CITATIONS
0
READS
171,556
1 author:
Anto Nius
Tanjungpura University 18PUBLICATIONS 1CITATION
SEE PROFILE
ALDEHID DAN KETON
Antonius*, Dhifa Melvine, Ditya Marissa, Leni Juniarti, Novi Kartika, Nurmanisari, Vridolin Vicry, dan Siti Hatijah
1Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Jl. Prof Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*email:[email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan aldehid dan keton yang bertujuan untuk membedakan dan mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton. Prinsip percobaannya didasarkan pada pengidentifikasian dan membedakan aldehid dan keton dengan mereaksikan senyawa yang teridentifikasi terdapat aldehid dan keton dengan beberapa uji yang dapat membedakannya. Senyawa aldehid, keton, dan asam karboksilat merupakan senyawa yang mengandung gugus karbonil. Perbedaannya yang jelas dari ketiga senyawa yang telah disebutkan hanya pada gugus yang lain selain gugus karbonil yaitu gugus H pada aldehid, gugus OH pada asam karboksilat dan gugus alkil pada senyawa keton. Semakin besar muatan yang berada pada atom karbon, maka senayawa nya semakin reaktif. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan uji kualitatif karena uji kualitatif hanya mengetahui ada atau tidak nya kandungan sneyawa yang diinginkan dalam larutan atau campuran yang dibuat. Hasil yang diperoleh berbeda-beda yang menunjukkan ada atau tidaknya senyawa aldehid atau keton atau senyawa yang diinginkan.
Kata kunci : aldehid, keton, dan asam karboksilat
PENDAHULUAN Latar Belakang
Aldehid merupakan salah satu kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus karbonil (C=O), gugus karbonil tersebut terletak diujung rantai karbon induk yang diakhiri dengan atom hidrogen.
Aldehid diturunkan dari nama alkana dengan mengganti –a menjadi –al, oleh karena itu aldehid juga disebut alkanal. Nama lazim aldehid diturunkan dari nama lazim asam karboksilat dengan menggantikan akhiran –at menjadi aldehid dan membuang kata asam (Sunarya, 2007). Aldehid rantai pendek
mencakup formaldehida, asetaldehida, gloksal, dan metil gloksal. Aldehid merupakan senyawa organik teroksigenasi dengan berat molekul yang lebih rendah (Ali, dkk, 2015).
Senyawa aldehid mempunyai rantai utama yang mengandung gugus –CHO dan karbon pada CHO diberi prioritas utama dengan nomor terendah (Riswiyanto, 2009). Aldehid merupakan senyawa yang mampu berikatan secara kovalen sehingga dapat terjadi modifikasi protein (Sitorus, 2010). Aldehid merupakan senyawa polar dan mendididh pada suhu tinggi dari pada senyawa non- polar dengan berat molekul yang
sama. Aldehid mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon-karbonnya (Fessenden & Fessenden, 1982).
Gambar 1. 1. Struktur Aldehid Keton mempunyai suatu gugus asli dengan gugus alkil yang lain atau gugus aril yang terikat dengan karbon karbonil. Beberapa hormon steroid mengandung gugus fungsional keton, seperti testoteron dan progesteron. Keton yang paling sederhana adalah aseton (CH3COCH3), yang mana atom karbonil mengikuti 2 gugus metil (Sarker & Lutfun, 2009). Keton mempunyai aroma fruity dan aroma floral dan berperan penting pada produk pangan fermentasi (Dzarnisa
& Latif, 2014).
Keton memiliki struktur dan tata nama yang mengandung gugus karbonil (C=O), tata nama keton adalah alkil keton atau propanon.
Keton larut dalam air dan titik didihnya sebanding dengan kenaikan berat molekul (Basri, 2003).
Keton adalah senyawa yang jika R atau gugus R’ adalah alkil atau aromatik keton yang paling penting adalah aseton dengan sistem penamaan IUPAC menggunakan akhiran –on. Pembuatan keton yang paling umum adalah oksidasi dari alkohol skunder (Petrucci, 2008).
