• Tidak ada hasil yang ditemukan

AL HISBAH LEMBAGA PENGAWAS PASAR SYARIAH

N/A
N/A
Khilmi Zuhroni

Academic year: 2024

Membagikan "AL HISBAH LEMBAGA PENGAWAS PASAR SYARIAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

AL-HISBAH

(INSTITUSI PENGAWAS PASAR)

MAKALAH INI DISAMPAIKAN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH EKONOMI SYARIAH

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Helim, M.Ag Dr. Hj. St. Rahmah, M.Si

Oleh : Khilmi Zuhroni NIM : 17015043

PROGRAM STUDI

MAGISTER EKONOMI SYARIAH

PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALANGKARAYA

2018

(2)

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat dan petunjuk Allah SWT. tugas makalah Ekonomi Syariah ini dapat dilesesaikan. Semoga dengan terlesesainya tugas ini bisa menambah wawasan dan khasanah pengetahuan dalam Ekonomi Syariah, khususnya terkait institusi pasar yang dalam Islam disebut dengan al-Hisbah.

Dalam literatur pemikiran ekonomi Islam, al-Hisbah banyak kita temui pada pemikiran tokoh-tokoh yang membahas tentang ekonomi Islam. Diantaranya adalah: Al-Mawardi, Ibnu Taimiyah, Imam al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Al-Syaibani dan Abu Yusuf. Hal ini penting mengingat keberadaan al-Hisbah dalam perkembangan ekonomi sangat dibutuhkan. Khususnya untuk mengontrol, melakukan pengawasan, dan evaluasi terhadap praktik transaksi jual beli dan perkembangan ekonomi pada umumnya.

Kurang dan lebihnya, penulis mohon masukan dan saran berkaitan dengan materi tersebut sehingga dapat menambah kekayaan bahan dan wacana dalam mengembangkan materi makalah ini.

Kepada dosen pengampu mata kuliah ini, Bapak Dr. Abdul Helim, M.Ag dan Ibu Dr.

Hj. St. Rahmah, M.Si kami ucapkan terimakasih atas semua saran dan masukannya, serta kepada teman-teman mahasiswa tidak lupa kami sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas semua dukungan, saran dan kritiknya.

Demikian mudah-mudahan memberikan manfaat. Wassalah.

Palangkaraya, Maret 2018 Penulis.

(3)

3 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... 1

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

A. PENDAHULUAN ... 4

B. PEMBAHASAN ... 7

1. Pengertian dan Sejarah Al Hisbah ... 7

2. Tugas dan Wewenang Al Hisbah ... 10

3. Konsep Islam tentang Takaran dan Timbangan... 12

4. Tugas dan Wewenang Balai Metrologi ... 13

5. Tugas dan Tanggung jawab Negara dalam Perekonomian ... 15

C. PENUTUP... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(4)

4

AL-HISBAH ; INSTITUSI PENGAWAS PASAR

A. PENDAHULUAN

Dalam arti sempit, pasar adalah tempat dilakukannya kegiatan jual beli berbagai macam barang dan jasa untuk keperluan hidup sehari-hari. Dalam pengertian yang lebih luas, pasar adalah proses berlangsungnya transaksi permintaan dan penawaran atas barang dan jasa.

Terbentuknya pasar berawal dari kebiasan masyarakat jaman dahulu yang menggunakan sistem barter atas barang yang dibutuhkannya namun tidak diproduksi sendiri. Untuk melakukan barter, dipilih sebuah tempat yang disepakati bersama. Dari sanalah pasar mulai terbentuk. Mengingat tingkat kebutuhan terhadap barang dan kebutuhan-kebutuhan lain, keberadaan pasar makin komplek sehingga aktivitas pasar tidak hanya sekedar barter namun sudah berupa kegiatan jual beli dengan menggunakan alat pembayaran berupa uang.

Pada pasar inilah terjadi permintaan dan penawaran atas barang - barang yang diperdagangkan. Penawaran dilakukan dengan cara penjual menunjukkan barang yang diperdagangkan dengan tujuan agar calon pembeli tertarik sehingga kemudian terjadi transaksi jual beli. Dalam bahasa ekonomi hal seperti ini disebut permintaan. Tujuan calon pembeli melakukan permintaan adalah agar penjual setuju menjual barang yang diperdagangkan sesuai harga yang diminta oleh calon pembeli. Dalam pasar, konsumen dan produsen kadang bisa berhubungan dengan mudah. namun tidak jarang juga terjadi kesulitan, terutama bila konsumen tidak berhadapan langsung dengan produsen barang yang dibutuhkannya. Untuk mengatasi hal ini, kemudian dikenal sistem distribusi. Sistem distribusi sangat berhubungan erat dengan pasar.

