• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumahan Rakyat

Dalam dokumen BUPATI BREBES RANCANGAN (Halaman 126-135)

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

B. Aspek Pelayanan Umum

5. Perumahan Rakyat

a. Masih kurangnya penyediaan rumah baik oleh pengembang maupun masyarakat.

b. Masih rendanya penyediaan sarana dan prasarana lingkungan sehat perumahan, terlihat dari persentase rumah tangga bersanitasi masih rendah. c. Masih banyaknya jumlah rumah tidak layak huni yang digunakan oleh

masyarakat.

6. Perencanaan Pembangunan

a. Belum optimalnya penyediaan data pendukung perencanaan pembangunan daerah baik data dari SKPD dan BPS.

b. Masih terbatasnya kemampuan dan kapasitas para perencana di masing-masing SKPD dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.

c. Belum semua dokumen perencanaan pembangunan daerah sinergis dengan dokumen perencanaan nasional, provinsi dan dokumen perencanaan sektoral, dan belum menjadi pedoman dalam penganggaran kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD.

d. Belum semua dokumen perencanaan yang diwajibkan Pemerintah Pusat dapat dipenuhi, mencakup perencanaan pembangunan bidang sosial budaya, bidang ekonomi, prasarana wilayah dan sumberdaya alam, dan daerah rawan bencana.

7. Perhubungan

a. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana LLAJ untuk meningkatkan keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan dan penumpang angkutan umum.

b. Masih kurangnya pelayanan angkutan umum, ditandai belum semua wilayah tersedia jaringan transportasi umum, transportasi massal, terminal penumpang umum yang sesuai dengan standar pelayanan minimum, dan dermaga penyeberangan di waduk malahayu dan waduk penjalin.

c. Rendahnya minat masyarakat menggunakan moda angkutan umum terlihat dari menurunnya jumlah penumpang di Terminal, disebabkan oleh kemudahan kredit kendaraan bermotor.

d. Masih rendahnya tingkat keamanan, keselamatan dan kenyamanan berlalu lintas, diikuti rendahnya kesadaran lalu lintas pengguna jalan.

e. Belum optimalnya sarana dan prasarana kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor.

8. Lingkungan Hidup

a. Meningkatnya kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan, sebagian diantaranya belum dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

b. Rendahnya ketersediaan data dan informasi lingkungan hidup yang dapat diakses secara mudah oleh masyarakat.

c. Belum optimalnya perlindungan terhadap kawasan lindung, daerah tangkapan air dan sumber mata air, serta penanganan wilayah rawan longsor.

d. Belum optimalnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat melalui 3R. 9. Pertanahan

a. Sistem pendaftaran tanah dan pelayanan administrasi pertanahan belum optimal, dengan kualitas pelayanan yang masih rendah.

b. Belum efektifnya penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, disebabkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai administrasi pertanahan.

c. Masih adanya konflik-konflik sengketa pertanahan di masyarakat, disebabkan status tanah yang tidak jelas.

d. Belum optimalnya sistem informasi pertanahan dalam penyebarluasan dan edukasi penyelesaian administrasi pertanahan.

10.Kependudukan dan Catatan Sipil

a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan dokumen administrasi kependudukan dan catatan sipil.

b. Masih rendahnya kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, disebabkan keterbatasan kualitas dan kuantitas SDM, keterbatasan kapasitas internet untuk mengakses data dari kecamatan ke dinas, dan kurangnya kontrol terhadap petugas operator karena status operator bukan pegawai dinas kependudukan dan catatan sipil, namun pegawai kecamatan. c. Belum optimalnya capaian program e-KTP disebabkan kesadaran masyarakat

yang masih rendah.