Gambar 1. 2. Struktur Keton
Asam karboksilat adalah senyawa organik yang mengandung sebuah gugus karboksil (-COOH).
Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil dengan rumus umum R-COOH. Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol dan fenol menghasilkan ester dan membentuk air sebagai produk sampingan (Fessenden & Fessenden, 1994).
Asam karboksilat memiliki titik didih lebih tinggi daripada senyawa organik lainnya yang bobot molekulnya sebanding (Riswiyanto, 2009). Beberapa anggota asam karboksilat berwujud cairan tak bewarna dengan bau yang tajam, bersifat polar dan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul lain (Hart, 2003).
Gambar 1. 3. Struktur Asam Karboksilat
Aldehid digunakan sebagai antiseptik, pengawet mayat, bahan baku industri plastik melamin dan bakelit. Keton digunakan sebagai pelarut, pembersih kaca, bahan baku pembuatan industri plastik, hormon testosteron dan progesteron.
Asam karboksilat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun, pembuatan cuka, dan digunakan sebagai koagulan dalam pembuatan karet (Martin, 2012).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membedakan dan mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton. Prinsip pada percobaan ini yaitu membedakan a=dan mengidentifikasi senyawa aldehid
dan keton yang merupakan senyawa- senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O).
Percobaan yang dilakukan berupa uji kualitatif yaitu test dengan pereaksi tollen, test dengan pereaksi shiff, test dengan pereaksi fehling, test dengan benedict, test dengan NaOH, dan polimerisasi. Bahan- bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aldehid (R- CHO), keton (R-CO-R’), asam karboksilat (R-COOH), dan natrium hidroksida (NaOH), dimana diamati perubahan kimia dan ada tidaknya endapan.
METODOLOGI Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk, bunsen, erlenmayer, gelas beaker, kaki tiga, pipet tetes, rak tabung reaksi, spatula, tabung reaksi
Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah amonium hidroksida (NH4OH), asam asetat (CH3COOH), asam sulfat (H2SO4), aseton (CH3COCH3), benzaldehid (C6H5CHO), natrium hidroksida (NaOH), perak nitrat (AgNO3), reagen benedict, reagen fehling A dan B, dan reagen shiff.
Prosedur Kerja
Test dengan Pereaksi Tollen Benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan ke dalam setiap tabung reaksi. Kemudian ditambahkan pereaksi Tollen atau perak amoniakal (AgNO3 dan NH4OH). Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Test dengan Pereaksi Shiff
Benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan ke dalam setiap tabung reaksi. Kemudian pereaksi Shiff ditambahkan kedalamnya. Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Test dengan Pereaksi Fehling Benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan ke dalam setiap tabung reaksi. Kemudian reagen fehling A dan B ditambahkan ke dalam setiap tabung reaksi lalu di aduk dengan sempurna. Setelah itu, dipanaskan dalam waterbath sampai mendidih supaya reaksi sempurna.
Kemudian perubahan yang terjadi diamati lalu dicatat.
Test dengan Benedict
Benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan ke dalam setiap tabung reaksi. Kemudian reagen benedict ditambahkan ke dalamnya, lalu larutan dipanaskan sampai mendidih. Kemudian perubahan yang terjadi diamati lalu dicatat.
Test dengan NaOH
Larutan NaOH 10%
dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian masing-masing tabung ditambahkan beberapa tetes larutan karbonil (benzaldehid, aseton, dan asam asetat). Setelah itu, larutan dicampurkan dengan sempurna dan dididihkan beberapa menit.
Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Polimerisasi
Benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan ke dalam setiap tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat lalu dikocok dan dicatat perubahan suhunya. Kemudian ditambahkan 3 ml air dingin dan dikocok baik-baik. Setelah itu, diperhatikan apakah ada endapan yang tidak larut.
Rangkaian Alat
Gambar 2. 1. Rangkaian Alat Aldehid dan Keton HASIL DAN PEMBAHASAN Data Pengamatan
Test dengan Pereaksi Tollen No. Perlakuan Pengamatan
1
5 tetes
benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi.
