• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisa perbandingan teknik hedging dalam menilai hutang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisa perbandingan teknik hedging dalam menilai hutang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERBANDINGAN TEKNIK HEDGING DALAM MENILAI HUTANG IMPOR UNTUK MEMINIMALISASI TRANSACTION EXPOSURE

(STUDI KASUS PADA PT. XYZ)

Oleh :

DENNIS JOHANES MANUEL WAJONG

ABSTRACT

 

The company that has cash flow in foreign currency will face a risk from foreign currency fluctuation. Since economic crisis in Indonesia, rupiah depreciated from all foreign currency especially US Dollar. It gave a big impact for corporate financial international trader. For a company which have a payable in foreign currency this situation could make the company suffer big loss cause they have to pay more their payables than they should.

A company could use hedging strategy to minimize the risk from fluctuation of foreign currency. This research try to find which technique could give benefit for PT.

XYZ’s payable in foreign exchange that comes from import transaction which has maturity for 30 days during 2011 until 2012. The purpose of this research is to compare between the use of forward contract and money market hedge.

According to the calculation, if the company used open position so total cash outflow to be paid is Rp. 7.602.533.464,00. If company used forward contract so total cash outflow to be paid is 7.601.453.100,10. If company used money market hedge so total cash outflow to be paid is Rp 7.541.791.782,60. The conclusion is either forward contract and money market hedge can minimize foreign exchange risk like management wish. Compared with forward contract, Hedge with money market hedge is the best strategy because it provides saving for company.

Keyword: Hedging, Foreign Exchange Exposure, Forward Contract, Money Market hedge

(2)

1 I. PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi saat ini, kebutuhan akan suatu barang meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini didorong oleh keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup. Kebutuhan individu dapat dipenuhi melalui kemampuan produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh suatu negara dengan mengelola sumber daya yang dimiliki. Namun terkadang permintaan akan barang dan jasa tidak mampu dipenuhi oleh suatu negara dikarenakan kemampuan produksi yang tidak dapat mengimbangi permintaan yang ada di tengah masyarakat.

Hal ini juga didorong dari tidak adanya sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa. Atas dasar ini diperlukan kegiatan perdagangan antarnegara atau sering disebut dengan perdagangan internasional.

Dalam perdagangan internasional negara dapat membeli barang dan jasa dari luar negeri (impor) dan juga menjual barang dan jasa ke luar negeri (ekspor). Untuk mempermudah transaksi antar negara biasanya terdapat kesepakatan untuk menggunakan satuan mata uang tertentu. Negara yang dalam hal ini diwakili oleh perusahaan, dihadapkan pada risiko perubahan nilai tukar atau foreign exchange exposure pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional. Salah satu bentuk risiko nilai tukar adalah transaction exposure. Transaction exposure merupakan risiko dari transaksi-transaksi di masa sekarang yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar yang dapat berdampak di masa depan (Madura, 2012). Fluktuasi nilai tukar terjadi disebabkan oleh permintaan dan penawaran atas suatu mata uang tertentu.

Perubahan nilai tukar memberikan pengaruh yang cukup signifikan terutama bagi negara-negara yang memiliki mata uang yang lemah (soft currency). Ketidakpastian akan perubahan nilai tukar yang menyebabkan nilai transaksi yang telah dilakukan oleh suatu perusahaan dapat berubah sesuai dengan fluktuasi nilai tukar mata uang antar negara yang bersangkutan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif dalam melakukan kegiatan impor. Menurut Kemenperin, selama tahun 2007-2011 impor berdasarkan sektor memiliki di dominasi oleh impor dari sektor Non-Migas sebesar 77,06% dengan kelompok industri menjadi penyumbang impor terbesar sekitar 41,61%. Salah satu kelompok hasil industri yang menarik menjadi perhatian adalah industri makanan dan minuman. Indonesia yang merupakan negara agraris pada masa orde baru dikenal dengan program swasembada pangan namun satu dekade kemudian negara kita melakukan impor terhadap komoditi-komoditi makanan dan minuman akibat ketidaksanggupan pemerintah memenuhi permintaan masyarakat. Selain itu, impor

(3)

akan makanan dan minuman disebabkan oleh biaya logistik yang cukup mahal jika membeli barang lokal dibandingkan dengan impor. Hal ini pun yang mendorong meningkatnya impor atas kelompok industry makanan dan minuman.

Perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan internasional dihadapkan dengan risiko perubahan nilai tukar maka dari itu perusahan perlu melakukan tindakan manajemen risiko. Salah satu bentuk tindakan manajemen risiko adalah teknik lindung nilai atau hedging. Adapun teknik hedging antara lain forward contract dan money market hedge (Madura,2012). Dengan teknik ini, perusahaan dapat meminimaliasi risiko perubahan nilai tukar dan menjaga kondisi arus kas keuangan perusahaan sehat.

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, adapun yang menjadi perumusan permasalahan dalam penelelitian ini sebagai berikut :

1. Berapa nilai hutang valuta asing dalam Rupiah yang harus dibayar oleh PT.

XYZ pada periode penelitian dengan menggunakan teknik open position ? 2. Berapa nilai hutang valuta asing dalam Rupiah yang harus dibayar oleh PT.

XYZ pada periode penelitian dengan menggunakan teknik forward contracts ?

3. Berapa nilai hutang valuta asing dalam Rupiah yang harus dibayar oleh PT.

XYZ pada periode penelitian dengan menggunakan teknik money market hedge ?

4. Strategi atau teknik manakah yang memiliki total cash outflow dalam Rupiah paling rendah dalam periode penelitian ?

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Mengetahui dan menganalisa nilai hutang valuta asing dalam Rupiah yang harus dibayar oleh PT. XYZ pada periode penelitian dengan menggunakan teknik open position.

2. Mengetahui dan menganalisa nilai hutang valuta asing dalam Rupiah yang harus dibayar oleh PT. XYZ pada periode penelitian dengan menggunakan teknik forward contracts.

3. Mengetahui dan menganalisa nilai hutang valuta asing dalam Rupiah yang harus dibayar oleh PT. XYZ pada periode penelitian dengan menggunakan teknik money market hedge.

4. Mengetahui dan menganalisa strategi atau teknik manakah yang memiliki total cash outflow dalam Rupiah paling rendah dalam periode penelitian.

(4)

3 II. LANDASAN TEORITIS

Risiko adalah suatu peluang atas sebuah hasil yang tidak terduga (Titman, Keown, Martin, 2010). Dalam melaksanakan kegiatan, individu dihadapkan dengan ketidakpastian akan hasil yang didapat. didalam kegaiatan perdagangan internasional, individu/perusahaan dihadapkan dengan foreign exchange exposure. Menurut eiteman et.al (2007) foreign exchange exposure adalah Suatu pengukuran potensi dari laba, arus kas dan nilai pasar suatu perusahaan berubah karena perubahan nilai tukar.

Salah satu bentuk dari foreign exchange exposure adalah transaction exposure yang merupakan perubahan kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo yang disebabkan karena perubahan nilai tukar (Madura,2012).

Salah satu tindakan untuk meminimalisasi risiko perubahan nilai tukar sebagai bentuk tindakan manajemen risiko adalah dengan teknik hedging atau lindung nilai (Madura,2012). Strategi lindung nilai atau hedging terdapat berbagai cara antara lain forward contract dan money market hedge. Teknik forward contract merupakan salah satu bentuk hedge dengan menukarkan sejumlah tertentu suatu mata uang dengan sejumlah tertentu mata uang lainnya dengan penyerahan di masa depan tetapi nilai tukar ditetapkan pada saat kontrak dibuat (Eiteman.et.al,2007). Sedangkan teknik money market hedge merupakan teknik hedge dengan meminjam dan meminjamkan dalam mata uang domestik dan asing dalam pasar uang (Eun & Resnick,2011).

Didalam melakukan kegiatan hedging perusahaan harus memikirkan perlu atau tidaknya kegiatan ini dilaksanakan atau sering disebut dengan analysis feasibility of hedging. Menurut Madura (2012) keputusan suatu perusahaan melakukan hedging atas suatu posisi hutang dilakukan dengan membandingkan forward contract atau membiarkannya dalam keadaan terbuka (open position) dapat dilakukan dengan membandingkan hasil hedging terhadap hasil tidak menggunakan hedging.