11.Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

a. Masih kurangnya kebijakan dalam peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak, perumusan kebijakan masih dilakukan secara parsial yang semestinya sudah menyeluruh pada semua SKPD. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya IDG dan IPG.

b. Belum optimalnya kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak dalam rangka peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak.

c. Masih rendahnya keterlibatan perempuan dan anak dalam proses pembangunan.

d. Belum optimalnya penanganan kekerasan dalam rumah tangga, dikarenakan belum tersedianya SOP, dan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan perlindungan perempuan dan anak.

e. Belum optimalnya perencanaan dan implementasi Anggaran Responsif Gender (ARG)

f. Kurangnya penyadaran pada stakeholder untuk meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak.

12.Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

a. Belum senergisnya kebijakan pengendalian jumlah penduduk dan belum optimalnya institusi-institusi masyarakat dalam pelaksanaan program KB. b. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untut ber-KB, dapat dilihat dari

tingginya unmetneed, masih kurangnya partisipasi PUS untuk ber KB terutama laki-laki serta masih rendahnya kesadaran penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

c. Masih terbatasnya kapasitas tenaga dan kelembagaan program KB, contohnya masih terbatasnya PLKB, hal ini ditandai dengan 1 PLKB masih mengampu lebih dari 3 kelurahan/desa.

d. Masih tingginya PUS yang memiliki istri dengan usia dibawah 20 tahun. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi.

e. Masih terbatasnya kelembagaan kelompok bina keluarga.

f. Kurangnya optimalnya kelembagaan dalam peningkatan tumbuh kembang balita

g. Kurangnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

13.Sosial

a. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) belum terlaksana secara menyeluruh.

b. Belum optimalnya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial disebabkan keterbatasan daya tampung panti rehabilitasi, pada tahun 2011 baru ada satu panti.

c. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan rehabilitasi sosial, baik panti maupun diluar panti.

d. Belum optimalnya penyediaan jaminan sosial dan pembinaan terhadap anak terlantar.

e. Belum optimalnya penanganan dan pembinaan terhadap penyandang cacat. f. Belum optimalnya pembinaan terhadap panti asuhan dan panti jompo.

g. Belum optimalnya penananganan dan pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba).

h. Belum optimalnya peran lembaga sosial masyarakat dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial.

i. Masih rendah peran pemerintah dan lembaga swasta dalam pemberdayaan fakir miskin, dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya. 14.Ketenagakerjaan

a. Masih banyaknya jumlah pengangguran di Kabupaten Brebes.

b. Masih rendahnya kualitas tenaga kerja disebabkan tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang rendah.

c. Masih rendahnya kesempatan kerja dan belum optimalnya penempatan tenaga kerja.

d. Masih adanya kasus-kasus hubungan industrial antara tenaga kerja dengan pengusaha.

e. Kurang optimalnya pemanfaatan BLK dalam pelatihan tenaga kerja sehingga memiliki keterampilan kerja.

15.Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

a. Iklim usaha yang mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah belum kondusif, ditandai pelayanan perijinan UMKM yang belum optimal, dan sulitnya akses terhadap peluang pasar produk UMKM, dan persaingan usaha yang kurang sehat.

b. Rendahnya semangat kewirausahaan, dan rendahnya daya saing produk UMKM dalam hal kualitas produk yang rata-rata kurang bagus, harga yang kurang kompetitif, dan pemasaran produk masih sebatas pasar lokal, belum mampu melakukan pemasaran keluar daerah.

c. Masih kurangnya ketersediaan penunjang usaha, terutama sarana pemasaran dan informasi pasar, ketersediaan bahan baku, dan sarana teknologi produksi.

d. Masih lemahnya kelembagaan koperasi terutama menyangkut aspek legalitas usaha, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

e. Masih rendahnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola koperasi mengenai manajemen pengelolaan koperasi.

f. Kurang berkembangnya usaha simpan pinjam pada koperasi untuk memenuhi kebutuhan anggota.

