AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBINASI EKSTRAK DAUN SIRSAK(Annona muricata l) DAN EKSTRAK DAUN
PEPAYA (Carica papaya l)DENGAN METODE DPPH PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Oleh
ANNI MARIYANA LESTARI 201851035
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL JAKARTA
2024
i
ii
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI FARMASI
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : ANNI MARIYANA LESTARI
NIM : 201851035
JUDUL SKRIPSI : AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
KOMBINASI EKSTRAK DAUN SIRSAK(Annona muricata l) DAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya l)DENGAN METODE DPPH
DISETUJUI OLEH
Pembimbing I Pembimbing II
(Yulis Adriana, S.Si., M.Farm) (apt.Febri Hidayat, S.Si, MBA)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis menyelesaikan penyusunan laporan proposal penelitian dengan judul “AKTIVITAS ANTIOKASIDAN DAUN SIRSAK (Annoa muricata l) DAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya l) DENGAN METODE DPPH”
Penyusun laporan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pada Institut Sains dan Teknlogi Al-Kamal Jakarta guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi. Dalam penyusunannya dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ngasiman Djoyonegoro, M.M selaku Rektor Institut Sains dan Teknologi Al- Kamal yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Institut Sains dan Teknlogi Al-Kamal Jakarta.
2. apt. Dede Komarudin, M.Farm selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Institut Sains dan Teknlogi Al-Kamal Jakarta.
3. apt.Dewi Rahma Fitri, M.Farm selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Sains dan Teknlogi Institut Sains dan Teknlogi Al-Kamal Jakarta.
4. Yulis Adriana, S.Si., M.Farm selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan proposal skripsi ini yang telah sabar memberikan arahan, motivasi, serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis untuk menyelesaikan dengan baik.
5. apt.Febri Hidayat, S.Si, MBA selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan proposal skripsi ini yang telah sabar memberikan arahan, motivasi, serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis untuk menyelesaikan dengan baik.
6. Apt. Siva Fauziah.,M.Farm.. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberi bimbingan, motivasi, saran serta meluangkan waktunya kepada penulis selama perkuliahan.
7. Seluruh dosen dan staff Institut Sains dan Teknlogi Al-Kamal Jakarta yang telah membantu hingga penelitian ini selesai dengan baik.
iv
8. Anak, suami serta keluarga besar saya lainnya yang selalu memberikan doa, nasihat, semangan dan semua perhatian.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan adanya kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini, sebagaimana keterbatasan yang dimiliki penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Jakarta, 16 Januari 2024
Penulis
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR GAMBAR...vii
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR LAMPIRAN...viii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. LATAR BELAKANG...1
B. PERUMUSAN MASALAH...2
C. TUJUAN MASALAH...3
D. BATASAN MASALAH...3
E. MANFAAT PENELITIAN...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4
A. TANAMAN DAUN SIRSAK...4
1. Klasifikasi Tanaman Sirsak...4
2. Deskripsi Tanaman Sirsak...5
3. Kandungan Daun Sirsak...5
B. TANAMAN DAUN PEPAYA...5
1. Klasifikasi Tanaman Pepaya...5
2. Deskripsi Tanaman Pepaya...6
3. Kandungan Daun Pepaya...7
C. EKSTRAKSI...10
1. Ekstraksi Cara dingin...11
2. Ekstraksi Cara panas...12
BAB III METODE PENELITAN...14
A. JENIS PENELITIAN...14
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN...14
1. Tempat Penelitian...14
vi
2. Waktu Penelitian...14
C. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN...15
1. Alat...15
2. Bahan...15
D. PROSEDUR PENELITIAN...15
1. Tahap Penyiapan Sampel...15
2. Penentuan Karakteristik...17
3. Penentuan Larutan DPPH 40µg/mL...17
4. Pengujian Aktivitas Antioksidan...17
5. Analisis Data...19
6. Analisis Efektivitas Kombinasi Ekstrak...19
DAFTAR PUSTAKA...19
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Tanaman Daun Sirsak (8)...4 Gambar 2. 2 Tanaman Daun papaya (9)...6
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era modern ini pola hidup masyarakat telah mengalami perubahan yang berdampak buruk pada kesehatan, seperti mengkonsumsi makanan junk food, kurangnya olahraga, istirahat yang tidak teratur, kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Selain itu kondisi lingkungan yang memburuk seperti banyaknya polusi juga akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas (1)
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan bersifat sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron dan menjadi stabil. Dalam jumlah tertentu, radikal bebas diperlukan untuk kesehatan seperti dalam tubuh manusia berfungsi untuk melawan radang, membunuh bakteri dan mengatur tonus otot polos dalam organ dan pembuluh darah. Jika reaksi ini berlangsung terus-menerus dalam tubuh dan tidak berhenti maka akan menimbulkan penyakit seperti kanker, jantung, penuaan dini dan menurunnya sistem imun tubuh (2).