T1=
benzaldehid T2= aseton T3= asam asetat
2
Ditambahkan 3 tetes pereaksi tollen (AgNO3).
T1= keruh T2= bening kekuningan T3= bening Test dengan Pereaksi Shiff
No. Perlakuan Pengamatan
1
5 tetes
benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi.
T1=
benzaldehid T2= aseton T3= asam asetat
2
Ditambahkan 3 tetes pereaksi shiff.
T1=
terbentuk 2 fasa ungu dan bening dan
terbentuk gel
T2= larut dan
berwarna pink pekat T3= larut dan
berwarna pink Test dengan Pereaksi Fehling No Perlakuan Pengamatan
1
5 tetes
benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi.
T1=
benzaldehid T2= aseton T3= asam asetat
2
Ditambahkan 3 tetes reagen fehling A dan B, lalu diaduk dengan
sempurna.
Fehling A T1=
terbentuk 2 fasa dan berwarna biru keruh.
T2= larut dan
berwarna biru keruh T3= larut dan
berwarna biru jernih Fehling B T1= berminyak bening T2= bening
T3= bening
3
Kemudian dipanaskan dalam waterbath sampai mendidih
supaya reaksi sempurna.
Fehling A T1= tetap T2= tetap T3= tetap Fehling B T1= tetap T2= tetap T3= tetap Test dengan Benedict
No. Perlakuan Pengamatan
1
5 tetes
benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi.
T1=
benzaldehid T2= aseton T3= asam asetat
2
Ditambahkan 3 tetes reagen benedict dan dipanaskan sampai mendidih.
T1= warna larutan biru menjadi biru keruh dan terbentuk 2 fasa
T2= warna larutan biru dan setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan T3= warna larutan biru dan setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan Test dengan NaOH
No. Perlakuan Pengamatan
1
5 tetes
benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan
T1=
benzaldehid T2= aseton T3= asam asetat
dalam setiap tabung reaksi.
2
Ditambahkan 5 tetes NaOH dan dicampur
dengan sempurna.
T1= berminyak bening T2= bening T3= bening
3
Kemudian dididihkan beberapa menit.
T1= berminyak keruh T2= tetap T3= tetap Polimerisasi
No. Perlakuan Pengamatan
1
10 tetes
benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi.
T1=
benzaldehid T2= aseton T3= asam asetat
2
Ditambahkan 3 tetes asam sulfat pekat, lalu dikocok dan dicatat
perubahan suhunya.
T1= panas, putih keruh T2= dingin, bening T3= hangat, bening
3
Ditambahkan 2 ml air dingin dan dikocok baik-baik.
T1= dingin, gel putih T2= dingin, warna tetap T3= dingin, warna tetap Pembahasan
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbon (Brady, 1986).
Aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik-menarik elektrostatik yang relatif kuat antar molekul. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton sulit dalam beroksidasi, aldehid lebih reaktif dari keton, oksidasi aldehid menghasilkan asam karboksilat sedangkan keton tidak (Fessenden
& Fessenden, 1994).
Test dengan Pereaksi Tollen Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton berdasarkan sifat kemudahan oksidasi (Hart, 2003). Secara umum, pereaksi tollen merupakan pereaksi hasil dari campuran larutan perak nitrat dan amonium hidroksida.
Pereaksi tollen pada percobaan ini bertindak sebagai pengoksidasi ringan (Martin, 2012).
Benz aldehid (
C
6H
5CHO)
m erupakan s enyawa organ ik yangberwujud cair menyerupai minyak, berwarna kuning, dan mudah menguap. Digunakan sebagai
pelarut nonpolar, pembersih cat, pembersih karburator, bahan dasar pembuatan senyawa turunan benzene, bahan pembuatan plastik, bahan peledak. Mempunyaititik leleh -26°C, titik didih 178,1°C, dan densitas 1,04
(Martin, 2012).Gambar 3. 1. Struktur Benzaldehid
Asam asetat (CH3COOH) merupakan cairan kental yang jernih atau padat seperti kaca dengan bau khas yang menusuk. Senyawa murninya disebut asam asetat glasial. Memiliki titik leleh 16,6
°C, dan titik didih 117,9°C (Martin, 2012).
