantarkawung.

Kabupaten Brebes merupakan kawasan dengan curah hujan yang tinggi. Jumlah curah hujan rata-rata di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar 2.075,07 mm, rata-rata jumlah curah hujan per bulan 173 mm Dengan curah hujan tinggi itu, menjadikan Kabupaten Brebes kaya akan sumber daya air yang sekaligus menjadi ancaman, berupa banjir longsor dan bencana lainnya apabila Daerah Aliran Sungai (DAS hulu) tidak memiliki daya resap/tampung air yang tinggi. DAS pada Kabupaten Brebes dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) DAS Kabuyan dengan 3 Sub DAS, yaitu Sub DAS Kabuyatan Hulu (Kec. Banjarharjo), Sub DAS Kabuyatan Hilir (Kec. Banjarharjo, Kersana, Tanjung dan Ketanggungan), Sub DAS Babakan (Kec. Kersana, Tanjung dan Bulakamba), Sub DAS Kluwut (Kec. Ketanggungan, Bulakamba dan Larangan), Sub DAS Pakijangan (Kec. Larangan dan Bulakamba), dan Sub DAS Tanjung (Kec. Banjarharjo, Kersana dan Tanjung); (2) DAS Pemali dengan 3 Sub DAS, yaitu: Sub DAS Cigunung (Kec. Salem, Bantarkawung), Sub DAS Pemali (Kec. Bantarkawung, dan Bumiayu), Sub DAS Keruh (Kec. Paguyangan, Sirampog, dan Bumiayu), Sub DAS Glagah (kec. Tonjong dan Sirampog), dan Sub DAS Kumisik (Kec. Tonjong, Ketanggungan, Larangan, Songom, Jatibarang, Wanasari, Brebes); dan (3) DAS Gangsa, dengan 1 sub DAS, yaitu Sub DAS Gangsa (Kec. Brebes dan Jatibarang).

Ditinjau dari susunan batuan pembentuk, bentuk alam dan morfologinya, wilayah Kabupaten Brebes termasuk bagian pegunungan Pulau Jawa. Morfologi daerah pegunungan pada Kabupaten Brebes dibedakan menjadi:

1. Daerah bukit berlereng sedang dengan batuan gamping; 2. Daerah pegunungan berlereng curam dengan batuan lava; dan

3. Dataran alluvial sebagai dataran rendah berlereng datar terletak pada daerah endapan.

Jenis tanah di wilayah Kabupaten Brebes sebagian besar adalah jenis Alluvial Kelabu. Berikut luasan dan penyebaran jenis tanah di Kabupaten Brebes:

1. Alluvial kelabu bercampur dengan alluvial coklat tua tersebar di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Salem 1.488 ha dan Kecamatan Bantarkawung 1.792 ha.

(23)

2. Latosol tua kecoklatan dan kemerahan tersebar di Kecamatan Salem (6.090 ha), Bantarkawung 9.332 ha, dan Bumiayu 1.352 ha.

3. Assosiasi alluvial kelabu dan coklat kelabu terdapat di Kecamatan Salem 1.488 ha dan Kecamatan Bantarkawung 1.792 ha.

4. Assosiasi gromosol kelabu kekuningan dan regosol kelabu di Kecamatan Salem seluas 5.828 ha.

5. Assosiasi latosol coklat kemerahan dan latosol coklat tersebar di Kecamatan Bantarkawung 3.488 ha, Kecamatan Larangan 6.832 ha, Kecamatan Ketanggungan 4.740 dan Kecamatan Banjarharjo 5.536 ha.

6. Komplek latosol coklat merak kekuningan dan litosol tersebar di Kecamatan Bantarkawung 5.824 ha, Bumiayu 1.552 ha, Paguyangan 5.419ha, Sirampog 380 ha dan Tonjong 2.714 ha.

7. Assosiasi latosol coklat dan pegosol kelabu tersebar di Kecamatan Bumiayu 3.457 ha, Paguyangan 4.023 ha dan Tonjong 3.540 ha.

8. Latosol tersebar di Kecamatan Bumiayu 1.008 ha, Paguyangan 208 ha dan Tonjong 1.424 ha.

9. Latosol coklat tersebar pada tersebar di Kecamatan Paguyangan 526 ha dan Kecamatan Sirampog 1.617 ha.

10. Assoiasi andosol coklat dan regosol coklat tersebar di Kecamatan Paguyangan 321 ha dan Kecamatan Sirampog 1.577 ha.

11. Latosol coklat tua kemerahan tersebar pada Kecamatan Sirampog seluas 1.670 ha. 12. Alluvial kelabu tersebar di Kecamatan Larangan 8.776 ha, Kecamatan Ketanggungan

5.524 ha, Kecamatan Banjarharjo 5.977 ha, Kecamatan Losari 4.427 ha, Kecamatan Tanjung 1136, Kecamatan Kersana 1307 ha, Kecamatan Bulakamba 5.360 ha, Kecamatan Wanasari 1552 ha, Kecamatan Jatibarang 2585 ha, Kecamatan Songgom 3.105 ha, dan Kecamatan Brebes 2.667 ha.