Antioksidan merupakan sistem pertahanan pertama dalam tubuh yang berperan melawan kerusakan akibat radikal bebas yang mampu memperlambat atau menghambat proses oksidasi. Sistem pertahanan antioksidan bekerja menekan atau mencegah pembentukan radikal bebas atau ROS dalam sel dengan menetralkan radikal bebas yang memiliki kemampuan memicu produksi radikal bebas lainnya (3). Antioksidan dapat diperoleh dari sumber eksternal yaitu dengan mengonsumsi makanan atau minuman. Zat aktif antioksidan dapat diekstraksi dari sumber alami lingkungan yang berasal dari bahan tumbuhan, bahan hewan, dan bahan mineral.
Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, dan biji (4).
2
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Naspiah, Masruhim dan Fitriani(5) mengenai uji aktivitas antioksidan ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi 7,65 ppm, 15,3 ppm, 22,95 ppm, 30,6 ppm, 38,25 ppm diperoleh nilai IC50 berada dibawah 50 ppm, yaitu 23,6 ppm, dimana nilai IC50 dibawah 50 ppm menunjukan aktivitas antioksidan yang sangat kuat (5). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Bulla, Cunha, dan Nitbani (2020) mengenai uji aktivitas antioksida senyawa alkaloid daun pepaya dengan konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm diperoleh nilai IC50 berada dibawah 50 ppm, yaitu 34 ppm dan 10,4 ppm, dimana nilai IC50 dibawah 50 ppm menunjukan aktivitas antioksidan yang sangat kuat (6).
Metode yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan tanaman yaitu dengan menggunakan metode radikal bebas DPPH. Tujuan metode ini adalah sebagai parameter konsentrasi yang ekuivalen memberikan efek 50% (IC50). Karena adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat, ketika elektron menjadi berpasangan, absorbansi akan menurun. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning (7).
Berdasarkan permasalahan di atas penulis melakukan penelitian dengan judul
“Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) dan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) dengan Metode DPPH”. Keduanya tanaman ini sama-sama memiliki aktivitas sebagai antioksidan, yang diharapkan dapat menjadi sumber informasi baru yang efektif digunakan untuk menangkal radikal dengan kombinasi kedua ekstrak tersebut.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana aktivitas antioksidan extraksi dari daun sirsak (Annona muricata) dan daun papaya (Carica papaya l) menggunakan metode DPPH?
2. Apakah aktivitas antioksidan kombinasi daun sirsak (Annona muricata) dan daun pepaya (Carica papaya l) lebih baik dari pada tunggalnya?
3
C. BATASAN MASALAH
1. Uji antioksidan kombinasi extrak daun sirsak (Annona muricata) dan daun pepaya (Carica papaya l)
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui antioksidan kombinasi dari daun sirsak (Annona muricata) dan daun pepaya (Carica papaya l)
E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberikan informasi mengenai aktivitas antioksidan dari daun sirdak dan daun papaya dengan metode DPPH
2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang aktivitas antioksidan dari daun sirdak dan daun papaya dengan metode DPPH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN DAUN SIRSAK
1. Klasifikasi Tanaman Sirsak
Klasifikasi dari tumbuhan sirsak adalah:
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Familia : Annonaceae Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Gambar 2. 1 Tanaman Daun Sirsak (8) 2. Deskripsi Tanaman Sirsak
Morfologi dari daun sirsak adalah berbentuk bulat dan panjang, dengan bentuk daun menyirip dengan ujung daun meruncing, permukaan daun mengkilap, serta
5
berwarna hijau muda sampai hijau tua. Terdapat banyak putik di dalam satu bunga sehingga diberi nama bunga berpistil majemuk. Sebagian bunga terdapat dalam lingkaran, dan sebagian lagi membentuk spiral atau terpencar, tersusun secara hemisiklis. Mahkota bunga yang berjumlah 6 sepalum yang terdiri dari dua lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning keputih- putiham, dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya. Bunga umumnya keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon bentuknya sempurna
(hermaprodit) (8).