Gambar 3. 2. Struktur Asam Asetat Aseton (CH3COCH3) merupakan zat cair tak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, dan bersifat polar. Digunakan sebagai pelarut organik dan bahan mentah pembuatan senyawa organik.
Beraroma mint, berasa manis, titik didih 56
°C, titik beku -95°C, titik lebur -94°C (Mulyono, 2005).
Gambar 3. 3. Struktur Aseton Peraksi Tollen sering disebut sebagai perak amoniakal merupakan campuran dari perak nitrat dan amonium hidroksida berlebihan.
Perak nitrat (AgNO3) merupakan senyawa serbaguna diantara senyawa perak lainnya, dan biasanya digunakan pada fotografi.
Senyawa ini berbentuk kristal putih dan tidak memiliki bau, bersifat korosif, beracun dan iritasi.
Sedangkan amonium hidroksida (NH4OH) merupakan senyawa yang bersifat korosif dan beracun, berwujud cair, tidak berwarna, berbau menyengat. Digunakan dalam industri pembuatan sabun
dan pupuk yang mempunyai titik didih 27
°C (Mulyono, 1996).
Langkah kerja yang dilakukan yaitu, 5 tetes benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi tollen atau perak amoniakal (AgNO3 dan NH4OH).
Penambahan pereaksi tollen berguna untuk mengidentifikasi senyawa aldehid, asam karboksilat dan keton berdasarkan perubahan yang terjadi serta sebagai pengoksidasi ringan (Martin, 2012).
Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi positif. Dimana setelah direaksikan dengan pereaksi tollen, aldehid yang bening berubah menjadi keruh, hal ini karena terjadinya proses oksidasi yang membentuk cermin perak yang dilakukan oleh unsur Ag pada pereaksi tollen. Kemudian aseton yang bening berubah menjadi bening kekuningan, hal ini karena aseton tidak dapat mengalami reaksi oksidasi seperti aldehid. Sedangkan pada pereaksian asam asetat dengan pereaksi tollen menghasilkan larutan bening, hal ini karena asam asetat tidak dapat mengalami reaksi oksidasi seperti aldehid (Hart, 2003). Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3. 4. Reaksi Benzaldehid dengan Pereaksi Tollen
Gambar 3. 5. Reaksi Aseton dengan Pereaksi Tollen
Gambar 3. 6. Reaksi Asam Asetat dengan Pereaksi Tollen
Gambar 3. 7. Test dengan Pereaksi Tollen
Test dengan Pereaksi Shiff
Test dengan pereaksi shiff merupakan salah satu percobaan yang digunakan dengan tujuan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai gugus aldehid dan keton.
Secara umum, pereaksi shiff merupakan larutan dari funchsin asam didalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO2. Komposisi dari pereaksi shiff yaitu funchsin, sodium metabisulfit dan HCl (Martin, 2012).
Langkah kerja yang dilakukan yaitu, 5 tetes benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi shiff. Pereaksi shiff ditambahkan untuk mengetahui perubahan warna dari masing- masing reaksi zat yang membedakan senyawa aldehid, keton, dan asam karboksilat (Matin,
2012). Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi positif. Dimana setelah direaksikan dengan pereaksi shiff, benzaldehid yang bening terbentuk 2 fasa yaitu warna ungu (benzaldehid dibawah) dan bening (pereaksi shiff diatas) serta terbentuk gel, hal ini terjadi karena pereaksi shiff jika direaksikan dengan senyawa gugus aldehid akan menghasilkan larutan yang berwarna ungu. Pereaksi shiff harus digunakan dalam keadaan dingin karena keton akan bereaksi dengan pereaksi ini sangat lambat. Namun jika dipanaskan, larutan akan memberikan warna yang beda dan membingungkan (Martin, 2012).
