See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/374373839
METODE PENELITIAN KUALITATIF
Book · October 2023
CITATIONS
0
READS
4,036
4 authors, including:
Mia Aksara Global Akademia Aksara Global Akademia 83PUBLICATIONS 3CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Mia Aksara Global Akademia on 02 October 2023.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
i
METODE
PENELITIAN KUALITATIF
Dr. Hj. Ipa Hafsiah Yakin, Dra., SE., M.Si., MM., Ph.D
CV. AKSARA GLOBAL AKADEMIA 2023
ii METODE PENELITIAN KUALITATIF
Penulis : Dr. Hj. Ipa Hafsiah Yakin, Dra., SE., M.Si., MM., Ph.D.
Editor : Uus Supriatna, SE., MM Cover : Aksara Publications Layout : Suca Rusdian, SE., MM
Diterbitkan oleh:
CV. AKSARA GLOBAL AKADEMIA Anggota IKAPI No: 414/JBA/2021 Kantor:
Intan Regenci Blok W-13, Jl. Otto Iskandardinata, Tarogong, Garut, Jawa Barat.
Kode Pos: 44151. Mobile: 081-2222-3230 – 0895-1961-0629.
E-mail: [email protected] Website: aksaraglobal.info – aksaraglobal.co.id INDONESIA
Copyright © September, 2023 Cetakan Pertama
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Dr. Hj. Ipa Hafsiah Yakin, Dra., SE., MM., M.Si., MM., Ph.D Metode Penelitian Kualitatif
Garut – CV. Aksara Global Akademia. 2023.
vii+ 150 pp; 15.5 cm x 23 cm ISBN: 978-623-8049-73-8 (PDF) I. Judul
II. Penulis
1. Metode Penelitian. 2. Metode Kualitatif
AGA – 204.Spt
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk tidak terbatas pada memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa seizin tertulis dari penerbit.
iii
UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA 1. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta yang meliputi penerjemahan dan pengadaptasian Ciptaan untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (Tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta yang meliputi penerbitan, penggandaan dalam segala bentuknya, dan pendistribusian Ciptaan untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (Empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000,000,00 (Satu Miliar Rupiah).
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada poin kedua di atas yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (Sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,000,00 (Empat Miliar Rupiah).
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya buku "Metode Penelitian Kualitatif" ini dapat terselesaikan. Buku ini disusun dengan tujuan untuk memberikan panduan bagi para peneliti, mahasiswa, dan siapa saja yang berkeinginan untuk memahami serta melakukan penelitian kualitatif.
Dalam era informasi saat ini, kebutuhan akan pemahaman mendalam terhadap berbagai fenomena sosial dan budaya menjadi semakin penting.
Metode penelitian kualitatif menawarkan kerangka kerja untuk memahami fenomena tersebut dari perspektif partisipan, sekaligus memberikan pemahaman yang holistik dan mendalam.
Buku ini disusun secara sistematis dengan berbagai bahasan mulai dari fondasi dasar penelitian kualitatif hingga langkah-langkah penyusunan proposal penelitian. Harapan penulis, buku ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat dan memberikan pencerahan bagi pembaca dalam dunia penelitian kualitatif.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan buku ini, serta para pembaca yang memberikan feedback yang membangun. Semoga bermanfaat!
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bandung, 01 April 2023
Dr. Hj. Ipa Hafsiah Yakin, Dra., SE., M.Si., MM., Ph.D.
v
SINOPSIS
"Metode Penelitian Kualitatif" merupakan buku panduan komprehensif yang mengulas tentang metode penelitian kualitatif, dari konsep dasar hingga langkah-langkah praktis dalam pelaksanaannya.
Buku ini dibuka dengan pembahasan fondasi dari penelitian kualitatif, meliputi konsep, fungsi, karakteristik, hingga landasan teoritisnya.
Bab kedua fokus pada paradigma yang melandasi penelitian kualitatif, termasuk bagaimana teori-teori diterapkan dan dikembangkan dalam penelitian kualitatif.
Bab selanjutnya menggali lebih dalam tentang bagaimana menemukan dan merumuskan masalah penelitian, serta pentingnya judul dan teori dalam penelitian kualitatif. Kemudian, pembahasan mengenai populasi, sampel, instrumentasi, dan teknik pengumpulan data mengisi bab tengah buku ini.
Teknik analisis data, sebuah aspek vital dalam penelitian kualitatif, dipersembahkan secara detil pada bab keenam. Selanjutnya, pembahasan mengenai validitas dan reliabilitas memberikan penekanan pada kualitas hasil penelitian kualitatif. Terakhir, buku ini ditutup dengan panduan praktis menyusun proposal penelitian kualitatif.
Dengan struktur yang sistematis dan penjelasan mendalam, buku ini cocok bagi siapa saja yang ingin memulai atau mendalami penelitian kualitatif.***
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iv
SINOPSIS ... v
DAFTAR ISI ... vi
TENTANG PENULIS ... ix
BAB I FONDASI PENELITIAN KUALITATIF ... 1
BAB II PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF ... 31
BAB III MASALAH, FOKUS JUDUL DAN TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF ... 65
BAB IV POPULASI DAN SAMPEL ... 75
BAB V INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 81
BAB VI TEKNIK ANALISIS DATA ... 101
BAB VII VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 121
BAB VIII MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 147
vii
TENTANG PENULIS
Dr. Hj. Ipa Hafsiah Yakin, Dra., SE., M.Si., MM., Ph.D, lahir di Garut, 30 September 1970. Pendidikan dimulai dari SDN Cempaka I Garut lulus tahun 1984, SMPN 1 Garut lulus tahun 1987, PGAN Garut lulus tahun 1990. Sarjana (S1) Fak. Syariah Jurursan PPI IAIN SGD Bandung lulus tahun 1994 dan Jurusan Ekonomi STIE GWB Bandung lulus tahun 2004. Program Pasca Sarjana (S2) UNIGA Lulus tahun 2005 dan Program Pasca Sarjana STIMA IMMI lulus tahun 2008. Program Doktoral (S3) UPI YAI Jakarta lulus tahun 2015, serta memperoleh gelar Ph.D in Strategic Management UIPM Malaysia pada tahun 2021.
Pengalaman mengajar dimulai menjadi dosen UNIGA pada tahun 1995-2000. Dosen STIE Gema Widya Bangsa Bandung pada tahun 2000-2008.
Tahun 2009- sekarang menjadi dosen di Fakultas Ekonomi UNBAR, dan mulai tahun 2010-sekarang menjadi dosen STAI Sabili Bandung. Tahun 2005- sekarang menjadi dosen di Program Pasca Sarjana STIMA IMMI Jakarta, dan mulai tahun 2013-sekarang menjadi dosen Fakultas Ekonomi STAIM Garut. Pengabdian masyarakat sebagai Anggota Panwaslu Kabupaten Garut pada tahun 2008, dan menjadi Ketua Panwaslu Kabupaten Garut padata tahun 2009, 2012, dan 2013.
Kegiatan kependidikan non formal di masyarakat aktif dalam kegiatan Forkom Gender Kabupaten Garut, KPPI Kabupaten Garut, Paguyuban Daya Sunda Kabupaten Garut, Anggota ICMI Orda Kabupaten Garut. Tahun 2004- sekarang aktif menjadi Ketua Yayasan Yakin Mandiri.
