• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi hidrolisis garam dengan model pembelajaran NHT

N/A
N/A
Taufiqurrahman S. Pd

Academic year: 2023

Membagikan "Materi hidrolisis garam dengan model pembelajaran NHT"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik quasi eksperimen (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian pretest-posttest nonequivalent control group design yaitu bentuk penelitian yang menggunakan pemberian tes awal (pretest) sebelum melaksanakan penelitian serta tes akhir (postest) pada akhir pelaksanaan penelitian (Tuckman, 1999). Secara garis besar desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5 . Desain penelitian control group pretest postest

Kelas Pretest Pembelajaran Postest

E1 Y1 X1 Y2

K2 Y3 X2 Y4

Keterangan :

E1 = Kelompok eksperimen K2 = Kelompok kontrol

Y1 = Skor pretest untuk kelompok eksperimen Y2 = Skor postest untuk kelompok eksperimen Y3 = Skor pretest untuk kelompok kontrol Y4 = Skor postest untuk kelompok kontrol

X1 = Pembelajaran dengan model NHT bermuatan MI X2 = Pembelajaran dengan model NHT

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2012. Penelitian dilakukan di kelas XI IPA MA Negeri 2 Model Banjarmasin tahun ajaran 2011/2012, yang beralamat di Jalan Pramuka RT.20 No.28 Banjarmasin.

51

(2)

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA Negeri 2 Model Banjarmasin Kalimantan Selatan. Sampel penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu siswa kelas XI-IPA 1 sebanyak 32 orang sebagai kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran materi hidrolisis garam dengan model pembelajaran NHT bermuatan MI. Kelas XI-IPA 2 sebanyak 33 orang sebagai kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran materi hidrolisis garam dengan model pembelajaran NHT. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling artinya semua kelas dalam populasi diberi peluang yang sama untuk menjadi sampel.

3.4 Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran dimana kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran NHT bermuatan MI dan kelas kontrol menerapkan model pembelajaran NHT. Sedangkan variabel terikatnya adalah kecerdasan interpersonal dan hasil belajar siswa yang diambil melalui tes tertulis, dan diukur berdasarkan skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan serangkaian soal kepada siswa dalam bentuk tes objektif. Teknik nontes dilakukan dengan melakukan observasi dan membagikan angket skala sikap.

(3)

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data sebagai berikut:

a. Melaksanakan pretest.

b. Membagikan angket kecerdasan ganda kepada siswa.

c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran kimia materi pokok hidrolisis garam dengan model pembelajaran NHT bermuatan MI pada kelas eksperimen dan model pembelajaran NHT pada kelas kontrol.

d. Melaksanakan tes hasil belajar (evaluasi) .

e. Membagikan angket kecerdasan ganda dan angket kecerdasan interpersonal kepada siswa.

f. Membagikan lembar respon siswa terhadap proses pembelajaran.

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.1 Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran pada materi tertentu diperlukan penilaian. Ada dua teknik dalam menilai kecerdasan interpersonal dan hasil belajar siswa, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes dapat berbentuk soal objektif dan soal subjektif, sedangkan teknik nontes dapat berupa wawancara, observasi dan pengisian angket. Perangkat instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Instrumen tes kecerdasan ganda

Untuk mengukur perkembangan kecerdasan ganda siswa, maka digunakan angket kecerdasan ganda yang akan diberikan kepada siswa. Angket ini diberikan untuk mengetahui kecerdasan awal siswa sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi

(4)

perlakuan yaitu pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Angket ini berisikan 56 pertanyaan yang mewakili 8 kecerdasan dengan pilihan jawaban “Ya” dengan skor 1, dan jawaban “Tidak” dengan skor 0. Instrument ini diadaptasi dari Multiple intelligence test by Dr. Terry Amstrong dan Tes Penilaian Kecerdasan Majemuk oleh Thomas Asmstrong Ph.D dalam Multiple Intelligences in the Classroom 2nd Ed. Melalui beberapa perbaikan dan penyesuaian dengan kultur di Indonesia.