Sedangkan pada pereaksian aseton dan asam asetat dengan pereaksi shiff menghasilkan larutan pink dan pink pekat, hal ini karena aseton dan asam asetat tidak tidak mengandung gugus aldehid karena tidak mengahsilkan warna ungu (Mulyono, 1996). Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3. 8. Reaksi Benzaldehid dengan Pereaksi Shiff
Gambar 3. 9. Reaksi Keton dengan Pereaksi Shiff
Gambar 3. 10. Reaksi Asam Asetat dengan Pereaksi Shiff
Gambar 3. 11. Test dengan Pereaksi Shiff
Test dengan Pereaksi Fehling Uji fehling merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton. Prinsip uji fehling adalah membedakan gugus senyawa aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen fehling A dan fehling B, dimana fehling A adalah larutan CuSO4 sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Sesudah dididihkan hasil positif dinyatakan oleh terbentuknya endapan merah bata yaitu tembaga (II) oksida (Mulyono, 2005).
Langkah kerja yang dilakukan yaitu, 5 tetes benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes fehling A dan B lalu diaduk hingga sempurna. Penambahan pereaksi fehling A dan B adalah untuk membedakan senyawa aldehid, keton dan asam karboksilat melalui reaksi oksidasi, karena fehling A dan B merupakan oksidator lemah (Martin, 2012). Sedangkan fungsi dari pengadukan agar larutan menjadi homogen dan tercapur secara sempurna (Mulyono, 1996).
Langkah selanjutnya adalah tabung reaksi yang telah diteteskan
pereaksi fehling A dan B dipanaskan didalam gelas beaker sampai mendidih supaya reaksi sempurna.
Fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi yang terjadi dan agar larutan menjadi homogen (Mulyono, 2005).
Kemudian perubahan yang terjadi dicatat dan diamati.
Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi negatif. Pada percobaan fehling A teramati benzaldehid berwarna biru keruh, aseton berwarna biru keruh, asam asetat berwarna biru jernih dan setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan. Sedangkan pada fehling B, benzaldehid berwarna bening dan terdapat minyak, aseton berwarna bening, asam asetat berwana bening, dan setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan. Menurut literatur, seharusnya warna larutan yang telah diteteskan pereaksi fehling A dan B ketika dipanaskan menghasilkan warna merah bata pada senyawa benzaldehid, karena mengandung gugus aldehid dan mudah untuk teroksidasi (Martin, 2012). Hal ini terjadi karena kurangnya kebersihan pada alat yang digunakan sehingga
memungkinkan sampel
terkontaminasi dengan bahan lain dan sampel dibiarkan terbuka terlalu
lama sehingga proses
pengoksidasian pada percobaan dengan pereaksi fehling tidak sempurna. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3. 12. Reaksi Benzaldehid dengan Pereaksi Fehling
Gambar 3. 13. Test dengan Pereaksi Fehling A
Gambar 3. 14. Test dengan Pereaksi Fehling B
Test dengan Benedict
Uji benedict biasanya dapat dilakukan untuk menentukan aldehid karena pereaksi benedict merupakan oksidator lemah dan aldehid adalah oksidator kuat.
Reagen benedict biasa nya digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen benedict (Martin, 2012).
Langkah kerja yang dilakukan yaitu, 5 tetes benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan sampai mendidih.
Fungsi dari penambahan pereaksi
benedict adalah sebagai pereaksi dan oksidator, sedangkan fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi dan larutan menjadi homogen (Mulyono, 2005).
Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi positif. Dimana setelah direaksikan dengan pereaksi benedict, benzaldehid, aseton, dan asam asetat menjadi warna biru, dan setelah dipanaskan benzaldehid menjadi biru keruh dan terbentuk 2 fasa sedangkan asetan dan asam asetat tidak terjadi perubahan. Hal ini terjadi karena setelah dipanaskan benzaldehid teroksidasi sedangkan aseton dan asam asetat tidak teroksidasi (Hart, 2003). Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3. 15. Reaksi Benzaldehid dengan Pereaksi Benedict
Gambar 3. 16. Test dengan Benedict Test dengan NaOH
Uji dengan menggunakan natrium hidroksida dilakukan untuk menentukan keasaaman pada masing-masing senyawa aldehid, keton dan asam karboksilat. Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang berupa padatan putih,
higroskopis, dan mudah menyerap karbon dioksida, serta sangat korosif terhadap jarigan organik. Memiliki titik leleh 318°C, dan titik didih 13°C.
Digunakan dalam pembuatan kertas, sabun, dan beberapa zat kimia (Martin, 2012).
Langkah kerja yang dilakukan yaitu, 5 tetes benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5 tetes NaOH 10% dan dicampur lalu dipanaskan beberapa menit.
Penambahan NaOH sebagai oksidator dan pereaksi, sedangkan pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi (Mulyono, 2005). Kemudian perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi positif. Dimana setelah direaksikan dengan NaOH 10%, larutan benzaldehid tetap bening dan terdapat minyak, sedangkan asam asetat dan aseton tetap bening, dan setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan.
Hal ini terjadi karena benzaldehid mudah teroksidasi sehingga mudah untuk bereaksi dengan NaOH, sedangkan asam asetat dan aseton sulit bereaksi karena tidak bisa teroksidasi denga NaOH (Hart, 2003). Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3. 17. Reaksi Benzaldehid dengan NaOH
Gambar 3. 18. Reaksi Aseton dengan NaOH
Gambar 3. 19. Reaksi Asam Asetat dengan NaOH
Gambar 3. 20. Test dengan NaOH Polimerisasi
Polimerisasi adalah salah satu proses bereaksinya molekul monomer yang terjadi secara bersama dalam reaksi kimia untuk membentuk tiga dimensi jaringan atau rantai polimer (Martin, 2012).
Asam sulfat (minyak vitriol) merupakan asam anorganik dengan rumus molekul H2SO4. Zat cair kental tidak berwarna, menyerupai minyak dan bersifat higroskopis.
Dalam keadaan pekat bersifat oksidator dan zat pendehidrasi.
Mempunyai densitas 1,84, titik leleh 10,36°C, titik didih 315-318°C.
Digunakan sebagai cat, rayon, bahan peledak, pupuk, dan air aki (Mulyono, 2005).
Akuades (aquadestilata) merupakan air murni (H2O) yakni air dari hasil penyulingan. Akuades
hampir tidak mengandung mineral sedangkan air mineral merupakan plarut universal yang dapat dengan mudah menyerap ataupun melarutkan partikel. Akuades tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berbahaya jika terkena kulit. Massa jenisnya 1g/ml dengan pH 7 (netral) (Mulyono, 1996).
Langkah kerja yang dilakukan yaitu, 10 tetes benzaldehid, aseton, dan asam asetat dimasukkan dalam setiap tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5 tetes asam sulfat pekat lalu dikocok dan dicatat perubahan suhunya.
Kemudian ditambahkan 2ml air dan dikocok. Kemudian diperhatikan apakah ada endapan yang tidak larut. Penambahan asam sulfat adalah sebagai katalis, sedangkan air sebagai pelarut serta menstabilkan reaksi, dan fungsi dari pengocokan adalah agar larutan menjadi homogen dan mempercepat reaksi (Martin, 2012).
Hasil yang diperoleh menunjukkan reaksi positif. Dimana setelah direaksikan dengan asam sulfat pekat, suhu benzaldehid menjadi panas dan larutan putih keruh, suhu asam asetat hangat dan larutan bening, dan suhu aseton dingin dan larutan bening. Hal ini terjadi karena ada reaksi eksoterm, dimana reaksi ini menghasilkan energi berupa kalor (panas) (Mulyono, 2005). Sedangkan setelah ditambahkan 2 ml air, suhu aldehid menjadi dingin dan terbentuk gel putih, suhu asam asetat menjadi dingin dan larutan tetap bening, dan suhu aseton semakin dingin dan larutan tetap bening. Hal ini terjadi
karena ada reaksi endoterm dimana reaksi ini membutuhkan/ menyerap energi berupa kalor (panas), sehingga dinding pada tabung reaksi menjadi dingin (Mulyono, 2005).