Karen dengan adanya sistem distribusi, barang yang tidak dihasilkan pada wilayah tertentu bisa menyebar dengan rata sehingga bisa memenuhi semua kebutuhan konsumen (pembeli).

Kondisi makin kompleknya pasar dalam memenuhi kebutuhan konsumen, maka lahirlah beragam diskursus terkait posisi negara dalam intervensi terhadap pasar, sebab ekonomi pasar membawa perubahan yang signifikan pada kondisi ekonomi suatu negara. Diskursus

”mekanisme pasar” dalam ekonomi tidak dapat dilepaskan dari paradigma ”ekonomi pasar”

seiring dengan perkembangan ekonomi sosialis dan kapitalis. Beberapa negara mempercayai bahwa perencanaan yang terpusat oleh pemerintah dalam perekonomian adalah yang terbaik, sehingga pemerintah yang dipercaya untuk memutuskan barang dan jasa dari aspek produksi, konsumsi, dan distribusinya. Hal tersebut berdasarkan teori yang menyebutkan bahwa

(5)

5

pemerintah dapat mengorganisasikan suatu perekonomian agar kemakmuran suatu negara dapat tercapai.1

Kajian para ekonom Islam pun tidak lepas dari perhatian posisi negara dalam mekanisme pasar. Mereka berusaha mendefinisikan intervensi negara dengan pkumpulan pertanyaan:

mengapa, kapan, dimana, dan bagaimana intervensi itu dapat dilakukan. Upaya yang dilakukan para pengkaji ekonomi itu memperoleh kesimpulan berbeda tentang masalah tersebut seperti yang terjadi dengan para ahli hukum Islam (fuqaha’) awal antara abad kesebelas dan keenam belas. Berbeda dengan para ahli hukum Islam yang secara eksplisit menganalisis legalitas atau tidaknya terkait tindakan negara dari sudut pandang yurisprudensi, para ekonom Islam terkonsentrasi dengan melakukan upaya analisis pada relevansi atau tidak relevannya mekanisme pasar dalam sinkronisasi kepentingan individu dan masyarakat untuk membangun kewenangan regulasi harga yang ada. Satu kelompok ekonom ini seperti Siddiqi (1972), Kahf (1981), Mannan (1982), dan Naqvi (1983) berpendapat bahwa pencapaian sinkronisasi seperti kepentingan di bawah operasi pasar bebas tidak mungkin. Kelompok lain seperti Haikal (1983), Ghanim (1984), dan Mahboob (1992) berpendapat bahwa mekanisme pasar menjamin harmoni dan sinkronisasi kepentingan dan menghasilkan harga yang sesuai dengan tujuan dari hukum Islam itu sendiri.2

Berbeda dengan ekonomi kapitalis dan sosialis, ekonomi Islam menilai bahwa pasar, negara, dan individu berada dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada subordinat, sehingga salah satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Namun dalam kenyataannya sulit ditemukan pasar yang berjalan sendiri secara adil (fair). Distorasi pasar tetap sering terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak. Di samping itu, pasar yang dibiarkan berjalan sendiri (laissez faire), tanpa ada yang mengontrol, ternyata telah menyebabkan penguasaan pasar sepihak oleh pemilik modal (capitalist) penguasa infrastruktur dan pemilik informasi. Asimetrik informasi juga menjadi permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh pasar. Negara dalam Islam mempunyai peran yang sama dengan dengan pasar, tugasnya adalah mengatur dan mengawasi ekonomi, memastikan kompetisi di pasar berlangsung dengan sempurna, informasi yang merata dan keadilan ekonomi. Perannya sebagai pengatur tidak lantas menjadikannya dominan, sebab

1 N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Salemba Empat, 2006, h. 11.

2 Aan Jaelani, Institusi Pasar dan Hisbah; Teori Pasar dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cirebon:

Syariah Nurjati Pres, 2013, h. 2

(6)

6

negara, sekali-kali tidak boleh mengganggu pasar yang berjalan seimbang, perannya hanya diperlukan ketika terjadi distorsi dalam sistem pasar.3

Terkait peran negara dana ekonomi, Imam al-Ghazali (w.1111 M) menyebutkan bahwa negara memiliki perang yang sangat penting tidak saja dalam menjaga keharmonisan ekonomi masyarakat, tetapi juga pemenuhan syariah. Bagi al-Ghazali negara dan agama merupakan pilar yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang tertib. Agama adalah fondasi dan kepala negara adalah pengatur dan pelindungnya. Kecenderungan adanya konflik kebutuhan antara masyarakat hanya bisa dikendalikan jika terdapat peraturan-peraturan yang disepakati secara kolektif dengan mekanisme kontrol dan pengawasan yang memadai. Oleh karenanya peran negara sebagai pengontrol dan pengawas peraturan-peraturan itu menjadi sangat penting.4