Perusahaan perlu mengetahui biaya yang dikeluarkan atas kegiatan lindung nilai yang dilakukan (real cost of hedging). Didalam penelitian ini, perusahaan harus menilai real cost of hedging payable (RCHp) atau biaya lindung nilai dari hutang. Adapun cara menghitung RCHp dengan menilai selisih dari biaya yang dikeluarkan jika perusahaan melakukan hedging dengan biaya yang dikeluarkan jika perusahaan tidak melakukan hedging. Jika hasil RHCp memiliki nilai negatif maka hal ini menunjukan pengunaan hedging menjadi suatu keputusan yang tepat karena menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Didalam penelitian ini penulis melakukan simulasi untuk menentukan future spot rate pada tahun 2013. Simulasi ini untuk membantu perusahaan mengambil

(5)

keputusan perlu atau tidaknya kegiatan hedging dilakukan dengan memberikan asumsi kondisi perekonomian Indonesia yang akan membantu penentuan (peramalan) nilai dari kurs Indonesia di masa depan. Menurut Madura (2012) salah satu teknik untuk melakukan peramalan nilai kurs di masa depan dengan teknik peramalan fundamental.

Teknik ini merupakan peramalan yang berdasarkan hubungan fundamental variable- variabel ekonomi yang terkait dengan kurs. Salah satu cara didalam teknik peramalan fundamental yang penulis pakai adalah the fisher effect (IFE). Menurut Madura (2012) The Fisher Effect mengatakan bahwa tingkat bunga nominal di negara manapun akan sama dengan real rate of return yang diinginkan oleh investor (tingkat bunga yang akan mengkompenasasi para investor untuk penundaan konsumsi saat ini atau sekarang) ditambah dengan tingkat inflasi yang diperkirakan (premium untuk menyeimbangkan atau meng-offset kenyataan bahwa inflasi akan menurunkan daya beli dari dana yang diinvestasikan). Teori IFE sangat erat kaitannya dengan teori purchasing power parity (PPP). Dengan kata lain, perbedaan tingkat bunga yang terjadi antara negara dapat disebabkan oleh perbedaaan tingkat inflasi. Dibawah ini di merupakan kerangka pemikiran didalam penelitian ini:

Gambar 2.1 Keranga Pemikiran  

(6)

5   Sumber : Penulis

III. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode ini merupakan penelitian yang mendekatkan analisisnya pada data- data yang bersifat numeric (angka), sehingga dengan penelitian ini akan diketahui gambaran objek penelitian dengan jelas. Hasil dari pengolahan data numeric tersebut akan diolah dan dianalisis untuk ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini perusahaan

(7)

yang akan menjadi objek penelitian adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada industri makanan dan minuman khususnya bumbu penyedap makanan yang melaksanakan kegiatan perdagangan internasional dengan beberapa negara Asia seperti Malaysia dan Cina. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian studi kasus. Menurut Uma Sekaran (2003) studi kasus adalah studi yang dilakukan secara mendalam mengenai analisis kontekstual dalam permasalahan yang terdapat dalam suatu organisasi perusahaan.

Semua data yang diperoleh memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Didalam penelitian ini, terdapat dua jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan peneliti adalah purchasing order PT.XYZ selama periode 2011-2012. Data sekunder diperoleh peneliti dari Bank Indonesia dan Federal Reserve. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dalam mencari sumber data dengan wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data untuk menghitung kewajiban perusahaan jika menggunakan teknik hedging sebagai berikut ;

a) Forward Contract

Nilai Utang = forward rate x nilai utang impor b) Money Market Hedging

1) Menentukan nilai utang impor dalam US Dollar saat jatuh tempo 2) Mencari nilai sekarang (present value) dari utang tersebut

3) Mengkonversi nilai sekarang (present value) dari utang tersebut ke Rupiah, lalu meminjam Rupiah sebesar nilai sekarang dari utang tersebut untuk diinvestasikan ke US Dollar supaya pada saat jatuh tempo dapat menutupi nilai utang impor.