b. Instrumen tes hasil belajar siswa

Untuk mengukur tingkat kemampuan pemahaman (kognitif) siswa digunakan bentuk soal objektif dengan 5 pilihan jawaban yang terdiri dari 1 pilihan benar dan 4 jawaban pengecoh. Teknik penskoran ditentukan secara dikotomi dengan cara memberi skor 1 untuk setiap butir soal yang dijawab benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Penentuan skor yang diperoleh masing- masing siswa dari tes hasil belajar menggunakan skala 100 dengan perhitungan sebagai berikut :

Skor akhir =

soalbenar

soal × 100

c. Lembar observasi kegiatan siswa

Untuk mengetahui kegiatan siswa dalam kelas kontrol dengan model NHT sedangkan kelas eksperimen dengan model NHT bermuatan MI, maka diberikan lembar observasi kegiatan siswa kepada observer. Observer dapat memberikan tanda ceklist (√) untuk setiap penampilan yang dilakukan siswa secara benar, sesuai dengan aktivitas yang dibuat oleh peneliti. Angka 1 berarti sangat kurang,

(5)

angka 2 berarti kurang, angka 3 berarti cukup, angka 4 berarti baik, dan angka 5 berarti sangat baik.

d. Lembar observasi kecerdasan interpersonal

Untuk mengetahui perkembangan kecerdasan interpersonal siswa, maka diberikan lembar observasi kecerdasan interpersonal siswa kepada observer.

Observer dapat memberikan tanda ceklist (√) untuk setiap penampilan yang dilakukan siswa secara benar. Penskoran lembar observasi kecerdasan interpersonal siswa dilakukan dengan kategori pilihan jawaban “Ya” untuk perilaku yang muncul dengan skor 1, sedangkan jawaban “Tidak” untuk setiap perilaku yang tidak nampak dengan skor 0.

e. Angket respon siswa

Untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran NHT (numbered head together) bermuatan MI dapat menggunakan angket respon siswa, dimana setiap pernyataan menggunakan skala Likert dengan rentang 1-5 untuk pernyataan yaitu sangat setuju (SS) = 5, setuju (S) = 4, ragu-ragu (RR) = 3, tidak setuju (TS) = 2, dan sangat tidak setuju (STS) = 1.

3.6.2 Pengujian instrumen penelitian

Instrumen penelitian dapat dikatakan memenuhi prasyarat sebagai alat pengumpul data apabila instrumen penelitian valid dan reliabel (Arikunto, 2007).

Oleh karena itu sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas soal.

(6)

a. Validitas Instrumen

Sebelum instrumen pada penelitian ini digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas untuk mendapatkan instrumen tes yang valid. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi (Content validity). Sebuah tes/instrumen dikatakan mempunyai validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi (isi pelajaran) atau kurikulum (Arikunto, 2009).

Validitas isi untuk instrumen soal tes objektif ditetapkan berdasarkan penilaian dan pertimbangan dari penilai. Adapun kriteria penilaian instrumen tersebut adalah :

1. Skor 0 apabila indikator tidak sesuai dengan butir soal atau pernyataan dan instrumen tidak komunikatif.

2. Skor 1 apabila indikator tidak sesuai dengan butir soal atau pernyataan dan tetapi instrumen komunikatif.

3. Skor 2 apabila indikator sesuai dengan butir soal atau pernyataan dan instrumen komunikatif.

Pada tim penilai juga diminta untuk memberikan catatan perbaikan terhadap instrumen yang dinilai jika dianggap perlu. Kemudian hasil penelitian tersebut dihitung kevalidannya dengan mengggunakan rumus berikut :

Untuk soal yang relevan:

Validitas Isi =

Soal yang mendapat skor2

Soal x 100 %

Untuk soal yang tidak relevan:

Validitas Isi =

Soal yang mendapat skor1atau0

Soal x 100 %

(7)

Konsistensi antar penilai dilakukan dengan cara menghitung rata-rata persentase permberian skor rata-rata oleh tim penilai dengan rumus :

