ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
C. Aspek Daya Saing
Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Brebes berkaitan dengan aspek kesejahteraan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Masih rendahnya daya beli masyarakat yang ditunjukkan dari tingkat konsumsi perkapita penduduk yang masih kecil.
2. Terbatasnya kuantitas maupun kualitas fasilitas wilayah/infrastruktur guna menunjang investasi daerah.
4.3 Isu-Isu Strategis
Isu-isu strategis pembangunan yang dihadapi Kabupaten Brebes adalah sebagai berikut:
1. Tingginya angka kemiskinan
Angka kemiskinan di Kabupaten Brebes masih tinggi, lebih tinggi dibandingkan persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah dan nasional. Kemiskinan menjadi isu dunia dan nasional sebagaimana tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan 1, yaitu memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, sekaligus prioritas ke-4 pembangunan nasional yaitu Penangggulangan Kemiskinan sebagaimana tertuang dalam RPJM Nasional tahun 2009-2014. Tinggnya kemiskinan di Kabupaten Brebes merupakan permasalahan lintas sektor yang memerlukan upaya penanganan secara terintegrasi dan berkelanjutan melalui berbagai program pembangunan.
2. Banyaknya pengangguran
Pengangguran di Kabupaten Brebes cukup tinggi, terlihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang lebih tinggi dari TPT Provinsi Jawa tengah dan nasional. Pengurangan pengangguran menjadi upaya strategis dalam penanggulangan kemiskinan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Rendahnya derajat kesehatan masyarakat
Usia harapan hidup Kabupaten Brebes masih menempati posisi terakhir dibandingkan dengan capaian 11 kabupaten/kota lain di Bakorwil III, dan dibandingkan dengan rata-rata Jawa Tengah. Angka kematian Ibu di Kabupaten Brebes jauh lebih tinggi dibandingkan Target MDG’s Jateng (2015). Status gizi balita di Kabupaten Brebes untuk gizi buruk masih lebih tinggi dari Jawa Tengah. Angka penemuan (CDR) penyakit TB Paru juga lebih rendah dari Jawa Tengah. Angka Kejadian penyakit DBD juga lebih tinggi dari Jawa Tengah. Kesehatan menjadi isu dunia dan nasional sebagaimana tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s) yaitu: tujuan ke-4 menurunkan angka kematian anak; tujuan ke-5 meningkatkan kesehatan ibu hamil; dan tujuan ke-6 memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, sekaligus menjadi prioritas nasional ke-3 yaitu Kesehatan sebagaimana tertuang dalam RPJM Nasional tahun 2009-2012.
4. Rendahnya tingkat pendidikan
Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Brebes masih rendah, jauh tertinggal dibandingkan capaian Jawa Tengah. Angka melek huruf di Kabupaten Brebes juga belum optimal, masih terdapat penduduk yang buta huruf. Akses pendidikan yang masih rendah juga tergambarkan dari capaian APK PAUD, APK SD/MI, APK SMP/MTs, APK SMA/MA/SMK. Angka putus sekolah pada semua jenjang pendidikan juga tergolong tinggi. Pendidikan menjadi isu dunia dan nasional sebagaimana tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan ke-2, yaitu mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, sekaligus menjadi prioritas nasional ke-2 yaitu Pendidikan sebagaimana tertuang dalam RPJM Nasional tahun 2009-2014.
5. Belum optimalnya perwujudan iklim investasi yang kondusif
Penciptaan iklim investasi di Kabupaten Brebes terkendala beberapa permasalahan terkait aspek kelembagaan, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop Service), sumberdaya manusia, serta potensi dan peluang investasi daerah. Terkait kelembagaan instansi penanaman modal, hingga saat ini masih ditemui kesulitan untuk mewujudkan koordinasi yang sinergis dengan para stakeholder investasi,
mengingat banyaknya kepentingan dan belum dilandasi semangat kebersamaan untuk pengembangan investasi. Pelayanan terpadu satu pintu masih terkendala pada aspek landasan hukum serta teknis pelayanan sebagai akibat belum semua perizinan ditangani oleh KPPT. Masih terdapat sebagian jenis perijinan yang ditangani oleh dinas/instansi terkait. Terkait SDM, kendala yang dihadapi adalah keterbatasan jumlah dan kemampuan personel yang menangani bidang penanaman modal. Terkait potensi dan peluang investasi daerah, keterbatasan sarana dan prasarana investasi masih menjadi kendala yang cukup serius untuk dapat menarik minat investor agar mau menanamkan modalnya di Kabupaten Brebes. Iklim investasi juga menjadi prioritas nasional ke-7 yaitu Iklim Investasi dan Iklim Usaha, sebagaimana tertuang dalam RPJM Nasional tahun 2009-2014.
6. Rendahnya akses permodalan dan daya saing produk industri, usaha Mikro Kecil dan Menengah, dan usaha perdagangan
Di Kabupaten Brebes terdapat banyak industri kecil dan menengah formal dan industri kecil dan menengah non formal. Terdapat pula usaha mikro kecil dan menengah. Secara umum akses industri kecil dan menengah serta usaha mikro kecil dan menengah masih menghadapi permasalah akses permodalan dan pemasaran produk.
7. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana
Ketersediaan infrastruktur yang terbatas ditunjukkan oleh persentase jalan (nasional, provinsi dan kabupaten) kondisi baik pada tahun 2011 sebesar 54,60%, persentase jalan kabupaten kondisi baik sebesar 50%, persentase jalan poros desa kondisi baik sebesar 78%, persentase saluran drainase kondisi baik sebesar 78%, persentase saluran irigasi primer kondisi baik sebesar 40%, persentase saluran irigasi sekunder kondisi baik sebesar 45%, persentase saluran irigasi tersier kondisi baik sebesar 30%, embung/waduk kondisi baik sebesar 22,78%, Persentase Rumah Tangga ber Sanitasi 44,4%, dan jumlah rumah tidak layak huni pada tahun 2010 sebanyak 89.277 unit. Pembangunan sarana dan prasarana ini menjadi prioritas nasional sebagaimana tertuang dalam prioritas ke-6 yaitu Infrastruktur.
8. Belum terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender serta pemenuhan hak anak dalam pembangunan
Capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Brebes pada tahun 2010 sebesar 54,29. Sementara itu Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) sebesar 53,94. Capaian ini lebih rendah dari Provinsi Jawa Tengah, yaitu IPG sebesar 65,79 dan IDG sebesar 67,96. Penyelenggaraan pengarustamaan gender belum optimal dilaksanakan, terbukti dari penyelenggaraan kegiatan anggaran responsive gender belum dilaksanakan oleh semua SKPD. Sementara itu, terkait upaya pemenuhan hak anak, di Kabupaten Brebes telah dicanangkan Kabupaten Brebes sebagai Kabupaten Layak Anak. Namun demikian dalam implementasinya upaya pemenuhan hak anak masih menghadapi kendala terkait orientasi pembangunan yang masih sektoral, sehingga pemenuhan hak-hak anak di berbagai bidang pembangunan masih berjalan lambat. Pembangunan gender menjadi isu dunia dan nasional sebagaimana tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan ke-3, yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
9. Belum optimalnya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance)
Tata kelola pemerintahan, tergambarkan dari status audit keuangan oleh BPK. Pada tahun 2011, Kabupaten Brebes memperoleh status audit keuangan BPK Wajar
Dengan Pengecualian (WDP). Beberapa permasalahan yang masih menjadi kendala dalam peningkatan status audit BPK ini adalah berkaitan dengan pengelolaan asset daerah, baik aset yang bersifat tetap maupun aset tidak tetap. Tata kelola pemerintahan juga menjadi prioritas nasional ke-1 yaitu Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola sebagaimana tertuang dalam RPJM Nasional tahun 2009-2014. Amanat reformasi birokrasi di tingkat pemerintah daerah juga tertuang dalam Permen-PAN Nomor 18 tahun 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi; dan Permen-PAN Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014; serta Permen-PAN Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah. Secara jelas dalam Permen-PAN Nomor 20 Tahun 2010 disebutkan bahwa sasaran reformasi birokrasi yaitu: (1) Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN; Terwujudnya peningkatan; (2) kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; dan (3) Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Pelayanan publik mencakup berbagai pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Pelayanan perijinan secara terpadu masih terkendala pada aspek landasan hukum serta teknis pelayanan sebab belum semua perizinan ditangani oleh KPPT. Masih terdapat sebagian jenis perijinan yang ditangani oleh dinas/instansi terkait menjadikan pelayanan bagi masyarakat kurang terjamin kualitasnya. Pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil masih menghadapi persoalan belum adanya standar pelayanan publik yang harus dijalankan oleh pelaksana pelayanan, baik di tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Begitu pula jenis pelayanan publik lainnya yang dijalankan oleh masing-masing SKPD, juga belum semuanya memiliki standar pelayanan publik yang dijalankan oleh pelaksana pelayanan.
10. Menurunnya kualitas lingkungan dan potensi bencana alam
Penyebab pencemaran lingkungan di Kabupaten Brebes adalah banyaknya usaha yang berpotensi mencemari lingkungan, namun baru sebagian yang telah memiliki Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL). Kabupaten Brebes juga terkenal sebagai daerah yang memiliki tingkat penggunaan pestisida yang sangat tinggi dalam kegiatan produksi pertanian. Tingkat kerusakan mangrove di Kabupaten Brebes juga cukup besar akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan pantai. Keadaan tersebut berdampak pada perubahan fisik lingkungan di wilayah pesisir berupa intrusi air laut ke daratan, genangan di lahan rendah, dan abrasi pantai. Kabupaten Brebes menjadi wilayah yang berpotensi terjadinya bencana, meliputi rawan bencana banjir yaitu di Kecamatan Tanjung, Brebes, Ketanggungan, Bulakamba, Losari, dan Wanasari; rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Salem, Sirampog, Paguyangan, Bumiayu, Tonjong dan Bantarkawung; dan rawan bencana gempa di Kecamatan Tonjong, Ketanggungan, dan Bantarkawung. Isu lingkungan menjadi isu global dan nasional sebagaimana tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan ke-7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan, sekaligus menjadi prioritas nasional ke-9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana sebagaimana tertuang dalam RPJM Nasional tahun 2009-2014.