Selain aktif dalam kegiatan pengajaran, Penulis juga aktif dalam menulis karya ilmiah yang dipublikasikan di berbagai jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional.***
METODE PENELITIAN KUALITATIF
Dr. Hj. IPA HAFSIAH YAKIN, S.E., M.M., M.Si., Ph.D.
Metode Penelitian Kualitatif |1
BAB I
FONDASI PENELITIAN KUALITATIF
2 | Metode Penelitian Kualitatif
BAB 1 FONDASI PENELITIAN KUALITATIF
ondasi dapat berarti dasar-dasar dan dalam buku lainnya biasanya dinamakan pendahuluan. Namun pendahuluan tidak menggambarkan isi yang diuraikan. Karena itu, bab ini dinamakan fondasi. Bagi mereka yang bergerak dalam kegiatan penelitian, bagi dosen atau mahasiswa penelitian kualitatif, barangkali merupakan hewan yang baru walaupun di bidang antropologi hal ini merupakan hal yang lumrah meskipun dalam versi yang lain.
Sehubungan dengan hal tersebut, bab ini berusaha memberikan pengenalan tersebut terhadap konsep penelitian kualitatif, baik dilihat dari segi konsep itu sendiri, ciri-cirinya, maupun dasar teoritis yang melatar belakanginya. Pengenalan tersebut dilanjutkan dengan mempersoalkan perbedaan yang hakiki antara penelitian kualitatif dan non kualitatif yang dalam hal ini diistilahkan dan dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif dan non kualitatif. Selain hal itu, banyak pertanyaan yang umum dipersoalkan tersebut pertanyaan yang cukup menarik antara lain: apakah penelitian kualitatif itu benar-benar ilmiah?
Untuk itu, bab ini berturut-turut membahas konsep dasar penelitian kualitatif, karakteristik penelitian kualitatif, dasar teoritis penelitian kualitatif, perbedaan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif, diakhiri dengan beberapa pertanyaan umum tentang penelitian kualitatif.
A. Konsep Dasar Penelitian Kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) dalam J.
Moleong (2015:2) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu.
Untuk itu pengamat mula mencatat dan menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang
F
Metode Penelitian Kualitatif |3 didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.
Di pihak lain kualitas menunjuk segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tesebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionis simbolik, fenomenologis, studi kasus, interpretatif, ekologis dan deskriptif (Bogdan dan Biklen, 1982:3). Pemakai instilah inkuiri naturalistik atau alamiah pada dasarnya kurang menyetujui penggunaan istilah penelitian kualitatif karena menganggap bahwa penelitian kualitatif merupakan istilah yang terlalu disederhanakan bahkan sering dipertentangkan dengan penelitian kuantitatif. Sebenarnya alasan yang dikemukakan oleh para pengarang buku inkuiri alamiah yang digunakan oleh mereka. Dilihat dari sisi lain, pada dasarya istilah inkuiri alamiah menekankan pada kealamiahan sumber data. Dengan kata lain, alasan yang digunakan oleh mereka sama saja dengan yang digunakan oleh peneliti yang masih tetap menggunakan penelitian kualitatif. Dalam buku ini istilah penelitian kualitatif tetap akan dipertahankan, dan dalam hal-hal tertentu istilah inkuiri atau penelitian alamiah atau naturalistik akan dimanfaatkan juga terutama pada waktu menjelaskan definisi dan paradigma alamiah.
Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi. Pertama, Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan invidu tersebut secara holistk (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (1986:9) dalam J. Moloeng (2015:4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah trandisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.
Selanjutnya, pengkajian deginisi inkuiri alamiah telah diadakan terlebih dahulu oleh Willem dan Rausch (1969) dalam J. Moloeng kemudian hasil mereka
4 | Metode Penelitian Kualitatif
diulas lagi oleh Guba (lihat terjemahan St. Zanti Arbi, 1987:11-17) dan akhirnya disimpulkan atas dasar ulasan tersebut beberapa hal sebagai berikut : (1) Inkuiri naturalistik selalu adalah suatu taraf; (2) taraf seauhmana tingkatan pengkajian adalah naturalistik merupakan fungsi sesuatu yang dilakukan oleh peneliti; (3) yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan stimulus variabel bebas atau kondisi antiseden yang merupakan dimensi penting sekali; (4) dimensi penting lainnya ialah apayang dilakukan oleh peneliti dalam membatasi renangan respons dari keluaran subjek; (5) Inkuiri naturalistik tidak mewajibkan penelitiagar telebih dahulu membentuk konsepsi-konsepsi atau teori-teori tertentu mengenai lapangan perhaiannya; sebaliknya ia dapat mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni dan memperkenankan interpreasi-interpretasnya mucul dari dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya.
Walaupun demikian, suatu pendekatan yang secara konseptual kosing idaklah tepat dan naif.; (6) istilah naturalistikmerupakan istilh yang memodifikasi enelitian atau metode, tetapi tidak memodifikasi gejala-gejala.
Selain definisi-definisi tersebut, di bawah ini dikemukakan pula beberapa definisi lainnya sehingg pembaca dapat memperoleh gambaran yang luas dan mendalam. David Williams (1995) menulis bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Jelas definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.
Penulis buku penelitian kualitatif lainnya (Denxin dan Lincoln 1987) menyatakan bahwa penelitia kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan meliatkan berbagai metode yangada. Dari segi pengertian ini, para penulis maish tetap memersoalkan latar almiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekolompok orang. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawancara terbuka, sedang yang penting dari definisi ini mempersoalkan apa
Metode Penelitian Kualitatif |5 yang diteliti yaitu upaya memahami sikap, pandangan perasaan dan perilaku baik individu maupun sekelompok orang.
Penulis lainnya memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang penomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Pengertian ini hanya mempersoalkan dua aspek yaitu pendekatan penelitian yang digunakan adalah naturalistik sedang upaya dan tujuannya adalah memahami suatu fenomena dalam suatu konteks khusus. Hal itu berarti bahwa tidak seluruh konteks dapatlah diteliti tetapi peneliti kualitatif itu harus dilakukan dalam suatu konteks yang khusus.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.
Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada peneleitian kualitatif.
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang dirinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistk dan rumit.
Definisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian yait memandang sesuatu upaya membangun pandangna subjek penelitian yang dirinci, dibentuk dengan kata-kat, gambaran holistik dan rumit.
Terakhir, menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perpektifnya di dalam dunia, dari segi konsep perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Kembali pada definisi di sini dikemukakan tentang peranan penting dari apa yang seharusnya diteliti yaitu konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku persepsi motivasi tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Kesimpulan tersebut sebaian telah memberikan gambaran tentang adanya kekhasan penelitian kualitatif.
B. Fungsi dan Pemanfaatan Penelitian Kualitatif
6 | Metode Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan :
• Pada penelitian awal dimana subjek penelitian tidak didefinisikan secara baik dan kurang dipahami.
• Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian motivasional.
• Untuk penelitian konsultatif.
• Memahami isu-isu rumit sesuat proses.
• Memahami isu-isu tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.
• Untuk memahami isu-isu yang sensitif.
• Untuk keperluan evaluasi.
• Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui penelitian kuantitatif.
• Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang subjek penelitian.
• Diunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui.
• Digunakan untuk menemukan perpektif baru tentang hal-hal yang sudah banyak diketahui.
• Digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti sesuatu secara mendalam.
• Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah sesuatu latar belakang misalnya tentang motivasi, perana, nilai, sikap dan persepsi.
• Dignakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk menggunakan hal-hal yang belum banyak diketahui ilmu pengetahuan.
• Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya.
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri-ciri yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya. Dari hasil penelaahan kepustakaan ditemukan bahwa Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengajukan lima buah ciri, sedang Lincoln dan Guba (1985:30-34) menulah sepuluh buah ciri penelitian kualitatif.
Uraian di bawah ini merupakan hasil pengkajian dan sistesis kedua versi tersebut.
Ciri Ke 1 Latar Alamiah
Metode Penelitian Kualitatif |7 Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau konteks dari suatu keutuhan (entity). Hal ini dilakukan, menurut Lincoln dan Guba (1985:39), karena ontologi alamiah mengehendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.
Menurut mereka hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi : (1) tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman; (2) konteks sangat menentukan dalan menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keselurhan pengaruh lapangan ; dan (3) sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif terhadap apa yang akan dicari.
Uraian tersebut di atas membawa peneliti untuk memasuki dan melibatkan sebagian waktunya apakah di sekolah, keluarga, tetangga dan lokasi lainnya untuk meneliti masalah pendidikan atau sosiologi. Peneliti yang mengadakan penelitian terhadap mahasiswa kedokter, misalnya mengikuti mahasiswa sebagai subjek penelitiannya ke dalam ruang kuliah, laboratorium, rumah sakit dan tempat- tempat yang biasanya digunakan oleh mereka untuk berkumpul seperti kafetaria, asrama, tempat-tempat pertemuan, dan sebagainya. Contoh lainnya, suatu penelitian yang dilakukan Oqbu (dalam Bogdan dan Biklen, 1982:27) diselesaikan dalam duapuluh satu bulan dengan jalan mengadakan pengamatan dan wawancara terhadap guru, siswa, kepala sekolah, keluarga, dan anggota dewan sekolah (school board).
Ciri Ke 2 Manusia Sebagi Alat (Instrumen)
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.
Hanya manusia sebagai instrumen pulalah yang dapat menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang demikian ia pasti dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya.
Oleh karena itu, pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti berprean serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan kemasyarakat. Penulis menamakan cara pengumpulan data demikian pengamatan
8 | Metode Penelitian Kualitatif
berperanserta atau participant observation. (Catatan Kuncaraningrat dan Emmerson, Ed., 1982, menggunakan istilah pengamatan terlibat yang jika dilihat dari segi pengertiannya masih kurang dinamis).
Ciri Ke 3 Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawanara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Ciri Ke 4 Analisis Data Secara Induktif
Peneliti kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebeagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya.
Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperthitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.
Ciri Ke 5 Teori dari Dasar (Grounded Theory)
Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak ada teori a priori yang dapat mencakupi kenyatan-kenyataan jamak yang mungkin akan dihadapi. Kedua, penelitian ini mempercayai apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral. Ketiga, teori dari dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai kontekstual.
Metode Penelitian Kualitatif |9 Dengan menggunakan analisis secara induktif, berarti bahwa upaya pencairan data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan. Analisis ini lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian dikelompok-kelompokkan. Jadi, penyusunan teori di sini berasal dari bawah ke atas (grounded theory), yaitu dari sejumlah data yang banyak dikumpulkan dan yang menyusun toeri, arah penyusunan teori tersebut akan menjadi jelas sesudah data dikumpulkan. Jadi peneliti dalam hal ini menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas sementara data dikumpulkan dan bagian-bagiannya di uji. Dalam hal ini peneliti tidak berasumsi bahwa sudah cukup yang diketahui untuk memahami bagian-bagian penting sebelum mengadakan penelitian.
Ciri Ke 6 Deskriptif
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka- angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokmen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang aslinya. Hal ini hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, dengan alasan apa dan bagaimana terjadinya akan senantiasa dimanfaatkan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti tidak akan memandang bahwa sesuatu itu sudah memang demikian keadaannya.
Ciri Ke 7 Lebih Mementingkan Proses dari pada Hasil
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil.
Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Bogdan dan Biklen (1982:29)
10 | Metode Penelitian Kualitatif
memberikan contoh seorang peneliti yang menelaah sikap guru terhadap jenis siswa tertentu. Peneliti mengamatinya dalam hubungan kegiatan sehari-hari, kemudian menjelaskan tentang sikap yang diteliti. Dengan kata lain, peranan proses dalam penelitian kualitatif besar sekali.
Ciri Ke 8 Adanya Batas Yang ditentukan oleh Fokus
Penelitian kualtiatif menghendaki ditetapkan adanya batasan dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, batas menentukan kenyataan jamak yang kemudian mempertajam fokus. Kedua, penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus. Dengan kata lain, bagaimana pun, penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian. Dengan hal itu dapatlah peneliti menemukan lokasi penelitian.
Ciri Ke 9 Adanya Kriteria khusus untuk keabsahan data
Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reliabilitas dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik. Menurut Lincoln dan Guba (1985:43) hal itu disebabkan beberapa hal.
Pertama, validitas internal cara lama telah gagal karena hal itu menggunakan isomorfisme antara hasil penelitian dan kenyataan tunggal dimana penelitan dapat dikonvergensikan. Kedua validitas eksternal gagal karena tidak tat asas dengan aksioma dasar dari generalisasinya. Ketiga, kriteria relibilitas gagal karena mempersyaratkan stabilitas dan keterlaksanaan secara mutlak dan keduanya tidak mungkin digunakan dalam paradigma yang didasarkan atas desain yang dapat berubah-rubah. Keempat, kriteria objektivitas gagal karena penelitian kuantitatif justru memberi kesempatan inteaksi anara peneliti responden dan peranan nilai. Akrena itu maka pemeriksaan keabsahan data ada kriteria khususnya sebagai yang diuraikan pada Bab 6.
Metode Penelitian Kualitatif |11
Ciri Ke 10 Desain yang Bersifat Sementara
Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu sebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan jamak di lapangan. Kedua, tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan. Ketiga, bermacam-macam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Dengan demikian, desain khususnya masalah yang terjadi ditetapkan terlebih dahulu apabila peneliti ke lapangan dapat saja berubah.
Ciri Ke 11 Hasil Penleitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama
Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : Pertama susunan kenyataan dari merekalah yang akan diangkat oleh peneliti. Kedua, hasil penelitian bergantung pada hakikat dan kualitas hubungan antara pencari dengan yang dicari. Ketiga, konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik verifikasinya apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti.
D. Landasan Teoritis Penelitian Kualitatif
Pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi. Karena itu pada bagian ini fenomenologi dijadikan sebagai dasar teoritis utama sedang yang lainnya yaitu interaksi simbolik, kebudayaan dan etnometodologi dijadikan dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoritis penelitian kualitatif.
Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya yang lazin pada penelitian klasik) berorientasi pada toeri yang sudah ada. Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada pengertian suatu pernyataan sistematis yag
12 | Metode Penelitian Kualitatif
berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen (1982:30) menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian. Orientasi aau perspektif teoritis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut orang tentang sesuatu yang penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. Dalam suatu penelitian, apakah dinyatakan secara eksplisit atau tidak, biasanya paradigma peneliti atau orientasi teoritis tertentu mengarahkan pelaksanaan penelitian itu.
Peneliti yang baik menyadari dasr orientasi teoritis data. Teori membantu menghubungkannya dengan data. Pada bagian berikut dikemukakan beberapa kemungkinan tori yang menunjang pendekatan kualitatif namun yang menjadi landasan pokoknya adalah fenomenologi.
Fenomenologi
Fenomenologi diartikan sebagai : (1) pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal; (2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang (Husserl). Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang.
Sebagai sesuatu disiplin ilmu, hal itu dikemukakan oleh Edmund Husserl (1859- 1938) seorang filsuf Jerman, dan karena pengaruhnya diikuti oleh martin Heidegger, Jean Paul Sartre dan maurice Marleau Ponty.
Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metologi kualitatif. Fenomenologi memiliki riawayat yang cukup panjang dalam penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi dan pekerjaan sosialogi dan pekerjaan sosial. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yan menekankan pada fokus kepada pengalaman- pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.
Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis yaitu :
1. Fenomenologis cenderung mempertentangkannnya dengan naturalisme yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme ilmu pengetahuan modern dan teknologi;
Metode Penelitian Kualitatif |13 2. Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, evidenz yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya dan mencakupi untuk sesuatu dari segi it.
3. Fenomenlogis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya.
Sebagai bidangfilsafat modern, fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang berkaitan dengan pertanyaan seperti bagaimana pembagian naatara subjek (ego) dengan objek (dunia) muncul dan bagaimana sesuatu hal di dunia ini diklasifikasikan. Sejak para peneliti sejarah lebih banyak mendalami kesadaran para pelaku sejarah (maupun kesadaran dirinya) beberapa ahli sejarah kemudian berbalik ke metode fenomenologis yang ternyata banyak membantu mereka.
Para fenomenolog berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu hal lainnya daripada dirinya sendiri.
Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak ada kontrol diri terhadap kesaran terstruktr. Edmund Husserl menyatakan bahwa filosofinya merupakan strategi untuk mengamankan kesadaran (dan dunia kebermaknaan dan nilai-nilai yang hidup dalam kehidupan sehari-hari) dari teori-teori reduktivisme yang ada pada abad ke-19 dalam bentuk ilmu pengetahuan alam mekanistik, seperti Freud.
Sebagai yang terstruktur, kesadaran menciptakan dunia yang dialami oleh setiap orang. Analisis fenomenologis berusaha mencari untuk menguraikan ciri- ciri dunianya seperti apa aturan-aturan yang teroganisasikan, dan apa yang tidak dan dengan aturan apa objek dna kejadian itu berkaitan. Aturant eroganisasikan dari dunia nyata dapat memasukan misalnya, kausalitas mekanistis dan determinasi berlebihan secara psikologis. Aturan-aturan ini bukanlah sebenarnya ciri-ciri yang berdiri sendiri dari sesuatu dunia objektif menurut pendapat para fenomenologis tetapi dibentuk oleh kebermaknaan dan nilai-nilai keasadaran kita yang kita alami sebagai hal yang berdiri sendiri dari kita. Dalam hal ini, fenomenologi menentang apa yang dinamakan empirisme. Sejak klasifikasi objek melibatkan aturan-aturan orgnasional dan adalah secara fundamental secara intelektual dalam teori ilmu pengetahuan, fenomenologi adalah sangat potensial bagi ahli-ahli yang kritikal dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Persepsi Fenemonologi murni hanya mendeskripsikan dunia setiap orang, namun hampir semua ahli banyak tertarik pada sumber-sumber yang tidak disadari yangmengorganisasikan kesadaran. Teori fenomenologi terutama
14 | Metode Penelitian Kualitatif
membagi tetang isu-isu bahasa sejauh manakah diberikan kepada peranan utama dalam membentuk pengalaman. Freud memandang libido sebagai dasar utama agen penyebab dalam fenomenologi perkembangan. Ia memandang libido sebagai suatu yang biologis, kekuatan yang bukan linguistik yang berkaitan dengan hal kekuatan mereproduksi sebagai yang dikemukanan oleh Darwin. Fenomenologi humanis Jerman dan Perancis, bertentangan dengan Freud, memberikan gambaran bahwa peranan bahasa itu besar dalam membentuk kesadaran. Michel Foucault, seorang fenomenolog terkeudika di Perancis misalnya, mempengaruhi para sejarahwan ilmu pengetahuan dengan karyanya tentang aturan benda- benda. Secara gamblang ia mengemukakan bahwa biologi harus tidak boleh dipandang sebagai kemanusiaan pertama (alam) atau sebagai yang sangat fundamental. Seterusnya ia digambarkan oleh alam. Bahasa itu sendiri adalah struktur kebutuhan kemanudiaan untuk bekerja guna mempertahakan hidupnya.
Padangannya menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam tidak menguraikan sesuatu objek dari dari kenyataan empiris, tetapi menyatkaan kenyataan sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan manusia, dan hal itu tidak disadari oleh para ilmuwan.
Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi- situasi tertentu. Sosiolog fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya berasal dari Weber yang memberi tekanan pada versehehen, yaitu pengertian interpretatif terhadap pemahaman manusai. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenlogis memlai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti. Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.
Para fenomenolog percaya bahwa pad amakhluk hidup tersedia pelbagai cara untuk mengintepretasikan pengalaman melalui interkasi dengan oran lain, dan bahwa pengertian pengeman kitalah yang membentuk kenyataan.
Ada pelbagai cabang penelitian kualitatif, namun semua berpendapat sama tentang tujuan pengertian subjek penelitian yaitu melihatnya dari segi pandangan mereka. jika ditelaah secara teliti, frasa dari pandangan mereka menjadi persoalan. Persoalan pokoknya ialah dari segi pandangan mereka bukanlah
Metode Penelitian Kualitatif |15 merupakan ekspresi yang digunakan oleh subjek itu sendiri dan belum tentu mewakili cara mereka berfikir. Dari segi pandangan mereka adalah cara peneliti menggunakannya sebagai pendekatan dalam pekerjaannya. Jadi dari segi pandangan mereka merupakan kontrak penelitian. Melihat subjek dari segi ide ini hasilnya barangkali akan memaksa subjek tersebut mengalami dunia yang asing baginya.
Sebenarnya upaya mengganggu dunia subjek oleh peneliti bagaimana pun perlu dalam penelitian. Jika tidak, peneliti akan membuat penafsiran dan harus mempunyai kerangka konsep untuk menafsirkannya. Peneliti kualitatif percaya bahwa mendekati orang dengan tujuan mencoba memahami pandangan mereka dapat mengganggu pengalaman subjek. Bagi penelitia kualitatif terdapat perbedaan dalam (1) derajat mengatasi masalah metodologis/konseptual ini dan (2) cara mereka mengatasinya. Sebagian peneliti mencoba melakukan deskripsi fenomenologis murni. Di pihak lain, penelit lainna kurang memperdulikan dan berusaha membentuk abstraksi dengan jalan menafsirkan data berdasarkan segi pandangan mereka. apapun posisi seorang peneliti yang jelas ia harus menyadari persoalan teoritis dan isu metoolgis ini.