Prata-rata =

PA+ PB+ PC

3 x 100%

Keterangan :

P = Persentase validitas isi yang dicari PA = Persentase validitas isi oleh penilai A PB = Persentase validitas isi oleh penilai B PC = Persentase validitas isi oleh penilai C

Selanjutnya skor yang diperoleh tadi diinterprestasikan sebagai berikut:

a) Antara 81% sampai dengan 100% adalah sangat tinggi.

b) Antara 61% sampai dengan 80,9% adalah tinggi.

c) Antara 41% sampai dengan 60,9% adalah cukup.

d) Antara 21% sampai dengan 40,9% adalah rendah.

e) Antara 10% sampai dengan 20,9% adalah sangat rendah (Arikunto, 2009).

Setelah dihitung rata-ratanya, jika instrumen yang berskor 2 persentasi-nya di atas 75% maka instrumen tersebut dapat dikatakan valid (Samuel & Gabel dalam Winarti, 1999). Instrumen penelitian divalidasi oleh tiga orang yang terdiri dari 2 orang dosen pengajar FKIP Unlam Program Studi Pendidikan Kimia dan 1 orang guru pengajar mata pelajaran kimia MA Negeri 2 Model Banjarmasin.

Khusus instrumen penelitian tes kecerdasan ganda dan lembar observasi kecerdasan interpersonal divalidasi oleh 3 orang yang terdiri dari 2 orang dosen FKIP Unlam Program Studi Pendidikan Kimia dan 1 orang dosen psikologi FKIP Unlam, serta 1 orang guru BK dari sekolah MA Negeri 2 Model Banjarmasin.

(8)

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap validitas angket kecerdasan ganda, maka dapat diketahui validitas isi dari angket kecerdasan ganda yang telah dibuat memiliki persentase sebesar 84,52%.

Tabel 6 Hasil validasi instrumen tes (angket kecerdasan ganda)

Validator Persentase Skor

Nol (%) Satu (%) Dua (%)

Penilai D 0 0 100

Penilai B 32,14 0 67,85

Penilai E 0 14,28 85,72

Rata-rata 10,72 4,76 84,52

Berdasarkan hasil perhitungan validasi untuk instrumen tes hasil belajar (aspek kognitif) diketahui bahwa instrumen tes materi hidrolisis garam memiliki persentase validitas isi sebesar 100%. Hasil validiasi instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 7. Data lebih lengkap mengenai hasil validasi instrumen tes dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 7 Hasil validasi instrumen tes (aspek kognitif) Validator Persentase skor penilaian (%)

Nol (%) Satu (%) Dua (%)

Penilai A 0 0 100

Penilai B 0 0 100

Penilai C 0 0 100

Rata-rata 0 0 100

Tabel 8 menampilkan hasil validasi instrumen tes lembar observasi kecerdasan interpersonal siswa. Berdasarkan hasil perhitungan validasi instrumen tes lembar observasi kecerdasan interpersonal yang telah dibuat memiliki persentase validitas isi 100%. Data hasil validasi instrumen tes ini dapat dilihat pada lampiran 13.

Tabel 8 Hasil validasi instrumen tes (angket kecerdasan interpersonal)

(9)

Validator Persentase Skor

Nol (%) Satu (%) Dua (%)

Penilai D 0 0 100

Penilai B 0 0 100

Penilai E 0 0 100

Rata-rata 0 0 100

Tabel 9 menampilkan hasil validasi instrumen tes angket respon siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan validasi instrumen tes angket respon yang telah dibuat memiliki persentase validitas isi 86,67%.