13. Alluvial kelabu dan alluvial coklat kelabu tersebar di Kecamatan Tonjong 448 ha, Kecamatan Larangan (408 ha), Kecamatan Ketanggungan (994 ha) dan Kecamatan Banjarharjo (896), Kecamatan Wanasari 3.029 ha, Kecamatan Jatibarang 932 ha, Kecamatan Songgom 1.056 ha, dan Kecamatan Brebes 1.708 ha.

14. Gromosol kelabu tua tersebar pada Kecamatan Larangan 452 ha dan Kecamatan Ketanggungan 2.550 ha.

15. Assosiasi gley humus dan alluvial kelabu tersebar pada Kecamatan Ketanggungan 1.099 ha, Losari 832 ha, Tanjung 3.428 ha, Kersana 1.216 ha, Bulakamba 903 ha, dan Wanasari 1.688 ha.

16. Andosol coklat dan andosol coklat kemerahan tersebar di Kecamatan Banjarharjo 1.616 ha dan Kecamatan Losari 3.674 ha.

17. Alluvial hidromorf tersebar di Kecamatan Tanjung 2.255 ha, Bulakamba 3.892 ha, dan Wanasari 957 ha

18. Regosol kelabu terdapat di Kecamatan Songgom seluas 4.069 ha.

19. Komplek Latosol merah kekuningan dan litosol tersebar di Kecamatan Sirampog 1.459 ha dan Kecamatan Brebes 528 ha.

Sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Brebes adalah sumber daya mineral yang tergolong bahan galian golongan C. Inventarisasi sumberdaya mineral bahab galian golongan C dibedakan menurut cadangan tereka, eksploitasi dan cadangan terindikasi. Berdasarkan cadangan tereka, sumber daya mineral bahan galian golongan C di Kabupaten Brebes di bedakan menjadi 8 jenis, yaitu pasir sungai, trass, batu pasir, andesit, lempung gerabah, bentonit, gipsum dan batu gamping. Berdasarkan cadangan

(24)

eksploitasi, sumber daya mineral bahan galian golongan C di Kabupaten Brebes dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pasir sungai, andesit dan lempung grabah. c. Berdasarkan cadangan terindikasi, sumber daya mineral bahan galian golongan C di Kabupaten Brebes yaitu batu gamping (batu kapur), terdapat di Desa Songgom Kecamatan Songgom.

Potensi pengembangan wilayah untuk kepentingan budidaya di Kabupaten Brebes sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Brebes tahun 2010-2030 adalah sebagai berikut:

1. Kawasan peruntukan hutan produksi

Kawasan pengembangan kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas 23.651 Ha dengan sebaran meliputi Kecamatan Larangan, Kecamatan Songgom, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Losari, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Bantarkawung, dan Kecamatan Salem. Sementara itu pengembangan kawasan hutan produksi terbatas kurang lebih seluas 20.210 Ha dengan sebaran meliputi Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Bumiayu, dan Kecamatan Sirampog.

2. Kawasan peruntukan pertanian

Kawasan pengembangan pertanian lahan basah (sawah) di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas 60.634 Ha meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Brebes, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Kersana, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Songgom, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Sirampog, dan Kecamatan Paguyangan.

Pengembangan pertanian lahan kering kurang lebih seluas 23.561 Ha meliputi Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Salem, dan Kecamatan Banjarharjo. Pengembangan pertanian hortikultura kurang lebih seluas 17.632 Ha meliputi Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Songgom, Kecamatan Salem, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Losari, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Brebes, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bumiayau, dan Kecamatan Ketanggungan.

Kawasan pengembangan pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Brebes akan diarahkan menjadi lahan pertanian berkelanjutan.

3. Kawasan peruntukan perkebunan

Kawasan pengembangan perkebunan di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas 14.593 Ha meliputi:

a. pengembangan sentra tanaman Kelapa berada di Kecamatan Tonjong, Kecamatan Bumiayu, dan Kecamatan Bantarkawung;

b. pengembangan sentra tanaman Kopi berada di Kecamatan Sirampog, Kecamatan Paguyangan, dan Kecamatan Salem;

c. pengembangan sentra tanaman Kakao berada di Kecamatan Salem;

d. pengembangan sentra tanaman Aren berada di Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Salem;

(25)

e. pengembangan sentra tanaman Teh berada di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Sirampog;

f. pengembangan sentra tanaman Lada berada di Kecamatan Tonjong dan Kecamatan Paguyangan;

g. pengembangan sentra tanaman Panili berada di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Tonjong;

h. pengembangan sentra tanaman Jambu mete berada di Kecamatan Tonjong dan Kecamatan Banjarharjo;

i. pengembangan sentra tanaman Kapas berada di Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Losari dan Kecamatan Bulakamba;

j. pengembangan sentra tanaman Nilam berada di Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, dan Kecamatan Paguyangan;

k. pengembangan sentra tanaman Kapulaga berada di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Bantarkawung;

l. pengembangan sentra tanaman Kapuk berada di Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Ketanggungan;

m. pengembangan sentra tanaman Cengkeh berada di Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Sirampog, dan Kecamatan Paguyangan; dan

n. pengembangan sentra tanaman Tebu berada di Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Songgom, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Kersana.