Penelitia kualitatif cenderung berorientasi fenomenlogis, namun sebagian besar diantaranya tidak radikal, tetapi idealis pandanganna. Mereka memberi tekanan pada segi subjektif, tetapi mereka tidak perlu mendesak atau bertentangan dengan pandangan orang yang mampu menolak tindakan itu.
Sebagai gambaran diberikan contoh, misalnya guru mungkin percaya bahwa ia dapat berjalan menembus dinding batu bata, tetapi untuk mencapainya memperlukan pemikiran. Hakikatnya batu bata itu keras untuk ditembus, namun guru itu tidak perlu merasakan bahwa ia tidak mampu berjalan menembus dinding itu. Peneliti kualitatif menkankan berpikir usbjektif karena sebagai yang mereka lihat, dunia didominasi oleh objek yang kurang keras dibandingkan dengan batu. Manusia kurang lebih sama dengan mesin kecil yang dapat melakukan sesuatu. Kita hidup dalam imajinasi kita, lebih banyak berlatr belakang simbolik daripada yang kongkret.
Interaksi Simbolik
Bersamaan dengan perspektif fenomenologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia di tengahi oleh panfsiran. Objek orang situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka. misalnya seorang teknolog pendidikan mungkin menentukan proyektor 16mm sebagai alat yang akan digunakan oleh guru untuk
16 | Metode Penelitian Kualitatif
memperlihatkan film-film yang relevan dengan tujuan pendidikan. Seorang guru barangkali menata penelitian kualitatif penggunaan proyektor tersebut sebagai alat untuk siswa apabila ia kehabisan baha pelajaran sewaktu mengajar atau apabila ia sudah letih. Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya adlaah esensial serta menentukan dan bukan bersifat kebetulan atau bersifat kurang penting terhadap pengalaman itu.
Untuk memahami perilaku, kita harus memahami definisi dan proses pendefinisiannya. Manusia terikat secara aktif dalam menciptakan dunianya sehingga dengan demikian ia mengerti akan pemisahan antara riwayat hidup dengan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial. Manusia tidak dapat bertindak atas dasar respons yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mempradefinisikan objek, tetapi lebih sebagai penafsiran, pendefinisian , hewan simbolik yang perilakukanya hanya dapat dipahami dengan jalan peneliti memasuki proses definisi melalui metode seperti pengamatan berperan serta.
Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang-orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain seperti orang-orang masa lalu, penulis, keluarga, pemeran di televisi, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar tempat mereka bekerja tau bermain, namun orang lain tidak melakukannya untuk mereka. melalui interaksi seseorang membentuk pengertian. Orang dalam situasi tertentu (misalnya mahasiswa dalam ruanga kuliah tertentu) sering mengembangkan definisi bersama (atau perspektif bersama dalam bahasa interaksi simbolik) karena mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman bersama, masalah dan latar belakang, tetapi kesepakatan tidak merupakan keharusan. Di pihak lain sebagian memegang definisi bersama untuk menunjuk pada kebenaran, suatu pengertian yang senantiasa dapat disepakati. Hal itu dapat dipengaruhi oleh orang yang melihat sesutaut dari sisi yang lain. Bila bertindak atas dasar definisi tertentu, sesuatu barangkali tidak akan baik bagi seseorang. Biasanya pada orang seorang ada dapat meniadakan yang alam, dengan kat alain dapat berubah.
Bagaimana definsi itu berubah atau berkembang merupakan pokok persoalan yang akan diteliti.
Jadi, penafsiran itu menjadi esensial. Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual melebihi dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari, kebetulan, staus sosial ekonomi, kewajiban peranan, resep budaya, mekanisme pengawasan masyarakat, atau lingkungan fisik lainnya. Faktor-faktor tersebut sebagian adalah konstrak yang digunakan para ilmuwan sosial dalam usahanya untuk memahami dan menjelaskan perilaku. Para interaksionis simbolik
Metode Penelitian Kualitatif |17 tidak menolak kenyataan bahwa konsep teoritik tersebut mungkin bermanfaat.
Namun, hal itu hanya relevan untuk memahami perilaku sepanjang hal itu memasuki atau berpengaruh terhadap proses pendefinisian. Penganjur teori ini tidak boleh menolak adanya kenyataan bahwa terdapat dorongan untuk makan dan bahwa definisi kultural tentang bagaimana, apa dan bilamana seseorang harus makan. Bagaimana pun, mereka harus menolak apabila dikatakan bahwa makan hanya dapat dipahami dalam kerangka definisi kebudaaan dan dorongan. Makan dapat dipahami dengan melihatnya pada saling kaitan antara bagaimana orang mendefinisikan makan dan situasi khusus dimana mereka memperolehnya.
makan dapat didefinisikan dengan beberapa cara yang berbeda. Guru di sekolah mendefinisikan kapan waktu yang tepat untuk makan, apa yang dimakan, bagaimana cara makan yang berbeda antara siswa yagns atu dengan siswa lainnya pada tempat yang sama. Makan siang bisa berarti istirahat untuk melakukan pekerjaan pokok, waktu untuk diet, atau kesempatan memperoleh jawaba terhadap pertanyaan ujian. Makan bagi orang lain misalnya dapt merupakan tonggak dalam perkembangan hidupnya. Makan disini dinyatakan signifikan dengan jalan menyediakan peristiwa bagi seseorang untuk dapat mengukur apa yang sudah atau belum tercapai, bebrapa hari ia masih dapat bertahan atau secepatnya seseorang akan terpaksa mengakhiri hari yang menyenangkan.
Dari gambaran di atas, dapat dilhat bahwa makan siang mempunyai makna simbolik dan konsep seperti dorongan dan ritual tidak berlaku. Teori ini tidak menolak bahwa ada aturan dan keteraturan, nilai dan sistem nilai dalam masyarkaat. Hal itu menjadi pentng dalam memahami perilaku hanya jika orang mempertimbangkannya. Selanjutnya, disarankan bahwa bukan aturan keteraturan norma atau apa saja yang pening untuk memahami perilaku, melainkan bagaimana hal-hal itu didefinsikan dan digunakan dalam situasi – situasi khusus. Sekolah menengah munkin mempunyai sistem penilaian, susunan orngaisasi, jadwal kelas, kurikulum dan motto resmi yang menyarankan tujuan pokok untuk mendidik keseluruhan pribadi. Manusia bertindak bukan atas dasar apa yang diwajibkan oleh sekolah itu atau apa yang seharusnya dari sekolah itu atau menurut apa yang dikatakan oleh administrator. Melainkan atas dasar bagaimana mereka memandang hal itu. Untuk sebagian sekolah menengah itu merupakan tempat untuk bertemu dengan teman-temannya, atau amalah tempat untuk memperoleh derajat yang lebih tinggi bagi sebagian besar siswa, sekolah merupakan tempat untuk memperoleh nilai dan mengumpulkan kredit sehingga mereka bisa lulus. Jadi terakhir mereka mendefinisikan tugas sebagai acuan ke perguruan tinggi atau memperoleh pekerjaan. Mereka mendefinisikan
18 | Metode Penelitian Kualitatif
tindakannya walaupun ada aturand an sistem kredit yang membawa pengaruh terhadap perilakunya. Organisasi – organsasi bervariasi dalam hal menyediakan pengertian yang pasti dan dalam hal bahwa alternatif pengertian tersedia dan diciptakan.