Tabel 9 Hasil validasi instrumen tes (angket respon)

Validator Persentase Skor

Nol (%) Satu (%) Dua (%)

Penilai A 10 0 90

Penilai B 0 30 70

Penilai C 0 0 100

Rata-rata 3,33 10 86,67

Keterangan:

Penilai A = Dra. Leny, M. Si

Penilai B = Yudha Irhasyuarna, S. Pd, M. Pd Penilai C = Dra. Siti Rostina, M. Pd

Penilai D = Ririanti Rahmayani, S. Psi, M. Pd Penilai E = Emma Werdayani, S. Pd

b. Reliabilitas Instrumen

Sebelum instrumen tes digunakan untuk penelitian, maka terlebih dahulu harus diuji cobakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen. Reliabilitas instrumen berhubungan dengan tingkat kepercayaan dari instrumen tersebut.

Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap (Arikunto, 2009).

Menurut Arikunto (2009) reliabilitas tes adalah ketetapan tes yaitu kapanpun tes tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama,

(10)

sehingga tes tersebut dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas tes yang digunakan pada penelitian ini menggunakan program Anates v4.0.9.

Kriteria realibilitas instrumen menurut Ratumanan & Laurens (2003) terlihat dalam Tabel 10.

Tabel 10 Kriteria reliabilitas instrumen Koefisien reliabilitas Penafsiran

0,80 < r 0,40 < r < 0,80

r < 0,40

Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas rendah

Pengujian reliabilitas instrumen tes kognitif dilakukan pada siswa kelas XI IPA-2 SMA Negeri 3 Banjarmasin karena tingkat kemampuan siswa pada kelas tersebut dianggap setara dengan kelas yang akan diteliti. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen tes kognitif memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,82 yang termasuk dalam kategori tinggi. Data mengenai reliabilitas intstrumen tes kognitif dapat dilihat lampiran 14.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 – 1,00.

Indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu sulit dan Indeks kesukaran 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Indeks kesukaran dilambangkan dengan P (Arikunto, 2009).

Menurut Arikunto (2009), indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

(11)

(2) Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang (3) Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Hasil perhitungan terhadap tingkat kesukaran instrumen tes kognitif menggunakan teknis analisis dengan sistem komputer menggunakan program Anates v4.0.9. Hasil perhitungan terhadap tingkat kesukaran instrumen tes kognitif dapat diketahui bahwa soal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 11 buah soal yang tergolong mudah, 6 buah soal yang tergolong sedang dan 3 buah soal yang tergolong sukar, dan secara keseluruhan rata-rata indeks kesukaran P = 0,30. Ini berarti soal berada dalam kriteria sedang sehingga dapat disimpulkan bahwa soal (instrumen tes kognitif) yang telah dibuat peneliti merupakan soal yang baik. Data lebih lengkap mengenai tingkat kesukaran instrumen tes kognitif dapat dilihat pada Lampiran 15.

d. Daya Beda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2009). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat dengan D.

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2009):

(1) D : 0,00 – 0,20 : jelek (2) D : 0,20 – 0,40 : cukup (3) D : 0,40 – 0,70 : baik (4) D : 0,70 – 1,00 : baik sekali

(12)

Berdasarkan hasil perhitungan, daya beda instrumen tes kognitif menggunakan teknis analisis dengan sistem komputer menggunakan program Anates v4.0.9. Soal yang telah dibuat peneliti memiliki 4 buah soal dengan daya pembeda yang jelek, 8 buah soal dengan daya pembeda cukup, 8 buah soal dengan daya pembeda baik dan secara keseluruhan instrumen tes berada pada kriteria cukup dengan D = 0,39 sehingga instrumen tes layak untuk diujikan. Data hasil perhitungan daya beda instrumen kognitif dapat dilihat pada lampiran 16.

e. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Pada penelitian ini akan diterapkan model NHT bermuatan MI pada kelas eksperimen dan model NHT pada kelas kontrol.