4. Kawasan peruntukan perikanan

Kawasan pengembangan budidaya perikanan tambak di Kabupaten Brebes kurang lebih seluas 12.748 Ha dengan persebaran meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Brebes. Pengembangan budidaya perikanan air tawar kurang lebih 114 Ha dengan persebaran meliputi Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Sirampog, dan Kecamatan Tonjong. Sementara itu kawasan pengembangan pengolahan ikan meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Brebes.

5. Kawasan peruntukan peternakan

Kawasan pengembangan Kawasan Peternakan di Kabupaten Brebes menyebar di hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu ternak besar dan ternak kecil melalui pengembangan sentra ternak.

6. Kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Brebes meliputi :

a. pertambangan bahan galian mineral, batubara dan non logam terdiri atas pasir sungai, trass, batu pasir, andesit, lempung grabah, bentonit, gipsum dan batu gamping di Kecamatan Brebes, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Songgom, Kecamatan Losari, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Salem;

b. batu gamping di Kecamatan Songgom dan Kecamatan Larangan; c. emas, perak dan platina di Kecamatan Salem;

d. minyak bumi dan pirit (fes) di Kecamatan Bantarkawung, e. batubara di Kecamatan Salem dan Kecamatan Bantarkawung;

(26)

f. pasir besi di Kecamatan Brebes; dan

g. panas bumi di Kecamatan Sirampog, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Tonjong, Bumiayu dan Kecamatan Bantarkawung.

7. Kawasan peruntukan industri

Kawasan peruntukan industri menengah dan besar di Kabupaten Brebes dikembangkan di sepanjang jalan Arteri Primer Pantura yang meliputi wilayah Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba dan Kecamatan Wanasari dengan sifat kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi ramah lingkungan dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri. Adapun daerah industri menengah dengan sifat kegiatan agro industri di sekitar jalan arteri di Kecamatan Paguyangan dan Kecamatan Bumiayu.

8. Kawasan peruntukan pariwisata

Kawasan untuk pengembangan pariwisata alam di Kabupaten Brebes meliputi: a. Telaga Renjeng, di Kecamatan Paguyangan;

b. Waduk Penjalin, di Kecamatan Paguyangan; c. Waduk Malahayu, di Kecamatan Banjarharjo;

d. Air Terjun Curug Puteri dan Sumur Penganten, di Kecamatan Sirampog; e. Pantai Randusanga Indah, di Kecamatan Brebes; dan

f. kawasan perkebunan teh Kaligua di Kecamatan Paguyangan.

Kawasan untuk pengembangan pariwisata buatan di Kabupaten Brebes meliputi: a. pemandian air panas Cipanas Buaran, di Kecamatan Bantarkawung; dan b. pemandian air panas Tirta Husada Kedungoleng, di Kecamatan Paguyangan. Kawasan untuk pengembangan wisata di Kabupaten Brebes meliputi:

a. wisata budaya Masjid Agung Brebes di Kecamatan Brebes;

b. wisata budaya Makam Bupati Brebes dan Makam Mbah Rubi di Kecamatan Wanasari;

c. wisata budaya Makam Mbah Junet di Randusanga Kecamatan Brebes; d. wisata budaya Makam Pangeran Angka Wijaya di Kecamatan Losari;

e. wisata budaya Makam Dawa, Makam Panembahan Syeh Padalangu, dan Makam Keluarga Bupati Raja Urip di Kecamatan Tonjong;

f. wisata budaya Gedong Jimat di Kecamatan Ketanggungan; dan g. wisata budaya Candi Jimat dan Candi Kyai di Kecamatan Tonjong. 9. Kawasan peruntukan permukiman.

Kawasan peruntukan permukiman direncanakan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Brebes, dengan penyebaran mengikuti pola perkampungan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Brebes dan pada lahan-lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman. Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Brebes meliputi:

a. permukiman perkotaan yang tersebar pada kawasan perkotaan yaitu: Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Brebes, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Kersana, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Bumiayu; serta

b. permukiman perdesaan yang tersebar pada kawasan perdesaan yaitu: Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Songgom, Kecamatan Larangan, Kecamatan Salem,

(27)

Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Sirampog, Kecamatan Paguyangan, dan Kecamatan Tonjong.

