AKAR AGRESI
Agresi merupakan Tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap orang atau institusi lain yang disengaja. Pemicu umum dari sebuah agresi adalah ketika seseorang mengalami suatu kondisi emosi tertentu, yang umumnya adalah emosi marah. Perasaan marah tersebut kemudian berlanjut pada keinginan untuk melampiaskannya pada suatu objek tertentu.
PERSPEKTIF AGRESI: PERSPEKTIF BIOLOGIS
Pada perspektif ini peneliti menilai bahwa manusia tidak berbeda jauh dengan hewan. Manusia memiliki mekanisme tingkah laku yang mirip dengan hewan.
AGRESI PRIMATA
Terdapat sebuah penelitian terhadap seekor primata, yakni simpanse jantan.
Hasil temuannya mengungkapkan bahwa simpanse jantan tidak ramah terhadap simpanse lain yang bukan kelompoknya. Wujud ketidakramahan tersebut berupa perburuan, perkelahian, dan perang antar kelompok simpanse jantan. Motivasi simpanse melakukan hal tersebut adalah masalah territorial dan masalah pasangan. Tingkah laku tersebut juga didapati pada manusia.
Faktor-faktor penyimpangan menurut pandangan biologis:
1. Hormon
Beberapa peneliti menemukan bahwa hormon androgen dan testoteron yang dimiliki manusia menunjukkan hubungan dengan kekerasan.
2. Otak
Ditemukan bahwasanya tumor yang tumbuh di hipotalamus memicu timbulnya tingkah laku agresi. Selain itu, ditemukan pula penelitian terhadap sekelompok pembunuh yang mengungkapkan adanya aktivitas yang tinggi terhadap bagian kanan Amidala dan bagian hipotalamus.
PERSPEKTIF PSIKODINAMIKA
Manusia memiliki dua insting dasar, yakni insting hidup (eros) dan insting mati (Thanatos). Insting mati tersebutlah yang membawa manusia melakukan
agresif. Meskipun demikian, insting tersebut dapat diatasi dengan usaha pengalihan (displacing).
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN
1. Umumnya, kondisi frustasi menimbulkan kemarahan yang kemudian menjelma menjadi perilaku agresif. Dari dasar tersebut muncullah teori frustasi-agresi.
2. Tingkah laku agresi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang sulit.
Oleh karena itu perlu adanya pembelajaran, artinya agresivitas tidaklah alami. Agresivitas tidak alami melainkan didapat melalui proses sosial yang dialami seseorang. Dari asumsi tersebut muncul teori belajar sosial oleh Bandura.
3. Dalam perkembangannya, seseorang belajar untuk menjadi agresi tidak hanya secara langsung depan mata, melainkan dapat melalui media massa.
Media massa menampilkan adegan kekerasan yang dapat memotivasi individu untuk melakukan hal serupa.
4. Peran orang tua juga berpengaruh terhadap agresi anak. Terdapat
penelitian yang mengungkapkan keterkaitan antara pola asuh, tingkah laku agresif orang tua, dan kegemaran dalam menonton adegan kekerasan.
PENYEBAB AGRESI
1. SOSIAL a. Frustasi
Ketika frustasi, besar kemungkinan seseorang akan melakukan Tindakan agresif. Frustasi dapat menimbulkan agresivitas ketika penyebab frustasi dianggap tidak sah atau tidak dibenarkan.
b. Provokasi verbal dan fisik
Manusia cenderung untuk (balas dendam) membalas dengan derajat agresi yang sama atau sedikit lebih tinggi daripada yang diterima. Menyepelekan dan merendahkan sebagai sikap sombong atau arogan merupakan pemicu kuat munculnya agresi.
c. Alkohol
Penelitian menunjukkan bahwa konsumis alcohol dapat menaikkan agresivitas. Seseorang yang mabuk akan terdorong untuk melakukan Tindakan agresi seperti menghancurkan harta benda orang lain, menyakiti orang di sekitarnya, dan berbagai tindak kekerasan lainnya, aktivitas ini dilakukan secara bersama-sama (komunal).
2. PERSONAL
a. Pola tingkah laku
Orang dengan pola tingkah laku tipe A cenderung lebih agresif daripada orang dengan tipe B. Tipe A identic dengan karakter buru-buru dan kompetitif.
b. Narsisme
Bushman dan Baumeister (1988) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang memiliki narsisme cenderung memiliki tingkat agresivitas yang tinggi. Hal ini dikarenkanan dirinya akan merasa terancam ketika ada orang lain yang mempertanyakan dirinya.
c. Perbedaan jenis kelamin
Diungkapkan bahwasanya laki-laki lebih agresif dibandingkan dengan perempuan. Bahwa anak laki-laki menunjukkan ekspresi dominan, anak laki-laki lebih menampilkan agresi dalam bentuk fisik dan verbal.
3. KEBUDAYAAN
a. Lingkungan geografis
Lingkungan geografis seperti pantai/ pesisir menunjukkan bahwa masyarakatnya menunjukkan karakter yang lebih keras dibanding masyarakat pedalaman.
b. Nilai dan norma
Bahwa suatu masyarakat yang memiliki nilai dan norma tertentu dapat mendasari sikap dan tingkah laku seseorang dalam melakukan agresif.
4. SITUASIONAL a. Kondisi cuaca
Kondisi cuaca dapat keterkaitan, yakni ketidaknyamanan akibat cuaca panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk-bentuk agresi lainnya.
Kondisi panas menimbulkan rasa tidak nyaman yang berujung pada meningkatnya afresi sosial.
5. SUMBER DAYA
Manusia senantiasa memenuhi kebutuhannya. Salah satu pendukungnya adalah daya dukung alam. Kebutuhan manusia yang banyak tidak sepenuhnya dapat terpenuhi, maka dilakukanlah kegiatan tawar-menawar. Apabila kegiatan tawar-menawar tidak mencapai kesepakatan, maka terdapat kemunugkinan adanya pengambilan paksa sumber daya dari pihak yang memilikinya.
6. MEDIA MASSA
Tayangan media massa yang menampilkan kekerasan akan membuat seseorang cendrung untuk melakukan kekerasan. Hal ini seseuai dengan penelitian Bandura mengenai modelling kekerasan oleh anak. Jika diasosiasikan dengan teori belajar sosial, media massa seperti tv ataupun media sosial dapat menimbulkan kecenderungan untuk melakukan hal serupa dikarenakan seseorang melakukan peniruan terhadap apa yang dilihatnya.