Bagian lainnya yang penting dari teori interaksi simbolik ialah konstrak tentang diri. Diri tidak dilihat sebagai yang berada dalam individu seperti aku atau kebutuhan yang teratur, motivasi dan norma serta nilai dari dalam. Diri adalah definisi yang diciptakan orang (melalui interaksi dengan yang lainnya) di tempat ia berada. Dalam mengkontrak atau mendefinsikan aku, manusia mencoba melihat dirinya sebagai orang lain, melihatnya dengan jalan menafsirkan tindakan dan isyarat yang diarahkan kepad amereka dan dengan jalan menempatkan dirinya dalam peranan orang lain. Dengan singkat, ktia melihat diri kita sendiri sebagai bagan dari orang lain melihat kita. Jadi diri itu juga merupakan konstrak sosial, yaitu hasil persepsi seseorang terhadap dirinya dan kemudian mengembangkan definisi melalui proses interaksi tersebut. Cara konseptualisasi diri ini telah mengarahkan pada peneitian tentang self fullfillingprophecy dan menyadiakan latar belakang tentang apa yang dinamakan labelling approach terhadap perilaku menunjang.
Kebudayaan
Banyak antropolog menggunakan pendekatan fenomenologi dalam studi mereka tentang pendidikan. Kerangka studi antropolgisnya adalah konsep kebudayaan. Usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan dinamakan entografi. Walaupun ada diantaranya kurang sependapat tentang definisi kebudayaan, mereka memandang kebudayaan sebagai kerangka teoritis dalam menjelaskan pekerjaan mereka.
Beberapa definisi membantu memperluas pengertian kita tentang bagaimana hal itu mempertajam peneltiian. Beberapa antropolog mendefinisikan kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh manusia dan digunakan untuk menafsirkan penglaaman dan menimbulkan perilaku (Spradley, 1980:5) dalam Bogdan dan Biklen 1982:35). Untuk menggambarkan kebudayaan menurut perspektif ini seorang penelit mungkin dapat memikirkan suatu peristiwa menurut cara sebagai berikut : Sebaiknya etnogragi mempertimbangkan perilaku menusia dengan jalan menguraikan apa yang diketahui mereka yang membolehkan mereka berperilaku secara baik sesuai dengan common sense dalam masyarakatnya. Peneliti dalam trandisi ini mengatakn bahwa etnografi
Metode Penelitian Kualitatif |19 mengatakan bahwa etnogragi berhasil jika mendidik pembaca bagaimana sebaiknya berperilaku dalam suatu latar kerbudayaan, apakah itu diantara keluarga-keluarga masyarakat makmur, dikantor kepala sekolah atau di kelas taman kanak-kanak.
Definisi lainnya tentng kebdayaan memberi tekanan pada semantik dan mengajurkan bahwa ada perbedaan antara mengetahui perilaku dan bahasa khas sekelompok orang dan yang dapat melakukannya sendiri. Menurut perspektif ini, kebudayaan tampaknya agak rumit dan berbeda penekanannya. Dalam hal ini tekanannya pada interaksi antara kebudayaan dan pengertian yang diberikan orang terhadap peristiwa-peristiwa. Dengan demikian oritentasi fenomenologis di sini menjadi jelas.
Etnografi dikenal dengan uraian ricni (thick description). Yang ditemui etnografi jika menguji kebudayaan menurut perspektif ini ialah suatu seri penafsiran terhadap kehidupa, pengertian akal sehat yang rumit dan sukar dipisahkan satu dari yang lainnya. Tujuan etnografi adalah mengalami bersama pengertian bahwa pemeran serta kebudyaan memperhitungkan dan menggambarkan pengertian baru untuk pembaca dan orang luar.
Konsep kebudayaan juga dikemukakan oleh Rosalie Wax (1971 dalam Bogdan dan Biklen 1982:36). Wax mendiskusikan tugas etnografi dalam rangka pengertian. Pengertian bukanlah beberapa empati yang misterius di atara orang- orang , melainkan merupakan satu kenyataan dari pengertian yang dialami bersama. Dengan demikian antropolog mulai dari luar, baik secara harfiah dalam rangka penerimaan sosialnya maupun secara kiasan dalam rangka pengertian.
Suatu penelitian etnografis tentang kelas taman kanak-kanak menguji bagaimana anak-anak yang memasuki sekolahnya menjadi orang dalam yaitu bagaimana mereka mempelajari kebudayaan sekolahnya dan mengembangkan respons yang tepat terhadap gurunya dan harapan-harapan kelas.
Dalam kerangka kebudayaan apapun definisi khususnya kebudayaan merupakan alat organisatoris atau konseptual untuk menafsirkan data yang berarti dan yang memberi ciri pada etnografi. Prosedur etnografi apakah sama atau identik dengan pengamtan berperan serta percaya akan adanya peberdaan kosa kata dan telah berkembang dalam kekhasan akademis yang berbeda.
Sekarang ini peneliti pendidikan telah menggunakan istilah etnografi untuk menunjuk pada setiap penelitian kualitatif dan juga dalam sosiologi. Walaupun orang-orang tidak setuju dengan penggunaan etnografi sebagai istilah umum untuk studi kualitatif ada beberapa kenyataan yang menunjukkan bahwa sosiolog dan antropolog makin saling mendekat dalam hal melakukan penelitian dan
20 | Metode Penelitian Kualitatif
orientasi teoritis yang mendasari pekerjaan mereka. Spradley (1980) sebagai antropolog terkenal menyatakan bahwa konsep kebudayaan sebagai pengetahuan yang dicapai mempunyai ciri-ciri umum yang sama dengan interaksi simbolik.
Etnometodologi
Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, melainkan menunjuk pada mata pelajaran yang akan diteliti.
Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari. Metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari. Subjek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang dalam pelbagai macam situasi pada masyarakat kita.
Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang melihat, menerangkan dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka.
Sejumlah orang berpendididikan telah dipengaruhi oleh pendekatan ini.
Pekerjaan mereka kadang-kadang sukar dipisahkan dari pekerjaan peneliti kualitatif lainnya : mereka cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan tentang isu yang bersifat mikro, dengan pengungkapan dan kosa kata khusus dan dengan tindakan yang rinci dan dengan pengertian. Peneliti demikian menggunakan istilah istilah pengertian secara common sense, kehidupan sehari-hari dan memperhitungkan. Menurut para etnometodolog, penelitian bukanlah merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan penyelesaian praktis. Mereka menyarankan agar kita melihat secara hati-hati pada pengertian akal sehat tempat pengumpulan data itu dilakukan. Mereka mendorong peneliti untuk bekerja dengan cara kualitatif untuk lebih peka terhadap kebutuhan tertentu menurut mereka tau menangguhkan asumsi mereka tenang akal sehat, pandangan mereka sendiri daripada mempertimbangkannya.