Untuk meningkatkat kemakmuran ekonomi, negara harus menegakkan keadilan, kedamaian dan keamanan, serta stabilitas. Negara harus mengambil semua tindakan yang perlu untuk menegakkan kondisi keamanan internal dan eksternal. Dengan demikian negara bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang layak untuk meningkatkan kemakmuran dan pembangunan ekonomi.5

Al-Hisbah dalam literatur Islam, adalah institusi negara yang memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan bahwa rakyat melakukan perintah dan menjauhi larangan syara berkaitan dengan takaran dan timbangan yang benar dan mengawasi jalannya jual beli untuk meghilangkan tipuan dan sejenisnya. Petugasnya di namakan dengan Muhtasib atau Sahib al-Suq suq (pengawas pasar).

Makalah ini akan mengulas tentang pengertian dan sejarah al-Hisbah, tugas dan wewenangnya, konsep Islam tentang takaran dan timbangan serta tugas dan wewenang balai metrologi serta tugas dan tanggung jawan negara dalam perekonomian.

3 Ibid, h. 8

4 Yadi Janwari, Pemikiran Ekonomi Islam: dari Masa Rasulullah hingga Masa Kontemporer, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2016, h. 202

5 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, edisi ke-3, h.314

(7)

7 B. PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Sejarah Al Hisbah

Pengertian Hisbah secara etimologi adalah masdar dari kata kerja ةبسح-بسح yang berarti menghitung atau mengira. Hisbah juga mempunyai pengertian upah, balasan dan pahala yang diharapan dari Allah SWT. Di samping itu, Hisbah juga berati pengaturan yang baik. Secara etimlogi Ibn Taimiyah, mendefinisikan Hisbah Merupakan lembaga yang mempunyai wewenang untuk menegakkan amr ma’ruf nahy munkar yang bukan termasuk umara (penguasa), Qadha, dan wilayah al-mazalin. Al-mawardi mendefinisikan Hisbah sebagai lembaga yang berwenang menjalankan amr ma’ruf nahy munkar.6

Al-Hisbah, bertugas menyelesaikan perkara-perkara yang berkaitan dengan al-Amr bi al- Ma’ruf wa Nahi’an al-Munkar. Ibn Khaldun menyatakan hisbah merupakan institusi keagamaan yang termasuk bagian dari amar ma’ruf nahy munkar yang merupakan kewajiban bagi seluruh kaum muslimin. Definisi ini sangat umum yang mencakup semua aspek kehidupan sosial ekonomi dan agama. Namun definisi yang lebih spesifik di kemukan oleh rafiq Yunus al mishri, hisbah adalah petugas yang bertugas mengawasi pasar serta tingkah laku masyarakat. Dalam kamus al-Hadi Ilah Lughah al-Arab, hisbah adalah tugas yang di lakukan oleh negara untuk memastikan bahwa rakyat melakukan perintah dan menjauhi larangan syara berkaitan dengan takaran dan timbangan yang benar dan mengawasi jalannya jual beli untuk meghilangkan tipuan dan sejenisnya. Petugasnya di namakan dengan Muhtasib atau Sahib al-Suq (pengawas pasar).7

Berdasarkan definisi ini, setidaknya ada tiga poin yang penting mengenai hisbah, yaitu:

Pertama, hisbah adalah institusi atau lembaga yang secara khusus di bentuk oleh pemerintah;

Keduab, tugas utama hisbah adalah amr ma’ruf nahy munkar; Ketiga, Tugas khusus hisbah adalah mengawasi berbagai kegiatan ekonomi di pasar, menjaaga mekanisme pasar supaya berjalan normal, dan tidak terdistorsi serta melakukan tindakan korektif ketika terjadi distorsi pasar.

Pada dasarnya Al-Hisbah ini sudah ada pada masa Nabi SAW. Rasulullah sebagai kepala negara yang berperan sebagai Decision Maker. Dan Supevisor dalam masalah ekonomi telah meletakan pondasi Al-Hisbah. Beliau sendirilah yang berperan sebagai Muhtasib pertama dalam Islam. Nabi SAW. Secara langsung melakukan inspeksi kePasar-pasar untuk mengecek harga

6 Rozalinda, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, h.175

7 Ibid, h. 177

(8)

8

dan mekanisme pasar. Nabi SAW. Ketika masih hidup, Beliau langsung menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan amar makruf nahi mungkar, sebagai kasus Zubair ibn Awan yang enggan memberikan minum kepada laki-laki ansar pada waktu musim kemarau.

Institusi Al-Hisbah tetap bertahan sepanjang sejarah, sampai sekitar awal abat ke-18.

