• Tidak ada hasil yang ditemukan

alih kode dan campur kode pemakai bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "alih kode dan campur kode pemakai bahasa"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

PERALIHAN KODE DAN PENCAMPURAN KODE MENGGUNAKAN BAHASA BAHASA INDONESIA DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWA KELAS VIII TK. Judul: Alih kode dan campur kode bagi pengguna bahasa Indonesia dalam kegiatan diskusi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tomobulu Kabupaten Gowa. Alih kode dan campur kode bagi pengguna bahasa Indonesia dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Topobulu Kabupaten Gowa yang dipimpin oleh Kamaruddin dan Andi Jam'an.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) bentuk dan (2) faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam diskusi kelompok mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Tompobulu Kabupaten Gowa. Faktor penyebab terjadinya campur kode adalah (a) identifikasi peran-peran sosial, seperti pembedaan peran siswa dan guru, (b) identifikasi ragam, seperti santai, baku, bisnis dan formal, (c) keinginan untuk melakukan campur kode. menafsirkan kata atau istilah yang sulit. untuk dijelaskan atau dimaknai dengan menggunakan bahasa yang sama, (d) faktor lingkungan keluarga dan masyarakat yang menggunakan bahasa Makassar, (e) pendidikan yang rendah, (f) belum belajar menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Artinya kita berhak menguasai minimal dua bahasa, yaitu: bahasa daerah sebagai bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) yaitu bahasa Indonesia.

Salah satu pelajaran bahasa yang ada adalah pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan melalui proses belajar mengajar. Siswa yang bersekolah di pedesaan seperti SMP Negeri 1 Topobulu Kabupaten Gowa berbeda dengan siswa yang bersekolah di perkotaan yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.

Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti memilih SMP dan VIII. kelas, karena dari segi psikologis, pada tahap ini mereka memasuki masa remaja, dimana mereka suka bereksplorasi, ingin bereksperimen, mereka leluasa melanggar kaidah-kaidah berbahasa, termasuk bahasa Indonesia yang mereka gunakan sehari-hari. -dan Selain itu, Kelas VIII SMP Negeri 1 Tompobulu merupakan kelompok siswa heterogen yang berasal dari berbagai sekolah dasar di Tompobulu dan mempunyai dialek bahasa yang berbeda satu sama lain. Semua itu dapat mempengaruhi tingkat penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang berbeda-beda dengan kemampuan yang berbeda-beda. Apa saja faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode dalam proses diskusi pada kelas bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Negeri 1 Tompobulu Kabupaten Gowa?

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya memberikan inovasi pembelajaran bagi guru bahasa Indonesia lainnya, dan meninggalkan strategi pembelajaran yang monoton (konvensional). Selain itu, sekolah akan mendapatkan siswa yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik.

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Teori dan Konsep

  • Hakikat Bahasa
  • Ragam Bahasa
  • Kontak Bahasa …
  • Bilingualisme
  • Pengertian Kode
  • Campur Kode

Oleh karena itu, adanya bilingualisme merupakan akibat dari kontak bahasa dan akan menimbulkan munculnya gejala-gejala kebahasaan, yaitu alih kode dan campur kode. Menurut Wardaugh (ada dua jenis alih kode dalam Dak, yaitu alih kode situasional dan metaforis. Alih kode adalah peralihan dari satu bahasa ke bahasa lain pada saat berbicara atau menulis (Rusyana, 1989: 24).

Menurut Suwito, alih kode merupakan peristiwa peralihan dari satu kode ke kode lainnya. Berdasarkan perbedaan pendapat di atas, alih kode dapat diartikan sebagai peristiwa peralihan penggunaan bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain atau dari suatu ragam bahasa ke ragam bahasa yang lain. Alih kode internal adalah perubahan atau pergeseran penggunaan bahasa yang terjadi antar dialek, antar ragam, atau antar gaya dalam lingkup satu bahasa.

Alih kode eksternal adalah perpindahan penggunaan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain. Chaer menyatakan bahwa penyebab terjadinya alih kode adalah: (1) penutur atau pembicara, (2) pendengar atau lawan bicara, (3) perubahan situasi dengan kehadiran orang ketiga, (4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya. dan (5) perubahan topik pembicaraan. Agar cepat selesai, siswa tersebut melakukan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa daerahnya agar segala sesuatunya bisa berjalan lancar dalam menangani karakternya.

Lawan bicara atau lawan bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode karena penutur ingin mencocokkan kemampuan berbahasa lawan bicaranya. Dalam suatu percakapan, orang biasanya menggunakan kode-kode untuk menciptakan rasa humor dalam percakapan tersebut, sehingga. Dari ketiga pendapat mengenai faktor-faktor penyebab alih kode tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya alih kode adalah sebagai berikut.

Fungsi alih kode mengacu pada apa yang ingin dicapai penutur melalui alih kode. Jadi alih kode yang dilakukan oleh seorang penutur harus mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan alasan mengapa penutur melakukan alih kode tersebut. Dalam alih kode, setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan tetap mempunyai fungsi tersendiri yang dilakukan secara sadar dan mandiri.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan alih kode dan campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam suatu masyarakat tutur, yang dilakukan secara sadar dan sengaja karena alasan tertentu. Perbedaan pokok antara alih kode dan campur kode dikemukakan oleh Thelander (dalam Suwito sebagai berikut.