16.Penanaman Modal

a. Belum optimalnya promosi terhadap potensi dan peluang investasi daerah, baik dalam penyediaan media promosi, kerjasama promosi, maupun strategi

pemasaran investasi, serta belum terpadunya sistem informasi penanaman modal Kabupaten Brebes dengan pusat dan provinsi.

b. Masih rendahnya iklim investasi dan realisasi investasi, diantaranya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop Service) yang terkendala pada aspek landasan hukum dan teknis pelayanan akibat belum semua perizinan ditangani oleh KPPT, dan belum optimalnya pelayanan perijinan usaha melalui elektronik (SPIPISE). Banyak dan kompleksnya perizinan yang dilayani oleh KPPT tidak diimbangi dengan jumlah/kuantitas dan kualitas SDM aparatur perizinan. Selain itu masih kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung kenyamanan pemohon izin dan memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi perizinan.

c. Terbatasnya sarana dan prasarana daerah penunjang investasi daerah untuk menarik minat investor menanamkan modalnya di Kabupaten Brebes.

17.Kebudayaan

a. Belum optimalnya pengembangan nilai-nilai budaya daerah, terutama budaya lokal dan kearifan lokal.

b. Belum optimalnya pemeliharaan, pengelolaan dan perlindungan kekayaan budaya, terutama benda-benda cagar budaya.

c. Belum optimalnya pengelolaan dan pelestarian keragaman budaya daerah, disebabkan keterbatasan sarana dan jumlah pertunjukan seni budaya.

d. Masih terbatasnya kerjasama dengan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan kekayaan budaya daerah.

18.Pemuda dan Olah Raga

a. Belum sinergisnya kebijakan dalam pembinaan pemuda dan prestasi olahraga.

b. Belum tumbuhnya jiwa kewirausahaan di kalangan pemuda, disebabkan rendahnya kapasitas keterampilan usaha.

c. Belum optimalnya pencegahan peredaran narkoba dan penanganan penyalahgunaan narkoba.

d. Masih rendahnya peran organisasi olahraga dalam pembibitan dan pembinaan atlet muda berpotensi.

e. Terbatasnya SDM dalam rangka pemasyarakatan olahraga, pembinaan dan pengembangan prestasi olahraga.

f. Terbatasnya sarana dan prasarana olahraga untuk menunjang aktivitas latihan dan pertandingan olahraga.

19.Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

a. Belum optimalnya pendidikan politik kepada masyarakat yang berdampak pada rendahnya partisipasi politik dalam pemilu.

b. Pengembangan wawasan kebangsaan di kelompok masyarakat masih belum optimal.

c. Masih tingginya kejadian gangguan-gangguan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat.

d. Belum optimalnya peran serta masyarakat dalam peningkatan keamanan, kenyamanan dan ketertiban lingkungan.

e. Belum optimalnya pembinaan terhadap organisasi masyarakat sipil.

f. Bertambahnya Penyakit Masyarakat (Pekat) yang mengganggu kenyamanan masyarakat.

20.Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian

a. Belum optimalnya kinerja DPRD dalam menjalankan fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi penganggaran.

b. Pelayanan kedinasan kepala daerah dan kepala daerah dalam pelaksanaan tugas kedinasan belum optimal.

c. Intensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah, baik pajak maupun retribusi daerah belum optimal.

d. Belum optimalnya pengawasan internal untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan masih kurangnya kapasitas tenaga pemeriksa dan aparat pengawasan.

e. Terbatasnya sarana prasarana teknologi informasi di SKPD dan pemerintah desa/kelurahan untuk menunjang kinerja pemerintah daerah dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

f. Belum optimalnya kerjasama antar pemerintah daerah dan kerjasama dalam daerah dalam rangka peningkatan penanaman modal, pelayanan publik dan pengelolaan sumberdaya alam.

g. Belum tersusunnya beberapa regulasi daerah yang menjadi kebutuhan daerah dalam merespon perkembangan peraturan perundang-undangan yang baru, dan masih ditemuinya beberapa peraturan yang belum sinergis. h. Kapasitas dan profesionalisme aparatur pemerintah daerah dalam

mewujudkan pelayanan publik yang responsif dan akuntabel belum optimal, disebabkan keterbatasan peralatan kerja dan kapasitas SDM.