2.1.2 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebanyak 1.742.511 jiwa, terdiri dari 876.658 jiwa laki-laki dan 865.853 jiwa perempuan. Terlihat bahwa penduduk lebih banyak laki-laki, dengan angka sex rasio sebesar 101 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Brebes cukup rendah, yaitu hanya sebesar 0,22% per tahun.

Distribusi penduduk Kabupaten Brebes antar kecamatan belum merata. Tiga kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Bulakamba (162.149 jiwa), Kecamatan Brebes 157.754 jiwa (9,05%), dan Kecamatan Wanasari 140.902 jiwa (8,09%). Sementara itu kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Salem sejumlah 54.407 jiwa (3,29%). Diperhitungkan dengan luas wilayahnya, Kecamatan Jatibarang menempati urutan pertama sebagai kecamatan yang paling padat penduduknya di Kabupaten Brebes, yaitu sebesar 2.396 jiwa/km2. Sementara itu kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Salem, yaitu sebanyak 377 jiwa/km2.

Jumlah penduduk per kecamatan dan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Brebes dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Brebes Tahun 2007-2011

No Kecamatan Jumlah Penduduk WilayahLuas

(km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Laki-laki Perempuan L+P 1. Salem 28.538 28.869 57.407 152,09 377 2. Bantarkawung 42.931 44.934 87.865 205,00 429 3. Bumiayu 47.817 48.614 96.431 73,69 1.309 4. Paguyangan 48.934 48.015 96.949 104,94 924 5. Sirampog 30.695 30.940 61.635 67,03 920 6. Tonjong 32.787 33.018 65.805 81,26 810 7. Larangan 70.191 67.980 138.171 164,68 839 8. Ketanggungan 66.784 67.055 133.839 149,07 898 9. Banjarhardjo 59.911 59.615 119.526 140,26 852 10. Losari 61.626 59.459 121.085 89,43 1.354 11. Tanjung 47.093 45.347 92.440 67,74 1.365 12. Kersana 28.893 29.302 58.195 25,23 2.307 13. Bulakamba 82.171 79.978 162.149 102,93 1.575 14. Wanasari 71.965 68.937 140.902 74,44 1.893 15. Songgom 34.720 33.343 68.063 49,03 1.388 16. Jatibarang 42.425 41.869 84.294 35,18 2.396 17. Brebes 79.177 78.577 157.754 80,96 1.949 Jumlah 2011 876.658 865.853 1.742.511 1.661,17 1.048 Jumlah 2010 873.794 862.537 1.736.331 1.661,17 1.044 Jumlah 2009 873.062 879.066 1.752.128 1.661,17 1.076 Jumlah 2008 871.067 876.363 1.747.430 1.661,17 1.051 Jumlah 2007 869.109 874.086 1.743.195 1.661,17 1.049

(28)

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi

PDRB menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Produk domestik regional Bruto Kabupaten Brebes baik Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 (ADHK) menunjukkan peningkatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Brebes terjadi pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari tahun ke tahun, seperti ditunjukkan oleh peningkatan PDRB ADHK dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2008-2011. Struktur PDRB Kabupaten Brebes masih didominasi oleh sektor pertanian, selanjutnya sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; dan sektor Industri Pengolahan. Perkembangan PDRB Kabupaten Brebes dari tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Grafik 2.1

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Brebes Tahun 2008-2011

Pertumbuhan ekonomi memberikan gambaran mengenai dampak dari kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil oleh pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi juga menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan yang tinggi menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun tergambar dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes selama kurun waktu 2008-2011 menunjukkan kecenderungan meningkat, namun peningkatannya relatif kecil. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes tergolong pada kategori rendah, berada pada kisaran antara 4,81% hingga 4,99%.

Persentase pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes masih jauh dibawah persentase pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan persentase pertumbuhan ekonomi nasional, dan target RPJMD Kabupaten Brebes. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes hanya 4,97%, sementara pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 6%, dan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 6,5%. Dalam RPJMD Kabupaten Brebes tahun 2008-2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes ditargetkan sebesar 5-5,5% per tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Brebes mengalami banyak

0 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000

PDRB ADHB (ribu rupiah) 11.134.037,67 12.532.516,70 14.629.929,68 16.426.881,40 PDRB ADHK (ribu rupiah) 4.998.528,18 5.247.897,41 5.507.402,71 5.780.877,86

(29)

ketertinggalan dalam bidang ekonomi dari kabupaten dan kota lainnya di Jawa Tengah, sehingga memerlukan berbagai terobosan dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes dengan capaian pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional dapat dilihat pada Grafik 2.2

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.2 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Brebes dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2008-2011