Pinjaman dalam Rupiah = Nilai sekararang dari utang impor x spot rate 4) Membayar pinjaman ditambah dengan buang pada saat jatuh tempo

Jumlah utang yang harus dibayar pada saat jatuh didapat dari rumus : Pinjaman dalam Rupiah x (1 + suku Bunga pinjaman dalam Rupiah untuk 1 bulan)

Setelah melakukan pengolahan data, peneliti akan melakukan analisis dengan melakukan perbandingan perbandingan antara open position dengan masing-masing teknik hedging yaitu forward contract dan money market hedge, serta berapa besar untung dan rugi yang ditanggung oleh perusahaan ketika menggunakan teknik hedging tersebut. Serta memilih strategi yang memiliki hasil total cash outflow paling rendah dalam periode 2011-2012.

(8)

7 IV. PEMBAHASAN

Perusahaan yang dalam kegiatan bisnisnya melakukan transaksi pergadangan internasional dihadapkan pada risiko perubahan nilai tukar. Risiko nilai tukar ini juga dapat dikatakan sebagai biaya yang perusahaan terima dikarenakan fluktuasi nilai tukar suatu mata uang. Perusahaan memiliki pilihan dalam rangka meminimalisasi risiko dari perubahan nilai tukar yaitu tidak melakukan hedging (open position) atau melakukan hedging (forward contract & money market hedge).

Didalam penelitian ini, perusahaan memiliki hutang yang akan jatuh tempo 30 hari setelah tanggal transaksi terjadi. Dengan kata lain, perusahaan dihadapkan dengan risiko perubahan nilai tukar akibat fluktuasi nilai tukar dari tanggal transaksi hingga tanggal jatuh tempo. Pada sub bab ini,diasumsikan perusahaan tidak melakukan hedging dengan kata lain perusahaan akan membayar kewajibannya sesuai spot rate pada saat jatuh tempo. Akan menjadi suatu keuntungan bagi perusahaan jika nilai kurs Rupiah pada saat jatuh tempo mengalami apresiasi terhadap US Dollar sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan. Begitu juga sebaliknya, jika nilai tukar Rupiah pada saat jatuh tempo mengalami depresiasi terhadap US Dollar maka perusahaan membutuhkan lebih banyak Rupiah untuk membayar kewajibannya didalam mata uang US Dollar. Transaksi pada PT. XYZ pada periode tahun 2011-2012 dengan menggunakan teknik open position menghasilkan total cash outflow sebesar Rp. 7.602.533.464,-

Tabel 4.1

Perhitungan Nilai Hutang Impor PT. XYZ yang Jatuh Tempo 30 Hari Selama Periode Tahun 2011-2012 dengan Open Position

No Tanggal Transaksi

Nilai Hutang Impor (USD)

Tanggal Jatuh Tempo

Spot Rate Jatuh Tempo

Nilai Hutang Impor Open Position (Rp) 1 15/07/2011 18,519.60 14/08/2011 8,584 158,972,246 2 19/09/2011 112,919.40 18/10/2011 8,904 1,005,434,338 3 18/11/2011 58,679.00 18/12/2011 9,080 532,805,320 4 16/01/2012 71,922.80 15/02/2012 9,085 653,418,638 5 30/01/2012 56,997.00 29/02/2012 9,130 520,382,610 6 08/02/2012 19,470.00 09/03/2012 9,179 178,715,130 7 08/05/2012 135,514.30 07/06/2012 9,422 1,276,815,735 8 26/07/2012 19,731.00 25/08/2012 9,552 188,470,512 9 10/09/2012 58,679.00 10/10/2012 9,646 566,017,634 10 17/09/2012 134,915.90 17/10/2012 9,633 1,299,644,865 11 13/12/2012 68,717.00 12/01/2013 9,708 667,104,636 12 18/12/2012 56,997.00 18/01/2013 9,733 554,751,801 Jumlah 813,062.00 7,602,533,464     Sumber : Data Transaksi PT. XYZ, diolah penulis.