3. Kandungan Daun Sirsak
Daun sirsak mengandung alkaloid, tanin, dan beberapa kandungan kimia lainnya termasuk Annonaceous acetogenins. Acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (Mardiana, 2011). Acetogenins merupakan inhibitor kuat dari kompleks I mitokondria atau NADH dehidrogenase. Zat ini akan mengakibatkan
penurunan produksi ATP yang akan menyebabkan kematian sel kanker, lalu kemudian memicu terjadinya aktivasi jalur apoptosis serta 13 mengaktifkan p53 yang dapat menghentikan siklus sel untuk mencegah terjadinya proliferasi tak terkendali (8).
B. TANAMAN DAUN PEPAYA
1. Klasifikasi Tanaman Pepaya
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan, pepaya menurut penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta Super divisio : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
6
Subkelas : Dilleniiidae 8 Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica Spesies : Carica pepaya L.
Gambar 2. 2 Tanaman Daun papaya (9)
2. Deskripsi Tanaman Pepaya
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas.daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang dibagian tengah. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai pada batang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk. Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya runcing. Warna buah ketika muda hijau gelap dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Daging buah berasal dari karpela yang menebal,berwarna kuning hingga merah tergantung varietasny. Bagian tengah berongga. Biji-biji pada buah yang masih muda berwarna putih dan pada buah yang sudah masak berwarna hitamatau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir untuk mencegahnya dari kekeringan (10)
7
3. Kandungan Daun Pepaya
Bahan alam memiliki senyawa metabolit sekunder yang berpotensisebagai zat antibakteri. Metabolit sekunder merupakan metabolit yang dihasilkan dari proses metabolisme sekunder. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda- beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi haya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu (11) .
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sylvia (12) diketahui bahwa biji pepaya mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin,dan alkaloid.
Menurut hasil uji fitokimia yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa biji buah pepaya mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, dan kuinon. Ada beberapa kandungan dari biji buah pepaya (Carica papaya Linn) sebagai zat antibakteri yaitu :
a. Flavanoid
Flavanoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan aseton. Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Senyawa-senyawa flavanoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan (13). Flavanoid berkerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan mampu menghambat motilitas bakteri. Flavanoid berkerja dengan cara mengganggu pengikatan hidrogen pada asam nukleat sehingga proses sintesis DNA-RNA terhambat.
Selain itu flavanoid, juga dapat mencegah pertumbuhan bakteri dengan cara mengganggu kestabilan membran sel dan metabolisme energi bakteri.
Ketidakstabilan ini terjadi akibat adanya perubahan sifat hidrofilik dan hidrofobik membran sel sehingga fluditas membrane sel berkurang yang
8
berakibat pada gangguan pertukaran cairan dalam sel. Hal ini berdampak pada kematian sel bakteri. Sementara itu, menghambat kerja dari enzim reduktase pada proses transfer elektron bakteri mengakibatkan pertumbuhan bakteri terganggu (13).
b. Tanin
Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin merupakan senyawa yang mempunyai berat molekul 500-3000 dan mengandung sejumlah besar gugus hidroksi fenolik yang memungkinkan membentuk ikatan silang yang efektif dengan protein dan molekul-molekul lain seperti polisakarida, asam amino, asam lemak dan asam nukleat (14). Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallik dan ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbonkarbon berupa cathecin dan gallocathecin. Tanin yang berasal dari hijauan (leguminosa) umumnya membentuk tanin terkondensasi dan mempunyai ikatan kompleks dengan protein yang lebih kuat dibandingkan dengan tanin terhidrolisis.