B. Inflasi

Laju inflasi menunjukkan tingkat perubahan harga-harga yang terjadi di suatu daerah. Laju inflasi di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu 2008-2011 menunjukkan kecenderungan menurun, dan searah dengan perkembangan laju inflasi di Jawa Tengah dan Nasional. Laju inflasi mencapai angka tertinggi pada tahun 2008. Tingginya angka inflasi pada tahun tersebut dipengaruhi kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi, yaitu premium dari sebesar 4.500 rupiah menjadi 6.000 rupiah, solar dari sebesar 4.300 rupiah menjadi 5.500 rupiah, dan minyak tanah dari 2.000 rupiah menjadi 2.500 rupiah. Kenaikan harga BBM tersebut tentu saja memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan harga-harga berbagai barang dan jasa. Setelah tahun 2008 perubahan harga barang dan jasa di Kabupaten Brebes relatif stabil, ditunjukkan tingkat laju inflasi dibawah 7%. Capaian inflasi tersebut sesuai dengan target RPJMD Kabupaten Brebes, yaitu tingkat inflasi selama 5 tahun berada dibawah 10%. Beberapa hal yang mempengaruhi penurunan laju inflasi adalah relatif terjaganya pasokan komoditas bahan pangan, dan relatif stabilnya perubahan harga barang-barang yang diatur oleh pemerintah, terutama bahan bakar minyak.

Dibandingkan dengan laju inflasi di Jawa Tengah dan inflasi nasional, inflasi di Kabupaten Brebes pada tahun 2008 dan 2009 ternyata lebih tinggi. Pada tahun 2010 laju inflasi Kabupaten Brebes lebih rendah dibandingkan laju inflasi di Jawa Tengah dan nasional. Sementara itu pada tahun 2011 laju inflasi Kabupaten Brebes berada dibawah inflasi nasional, dan sedikit di atas inflasi di Jawa Tengah. Perbandingan laju inflasi di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dan nasional dapat dilihat pada Grafik 2.3

6,5 4,81 4,97 4,99 4,94 5,5 4,7 6 5,8 6,1 4,5 6,1 3 4 5 6 7 2008 2009 2010 2011 P E B rebes (%) P E Jawa Tengah (%) P E Nasional (%)

(30)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.3 Perbandingan Laju Inflasi Kabupaten Brebes dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2008-2011

C. PDRB per Kapita

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menjadi salah satu indikator yang menunjukkan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu daerah. Semakin tinggi nilai PDRB per kapita maka dapat dikatakan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan. Nilai PDRB per kapita di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu 2008-2011 menunjukan peningkatan dari sebesar Rp 6.379.722,06 pada tahun 2008 menjadi Rp 7.162.981,23 pada tahun 2009, sebesar Rp 8.387.614,98 pada tahun 2010, dan Rp 9.443.878,97 pada tahun 2011. Perkembangan sektor-sektor ekonomi produktif baik dalam skala besar maupun skala rumah tangga menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya nilai Perkapita di Kabupaten Brebes. Walaupun demikian capaian PDRB Kabupaten Brebes masih jauh lebih rendah dibandingkan capaian daerah-daerah lain di Jawa Tengah. Berdasarkan berita resmi BPS Jawa Tengah bulan Februari 2012, PDRB perkapita penduduk Jawa Tengah pada tahun 2011 telah mencapai 15,4 juta rupiah, meningkat dari tahun 2010 sebesar 13,7 juta rupiah. Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapatan penduduk Kabupaten Brebes secara umum lebih rendah dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Perbandingan PDRB Perkapita Kabupaten Brebes dengan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Grafik 2.4

6 ,0 4 3 ,0 9 4 ,2 5 1 1 ,8 1 2 ,6 8 6 ,8 8 3 ,3 2 9 ,5 5 4 ,4 2 6 ,9 6 1 1 ,0 6 2 ,7 8 0 2 4 6 8 1 0 1 2 1 4 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 Inflas i B re b e s (% ) Inflas i J awa T e ng ah (% ) Inflas i Nas io nal (% )

(31)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.4 Perbandingan PDRB Perkapita Kabupaten Brebes dengan Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2011 (Rp)

D. Persentase Penduduk Miskin

Kabupaten Brebes masih menjadi Kabupaten dengan persentase penduduk miskin terbesar, walaupun persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu empat tahun (2008-2011) menunjukkan penurunan dari sebesar 25,98% pada tahun 2008 menjadi sebesar 24,39% pada tahun 2009, sebesar 23,01% pada tahun 2010, dan sebesar 22,72% pada tahun 2011. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 jauh lebih tinggi dari capaian Jawa Tengah sebesar 16,21% dan capaian nasional sebesar 12,36%. Kabupaten Brebes berada pada kelompok Kabupaten dengan tingkat kemiskinan di atas angka provinsi dan nasional. Dibandingkan kabupaten/kota lain di Bakorwil III persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes lebih rendah dari Kabupaten Purbalingga namun lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan.