Selama dinasti mamluk institusi ini memegang peranan yang sangat penting. Pada masa ini, di angkat 4 orang Muhtasib, yakni di kairo, fustat, mesir hilir dan Alexandria. Setiap Muhtasib bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pasar yang ada di wilayah yurisdiksinya. Tercatat dalam sejarah pada masa dinasti mamluk bahri terjadi 30 pengankatan Muhtasib antara 1265- 1382, sedangkan pada masa dinasti mamluk burji terjadi 155 kali antara tahun 1382-1517, salah seorang diantaranya adalah taqyudin al-maqrizi (1442 M).8

Di mesir sistem ini bertahan sampai masa pemerintahan Muhammad Ali (1805-1849).

Terahir Al-Hisbah masih berjalan dengan baik sampai hancurna kerajaan Turki Usmani tahun 1922. Negara Islam yang masih melestarikan institusi Hisbah ini adalah Arab Saudi yang di tetapkan berdasarkan surat keputusan kerajaan tanggal 3-9-1396 H. Di Maroko lembaga ini masih ditemukan sampai awal abat ke 20 yang di tetapkan berdasarkan undang-undang nomor 20/82 tanggal 21 juni 1982.9

Hisbah adalah salah satu instrument pengawasan yang dikenalkan oleh Islam yang bertujuan untuk lebih menjamin berjalannya mekanisme pasar secara sempurna peran pemerintah sangat penting. Rasulullah SAW sendiri telah menjalankan fungsi sebagi market supervisor atau hisbah, yang kemudian dijadikan sebagai peran negara terhadap pasar. Rasulullah SAW sering melakukan inspeksi ke pasar untuk mengecek harga dan mekanisme pasar, seringkali dalam inspeksinya beliau menemukan praktik bisnis yang tidak jujur sehingga menegurnya.

Hisbah adalah lembaga yang berfungsi untuk memerintahkan kebaikan sehingga menjadi kebiasaan dan melarang hal yang buruk ketika hal itu telah menjadi kebiasaan umum. Sementara, tujuan dari hisbah menurut Ibn Taimiyah adalah untuk memerintahkan kebaikan (al-makruf) dan mencegah keburukan (al-munkar) di dalam wilayah yang menjadi kewenangan pemerintah untuk mengaturnya.

Secara historis, lembaga pengawasan pasar kuno, seperti yang berkembang di Yunani, Romawi dan Agoronomos-Aedile, terus menjadi fungsi pemerintahan yang penting di kota-kota

8 Hafas Furqani, Hisbah: Institusi Pengawas Pasar Dalam Sistem Ekonomi Islam (Kajian Sejarah dan Konteks Kekinian), Proseding Simposium Nasional Ekonomi Islam II, Malang 28-29 2004, hlm. 167

9 Rozalinda, Ekonomi Islam…,h. 178

(9)

9

Islam abad pertengahan. Secara institusional, pada masa ini petugas pengawasan pasar dikenal dengan sahib al-suq (inspektur pasar) pada abad ke-8 ketika agama Islam membentang dari perbatasan Perancis untuk 34 orang-orang Cina, sehingga kegiatan komersial berupa perdagangan di kota-kota mengalami proliferasi dan kota-kota diperluas, dan begitu pula pada al- suq atau pasar.10

Pada akhir abad ke-9, kantor inspektur pasar mulai dianggap sebagai jabatan keagamaan dan inspektur tersebut dikenal sebagai Muhtasib, seseorang yang bertugas dalam menginvestigasi perbuatan dan tindakan anggota masyarakat yang benar dan salah, kemudian melaporkannya dalam bentuk catatan pada suatu buku. Dalam peran sebelumnya sebagai sahib al-suq, inspektur pasar terutama berperan dalam mengawasi aspek materi, bukan pertimbangan spiritual. Peran tersebut antara lain melakukan kontrol terhadap barang-barang dari sisi ukuran berat dan ukuran standar (timbangan), memeriksa apakah uang yang digunakan itu asli atau palsu, melakukan pengecekan terhadap gedung-gedung, dinding, dan jalan-jalan umum untuk menjamin dalam kondisi baik, dan memantau sumber-sumber air yang dikonsumsi publik terkena pencemaran atau tidak, mengawasi pemeliharaan tempat pemandian umum, dan tempat tempat hiburan.11

Hisbah tetap banyak didirikan sepanjang bagian terbesar dunia Islam, bahkan di beberapa negara institusi ini tetap bertahan hingga awal abad ke 20-M. Di Mesir, al-Hisbah tetap bertahan sampai masa pemerintahan Muhammad Ali (1805-1949 M). Di Romawi Timur, yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam melalui perang Salib, lembaga serupa telah diadopsi.