Tanin dapat berinteraksi dengan protein dan ada tiga bentuk ikatan yaitu:
ikatan hidrogen, ikatan ion, ikatan kovalen. Tanin terhidrolisis dan terkondensasi berikatan dengan protein dengan membentuk ikatan hidrogen antara kelompok fenol dari tanin dan kelompok karboksil (aromatik danalifatik) dari protein. Ikatan kuat antara tanin dan protein akan berpengaruh terhadap kecernaan protein (14)). Tanin merupakan senyawa fenol bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel (15).
9
c. Alkaloid
Alkaloid senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhtumbuhan, bersifat basa, dan struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklis dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsur-unsur penyusun alkaloid adalah karbon, hidrogen, nitrogen, dan oksigen. Namun terdapat beberapa alkaloid yang tidak mengandung oksigen. Adanya nitrogen dalam lingkar pada struktur kimia alkaloid menyebabkan alkaloid bersifat alkali. Tumbuhan dikotil adalahsumber utama alkaloid. Untuk memperoleh alkaloid dari tumbuhan dapat diisolasi menggunakan cara ekstraksi. Alkaloid sukar larut dalam air namun dapat larut dalam pelarut organik yang umum, seperti kloroform, alkohol, benzene, dan eter (16).
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (17) .
d. Fenol
Senyawa fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil yang menempel pada cincin aromatik. Senyawa fenol memiliki titik leleh rendah dan bau khas yang sedikit menyengat. Selain itu, juga mudah larut dalam sebagian besar pelarut organic (hidrokarbon aromatic, alcohol, dan keton) agak kurang larut dalam Hidrokarbon alifatik. Fenol membentuk campuran azeotropik dengan air dan zat lainnya. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam karbolik, fenat monohidroksibenzena, asam fenat, asam fenilat, fenil hidroksida, oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol, dan fenol alkohol (18). Fenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda yang disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut dengan jumlah dan posisi yang berbeda. Apabila kandungan senyawa fenolik di dalam sampel tinggi maka aktivitas antioksidannya juga tinggi karena adanya peningkatan
10
total fenol sehingga dapat dikatakan bahwa sedang terdapat aktivitas antioksidan yang sedang berlangsung . Senyawa fenol memiliki sifat yang dapat merusak membran sel yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan atau matinya sel karena perubahan permeabilitas sel. Senyawa fenol juga dapat mendenaturasi protein sel dan mengerutkan dinding sel sehingga dapat melisiskan dinding sel jamur. Selain itu, Senyawa fenol melalui gugus hidroksi yang akan berikatan dengan gugus sulfihidril dari protein fungi sehingga mampu mengubah konformasi protein membran sel target (19).
e. Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor dasar pada benzokuinon, yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang berkonjugasi dengan 2 ikatan rangkap. Senyawa kuinon yang terdapat sebagai glikosida mungkin larut sedikit dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terdeteksi dari tumbuhan bersama- sama dengan karotenoid dan klorofil (20). Warna pigmen kuinon di alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai hitam, dan struktur yang dikenal jumlahnya lebih dari 450. Senyawa kuinon yang terdapat sebagai glikosida larut sedikit dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan akan terekstraksi dari ekstrak tumbuhan kasar bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil (21). Kuinon dapat menghambat respirasi sel. Selain itu, kuinon dapat menerima elektron rantai respirasi, proses ini dapat menghasilkan pembentukan radikal bebas dan merusak mitokondria.
Aktivitas kuinon menyebabkan cyanideresistant respiration, yaitu kurangnya pasokan oksigen dalam proses respirasi (22).
C. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah teknik permisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstraksi bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu
11
perlarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditentukan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-senyawa yang akan diisolasi (23). Senyawa yang aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat kemasan. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisa akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstrasi yang tepat (24). Ada macam-macam metode ekstraksi yaitu :
1. Ekstraksi Cara dingin.
Pada metode ini tidak dilakukan pemanasan selama proses pelarut diam atau dengan tujuan agar senyawa yang diinginkan tidak menjadi rusak. Beberapa jenis metode ekseraksi dingin, yaitu :
a. Maserasi atau dispersi
Maserasi merupakan metode esktraksi dengan menggunakan pelarut diam atau dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan.
Metoda ini dapat dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sekali- seklai dilakukan pengadukan. Pada umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut diganti dengan pelarut baru. Maserasi juga dapar dilakukan dengan pengadukan secara sinambung (maserasi kinetic).