Persentase penduduk miskin di Kabupaten Brebes yang masih tinggi yaitu sebesar 22,72% pada tahun 2011, apabila dibandingkan target MDG’s nasional (tahun 2015) sebesar 7,55% dan target provinsi (tahun 2015) sebesar 10%, maka akan sangat sulit bagi Kabupaten Brebes untuk dapat mencapainya. Dengan mendasarkan pada analisis diatas, maka permasalahan kemiskinan menjadi permasalahan utama di Kabupaten Brebes yang perlu menjadi perhatian serius dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk menangani permasalahan kemiskinan di Kabupaten Brebes. Perbandingan persentase penduduk miskin Kabupaten Brebes dengan 10 kabupaten/kota lain di Bakorwil III, Jawa Tengah dan nasional terlihat pada Grafik 2.5

6.379.722,06 7.162.981,23 8.387.614,98 9.443.878,97 15.400.000,00 13.723.286,15 12.322.889,45 11.406.655,70 0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000 18.000.000 2008 2009 2010 2011 Brebes Jawa Tengah

(32)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.5 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/Kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah

Berdasarkan Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial (Maret 2012), penduduk miskin di Kabupaten Brebes mencakup 3 kelompok, yaitu: kelompok I Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia; kelompok II Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah di Indonesia; dan kelompok III Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan antara 21% - 30% terendah di Indonesia. Jumlah penduduk miskin (Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 30% terendah di Indonesia) di Kabupaten Brebes mencapai sebanyak 210.261 jiwa, dengan distribusi paling banyak di Kecamatan Bulakamba, selanjutnya Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Ketanggungan, seperti terlihat pada Grafik 2.6

2008 2009 2010 2011 Kabupaten Brebes 25,98 24,39 23,01 22,72 Kabupaten Tegal 15,78 13,98 13,11 11,54 Kabupaten Pemalang 23,92 22,17 19,96 20,68 Kabupaten Pekalongan 19,52 17,93 16,29 15,00 Kabupaten Batang 18,08 16,61 14,67 13,47 Kabupaten cilacap 21,4 19,88 18,11 17,15 Kabupaten Banyumas 22,93 21,52 20,2 21,11 Kabupaten Purbalingga 27,12 24,97 24,58 23,06 Kabupaten Banjarnegara 23,34 21,36 19,17 20,38 Kota Tegal 11,28 9,88 10,62 11,54 Kota Pekalongan 10,29 8,56 9,37 10,04 Jawa Tengah 18,99 17,48 16,11 16,21 Nasional 15,42 14,15 13,33 12,36 0 5 10 15 20 25 30

(33)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Grafik 2.6 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Brebes Di Tiap Kecamatan E. Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu empat tahun (2008-2011) cenderung penurunan dari sebesar 7,92% pada tahun 2008 menjadi sebesar 9,42% pada tahun 2009, sebesar 8,21% pada tahun 2010, dan sebesar 6,63% pada tahun 2011. TPT di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 lebih tinggi dari capaian Jawa Tengah sebesar 5,93% dan capaian nasional sebesar 6,56%. Dibandingkan kabupaten/kota lain di Bakorwil III TPT di Kabupaten Brebes lebih rendah dari Kabupaten Tegal, namun lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Pemalang, Pekalongan, Batang, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kota Tegal, dan Kota Pekalongan, seperti terlihat pada Grafik 2.7

29.009 62.215 43.711 60.901 30.96436.988 72.300 81.847 58.819 70.891 59.180 26.092 98.662 85.015 41.199 32.726 76.500 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000

(34)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.7 Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/Kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial A. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengetahui tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, meliputi: Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup; rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat pendidikan; serta pengeluaran rill per kapita untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak.

Perkembangan IPM Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun 2008-2011 menunjukkan peningkatan dari sebesar 67,08 pada tahun 2008 menjadi 67,69 pada tahun 2009, dan sebesar 68,2 pada tahun 2010, dan 68,61 pada tahun 2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup penduduk Kabupaten Brebes dalam hal pendidikan, kesehatan dan pengeluaran belanja untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. IPM Kabupaten Brebes merupakan peringkat terakhir (ranking ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah). Dengan demikian dibandingkan dengan kabupaten lain

2008 2009 2010 2011 Kabupaten Brebes 7,92 9,42 8,21 6,63 Kabupaten Tegal 9,56 9,24 7,48 6,89 Kabupaten Pemalang 9,97 12,26 11,45 6,33 Kabupaten Pekalongan 7,38 4,18 4,04 6,12 Kabupaten Batang 8,77 7,11 6,48 5,91 Kabupaten cilacap 10,16 11,45 9,75 6,52 Kabupaten Banyumas 8,05 11,45 7,37 4,95 Kabupaten Purbalingga 7,08 8,05 3,82 5,54 Kabupaten Banjarnegara 4,91 5,07 3,10 5,57 Kota Tegal 13,32 15,74 14,22 6,33 Kota Pekalongan 9,75 8,61 7,00 6,12 Jawa Tengah 7,35 7,33 6,21 5,93 Nasional 8,46 8,14 7,14 6,56 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