Sebelum dilaksanakan pembelajaran materi Hidrolisis garam, baik pada kelas eksperimen maupun kontrol dilakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal dan setelah proses pembelajaran selesai dilakukan post-test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Secara rinci, langkah-langkah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

1. Kelas Eksperimen

Pembelajaran dalam kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran NHT bermuatan MI. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa dengan memberikan apersepsi dengan melibatkan kegiatan interpersonal yaitu membuat pesan berantai yang berisi materi Hidrolisis Garam dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pada proses pembelajaran di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran NHT bermuatan MI, siswa berkelompok secara heterogen yang terdiri atas 4-5 orang, pembagian kelompok ini berdasarkan

(13)

perbedaan jenis kelamin dan kecerdasan yang dominan. Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Kemudian siswa berdiskusi tentang permasalahan yang ada. Guru meminta siswa yang lebih mengerti untuk menjadi tutor bagi teman yang lain dalam kelompoknya apabila ada permasalahan yang tidak dimengerti. Selanjutnya guru memanggil satu nomor tertentu untuk mempresentasikan di depan kelas dan hanya kelompok yang sudah memperoleh jawaban secara lengkap yang boleh menjawabnya. Pada tahap akhir siswa dibimbing oleh guru untuk membuat kesimpulan.

2. Kelas Kontrol

Proses pembelajaran dalam kelas kontrol menggunakan model pembelajaran NHT. Pada tahap kegiatan awal guru melakukan apersepsi kemudian guru menyampaikan tujuan. Pada tahap selanjutnya yaitu kegiatan inti, guru membagi siswa kedalam kelopok yang terdiri atas 4-5 orang. Kemudian guru mengajukan pertanyaan/permasalahan dan siswa berkelompok berpikir bersama untuk memperoleh jawaban pertanyaan. Selanjutnya guru memanggil siswa dengan satu nomor tertentu, dan siswa yang dipanggil nomornya dapat mempresentasikan jawabannya. Pada tahap akhir siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru.

(14)

f. Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikumpulkan dari sampel penelitian (siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2), antara lain data-data tes hasil belajar pada materi pokok hidrolisis garam. Untuk penarikan kesimpulan data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan inferensial.

3.6.3 Analisis Deskriptif

a. Analisis kecerdasan ganda siswa

Analisis kecerdasan ganda siswa dilakukan untuk mengetahui kecerdasan awal siswa sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan yaitu pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT bermuatan MI dan pada kelas kontrol menggunakan model NHT melalui angket yang berisikan 56 pernyataan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Penskoran angket kecerdasan ganda siswa dilakukan dengan kategori pilihan jawaban “ya” dan

“tidak” dimana jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0.

%tiap kecerdasan= skor nilai

7× jumlah siswa×100

Setelah dihitung, kemudian dipilih empat kecerdasan dominan dan hasil dari persentase angket kecerdasan ganda yang diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai dibandingkan dengan angket kecerdasan ganda setelah pembelajaran selesai, dan dilihat apakah kecerdasannya berkembang atau tidak.

(15)

b. Analisis tes hasil belajar kognitif

Untuk menganalisis hasil belajar siswa terhadap materi pokok hidrolisis garam dilakukan dengan persentase pemahaman kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut.

(1) Menetapkan penskoran jawaban pada tiap-tiap item. Jika jawaban benar, skor sama dengan satu dan apabila jawaban salah, skor sama dengan nol.

Nilai= Σ Soal Benar Σ Jumlah Soal ×100

(2) Memberikan skor tiap butir jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(3) Menjumlahkan skor jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(4) Memberikan predikat persentase hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dari setiap aspek yang diteliti.

(5) Kriteria yang digunakan untuk memberikan predikat hasil belajar siswa dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 11 Tingkat hasil belajar

Hasil belajar Kriteria

100%

76% - 99%

60% - 75%

< 60%

Istimewa/ maksimal Baik sekali/ optimal

Baik / minimal Kurang (Djamarah, 2010)

(6) Memberikan predikat ketuntasan terhadap test prestasi belajar dengan mengacu pada Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang berlaku pada bidang studi kimia di MA Negeri 2 Model Banjarmasin sebesar 70.