Kelebihan dari metoda ini yaitu eketif untuk enyawa yang tidak tahan panas (terdegradasi karena panas), peralatan yang digunakan relative sederhana, murah, dan mudah didapat. Namun metoda ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak, dan adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat diekstrak karena kelarutan yang rendah dan pada suhu ruang(25).
12
b. Perlokasi
Perlokasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu bahan direndam dengan pelarut, kemudian peralut baru dialirkan secara terus menerus sampai warna pelarut tidak berwarna atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut.
Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan padatan dengan ekstrak, sedangkan kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta tidak meratanya kontak antara padatan dengan pelarut(25).
2. Ekstraksi Cara panas
Pada metoda ini melibatkan oemanasan selama proses ekstraksi berlangsung. Adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses esktraksi dibandingkan dengan cara dingin. Beberapa jenis metoda ekstraksi cara panas, yaitu :
a. Ekstraksi refluks
Ekstraksi refluks merupakan metoda ekstrasi yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak dengan metode ini.
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan jumlah pelarut yang banyak (26).
13
b. Ekstraksi dengan alat soxhlet
Ekstraski dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus dehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pending baik (kondensor). Pada metode ini, padatan disimpan dalam alat soxhlet dan dipanaskanm sedangkan yang dipanaskan hanyalah pelarutnya. Pelarut terdinginkan dalam kondensor, kemudian mengekstrasksi padatan. Kelebihan metode soxhlet adalah proses ektraksi berlangsung secara kontinu, memerlukan waktu ekstraksi yang lebih sebentar dan jumlah pelarut yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode maserasi atau perlokasi. Kelemahan dari metode ini adalah dapat menyebabkan rusaknya solute atau komponen lainnya yang tidak tahan panas karena pemanasan ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (26).
14
BAB III
METODE PENELITAN
A. JENIS PENELITIAN
Daun sirsak (Annoa muricata l) dan daun papaya (Carica papaya l) di ekstrak dengan etanol 70% (1:3) menggunakan maserasi untuk mendapatkan ekstrak cair, kemudian ekstrak di pekatkan dengan vakum rotavapor untuk mendapatkan ekstrak kental yang berwarna coklat. Kemudian dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dibeberapa tempat, yaitu :
a. Determinasi Daun Kelor (Moringa oleifera) dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Jalan Raya Bogor No.46, Cibinong
b. Pembuatan simplisia, uji spesifik dan skrining fitokimia ekstrak di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor, Jawa Barat
c. Maserasi, fraksinasi, pembuatan sediaan krim, uji evaluasi sediaan krim di Laboratorium Farmasi, Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal, Kedoya, Jakarta Barat
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada Februari 2024 sampai bulan Desember 2024.
15
C. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantong plastik, plastik klip, gunting, mortir, stamper, alat tuis, toples kaca, penggaris, neraca analitik (OHAUS), tabung reaksi (IWAKI), rak tabung reaksi, labu ukur (OHAUS), oven, pengaduk kaca, spatula, corong kaca, gelas ukur (OHAUS), gelas kimia (DURAN), kuvet, cawan uap, rotary vacum evaporator (BUCHI), spektrofotometer UV-Vis, vortex (Thermo Scientific).
2. Bahan
Bahan-bahan penelitian yang digunakan daun sirsak (Annona muricata L.) dan daun pepaya (Carica papaya .L), DPPH (Himedia), Vitamin C (asam askorbat) (Merck), etanol 70% (Brataco), aquadest (Brataco).
D. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Penyiapan Sampel a. Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan yaitu daun sirsak dan daun pepaya yang dipanen dari daerah Kota Jakarta Barat. Tanaman daun sirsak dan daun pepaya yang dipakai yaitu tanaman yang masih segar dan warnanya masih hijau sebanyak 1:3 dengan pelarut 70%.
b. Determinasi Simplisia
Sampel tanaman daun sirsak dan daun pepaya diidentifikasi di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, LIPI Bogor untuk memverifikasi identitas tanaman.