Adopsi lembaga ini tampak jelas dengan nama yang mirip, yaitu Mathessep yang berasal dari kata Muhtasib. Terakhir al-Hisbah masih berjalan dengan baik sampai hancurnya kerajaan Turki Usmani tahun 1922. Negara yang masih melestarikan institusi ini adalah Arab Saudi yang ditetapkan berdasarkan keputusan kerajaan tanggal 3-9-1396 H. Di Maroko lembaga ini masih ditemukan sampai awal abad ke-202 yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No. 20/82 tanggal 21 Juni 1982.12

10 Aan Jaelani, Institusi Pasar dan Hisbah…h. 34

11 Ibid, h. 34-35

12 Rozalinda, Ekonomi Islam…h. 178

(10)

10 2. Tugas dan Wewenang Al Hisbah

Para ekonom muslim kontemporer, mengkaitkan eksistensi Hisbah sebagai acuan bagi fungsi negara terhadap perekonomian, khususnya dalam pasar. Beberapa ekonom berpendapat bahwa Hisbah akan diperankan oleh negara secara umum melalui berbagai institusinya. Dengan demikian, Hisbah melekat pada fungsi negara dalam menjaga keseimbangan pasar ketika terjadi distorsi pasar dalam bentuk lembaga khusus, di mana dalam teknis operasionalnya akan dijalankan oleh kementerian, departemen, dinas, atau lembaga yang terkait. Melihat pentingnya pasar dalam Islam bahkan menjadi kegiatan yang terakreditasi serta berbagai problem yang terjadi seputar berjalannya mekanisme pasar dan pengendalian harga, maka pembahasan tentang institusi hisbah perspektif maqashid menjadi sangat menarik dan urgen.

Menurut Al Mawardi, kewenangan lembaga hisbah ini tertuju kepada tiga hal, yakni:

pertama, dakwaan yang terkait dengan kecurangan dan pengurangan takaran atau timbangan, kedua, dakwaan yang terkait dengan penipuan dalam komoditi dan harga seperti pengurangan takaran dan timbangan di pasar, menjual bahan makanan yang sudah kadaluarsa, dan ketiga,dakwaan yang terkait dengan penundaan pembayaran hutang padahal pihak yang berhutang mampu membayarnya.13

Dalam pandangan al-Mawardi, eksistensi negara yang dibangun atas dasar asas-asas dan politik pemerintah. Asas asas negara meliputi agama, kekuatan negara, dan harta negara. Adapun politik negara (Siyasah al-Mulk) meliputi kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat (‘Imarah al-Buldan), menciptakan keamanan bagi warga negara (Hirasah al-Ra’iyah), mengelola pasukan (Tadbir Aljund), dan mengelola keuangan negara (Taqdir Al-Amwal).14

Institusi Hisbah pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, yaitu;

Pertama, Fungsi Ekonomi. Hisbah adalah sebuah institusi ekonomi yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap ke kegiatan ekonomi di pasar, seperti mengawasi harga, takaran dan pertimbangan, praktek jual beli terlarang, dan lain-lain. Institusi ini juga berfungsi

13 Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, Edisi Ke- 3, h. 303

14 Yadi Janwardi, Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Rasulullah Hingga Masa Kontemporer, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2016, h. 175

(11)

11

meningkatkan produktivitas cedan pendapatan. Secara khusus, Ibn Taimiyyah menjelaskan fungsi Muhtasib sebagai berikut:15

a. Memastikan tercukupinya kebutuhan pokok, Muhtasib harus selalu mengecek ketersediaan barang-barang kebutuhan pokok. Dalam kasus ini terjadi kekurangan dalam penyediaan kebutuhan jasa Muhtasib memiliki kekuasaan dalam kapasitasnya sebagai institusi negara untuk memenuhi kebutuhan secara langsung.

b. Pengawasan terhadap produk. Dalam industri, tugas utama Muhtasib adalah mengawasi standarisasi produk. Ia juga mempunyai otoritas menjatuhkan sangsi terhadap industri yang merugikan konsumen.

c. Pengawasan tehadap jasa. Muhtasib memiliki wewenang untuk mengecek apakah seorang dokter, ahli bedah, dan sebagainya telah melaksanakan tugasnya dengan baik atau belum.

d. Pengawasan atas perdagangan. Muhtasib mengawasi pasar secara umum. Mengawasi takaran, timbangan, dan ukuran seta kualitas produk. Menjamin seorang pedagang dan agennya untuk tidak melakukan kecurangan kepada konsumen atas barang dagangannya.