Selain landasan teoritis tersebut di atas, dalam penelitian kualitatif dinamakan juga apa yang dinamakan pendekatan (approach). Pendekatan penelitian kualitatif merupakan cara berpikir umum tentang cara melaksanakan penelitian kualitatif. Pendekatan itu menguraikan baik secara eksplisit atau pun secara implisit maksud penelitian kualitatif, peranan peneliti langkah-langkah penelitian dan metode analisa data dalam hal ini ada empat pendekatan kualitatif dikemukakan.
Etnografi
Metode Penelitian Kualitatif |21 Pendekatan etnografi dalam penelitian kualitatif terbanyak berasal dari bidang antropologi. Penekanan pada etnografi adalah pada studi keseluruhan budaya. Semula, gagasan budaya terikat dengan persoalan etnis dan lokasi geografis (misalnya budaya dari kepulauan X), tetapi sekarang hal itu telah diperluas dengan memasukkan setiap kelompok dalam suatu organisasi. Dalam hal ini, kita dapat meneliti budaya dari bisnis atau kelompok tertentu.
Etnografi pada dasarnya merupakan bidang yang sangat luas dengan variasi yang sangat besar dari praktisi dan metode. Bagaimanapun, pendekatan etnografis secara umum adalah pengamatan berperan serta sebagai bagian dari penelitian lapangan. Etnografer menjadi tertarik secara mendalam dalam suatu budaya sebagai bagian dari pemeran sertaanya dan mencatat secara serius data yang diperoleh nya dengan memanfaatkan catatan lapangan. Sebagai yang ada dalam grounded theory tidak ada pembatasan terlebih dahulu apa yang akan diamati dan tidak ada titik akhir dalam studinya.
Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomenom dalam suatu keadaan alamiah atau in situ. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan berperanserta. Peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.
Grounded Theory
Grounded Theory adalah pendekatan penelitian kualitatif yang pada mulayanya dikembangkan oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1960 an. Maksud pokk dari grounded theory adalah untuk mengembangkan teori tentang minat terhadap fenomena. Tetapi hal ini bukan hanya teoretisasi abstrak seperti yang mereka bahas. Dalam hal ini teori perlu digrounded atau berasal dari bawah dalam sesuatu pengamatan, sampai menjadi istila.
Grounded Theory merupakan proses bertahap yang cukup rumit. Penelitian dimulai dengan memunculkan pertanyaan generatif yang membantu penelitian namun tidak dimaksudkan untuk tetap statis atau menjadi dinamis. Sewaktu peneliti mulai mengumpulkan data, konsep teoritis inti diidentifikasikan.
22 | Metode Penelitian Kualitatif
Kemungkinan kaitan dikembangkan antara konsep inti teori dengan data. Tahap awal ini cenderung terbuka dan waktunya bisa memakan berbulan-bulan.
Kemudian peneliti memasuki verifikasi dan ikhtisar. Usahanya cenderung berkembang secara perlahan menapaki kategori inti yang menjadi pusat.
Ada beberapa strategi analisis kunci yang dikemukakan sebagai berikut:
• Koding adalah proses untuk membuat kategorisasi data kualitatif dan juga untuk menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya. Pada awal seseorang memulai membuat koding dengan mempertimbangkan data yang secepatnya muncul secara rinci sementara ia mengembangkan beberapa konding lainnya. Kemudian, ia bergerak ke arah koding yang dipilih dengan mempertimbangkan secara sistematis kode-kode yang dikaitkan dengan konsep inti.
• Memoing (membuat memo) adalah proses mencatat pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan dari peneliti sewaktu hal-hal itu muncul selama studi. Adan bisa memikirkan bahwa memoing itu dilakukan secara ekstensif dalam catatan marjinal dan tanggapan-tanggapan yang diberikan dalam catatan lapangan.
Kembali, bahwa proses pembuatan memo itu cenderung menjadi terbuka dan kemudian barulah mengarah secara terfokus kepada konsep inti.
• Diagram terpadu dan sesi digunakan untuk menarik seluruh rincian menjadi satu, untuk membantu agar data itu menjadi berarti dengan mengarahkan diri kepada teori yang muncul. Diagram dapat berbentuk grafik yang bermanfaat pada waktu itu dalam pengembangan teori. Hal itu bisa juga berupa peta konsep atau gambar langsung atau kartun sederhana yang dapat menjadi alat untuk mengikhtisarkan. Pekerjaan keterpaduan ini dilakukan dengan baik dalam diskusi-diskusi kelomok dimana anggota kelompok dapat memberikan urunan pendapatnya atau meningkatkan pandangan atau teori yang selama ini telah muncul.
Selanjutnya grounded theory (teori-teori dasar TDD) adalah metode yang telah secara meluas digunakan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Hal mendasar dari pendekatan ini adalah bahwa suatu teori harus muncul dari data atau dengan kata lain suatu teori harus dasar/bawah. Karena itu pendekatan ini memanfaatkan cara induktif. TDD didefinisikan oleh para ahli sebagai pendekatan metode penelitian kualitatif yang menggunakan seperangkat prosedur sistematik untuk mengembangkan teori dari dasar yang diperoleh secara induktif tentang suatu fenomenom. Maksud TDD adalah mengembangkan suatu fenomenom yang mengindikasikan konstruk utama atau kategori-kategori dalam istilah TDD,
Metode Penelitian Kualitatif |23 hubungan-hubungannya dan konteks dan proses jadi menyediakan teori dari fenomenom yang melebihi ulasan deskriptif.
TDD mempersyaratkan bahwa teori muncul dari data namun tidak melihat hal itu sebagai bagian yang terpisah. Pengumpulan data, analisis dan formulasi teori dianggap sebagai sesuatu yang berkaitan, dan pendekatan itu memasukkan prosedur secara eksplisit untuk membimbingnya. Pertanyaan penelitian adalah terbuka dan umum daripada dibentuk dalam bentuk hipotesis, dan teori yang muncul itu harus dipertimbangkan oleh fenomenom yang relevan dan problematik untuk hak-hal yang terkait. Analisis melibatkan tiga proses dan daripadanya prosedur sampling diperoleh yang barangkali bisa tumpang tindih, koding terbuka, dimana data dipilah-pilah untuk mengidentifikasikan kategori yang relevan, koding aksial dimana kategori diperhalus, dikembangkan dan dikait- kaitkan, koding terpilih dimana kategori umum atau kategori inti yang mengaitkan seluruh kategori secara bersama-sama, yang diindentifikasi dan dikaitkan dengan kategori-kategori lainnya. Pengumpulan data dibimbing oleh sampling teoritis atau sampling yang didasarkan pada konstruk yang relevan secara teoritis. Pada tahap awal proyek, sampling terbuka dari individu-individu, latar, atau dokumen, melibatkan prosedur yang bertujuan dan sistematik, digunakan untuk menemukan dan mengidentifikasikan data yang relevan dengan pertanyaan penelitian. Pada tahap akhir, sampling berkaitan atau bervariasi digunakan, baik secara bertujuan atau secara sistematis, untuk menemukan data yang terkonfirmasikan, menguraikan dan memvalidasikan hubungan-hubungan kategori-kategori atau membatasi keterpakaiannya. Tahap akhir proyek melibatkan membedakan sampling, yang mengarahkan pada pemilihan orang- orang, latar atau dokumen untuk mengkonfimrasikan dan memverifikasikan kategori inti dan teori yang menyeluruh, dan juga memperkaya kategori yang kurang berkembang. Dua prosedur kunci, mengajukan pertanyaan dan membuat perbandingan adalah sangat rinci utuk memberi informasi dan membimbing analisis dan membimbing teoretisasi. Prosedur lainnya, menulis memo dan menggunakan diagram, juga dimasukkan sebagai bagian penting dari analisis, sebagai prosedur untuk mengidentifikasikan dan memasukkan interaksi dan proses. Sangat diharapkan dari pihak peneliti agar memiliki kepekaan tinggi secara teoritis.