Kriteria yang digunakan untuk mata pelajaran kimia pada materi hidrolisis garam di kelas XI IPA adalah sebagai berikut:

(16)

Nilai kurang dari 69 : tidak tuntas Nilai lebih besar atau sama dengan 69 : tuntas c. Analisis aktivitas guru dan siswa

Analisis aktivitas guru dan siswa dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa pada saat pembelajaran materi Hidrolisis Garam dengan menggunakan model pembelajaran NHT, dan model pembelajaran kooperatif NHT bermuatan MI. Analisis aktivitas guru perlu dilakukan untuk mengetahui apakah guru sudah benar-benar menerapkan model pembelajarannya dengan tepat. Analisis aktivitas siswa juga penting untuk dilakukan karena aktivitas belajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pernyataan dalam lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada kelas eksperimen berjumlah 13 butir pernyataan sedangkan untuk lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada kelas kontrol berjumlah 11 butir pernyataan yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

Penilaian aktivitas guru dan siswa dirancang menggunakan skala sikap (skala Likert) dengan rentang 1 sampai 5 untuk pernyataan positif yaitu sangat setuju = 5; sangat baik = 4; baik = 3; cukup = 2; dan sangat kurang = 1, sedangkan skor 0 diberikan jika tindakan tidak dilakukan sama sekali.

Adapun observer yang menilai aktivitas siswa dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang observer untuk tiap kelasnya. Untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol observernya adalah Dra. Siti Rostina merupakan guru pengajar kimia di MA Negeri 2 Model Banjarmasin. Sedangkan observer lainnya adalah Noor Baiti

(17)

dan nurliana yang keduanya merupakan mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unlam.

Selanjutnya dilakukan perbandingan persentase skor rata-rata dari 3 kali pertemuan untuk tiap pernyataan pada kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui aktivitas apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan pada ketiga kelas yang diteliti tersebut. Dari persentasenya dapat pula diketahui penerapan model manakah yang memiliki aktivitas terbaik. Kelas dengan persentase rata-rata aktivitas tertinggi dapat dikatakan memiliki aktivitas terbaik.

d. Analisis kecerdasan interpersonal siswa

Analisis kecerdasan interpersonal siswa dilakukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kecerdasan interpersonal siswa setelah diberi perlakuan khusus untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa. Perkembangan ini dilihat dari pengisian Angket kecerdasan ganda oleh siswa, perhitungannya dilakukan seperti berikut :

%=jlh dominan kec .interpersonal jumlah siswa ×100

Penskoran lembar observasi kecerdasan interpersonal siswa yang berisikan 10 pertanyaan dilakukan dengan kategori pilihan jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0, dimana jawaban “Ya” untuk setiap perilaku yang muncul, dan “Tidak” untuk setiap perilaku yang tidak nampak.

%kecerdasaninterpersonal=skor nilai 10 ×100

(18)

Dari hasil tersebut pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga dibandingkan, kemudian dapat diketahui bahwa perkembangan kecerdasan interpersonalnya meningkat ataupun menurun.

Adapun observer yang menilai kecerdasan interpersonal siswa dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang observer untuk tiap kelasnya. Untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol observernya adalah Meyni Dria Astarina, Noor Baiti dan Nurliana yang merupakan mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unlam.

e. Analisis respon siswa

Analisis respon siswa dilakukan untuk mengetahui bagaimana ketertarikan siswa terhadap pembelajaran materi Hidrolisis Garam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT bermuatan MI. Angket respon siswa diberikan setelah selesai pembelajaran Hidrolisis Garam dilaksanakan. Pernyataan dalam lembar penilaian respon siswa ini berjumlah 10 butir pernyataan.

Penilaian angket respon siswa dirancang menggunakan skala sikap (skala Likert) dengan rentang 1 sampai 5 untuk pernyataan positif yaitu sangat setuju (SS) = 5 ; setuju (S) = 4 ; ragu-ragu (RR) = 3 ; tidak setuju (TS) = 2 ; dan sangat tidak setuju (STS) = 1.