Kedua, Fungsi Sosial. Fungsi intitusi al-Hisbah adalah mewujudkan keadilan sosial dan keadilan distribusi dalam masyarakat. Lewat tugasnya memberikan informasi kepada para pedagang dan konsumen, memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang dan menghilangkan penguasaan sepihak terhadap jalur produksi dan distribusi di pasar. Kemudian menghilangkan distorsi pasar dan melakukan intervensi pasar dalam keadaan tertentu, sehingga dapat nemperkecil ketimpangan distribusi di pasar dengan menciptakan harga yang adil.16

Ketiga, Fungsi Moral. Istitusi hisbah adalah lembaga pengawas berlangsungnya moral dan akhlak Islami dalam berbagai transaksi dan perilaku konsumen dan produsen di pasar. Tugas utamanya adalah mewujudkan perekonomian yang bermoral berdasarkan al-Quran dan Sunah.

Pasar merupakan sasaran utama pengawasan Hisbah, karena disana sering terjadi penipuan, kecurangan, ihktikar, pemaksaan dan praktek-praktek kesewenang-wenangan.17

15 Ibid, h. 224

16 Rozalinda, Ekonomi Islam…, h. 183

17 Ibid, h. 184

(12)

12 3. Konsep Islam tentang Takaran dan Timbangan

Islam sangat menekankan pentingnya penegakkan ukuran takaran dan timbangan yang adil dan benar. Dalam al-Quran Allah telah menekankan bahwa setiap muslim harus menyempurnakan takaran dan timbangan secara adil, malah hal itu diungkap secara berulang dalam al-Quran. diantaranya: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS. 17:35). Kemudian Allah menurunkan ancaman yang keras pada orang-orang yang curang dalam masalah takaran dan timbangan. Ancaman ini dijelaskan Allah dalam surat al-Mutaffifin yang berbunyi: Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, yakni orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar dan menimbang untuk orang lain mereka mengurangi. Al-mutaffifin pada ayat ini merupakan panggilan penghinaan yang diberikan Allah kepada orang yang melakukan kecurangan dalam menakar atau menimbang.

Diantara ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah ini adalah : 1) Surat al-Muthaffifin, ayat 1-3 :

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”.

2) Surat Asy-Syu’ara, ayat 181 – 183 :

“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus, Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”

3) Surat Al-Isra’, ayat 35 :

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”

Dari ayat-ayat tersebut semua berkaitan dengan peringatan Allah SWT terhadap orang yang tidak adil dalam timbangan dan takaran. Sejalan dengan semangat ekonomi yang menekan akan terwujudnya keadilan dan kejujujuran, perintah untuk menyempurnakan takaran dan timbangan berulang kali ditemukan dalam al-Quran. Dalam QS Al-Isra’ 17: 35, Allah Swt.

Sebagai pemilik mutlak alam semesta memerintahkan, “Dan sempurnakanlah takaran apabila

(13)

13

kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. Adanya kecurangan dalam menakar dan menimbang terjadi karena adanya ketidakjujuran, yang didorong oleh keinginan mendapat keuntungan yang lebih besar tanpa peduli dengan kerugian orang lain.

4. Tugas dan Wewenang Balai Metrologi

Di Indonesia, institusi hisbah ini keberadaannya tidak dikenal. Lembaga pengawas pasar, yang mengawasi takaran dan timbangan adalah Balai Meterologi yang berada dibawah Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Balai Metrologi yang berada di bawah Kantor Departemen Perdagangan ini diberi tugas memberikan pelayanan di bidang kemetrologian kepada masyarakat luas sehingga akan tercipta tertib ukur, takar dan timbangan di dalam perdagangan. Sejak Otonomi Daerah, berdasarkam Peraturan Pemerintah No 25 tahun 2000, kewenangan Metrologi berada di tingkat propinsi. Segala kegiatan kemetrologian dilaksanakan oleh Balai Metrologi yang ada di Dinas perindusrtian dan Perdagangan Propinsi. Tugas-tugas tersebut dibantu pelaksanaannya oleh Dinas Perindusrtian dan Perdagangan Kabupaten dan Kota.

Secara umum tugas dari Balai Metrologi baik yang ada di pusat maupun yang ada di wilayah adalah memberikan perlindungan terhadap konsumen dengan cara menciptakan jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran ukuran, takaran, timbangan dan perlengkapannya (UTTP).18

Pada garis besarnya tugas dan fungsi tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan:

1) Pengelolaan Standar Ukuran

Metrologi Legal bertugas melakukan pengelolaan standar ukuran agar tercipta tertib ukur di tengah masyarakat Pengelolaan standar ukur dilakukan terhadap ukuran, takaran dan timbangan yang dipergunakan untuk kepentingan umum. Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya perbuatan curang dan penipuan oleh pedagang.

upaya-upaya yang dilakukan pihak metrologi dalam hal ini adalah:

(1) Pemeriksaan alat alat UTTP. Pemeriksaan UTTP dilakukan untuk mencocokkan dan menilai tipe atas alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya sesuai atau tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pemeriksaan ini sangat penting dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib ukur dalam kegiatan dagang. Dalam arti

18 http://www.metrologi.lipi.go.id/info-layanan/jasa-kalibrasi/ (online : 1 April 2018/13.08)

(14)

14

para pedagang tidak bisa menggunakan ukuran, takaran dan timbangan semaunya tanpa terlebih dahulu diperiksa oleh petugas yang berwenang. (2) Pengujian terhadap UTTP.