c. Pembuatan Simplisia
Daun sirsak dan daun pepaya yang didapatkan, disortis saat masih basah dengan cara memisahkan beda asing atau kotoran yang menempel pada simplisia. Daun sirsak dan daun pepaya dicuci dengan cara mengalirkan air sambil dibersihkan sampai bersih, proses selanjutnya diangin-
16
anginkan tanpa sinar matahari langsung, lalu dilakukan pemotongan sampai kecil-kecil dan dibuat serbuk sampai siap untuk diekstraksi.
d. Ekstraksi Sampel dengan Metode Maserasi
Serbuk simplisia daun sirsak (Annona muricata L.) dan daun pepaya (Carica papaya L.) yang diperoleh masing-masing ditimbang sebanyak 200 g. Masing-masing serbuk simplisia yang telah ditimbang kemudian diekstraksi dengan metode maserasi. Masukan masing masing serbuk simplisia ke dalam maserator, kemudian ditambah pelarut etanol 70%
sebanyak 600 mL lalu diaduk hingga semua serbuk terbasahi dan dibiarkan selama 1 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk.
Larutan ekstrak disaring menggunakan corong buchner, residu yang diperoleh dimaserasi kembali sebanyak tiga kali dengan pelarut dan perlakuan yang sama.
%Rendeman = Bobot Ekstrak
Bobot Awal Simplisia x 100%
serta dilakukan di Laboratorium Farmasi, Institut Sains dan Teknologi AlKamal, Kedoya, Jakarta Barat.
e. Evaporasi Sampel
Larutan ekstrak yang didapatkan dari hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan dipasangkan kedalam alat rotary vacuum evaporator. Ditambahkan dengan air suling pada wadah air hingga batas yang telah ditentukan. Disaat yang sama dinyalakan pompa vakum serta mengatur alat rotary vacuum evaporator pada suhu 47oC, tekanan 20 Psi dengan putaran 150 rpm. Proses evaporasi sampel dihentikan pada saat mulai terlihat batas garis tebal pada dasar labu dan larutan sudah dalam keadaan kental berwarna kecoklatan. Larutan ekstrak dipanaskan dalam waterbath sehingga dapat diperoleh ekstrak pekat daun sirsak dan daun pepaya. Proses selanjutnya dengan menimbang ekstrak pekat yang didapatkan.
17
2. Penentuan Karakteristik
Penentuan karakteristik Penentuan hasil karakteristik ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) meliputi rendemen, bentuk, warna, bau dan rasa.
3. Penentuan Larutan DPPH 40µg/mL
Serbuk DPPH Sebanyak 10 mg ditimbang, dimasukkan ke dalam labu 100 mL kemudian dilarutkan dalam Etanol p.a hingga volume 100 mL (100 μg/mL). Larutan DPPH (konsentrasi 100 μg/mL) dipipet sebanyak 10 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL, dicukupkan volumenya dengan etanol p.a sampai garis tanda (konsentrasi 40 μg/mL) (27).
4. Pengujian Aktivitas Antioksidan
Pembuatan dan pengukuran kurva baku (blanko) Memipet sebanyak 2 mL larutan DPPH 40 ppm lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL etanol 96% kemudian dikocok hingga homogen, diinkubasi kisran ± 30 menit, selanjutnya diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang rentang 400 nm – 800 nm. Hasil yang didapatkan akan diperoleh panjang gelombang maksimum dan nilai absorbansi larutan standar DPPH 40 ppm (27). Pembuatan dan pengukuran larutan pembanding vitamin C Sebanyak 2,5 mg vitamin C ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 mL dengan etanol 96%, lalu volumenya dicukupkan dengan etanol 96% sampai garis tanda (konsentrasi 100 ppm).