Kerangka Pikir

Keterbatasan siswa dalam penguasaan bahasa Indonesia membuat guru tidak bisa memaksa siswa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam kegiatan belajar mengajar. Jika siswa dipaksa menggunakan bahasa Indonesia secara keseluruhan, hal ini akan menyulitkan siswa terutama pada saat diskusi kelompok. Siswa akan terhambat dalam mengkomunikasikan ide yang dimilikinya, sehingga guru memperbolehkan siswa untuk menggunakan alih kode dan campur kode dalam kegiatan diskusi tersebut. Penggunaan alih kode dan campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa Makassar akan memudahkan siswa dalam mengungkapkan ide yang dimilikinya dan juga lebih mudah menerima ilmu dari guru dan siswa lainnya.

Untuk mengetahui bentuk dan jenis faktor penyebab terjadinya campur kode dan alih kode dalam kegiatan diskusi kelompok pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Tompobulu Kabupaten Gowa, peneliti melakukan penelitian studi kasus dengan peta kerangka sebagai berikut.

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

  • Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
  • Unit Analisis dan Penemuan Informan
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Pengecekan Keabsahan Temuan

Jenis atau tipe campur kode ini muncul dalam proses diskusi kelompok di SMP Negeri 1 Tompobulu Kabupaten Gowa, Siswa 1: “Jaki ke kelompok?”.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian

  • Bentuk alih kode dan campur kode yang terjadi dalam proses
  • Faktor penyebab pemakaian alih kode dan campur kode dalam

Pembahasan

Di bawah ini kami uraikan satu persatu terjadinya campur kode pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tompobulu. Dialog campur kode antara lain disebabkan oleh faktor-faktor yang menimbulkan keinginan akan penjelasan atau penafsiran. Pemateri (siswa 1) menggunakan campur kode antara bahasa Indonesia dan Makassar dalam tuturannya “tena, nilai ekonominya tinggi sekali, kammamo anne?”. Campur kode terjadi karena penutur menggunakan kata tena yang berasal dari bahasa Makassar yang artinya.

Penuturnya (siswa 2) juga menggunakan campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Makassar dalam pengucapannya, “Iyo, antu boots, tambah, apakah anne niruro tidak disingkat?”, menggunakan kata ‘Iyo, antu’ yang artinya ‘iya’. dan 'anne niruro' yang artinya 'Anda diminta membuktikan bahwa penutur (siswa 3) menggunakan campur kode. Penutur menggunakan campur kode karena terbiasa menggunakan bahasa ibu yaitu Makassar, kebiasaan ini mempengaruhi kode dasar ketika penutur berbicara bahasa Indonesia. Penuturnya (siswa 2 dan 3) menggunakan campur kode karena bahasa Indonesia dan Makassar karena penuturnya menggunakan kata Iyyo yang berasal dari bahasa Makassar dalam konteks percakapannya yang menggunakan kode dasar bahasa Indonesia.

Penutur (Siswa 2) juga menggunakan campur kode dalam tuturan “mo kemiskinan”. Penggunaan kata “mo” yang berasal dari bahasa Makassar menunjukkan bahwa penutur (Siswa 2) mencampurkan kode bahasa Makassar dalam konteks percakapan yang menggunakan kode-kode dasar bahasa Indonesia. Dalam dialog ini, pembicara (Siswa 1) menggunakan campuran kode bahasa Makassar dan bahasa Indonesia dalam tuturannya, “Iyye, terus kenapa?”. tuturannya, “Jammoko teriak, singkammami tau sanng.”, kalimat ini dalam bahasa Indonesia artinya “jangan teriak – teriak, seperti orang yang sedang senang/bahagia”.

Penggunaan kata 'jammoko' yang berasal dari bahasa Makassar yang berarti 'jangan', dan kalimat 'singkammami tau sannang' yang berarti 'suka pada orang yang suka' membuktikan bahwa penuturnya menggunakan kode bahasa Makassar dengan mencampurkan suatu percakapan. konteks yang menggunakan kode dasar bahasa Indonesia. Pada dialog di atas, penutur (siswa 4) menggunakan kombinasi kode bahasa Makassar dan bahasa Indonesia dalam tuturannya, “Eh ganti makian, nanti capek”. Penggunaan kata bantu “ki” membuktikan bahwa penuturnya menggunakan campur kode bahasa Makassar dalam konteks percakapan yang menggunakan kode dasar bahasa Indonesia.

Dari beberapa contoh dialog di atas, alasan penutur menggunakan campur kode karena terbiasa menggunakan bahasa ibu yaitu Makassar, kebiasaan ini mempengaruhi kode dasar ketika penutur berbicara bahasa Indonesia. Dari hasil penelitian diperoleh data yang mengungkapkan bahwa siswa masih sering menggunakan alih kode dan campur kode linguistik dalam diskusi kelompok mata pelajaran bahasa Indonesia untuk: (1) relaksasi, (2) penekanan, (3) penyegaran, (4) hormat, dan (5) menjelaskan. Bahasa Indonesia dan Makasar, campur kode Indonesia dan dialek Jakarta, campur kode dialek Indonesia, dialek Makassar dan Jakarta.

Alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia Kelas II di SD Negeri Selopukang Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri Universitas Sebelas Maret. Memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) dan menulis skripsi dengan judul Alih Kode dan Campur Kode bagi Pengguna Bahasa Indonesia dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Tompobulu Kabupaten Gowa.

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai tuturan atau dialog yang mengandung alih kode dan campur kode dalam komunikasi saat pembelajaran Bahasa Indonesia antara guru