Pengujian dilakukan terhadap UTTP setelah dilakukan pemeriksaan alat-alat tersebut apakah lulus dalam pemeriksaan atau tidak.

2) Melakukan tera dan tera ulang UTTP.

Sesuai dengan pasal 1 Undang-undang No. 2 Tahun 1981, yang bertugas melakukan tera dan tera ulang terhadap alat alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya dan memberi atau memasang tanda sah terhadap laat-alat ukur, takar, timbangan dan perlengkapannya adalah Metrologi Legal. Ini berarti tugas utama dari merologi legal adalah melakukan tera dan tera ulang terhadap alat alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya dan memberi atau memasang tanda sah, tanda batal, tanda jaminan, tanda daerah dan tanda petugas yang berhak terhadap laat-alat ukur, takar, timbangan dan perlengkapannya. Tugas metrologi legal lainnya seperti yang dijelaskan dalam pasal 14 Undang-undang No. 2 tahun 1981 yakni merusak alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang pada waktu ditera dan ditera ulang ternyata tidak memenuhi syarat-syarat yang berlaku dan tidak mungkin dapat diperbaiki lagi, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Melakukan penyegelan, dan atau penyitaan alat-ukur, takar, timbang dan peralatannya yang bertanda batal atau tidak bertanda sah yang berlaku, alat-ukur, takar, timbang dan peralatannya yang tanda teranya rusak juga menjadi wewenang dari badan ini.

3) Pengawasan dan Penyuluhan Kemetrologian

Melakukan pembinaan dan pengawasan dan pengamatan yang berhubungan dengan pengukuran, penakaran dan penimbangan menjadi tugas dari metrologi legal. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan kepada pedagang mengenai tata cara penggunaan dan memeliharaan UTTP serta hal-hal yang harus dipenuhi dan dipatuhi dalam menggunakan takaran dan timbangan sehingga nantinya menumbuhkan kesadaran bagi pedagang untuk jujur dalam menakar dan menimbang. Melalui penyuluhan inipun diharapkan dapat mencegah terjadinya kecurangan dari pedagang dalam menggunakan UTTP.

4) Pengawasan BDKT (Barang Dalam Keadaan Terbungkus).

(15)

15

Pelaksanaan tugas metrologi legal memegang peranan yang sangat penting untuk terciptanya tertib ukur. Dengan terciptanya tertib ukur niscaya akan tercipta pula tertib niaga. Kondisi ini merupakan kondisi yang sangat didambakan oleh semua pihak.

Masyarakat sebagai konsumen menginginkan adanya keadilan dalam transaksi dagang.

Pemerintah sebagai pelaksana tugas kemetrologian menginginkan adanya kepatuhan pedagang dalam melaksanakan ketentuan dan peraturan yang berkaitan dengan takaran dan timbangan, sehingga tugas mereka dalam menegakkan tertib ukur dapat dicapai.

Dilihat dari tugas balai metrologi legal sebagai lembaga yang ditugaskan negara untuk Mengelola standar ukuran dalam bentuk pemeriksaan, pengujiandan tera ulang alat alat Ukuran, Takaran, Timbangan dan Peralatannya (UTTP).

5. Tugas dan Tanggung jawab Negara dalam Perekonomian

Negara memiliki perang yang sangat penting tidak saja dalam menjaga keharmonisan ekonomi masyarakat, tetapi juga pemenuhan syariah. Bagi al-Ghazali negara dan agama merupakan pilar yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang tertib. Agama adalah fondasi dan kepala negara adalah pengatur dan pelindungnya. Kecenderungan adanya konflik kebutuhan antara masyarakat hanya bisa dikendalikan jika terdapat peraturan-peraturan yang disepakati secara kolektif dengan mekanisme kontrol dan pengawasan yang memadai. Oleh karenanya peran negara sebagai pengontrol dan pengawas peraturan-peraturan itu menjadi sangat penting.19

Menurut al-Ghazali, untuk meningkatkat kemakmuran ekonomi, negara harus menegakkan keadilan, kedamaian dan keamanan, serta stabilitas. Negara harus mengambil semua tindakan yang perlu untuk menegakkan kondisi keamanan internal dan eksternal. Dengan demikian negara bertanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang layak untuk meningkatkan kemakmuran dan pembangunan ekonomi. Gabaran mengenai peranan khusus yang dimainkan oleh negara dan penguasa dituliskan oleh al-Ghazali dalam sebuah buku tersendiri, yakni Kitab Nasihah al- Muluk.20