Gambar 3. 21. Polimerisasi Simpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aldehid dan keton merupakan senyawa yang pada umumnya mepunyai gugus karbonil yang terikat pada gugus alkil.
Membedakan aldehid dan keton dapat dilakukan dengan test pereaksi tollen, benedict, shiff, fehling A dan B, NaOH, dan polimerisasi. Berdasarkan 6 test tersebut, didapat bahwa senyawa yang mengandung gugus aldehid lebih mudah untuk teroksidasi dengan oksidator yang lemah sedang senyawa yang mengandung gugus keton dan asam karboksilat tidak mudah untuk teroksidasi.
Daftar Pustaka
Ali, P., Samadi, M. T., Azarian, G., Seifipour, F., Huang, C. P., &
Yang, X., 2015, The Formation of Aldehydes and Ketone Ozonation by Products and Their Variation Through General Water Treatment Plant in Hamadan,
Iran, Global NEST Journal, 17(4):682-691.
Basri, S., 2003, Kamus Kimia, Jakarta, Rineka Cipta.
Brady, J. E., 1986, Kimia Universitas Asan dan Struktur, Jakarta, Binapura Aksara.
Dzarnisa., & Latif, H., 2014, Analisis Komponen Aktif Cita Rasa pada Susu Fermentasi dengan Kromotografi Gas, Jurnal Agripet, 14(1): 25-30.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J.
S., 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Satu, Jakarta, Erlangga.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J.
S., 1994, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid Dua, Jakarta, Erlangga.
Hart, H., 2003, Kimia Organik, Jakarta, Erlangga.
Martin, E. A., 2012, Kamus Sains, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Mulyono, 1996, Kamus Kimia, Bandung, PT. Genesindo.
Mulyono, 2005, Kamus Kimia, Jakarta, PT. Bumi Akasara.
Petrucci, R. H., 2008, Kimia Dasar Prinsip Aplikasi Modern, Jakarta, Erlangga.
Riswiyanto, 2009, Kimia Organik, Jakarta, Erlangga.
Sarker, S. D., & Lutfun, N., 2009, Kimia untuk Mahasiswa Farmasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Sitorus, S. M., 2010, Kimia Organik Umum, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Sunarya, Y., & Agus, S. S., 2007, Mudah dan Aktif Belajar Kimia, Bandung, Setya Purna Inves.
1. Bagaiman cara membedakan senyawa aldehid dan keton secara reaksi?
2. Apa kegunaan senyawa formaldehida yang sangat penting?
3. Tuliskan bentuk reaksi antara etil magnesium bromide dengan aldehid!
Jawab:
1. Aldehid dan keton dapat dibedakan secara reaksi dengan cara uji tollen, uji shiff, uji fehling, uji benedict, uji NaOH. Uji tollen akan terbentuk endapan cermin perak pada larutan yang mengandung gugus aldehid. Uji shiff akan terjadi perubahan warna merah. Uji fehling dan benedict akan terbentuk endapan berupa gel dan perubahan warna pada larutan yang mengandung gugus fungsi aldehid. Sedangkan keton tidak bereaksi dengan uji-uji tersebut.
Selain itu aldehid setidaknya mengandung satu atom hiddrogen yang terikat pada gugus karbonil sedangkan keton tidak mengandung atom hidrogen pada gugus karbonilnya.
2. Formaldehid dapat digunakan sebagai disinfektan yakni bahan yang digunakan sebagai pembasmi bakteri, dapat digunakan sebagai bahan pengawet dengan sebutan formalin, dapat digunakan sebagai pembersih lantai, gudang dan pakaian serta dapat digunakan sebagai bahan pengeringan kulit dalam dunia medis.