21.Ketahanan Pangan

a. Rendahnya ketersediaan terjadi pada komoditas kedelai, kacang tanah, ubi jalar, daging sapi, dan susu, sehingga perlu upaya peningkatan produksi dengan peningkatan luas panen dan produktivitas komoditas kedelai, kacang tanah dan ubi jalar. Peningkatan produksi daging sapi dan susu juga menjadi prioritas dalam pemenuhan ketersediaan pangan.

b. Ketergantungan konsumsi beras dan kecenderungan konsumsi terigu masih cukup tinggi, serta belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal untuk pangan harian.

c. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas pola konsumsi pangan penduduk, karena pengetahuan, budaya dan kebiasaan makan masyarakat kurang mendukung konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

d. Belum berkembangnya industri pangan berbasis bahan pangan lokal yang mendukung penganekaragaman konsumsi pangan.

e. Masih terjadinya kasus keracunan akibat penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan sehingga menimbulkan rendahnya ketahanan pangan masyarakat.

f. Cadangan pangan pemerintah daerah dan masyarakat masih terbatas dan belum berkembang, termasuk belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan lumbung pangan.

g. Kemampuan ketahanan pangan dan akses pangan masih rendah.

h. Perubahan iklim global tidak dapat dihindari dan dapat mempengaruhi produksi, distribusi, cadangan dan harga pangan.

i. Masih rendahnya mutu dan keamanan pangan segar. 22.Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

a. Kemandirian dan keberdayaan masyarakat desa belum terwujud secara optimal, dapat diketahui dari tindak lanjut kegiatan pasca program

pemberdayaan masyarakat belum mampu untuk melestarikan dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan.

b. Belum terwujudnya secara optimal pengembangan kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat desa, dapat dilihat jumlah kelompok usaha dan kapasitas dalam pengembangan usaha ekonomi produktif masih rendah. c. Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan belum berjalan

secara optimal, hanya elit-elit desa yang selalu berperan dalam setiap tahapan pembangunan.

d. Masih rendahnya kapasitas aparatur pemerintah desa dalam penyelenggaraan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, pengelolaan administrasi desa, dan pengelolaan keuangan Alokasi Dana Desa.

23.Statistik

a. Terbatasnya ketersediaan data statistik daerah, belum mampu mengakomodir kebutuhan data untuk kepentingan perencanaan dan evaluasi pembangunan maupun untuk kepentingan lainnya.

b. Belum optimalnya koordinasi antar SKPD dalam pengelolaan data statistik untuk mendukung perencanaan dan evaluasi kinerja pembangunan daerah. 24.Kearsipan

a. Pengelolaan arsip secara baku belum sepenuhnya diaplikasikan oleh SKPD, disebabkan sedikitnya cakupan SDM yang mendapatkan pelatihan kearsipan. b. Masih rendahnya cakupan penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip

daerah, disebabkan terbatasnya kuantitas arsiparis.

c. Masih belum optimalnya pelayanan informasi kearsipan, tercermin dari terbatasnya sistem informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.

d. Masih belum optimalnya pemanfaat media elektronik dalam rangka preservasi kearsipan, terlihat dari penyimpanan (pengalih-mediaan) arsip dalam media elektronik masih belum dilakukan.

25.Komunikasi dan Informasi

a. Belum selarasnya kebijakan dan regulasi di bidang komunikasi dan informatika.

b. Belum optimalnya kerjasama informasi pemerintah daerah dengan media massa dalam penyebarluasan program dan hasil pembangunan daerah. c. Terbatasnya jaringan komunikasi dan informatika di berbagai wilayah dalam

menunjang akses masyarakat untuk memperoleh informasi melalui teknologi informasi.

d. Belum meratanya ketersediaan SDM dalam bidang teknologi informasi, dan terbatasnya Kelompok Informasi Masyarakat (KIM).

26.Perpustakaan

a. Masih rendahnya minat baca masyarakat disebabkan belum terbentuknya budaya gemar membaca dan menurunnya jumlah keanggotaan baru perpustakaan.

b. Masih terbatasnya koleksi buku baru di perpustakaan.

c. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan perpustakaan.

d. Belum optimalnya penambahan, penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan, disebabkan kesadaran masyarakat untuk menjaga koleksi perpustakaan dengan baik.