Pokok pemikiran al-Ghazali dalam buku tersebut termuat dengan adanya prinsip-prinsip yang harus dijalankan oleh kepala negara/penguasa. Diantara prinsip tersebut adalah bahwa penguasa tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan, tidak boleh bersikap sombong, tidak terbuai

19 Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran …h. 314

20 Ibid, h. 314

(16)

16

oleh sanjungan, serta penguasa harus senantiasa bersikap waspada terhadap ulama-ulama palsu yang bisa jadi memberikan fatwa-fatwa yang tidak benar sesuai ajaran agama. Selain mengutarakan prinsip-prinsip dalam pemerintahan, al-Ghazali juga memberikan kritik terhadap penyelenggara negara. Ia mengutuk penyuapan dan korupsi yang terjadi di sektor publik, khususnya dalam lembaga penegak keadilan.21

C. PENUTUP

Al-Hisbah sebagai institusi pengawas pasar dalam Islam dipandang sebagai lembaga yang sangat penting sebab memiliki peran strategis dalam mengontrol, mengawasi dan melakukan evaluasi terhadap proses kegiatan perekonomin yang ada di masyarakat. Institusi al-Hisbah merupakan lembaga resmi yang dibentuk oleh negara.

Secara historis Islam institusi pengawas pasar telah ada sejak masa Rasulluah SAW.

bahkan beliau sendiri berperan sebagai Muhtashib. Sebagai Muhtashib, Rasulullah melakukan pengawasan ke pasar-pasar untuk melihat takaran dan timbangan yang berlaku dalam proses transaksi jual beli. Hal demikian dilakukan juga oleh pemerintahan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.

Pada masa-masa berikutnya, Hisbah tetap banyak didirikan sepanjang bagian terbesar dunia Islam, bahkan di beberapa negara institusi ini tetap bertahan hingga awal abad ke 20-M. Di Mesir, al-Hisbah tetap bertahan sampai masa pemerintahan Muhammad Ali (1805-1949 M). Di Romawi Timur, yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam melalui perang Salib, lembaga serupa telah diadopsi. Adopsi lembaga ini tampak jelas dengan nama yang mirip, yaitu Mathessep yang berasal dari kata Muhtasib. Terakhir al-Hisbah masih berjalan dengan baik sampai hancurnya kerajaan Turki Usmani tahun 1922. Negara yang masih melestarikan institusi ini adalah Arab Saudi yang ditetapkan berdasarkan keputusan kerajaan tanggal 3-9-1396 H. Di Maroko lembaga ini masih ditemukan sampai awal abad ke-202 yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No. 20/82 tanggal 21 Juni 1982.

21 Ibid, h. 342 – 343

(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

Furqani, Hafas, Hisbah: Institusi Pengawas Pasar Dalam Sistem Ekonomi Islam (Kajian Sejarah dan Konteks Kekinian), Proseding Simposium Nasional Ekonomi Islam II, Malang 28-29 2004.

Jaelani, Aan, Institusi Pasar dan Hisbah; Teori Pasar dalam Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cirebon: Syariah Nurjati Pres, 2013.

Janwari, Yadi, Pemikiran Ekonomi Islam: dari Masa Rasulullah hingga Masa Kontemporer, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.

Karim, Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (Edisi Ke-3), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Mankiw, N. Gregory, Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Rozalinda, Ekonomi Islam, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014.

http://www.metrologi.lipi.go.id/info-layanan/jasa-kalibrasi/ (online : 1 April 2018/13.08)

Referensi

Dokumen terkait

bisnis berdasarkan prinsip syariah harus diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang bertugas untuk memastikan apakah semua aktifitas dan transaksi lembaga

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari hisbah dalam Islam merupakan sarana untuk menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar, artinya mencakup

Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga

bisnis berdasarkan prinsip syariah harus diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang bertugas untuk memastikan apakah semua aktifitas dan transaksi lembaga

21 Abu Ya’la Muhammad Ibn al-Husein al-Farakhi, Al- Ahkam…... menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat munkar. Sementara dalam konteks sejarah, Wilayat al-Hisbah merupakan

Makalah ilmiah Statistik ini membahas topik ekonomi syariah dengan fokus pada ekonomi dan

Makalah ini membahas tentang Undang-Undang Perbankan Syariah, Undang-Undang Surat Berharga Syariah, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, dan yurisprudensi

Makalah ini membahas tentang perusahaan leasing dalam perspektif Lembaga Keuangan