(35)

di Bakorwil III, IPM Kabupaten Brebes merupakan yang paling rendah, seperti terlihat pada Grafik 2.8

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.8 Perbandingan IPM Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah Tahun 2008-2011

B. Angka Usia Harapan Hidup

Angka usia harapan hidup penduduk Kabupaten Brebes mengalami peningkatan dari sebesar 67,1 tahun pada tahun 2008 menjadi 67,4 tahun pada tahun 2009, sebesar 67,7 tahun pada tahun 2010, dan sebesar 67,96 tahun pada tahun 2011. Peningkatan angka usia harapan hidup ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat Kabupaten Brebes, sehingga menambah harapan bagi penduduk untuk memiliki usia yang panjang. Usia harapan hidup Kabupaten Brebes masih menempati posisi ke-34 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Perbandingan UHH Kabupaten Brebes dengan capaian 11 kabupaten/kota lain di Bakorwil III, dan dibandingkan dengan rata-rata Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.9

2008 2009 2010 2011 Kabupaten Brebes 67,08 67,69 68,2 68,61 Kabupaten Tegal 69,54 70,08 70,59 71,09 Kabupaten Pemalang 68,38 69,02 69,89 70,22 Kabupaten Pekalongan 70,31 70,83 71,40 71,86 Kabupaten Batang 69,23 69,84 70,41 71,06 Kabupaten cilacap 70,91 71,39 71,73 72,34 Kabupaten Banyumas 71,80 72,27 72,60 72,96 Kabupaten Purbalingga 70,90 71,51 72,07 72,5 Kabupaten Banjarnegara 68,99 69,63 69,91 70,39 Kota Tegal 73,20 73,63 73,89 74,2 Kota Pekalongan 73,49 74,01 74,47 74,9 Jawa Tengah 71,60 72,10 72,49 72,94 62 64 66 68 70 72 74 76

(36)

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.9 Perbandingan Angka Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah

C. Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Brebes pada tahun 2011 baru mencapai 5,72 tahun atau setara dengan kelas 6 SD. Capaian ini jauh tertinggal dibandingkan capaian Jawa Tengah yang telah mencapai 7,29 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Brebes lebih rendah dari tingkat pendidikan penduduk kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Brebes menempati ranking ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Capaian rata-rata lama sekolah yang rendah di Kabupaten Brebes terutama disebabkan tingkat kesadaran penduduk untuk menyekolahkan anak pada jaman dahulu masih rendah, sehingga banyak penduduk usia diatas 15 tahun keatas yang hanya sekolah sampai tamat SD, bahkan untuk penduduk usia lanjut banyak yang tidak tamat SD dan tidak sekolah. Perkembangan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Brebes dibandingkan dengan 10 kabupaten/kota lain di Bakorwil III dan Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.10

2008 2009 2010 2011 Kabupaten Brebes 67,1 67,4 67,7 67,96 Kabupaten Tegal 68,19 68,49 67,67 69,08 Kabupaten Pemalang 67,24 67,46 68,79 67,90 Kabupaten Pekalongan 68,45 68,37 67,68 69,28 Kabupaten Batang 69,66 69,88 70,11 70,34 Kabupaten cilacap 70,20 70,51 70,82 71,12 Kabupaten Banyumas 69,60 69,67 69,72 69,78 Kabupaten Purbalingga 69,70 69,94 70,19 70,44 Kabupaten Banjarnegara 68,72 68,88 69,04 69,20 Kota Tegal 68,37 68,56 68,74 68,93 Kota Pekalongan 70,01 70,16 70,32 70,48 Jawa Tengah 71,10 71,25 71,40 71,55 64 65 66 67 68 69 70 71 72

(37)

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.10 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah

D. Angka Melek Huruf

Angka melek huruf memberikan gambaran mengenai seberapa banyak penduduk berusia 15 tahun keatas pada suatu daerah dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf di Kabupaten Brebes dalam kurun waktu tahun 2008-2010 menunjukkan peningkatan dari 84,85% pada tahun 2008 menjadi 85,21% pada tahun 2009, sebesar 86,14% pada tahun 2010, dan 86,15% pada tahun 2011. Angka melek huruf Kabupaten Brebes merupakan yang terendah dibandingkan 11 kabupaten/kota lain di Bakorwil III, dan menempati ranking ke-32 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Masih banyaknya penduduk yang buta huruf di Kabupaten Brebes disebabkan masih banyak penduduk usia lanjut yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Kemauan dan kemampuan belajar mereka untuk mengikuti pendidikan keaksaraan juga tidak ada, sehingga tidak dapat berpengaruh terhadap penurunan angka buta aksara. Perkembangan angka melek huruf di Kabupaten Brebes dibandingkan dengan 10 kabupaten/kota lain di Bakorwil III dan Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.11