Urusan Kewenangan Pilihan 1. Pertanian

a. Masih rendahnya tingkat pendapatan petani, yang disebabkan oleh kecilnya status dan luas kepemilikan lahan, masih rendahnya nilai tukar petani terbatasnya akses petani ke pasar.

b. Lemahnya penguasaan teknologi pertanian dan peternakan dengan aspek-aspek sosial ekonominya, sehingga masih banyak petani dan peternak yang melaksanakan praktek usahanya secara tradisional

c. Rendahnya kualitas SDM dan menurunnya minat anak muda di bidang pertanian

d. Belum optimalnya ketersediaan prasarana dan sarana produksi baik usaha pertanian maupun peternakan.

e. Rendahnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap peningkatan produksi pertanian. Hal ini disebabkan intensitas dan kualitas penyuluhan yang masih kurang.

f. Telur asin yang telah menjadi ikon produk olahan hasil ternak, masih “berjalan sendiri”, belum didukung produk-produk pertanian/peternakan lain baik sebagai produk penyela, pengikut, maupun periak pasar telur asin sehingga dapat memperkuat posisi pasarnya.

g. Masih rendahnya produksi peternakan, terutama sapi potong dan sapi perah, sehingga belum mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Brebes

h. Masih kurangnya produksi hasil peternakan untuk mendukung swasembada daging dan susu, baik sebagai penambahan pendapatan masyarakat maupun untuk mendukung ketahanan pangan.

i. Adanya berbagai kasus penyakit ternak dan adanya ancaman penyakit ternak dari daerah endemik anthrax.

j. Masih tingginya pelaku usaha peternakan ruminansia yang menempatkannya sebagai usaha sambilan atau tabungan, sehingga tidak banyak berperan baik dalam peningkatan perputaran ekonomi, pilihan berusaha, maupun dalam penyediaan bahan pangan bagi masyarakat.

2. Kehutanan

a. Pemanfaatan potensi hasil hutan kurang optimal, khususnya hasil hutan non kayu.

b. Masih banyaknya lahan kritis dan lahan rawan longsor di luar kawasan hutan yang belum terehabilitasi.

c. Pemanfaatan kawasan hutan produksi kurang optimal untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat desa di sekitar hutan.

d. Tingginya ancaman kerusakan hutan akibat pencurian kayu (illegal logging) dan kebakaran hutan.

e. Kesenjangan antara ketersediaan dan permintaan bahan baku industri hasil hutan masih tinggi, khususnya kayu yang belum secara optimal disediakan dari hutan rakyat.

3. Energi dan Sumberdaya Mineral

a. Masih terdapat pengelola usaha pertambangan dan penggalian bahan tambang yang kurang menyadari pentingnya upaya pelestarian lingkungan.

b. Masih adanya usaha pertambangan tidak memiliki ijin usaha, yang berpotensi merusak lingkungan.

c. Masih banyaknya keluarga yang belum dapat mengakses listrik, karena berada di desa terpencil tanpa adanya jaringan listrik PLN, dan belum optimalnya pengembangan energi terbarukan.

d. Belum adanya kajian tentang potensi bahan tambang di Kabupaten Brebes sehingga belum diperhitungkan sumbangannya terhadap perekonomian daerah.

e. Tingginya tingkat penggunaan energi listrik dan bahan bakar minyak disebabkan kesadaran masyarakat yang rendah.

4. Pariwisata

a. Rendahnya jumlah pengunjung obyek wisata dengan yang rata-rata lama tinggalnya hanya 1 hari, belum mampu mendongkrak peningkatan pendapatan asli daerah.

b. Kurangnya promosi dan penyebarluasan informasi pariwisata secara intensif untuk mengenalkan potensi obyek wisata di Kabupaten Brebes.

c. Terbatasnya sarana prasarana di obyek wisata unggulan daerah, masih kalah dibandingkan obyek wisata di kabupaten/kota lain.

d. Rendahnya keterlibatan masyarakat dan rendahnya kemitraan pemerintah daerah dengan dunia usaha dalam pengembangan pariwisata (agrowisata, ekowisata dan wisata bahari), termasuk dalam penyediaan produk industri dan jasa pariwisata.