Larutan induk baku vitamin C dipipet sebanyak 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL, 2 mL dan 2,5 mL lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL (untuk mendapatkan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Tiap- tiap larutan dipipet sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah ditutupi dengan aluminium foil dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH 40 ppm. Larutan diinkubasi selama ±30 menit, selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum menggunakan
18
spektrofotometri UV-Vis (27). Pembuatan dan pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) Sebanyak 25 mg sampel ditimbang kemudian masing-masing dilarutkan dalam labu tentukur 25 mL dengan metanol, lalu volumenya dicukupkan dengan etanol p.a sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm). Pembuatan larutan uji tunggal ekstrak daun sirsak dan ekstrak pepaya. Larutan induk baku ekstrak dipipet sebanyak 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL, 2 mL, 2,5 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL (untuk mendapatkan konsentrasi campuran 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm), kemudian ambil 2 ml dari masing-masing konsentrasi, lalu ditambahkan 2 ml larutan DPPH 40 ppm. Pembuatan larutan uji kombinasi ekstrak daun sirsak dan ekstrak daun pepaya dengan perbandingan 1:1. Larutan induk baku masing-masing ekstrak dipipet sebanyak 0,25 mL, 0,5 mL, 0,75 mL, 1 mL, 1,25 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL (untuk mendapatkan konsentrasi campuran 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm), lalu volume dicukupkan dengan etanol p.a sampai garis tanda dan dihomogenkan, kemudian ambil 2 ml dari masing-masing konsentrasi, lalu ditambahkan 2 ml larutan DPPH 40 ppm. Pembuatan larutan uji kombinasi ekstrak daun sirsak dan ekstrak daun pepaya dengan perbandingan 1:2 dan 2:1. Larutan induk baku kedua ekstrak dipipet masing-masing sebanyak 0,17:0,33 mL, 0,33:0,67 mL, 0,5:1 mL, 0,67:1,33 mL, 0,83:1,67 mL untuk larutan uji dengan perbandingan 1:2 dan dipipet masing-masing sebanyak 0,33:0,17 mL, 0,67:0,33 mL, 1:0,5 mL, 1,33:0,67 mL, 1,67:0,83 mL untuk larutan uji dengan perbandingan 2:1.
Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL (untuk mendapatkan konsentrasi campuran 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm), lalu volume dicukupkan dengan etanol p.a sampai garis tanda dan dihomogenkan, kemudian ambil 2 ml dari masing-masing konsentrasi, lalu ditambahkan 2 ml larutan DPPH 40 ppm. Setelah itu larutan dihomogenkan dan diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit.
19
5. Analisis Data Perhitungan rendemen Rendemen = Berat Ekstrak
Berat Sampel x100 %
Besarnya aktivitas antioksidan menurut Sayuti dan Yenrina (28), dihitung dengan menggunakan rumus.
%Aktivitas DPPH = |Kontrol|−|Sampel|
|Kontrol| x100 %
Selanjutnya hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai % peredaman (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y). Data absorbansi yang diperoleh dibuat persamaan regresi linear yang menyatakan hubungan antara konsentrasi bahan uji (x) dengan aktivitas antioksidan rata-rata (y) dari suatu seri replikasi pengukuran sehingga diperoleh harga IC50 yaitu konsentrasi bahan uji yang diperlukan untuk menangkap 50% radikal DPPH selama 30 menit.
6. Analisis Efektivitas Kombinasi Ekstrak
Data dari hasil pengukuran menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis dianalis menggunakan perangkat lunak CompuSyn untuk menentukan nilai Combination Index (CI) yang digunakan sebagai parameter interaksi kombinasi antar kedua ekstrak pada rentang sinergis sampai dengan antagonis, dimana data yang dimaksudkan adalah konsentrasi sebagai dosis dan absorbansi sebagai efek pada perangkat lunak CompuSyn (29).
DAFTAR PUSTAKA
1. Arnanda QP, Nuwarda RF. Penggunaan Radiofarmaka Teknesium-99M dari Senyawa Glutation dan Senyawa Flavonoid Sebagai Deteksi Dini Radikal Bebas Pemicu Kanker. Farmaka. 2019;17(2):236–43.
2. Irianti TT, Nuranto S. Antioksidan dan kesehatan. Ugm Press; 2021.
3. Sunarti. Antioksidan dalam Penanganan Sindrom Metabolik. 2021;
4. Yuslianti ER. Pengantar radikal bebas dan antioksidan. Deepublish; 2018.
5. Naspiah N, Masruhim MA, Fitriani VY. Uji Antioksidan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Terhadap DPPH (1-1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil). Vol. 3, Indonesian Journal of Applied Sciences. 2013. p. 62–5.
6. Bulla RM, Da Cunha TM, Nitbani FO. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Alkaloid Daun Pepaya (Carica papaya L.) Kultivar Lokal. Chem Notes.