3. Reaksi antara aldehid dengan etil magnesium bromida:
1. Jelaskan macam-macam prinsp dari pereaksi yang digunakan dalam percobaan ini!
2. Jelaskan dan gambr struktur dari aldehid dan keton!
Jawab:
1. Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton berdasarkan sifat kemudahan oksidasi. Secara umum, pereaksi tollen merupakan pereaksi hasil dari campuran larutan perak nitrat dan amonium hidroksida. Pereaksi tollen pada percobaan ini bertindak sebagai pengoksidasi ringan.
Pereaksi shiff merupakan salah satu percobaan yang digunakan dengan tujuan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai gugus aldehid dan keton.
Secara umum, pereaksi shiff merupakan larutan dari funchsin asam didalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO2. Komposisi dari pereaksi shiff yaitu funchsin, sodium metabisulfit dan HCl.
Uji fehling merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton. Prinsip uji fehling adalah membedakan gugus senyawa aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen fehling A dan fehling B, dimana fehling A adalah larutan CuSO4
sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Sesudah dididihkan hasil positif dinyatakan oleh terbentuknya endapan merah bata yaitu tembaga (II) oksida.
Uji benedict biasanya dapat dilakukan untuk menentukan aldehid karena pereaksi benedict merupakan oksidator lemah dan aldehid adalah oksidator kuat. Reagen benedict biasa nya digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen benedict.
Uji dengan menggunakan natrium hidroksida dilakukan untuk menentukan keasaaman pada masing-masing senyawa aldehid, keton dan asam karboksilat.
Polimerisasi adalah salah satu proses bereaksinya molekul monomer yang terjadi secara bersama dalam reaksi kimia untuk membentuk tiga dimensi jaringan atau rantai polimer.
2. Aldehid merupakan salah satu kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus karbonil (C=O), gugus karbonil tersebut terletak diujung rantai karbon induk yang diakhiri dengan atom hidrogen. Aldehid diturunkan dari nama alkana dengan mengganti –a menjadi –al, oleh karena itu aldehid juga disebut alkanal. Nama lazim aldehid diturunkan dari nama lazim asam karboksilat dengan menggantikan akhiran –at menjadi aldehid dan membuang kata asam. Aldehid rantai pendek mencakup formaldehida, asetaldehida, gloksal, dan metil gloksal. Aldehid merupakan senyawa organik teroksigenasi dengan berat molekul yang lebih rendah.
Senyawa aldehid mempunyai rantai utama yang mengandung gugus –CHO dan karbon pada CHO diberi prioritas utama dengan nomor terendah.
Aldehid merupakan senyawa yang mampu berikatan secara kovalen sehingga dapat terjadi modifikasi protein. Aldehid merupakan senyawa polar dan mendididh pada suhu tinggi dari pada senyawa non-polar dengan berat molekul yang sama. Aldehid mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon-karbonnya.
Gambar 1. Struktur Aldehid
Keton mempunyai suatu gugus asli dengan gugus alkil yang lain atau gugus aril yang terikat dengan karbon karbonil. Beberapa hormon steroid mengandung gugus fungsional keton, seperti testoteron dan progesteron.
Keton yang paling sederhana adalah aseton (CH3COCH3), yang mana atom karbonil mengikuti 2 gugus metil. Keton mempunyai aroma fruity dan aroma floral dan berperan penting pada produk pangan fermentasi.
Keton memiliki struktur dan tata nama yang mengandung gugus karbonil (C=O), tata nama keton adalah alkil keton atau propanon. Keton larut dalam air dan titik didihnya sebanding dengan kenaikan berat molekul. Keton adalah senyawa yang jika R atau gugus R’ adalah alkil atau aromatik keton yang paling penting adalah aseton dengan sistem penamaan IUPAC menggunakan akhiran –on. Pembuatan keton yang paling umum adalah oksidasi dari alkohol skunder.
Gambar 4. Struktur Keton