5. Kelautan dan Perikanan

a. Rendahnya kapasitas kelembagaan masyarakat pesisir sebagai pendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang usaha kelautan dan perikanan.

b. Rendahnya pendapatan masyarakat pesisir, terutama nelayan kecil dan pembudidaya ikan yang disebabkan oleh tingkat keterampilan yang rendah dan ketergantungan mata pencahariain dengan alam sekitar yang masih sangat besar.

c. Menurunnya kualitas lingkungan sumberdaya ikan sebagai akibat dari rusaknya hutan vegetasi mangrove yang disebabkan baik oleh alam berupa abrasi, erosi maupun aktivitas masyarakat seperti penebangan mangrove secara illegal maupun efek dari suatu kegiatan normalisasi sungai maupun saluran.

d. Meningkatnya kerentanan wilayah pesisir terhadap bencana alam yang memerlukan adanya upaya mitigasi bencana.

e. Menurunya hasil tangkapan akibat meningkatnya eksploitasi terhadap sumberdaya perairan laut dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

f. Produktivitas usaha perikanan budidaya khususnya aiar payau masih kurang, disebabkan oleh degradasi lahan budidaya sebagai akibat dari eksploitasi berlebihan pada saat booming komoditas udang era tahun 80-an serta terbatasnya keterampilan, sarana prasarana, akses modal, dan akses pemasaran hasil usaha.

g. Terbatasnya sarana prasarana untuk menunjang peningkatan produksi perikanan tangkap.

h. Rendahnya daya saing produk perikanan, disebabkan penanganan dan pengolahan pasca panen yang masih sederhana.

i. Belum optimalnya pengembangan kawasan pesisir menjadi sentra-sentra produksi budidaya.

j. Masih kurangnya konsumsi ikan perkapita, disebabkan tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dalam mengkonsumsi ikan, serta faktor tingginya angka kemiskinan yang mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap hasil perikanan.

6. Perdagangan

a. Maraknya kasus-kasus kecurangan dalam perdagangan yang berpotensi merugikan konsumen.

b. Masih terbatasnya jenis produk/komoditas ekspor, volume dan nilai realisasi ekspor dari Kabupaten Brebes.

c. Meningkatnya produk impor dengan harga yang lebih murah sehingga mengurangi pemasaran produk dalam negeri.

d. Belum terbangunnya sistem informasi perdagangan untuk mendukung distribusi barang kebutuhan masyarakat secara merata.

e. Meningkatnya jumlah pedagang kaki lima sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pengguna jalan.

f. Terbatasnya sarana dan prasarana pasar tradisional, sementara pasar retail semakin banyak.

7. Perindustrian

a. Daya saing produk industri kecil dan menengah masih rendah dibandingkan produk sejenis dari luar daerah, disebabkan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam proses produksi industri kecil dan menengah non formal, dan belum adanya standardisasi mutu hasil industri.

b. Belum optimalnya promosi dan pemasaran produk industri inovasi sistem produksi.

c. Masih banyaknya industri kecil dan menengah yang belum memiliki legalitas usaha, sehingga belum dapat mengembangkan kemitraan usaha, dan mengakses kredit permodalan usaha dari perbankan.

d. Belum optimalnya perkembangan sentra-sentra industri potensial dalam rangka peningkatan efisiensi dan peningkatan produktivitas, termasuk industri-industri kreatif.

8. Ketransmigrasian

a. Terbatasnya kuota dari pemerintah pusat dan provinsi dalam pemberangkatan transmigran, sehingga tidak sebanding dengan minat masyarakat.

Dalam dokumen BUPATI BREBES RANCANGAN (Halaman 126-135)