2020;2020(1):58–68.
7. Rahmi H. Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Sumber Buah-buahan di Indonesia. J Agrotek Indones (Indonesian J Agrotech). 2017;2(1).
8. Anni Puji Astutik. Klasifikasi daun sirsak. Akibat Huk Bangunan Gedung Yang Tidak Sesuai Dengan Izin Mendirikan Bangunan [Internet]. 2005;7(2):147–73.
Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.intell.2008.09.007%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/S0010- 9452(58)80010-6%0Ahttp://pss.sagepub.com/content/17/1/67.short
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cogdev.2013.06.002%0Ahttp://www.chabris.com/H ooven2008.pdf%0Ahttp://www.ncbi.nlm.
9. Carica papaya leaf [Internet]. Available from:
https://id.wikipedia.org/wiki/Daun_pepaya
10. Putra WS. Kitab herbal Nusantara: kumpulan resep & ramuan tanaman obat untuk berbagai gangguan kesehatan. Katahati; 2015.
11. Reo AR, Berhimpon S, Montolalu R. Secondary Metaboliti of Gorgonia, Paramuricea clavata. J Ilm PLATAX. 2017;5(1):42–8.
12. Ginting OS. Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica
20
papaya L.) Dari Dua Varietas Terhadap Bakteri Escherichia coli. J Stikna.
2017;1(2):183–8.
13. Parwata I. „Flavonoid‟, Diktat/Bahan Ajaran Kimia Organik Alam. Availableat https//simdos unud ac id/uploads/file_pendidikan. 2016;56.
14. Hidayah N. Pemanfaatan senyawa metabolit sekunder tanaman (tanin dan saponin) dalam mengurangi emisi metan ternak ruminansia. J Sain Peternak Indones.
2016;11(2):89–98.
15. Ergina E, Nuryanti S, Pursitasari ID. Uji kualitatif senyawa metabolit sekunder pada daun palado (Agave angustifolia) yang diekstraksi dengan pelarut air dan etanol. J Akad Kim. 2014;3(3):165–72.
16. Sumardjo D. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. In EGC; 2009.
17. Saifudin A. Senyawa alam metabolit sekunder teori, konsep, dan teknik pemurnian.
Deepublish; 2014.
18. Zuraida Z, Sulistiyani S, Sajuthi D, Suparto IH. Fenol, flavonoid, dan aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit batang pulai (Alstonia scholaris R. Br). J Penelit Has Hutan. 2017;35(3):211–9.
19. Kumalasari E, Sulistyani N. Aktivitas antifungi ekstrak etanol batang binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) terhadap Candida albicans serta skrining fitokimia. J Ilm Kefarmasian. 2011;1(2):51–62.
20. Putranti RI. Skrining fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak rumput laut Sargassum duplicatum dan Turbinaria ornata dari Jepara. Universitas Diponegoro;
2014.
21. Farlan TG. PROFIL FISIKOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK N-HEKSAN BUAH ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium DC.) ASAL SUMATERA UTARA. Universitas Pendidikan Indonesia; 2019.
22. Ekstrak E, Daun E, Studi P, Biologi P, Mipa JP, Keguruan F, et al. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH ( Eupatorium odoratum L) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti SEBAGAI PENGAYAAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. 2018;
21
23. HARBORNE JB. Metode fitokimia : penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.
Inst Teknol Bandung. 1987;
24. RI D. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. 2000;
25. J.p R. Natural Products Isolation. 1998;463. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Natural_Products_Isolation/8Ye3uuy3fJUC?
hl=id&gbpv=1&dq=John+M.+Walker.
+Natural+Products+Isolation.&pg=PA463&printsec=frontcover 26. Irawan. B. Magister Teknik Kimia. Univ Stuttgart. 2010;
27. Dewi STR. Penentuan aktivitas antioksidan secara in vitro dari ekstrak etanol propolis dengan metode DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil). Media Farm.
2019;15(1):91–6.
28. Sayuti K, Yenrina R. Antioksidan alami dan sintetik. Padang Univ Adalas. 2015;40.
29. Chou TC. Theoretical basis, experimental design, and computerized simulation of synergism and antagonism in drug combination studies. Pharmacol Rev.
2006;58(3):621–81.
22