3.6.4 Analisis inferensial a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui penyebaran data antara nilai yang paling tinggi dengan nilai yang paling rendah. Berdasarkan hasil uji normalitas, dapat diketahui jenis uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji

(19)

hipotesis penelitian. Untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak, berdasarkan data sampel yang berukuran n dan mempunyai rata-rata (x) serta standar deviasi (s) dapat dilakukan dengan uji Liliefors.

Langkah-langkah yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan x1, x2, ... xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...zn dengan

menggunakan rumus zI= xIx

s s merupakan standar deviasi.

2. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤zi)

3. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,...zn atau p(e) yang lebih kecil atau sama dengan zI dengan rumus banyaknya z1, z2,...zn yang kurang dari atau sama dengan zI dibagi jumlah sampel.

4. Hitung selisih p(z) dikurangi p(e), lalu tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar (maksimal) diantara harga-harga mutlak selisih tersebut (L0)

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L dari tabel. Jika L0 lebih besar maka hipotesis nol ditolak atau populasi berdistribusi tidak normal dan sebaliknya (Sudjana, 2011).

b. Uji homogenitas

Setelah data teruji berdistribusi normal, pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas varian. Pada uji homogenitas, harga F yang diharapkan adalah harga F yang tidak signifikan, yaitu harga F empirik yang lebih kecil daripada harga F teoritik yang terdapat dalam tabel. Makna harga F yang tidak signifikan adalah

(20)

menunjukkan tidak adanya perbedaan yang juga bisa diartikan sama, tidak heterogen, atau homogen (Winarsunu, 2007).

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji homogenitas varian (Winarsunu, 2007) adalah :

Fmax=varian tertinggi varian terendah

Varian (SD2)=

Χ2−(

Χ)2/N

(N−1) c. Uji beda dua rata-rata

Sesuai dengan tujuan penelitian maka data yang akan dikumpulkan berupa skor dari tes tertulis yang menggambarkan kemampuan kognitif siswa. Jenis uji statistik yang digunakan tergantung pada jenis data, parametrik atau non parametrik. Untuk data parametrik dugunakan uji-t. Karena hanya menggunakan 2 kelompok besar sebagai pembanding maka uji-t yang digunakan untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan signifikan dari dua rataan tersebut (Arikunto, 2009). Uji-t diperuntukkan membedakan dua rataan yang berbeda yang berasal dari dua sampel yang homogen dan terdistribusi normal. Berikut rumus dari uji-t:

t= X2X1

(NS222−1)+(NS112−1) S2=

X2

(

N−1X

)

2

Sebagai pembanding t hitung dalam menguji hipotesis digunakan ttabel, apabila t hitung > t tabel maka kedua rataan tersebut terdapat perbedaan yang signifikan dan H1

diterima dan H0 ditolak dan apabila sebaliknya t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

(21)

d. Uji chi-kuadrat

Untuk data yang tidak berdistribusi normal, digunakan tehnik uji statistika nonparametrik. Dalam penelitian ini, tehnik uji yang digunakan yaitu uji chi- kuadrat untuk membandingkan antara dua kelompok data (Sugiyono, 2002). Uji chi-kuadrat ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.

Apabila Chihitung < 0,05 maka kedua rataan tersebut terdapat perbedaan yang signifikan dan H1 diterima dan H0 ditolak dan apabila sebaliknya Chihitung >

0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak (Field, 2006).

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan aktivitas siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran investigasi kelompok dengan inkuiri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai model pembelajaran terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan hidrolisis garam di kelas XI IPA

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan media e-learning terhadap peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada

untuk mengetahui kemampuan awal siswa menulis teks eksposisi dan tes akhir. dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah

Penelitian dalam observasi awal digunakan untuk mengetahui kecerdasan naturalis anak. Observasi awal sebagai perbandingan kecerdasan naturalis sebelum diberi perlakuan

Sebelum tahap pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VIIIB untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang materi

Uji hipotesis yang dilakukan yaitu uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki kemampuan kognitif awal yang sama, dan

Uji hipotesis yang dilakukan yaitu uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki kemampuan kognitif awal yang sama, dan