TDD memiliki beberapa perbedaan karakteristik yang dirancang untuk memelihara perolehan dari data/dasar dari pendekatan itu. Pengumpulan dan anlisis data biasanya disatukan dan awal analisis data digunakan untuk mempertajam pengumpulan data selanjutnya. Hal ini dimaksudkan menyediakan
24 | Metode Penelitian Kualitatif
untuk peneliti dengan kesempatan untuk meningkatkan penyusunan kategori, disamping menindaklanjuti penyusunan kategori disamping menindaklanjuti penemuan yang tidak dirancang. Prosedur mencampurkan pengumpulan dan analisis data itu dengan cara ini dipelihara untuk meningkatkan pandangan dan mengklarifikasikan parameter dalam penyusunan teori. Pendekatan ini dimanfaatkan juga untuk mengecek kepustakaan penelitian. Hal ini adalah untuk memastikan bahwa analisis didasarkan pada data dan konstruk yang telah ditemukan tidak meningkatkan analisis dan pembentukan teori selanjutnya. Jika konstruk teori yang ada digunakan, teori itu harus diuji dengan data, pembacaan kepustakaan dimanfaatkan untuk memperkaya penemuan teori dari data.
TDD dimaksudkan untuk menjadi metode yang tuntas dengan jalan menyediakan prosedur yang rinci dan sistematik untuk pengumpulan data, analisis dan teoritisasi, namun hal itu dimaksudkan untuk menjgaga kualitas dari teori yang muncul dari data. Ada empat kriteria pokok untuk TDD hal itu harus sesuai dengan fenomenom, diperoleh dari berbagai macam data, dan dipercaya dari segi kenyataan sehari-hari dibidangnya hal itu harus menyediakan pemahaman dan harus komprehensif terhadap orang-orang yang diteliti maupun yang lainnya yang terlibat, hal itu harus meyediakan kesimpulan umum, dengan catatan bahwa data itu komprehensif, interpretasinya konseptual dan luas dan teori memasukkan variasi ekstensif di bidangnya, dan hal itu harus menyediakan pengawasan dalam hal menyediakan kondisi dimana teori diaplikasikan dan menyediakan landasan untuk tindakan di bidangnya.
E. Beberapa Pertanyaan Umum Tentang Penelitian Kualitatif
Jika seseorang baru pertama kali mendengar atau mempelajari penelitian kualitatif, biasanya timbul pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan penjelasan.
Pertanyaan pertanyaan tersebut sebagian meragukan keabsahan penelitian kualitatif Bogdan dan Taylor (1982:39-48) mengajukan delapan pertanyaan dan menjelaskan jawabannya.
1) Dapatkah pendekatan kualitatif dan kualitatif digunakan bersama-sama ? Penelitian kuantitatif biasanya tidak puas dengan hasil analisis statistik.
Misalnya, dengan data yang dikumpulkan dengan kuesioner, analisis statistik dilakukan untuk menemukan hubungan karena antara dua atau lebih variabel.
Tenyata hasilnya tidak memuaskan karena tidak ada hubungan. Peneliti meragukan hasilnya karena hipotesisnya tidak teruji. Untuk itu, ia lalu
Metode Penelitian Kualitatif |25 mengadakan wawancara mendalam (in depth interview) untuk melengkapi penelitiannya. Dengan kata lain, peneliti kuantitatif tersebut menggunakan secara bersama-sama kedua penelitian tersebut, namun dengan pendekatan kuantitatif sebagai pegangan utama.
Di pihak lain, peneliti kualitatif sering menggunakan data kuantitatif, namun yang sering terjadi pada umumnya idak menggunakan analisis kuantitatif bersama-sama, jadi dapat dikatakan bahwa kedua pendekatan tersebut dapat digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya hanya sebagai penengkap saja. Dengan kata lain jawaban terhadap pertanyaan di atas sangat tergantung pada paradigma yang dianut oleh seseorang peneliti. Pendapat ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss (1980:18), yaitu bahwa dalam banyak hal, kedua bentuk data tersebut diperlukan, bukan kuantitatif menguji kualitatif, melainkan kedua bentuk tersebut digunakan bersama dan apabila dibandingkan, masing-masing dapat digunakan keperluan menyusun teori.
Di pihak lain, ada orang bertanya apakah kedua pendekatan itu digunakan bersama secara sejajar atau secara sama kuat ? Seperti telah dikemukakan, hal itu sukar dapt dilakukan karena paradigmanya atau orientasi teorinya berbeda. Di samping itu, secara praktis bisa membuat peneliti sakit kepala. Jika hal ini tetap akan dilakukan, sebaiknya peneliti demikian berpikir seribu kali.
2) Apakah penelitian kualitatif benar-benar ilmiah ?
Dari pertanyaan tersebut tampak adanya keraguan bagi penanya.
Memang orang meragukan penelitian kualitatif karena ia berawal dari dasar, jadi lebih induktif sifatnya. Keraguan lainnya terletak pada pengujian hipotesis yang biasanya telah ditetapkan penelitian kualitatif secara a priori. Selain itu, orang meragukan bahwa hasil penemuan kualitatif tidak ilmiah.
Penelitian itu pada dasarnya merupakan upaya untuk menemukan teori, dan hal itu dilakukan secara baik justru dengan pendekatan induktif. Data dikumpulkan dianalisis diabstraksikan dan akan muncul teori-teori sebagai menemuan penelitian kualitatif. Selain itu, penelitian kualitatif juga mengenal adanya hipotesis kerja dan pada dasarnya hal itu telah menjadi teori substantif.
Hanya bedanya hipotesis kerja dirumuskan sementara data dikumpulkan, jadi tidak disusun sebelumnya, hipotesis kerja sedemikian dapat lebih disempurnakan sementara pengumpulan data berlangsung. Hal demikian tidak mungkin
26 | Metode Penelitian Kualitatif
dilakukan pada penelitian kuantitaif. Pengujian hipotesis kerja juga dilakukan dalam rangka reduksi data.
Dapat digenerelasikan merupakan ciri khas yang digunakan dalam penelitian kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif data digeneralisasikan melebihi pandangan penelitian kuantitaif yang menganggap dapat digeneralisasikan apabila hasil penemuan berlaku di tempat lain dan pada waktu lainnya. Penelitian kualitatif lebih tertarik pada hasil yang bermakna universal. Artinya hasil penemuan kualitatif idak hanya dapat digenerelasikan pada latar substantif yang sama, tetapi juga pada latar lainnya. Jadi menurut Bogdan dan Taylor (1982:41), dapatnya digenerelasasikan lebih banyak digunakan oleh peneliti yang tertarik pada penyusunan teori dari dasar (grounded theory).
Dari uraian di ata