2008 2009 2010 2011 Kabupaten Brebes 5,5 5,62 5,70 5,72 Kabupaten Tegal 6,24 6,42 6,56 6,60 Kabupaten Pemalang 6,10 6,49 6,49 6,51 Kabupaten Pekalongan 6,50 6,66 6,66 6,70 Kabupaten Batang 6,02 6,34 6,71 6,72 Kabupaten cilacap 6,60 6,72 6,85 6,86 Kabupaten Banyumas 7,50 7,72 7,73 7,76 Kabupaten Purbalingga 6,50 6,81 7,18 7,21 Kabupaten Banjarnegara 5,98 6,20 6,33 6,34 Kota Tegal 8,06 8,25 8,25 8,27 Kota Pekalongan 8,52 8,66 8,66 8,69 Jawa Tengah 6,86 7,07 7,24 7,29 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(38)

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008-2011

Grafik 2.11 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Brebes dengan Kabupaten/kota di Bakorwil III dan Jawa Tengah

E. Pengeluaran Perkapita yang Disesuaikan (Daya Beli)

Indikator ini menunjukkan derajat daya beli masyarakat terhadap barang atau jasa. Rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Brebes pada tahun 2011 sebesar Rp 637,29,00. Capaian tersebut masih lebih rendah dari standar yang ditetapkan UNDP. Seperti diketahui, bahwa batas teratas dalam perhitungan indeks daya beli sebesar Rp 732.720,00, sedangkan batas terbawah sebesar Rp 360,000,00. Rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Brebes menempati peringkat ke-35 dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Dibandingkan kabupaten/kota lain di Bakorwil III, pengeluaran perkapita di Kabupaten Brebes lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Batang, Purbalingga, dan Banjarnegara namun lebih rendah dibandingkan Kabupaten Tegal, Pemalang, Pekalongan, Cilacap, Banyumas, Kota Tegal, Kota Pekalongan. Dibandingkan rata-rata pengeluaran perkapita penduduk Jawa Tengah, capaian Kabupaten Brebes juga lebih rendah. Secara rinci perbandingan rata-rata pengeluaran perkapita Kabupaten Brebes dengan kabupaten/kota lain di Bakorwil III dan Jawa Tengah dapat dilihat pada Grafik 2.12.

2008 2009 2010 2011 Kabupaten Brebes 84,85 85,21 86,14 86,15 Kabupaten Tegal 89,09 89,21 89,26 89,47 Kabupaten Pemalang 87,34 87,75 90,76 90,79 Kabupaten Pekalongan 89,94 90,60 92,05 92,08 Kabupaten Batang 87,62 87,74 88,09 89,9 Kabupaten cilacap 90,10 90,28 90,28 91,48 Kabupaten Banyumas 93,90 93,98 93,98 94,06 Kabupaten Purbalingga 93,00 93,02 93,48 93,5 Kabupaten Banjarnegara 88,24 88,43 88,43 88,48 Kota Tegal 94,87 94,88 94,88 94,9 Kota Pekalongan 95,37 95,48 95,68 95,93 Jawa Tengah 89,24 89,46 89,95 90,34 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Brebes
Grafik 2.1 Produk Domestik  Regional  Bruto  Kabupaten  Brebes  Tahun  2008- 2008-2011
Grafik 2.2 Perbandingan  Pertumbuhan  Ekonomi  Kabupaten  Brebes  dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2008-2011
Grafik 2.3 Perbandingan  Laju  Inflasi  Kabupaten  Brebes  dengan  Provinsi dan Nasional Tahun 2008-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam dunia perbankan, yang dimaksud dengan konsep manajemen pemasaran adalah upaya untuk mencapai kepuasan nasabah terhadap penggunaan produk yang dikeluarkan oleh pihak bank,

Segenap dosen Prodi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang telah memberikan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis

Dari hasil perhitungan tegangan-tegangan yang terjadi pada tiap komponen, dapat diketahui besarnya tegangan total (tegangan normal dan tegangan termal) seperti

Arah Kebijakan : Peningkatan Kualitas Layanan Kesehatan Dan Budaya Sehat Masyarakat - Belum terpenuhinya Standar RS Kelas B Non Pendidikan Khususnya SDM, dan

Sedangkan pada Retribusi daerah dilaksanakan penyesuaian terutama pada Retribusi Layanan Kesehatan khususnya yang bersumber pada Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

Indonesia Enterprise Risk Management Award III 2019 Penyelenggara/ Organizer Economic Review Tanggal/ Date 3 Agustus 2019/ August 3, 2019 PENgHARgAAN | aWaRd.. Penghargaan

Namun berdasarkan temuan hasil survey sebagai penelitian pendahuluan di lapangan, dan analisis dari berbagai sumber, serta simpulan dari beberapa penelitian sebelumnya,

Kegiatan yang mendatangkan tenaga ahli, pengajar, atau peneliti dari luar negeri untuk meningkatkan kapasitas keilmuwan melalui transfer IPTEK dalam rangka mendukung