(9)

Pada pembahasan sebelumnya, perusahaan menghadapi risiko fluktuasi nilai tukar dengan tidak melakukan hedging (open position). Risiko fluktuasi nilai tukar dapat diantispasi dengan teknik hedging salah satunya adalah forward contract. Dengan teknik ini pun, PT. XYZ dapat memperoleh kepastian berapa jumlah hutang impor yang harus dibayar pada saat jatuh tempo. Seperti yang kita ketahui, Rupiah merupakan bagian dari soft currency. Penggunaan teknik ini ditujukan juga untuk mengantisipasi apabila kurs Rupiah terdepresiasi terhadap US Dollar cukup signifikan. Dengan teknik forward contract perusahaan dapat memperoleh kepastian nilai tukar yang digunakan terlepas dari kurs Rupiah terdepresiasi/terapresiasi pada saat jatuh tempo.

PT. XYZ dengan teknik ini perlu melakukan suatu kesepakatan dengan bank devisanya tentang nilai tukar yang digunakan PT. XYZ untuk membeli sejumlah Dollar yang dibutuhkan untuk membayar hutang saat jatuh tempo. Baik PT. XYZ maupun bank devisa tersebut memiliki kewajiban untuk menyelesaikan perjanjian tersebut pada saat jatuh tempo. Perusahaan dapat melakukan penghematan atas dana yang dimiliki jika nilai spot rate pada saat jatuh tempo lebih besar dari forward rate yang telah ditentukan. Dengan menggunakan forward contract ini, maka perusahaan dapat mengetahui secara pasti kurs yang digunakan di masa yang akan datang, sehingga nilai hutang impor yang dibayar pada saat jatuh tempo. Hal ini pun membuat PT. XYZ dapat memiliki arus kas yang lebih pasti. Dibawah ini merupakan hasil perhitungan total hutang impor yang harus dibayar perusahaan pada saat jatuh tempo dengan menggunakan teknik forward contract selama periode 2011-2012. Transaksi pada PT.

XYZ pada periode tahun 2011-2012 dengan menggunakan teknik forward contract menghasilkan total cash outflow sebesar Rp. 7.591.688.217,88.,-

Tabel 4.2

Perhitungan Nilai Hutang Impor PT. XYZ yang Jatuh Tempo 30 Hari Selama Periode Tahun 2011-2012 dengan Forward Contract  

(10)

9

No Tanggal Transaksi

Nilai Hutang Impor (USD)

Forward Rate

Nilai Hutang Impor Forward Contract (Rp) 1 15/07/2011 18,519.60 8,628.11 159,789,145.96 2 19/09/2011 112,919.40 8,898.34 1,004,795,213.80 3 18/11/2011 58,679.00 9,145.34 536,639,405.86 4 16/01/2012 71,922.80 9,266.95 666,504,991.46 5 30/01/2012 56,997.00 9,074.77 517,234,665.69 6 08/02/2012 19,470.00 9,075.83 176,706,410.10 7 08/05/2012 135,514.30 9,309.78 1,261,608,319.85 8 26/07/2012 19,731.00 9,585.07 189,123,016.17 9 10/09/2012 58,679.00 9,676.42 567,802,649.18 10 17/09/2012 134,915.90 9,542.11 1,287,382,358.55 11 13/12/2012 68,717.00 9,737.27 669,115,982.59 12 18/12/2012 56,997.00 9,737.11 554,986,058.67 Jumlah 813,062.00 7,591,688,217.88  

 

Sumber : Data Transaksi PT. XYZ, diolah penulis.

Penggunaan teknik hedging dalam rangka meminimalisasi risiko fluktuasi nilai tukar sangat perlu dilakukan oleh perusahaan sebagai bagian dalam menjalankan manajemen resiko. Teknik money market hedge pada dasarnya adalah teknik hedging yang dilakukan dengan cara melakukan pinjam meminjam dua mata uang yang berbeda. PT. XYZ meminjam lokal untuk membayar hutang dan mengkonversikanya ke valuta asing serta menginvestasikan mata uang asing tersebut hingga hutangnya jatuh tempo. Lalu, hutang yang sudah jatuh tempo dibayarkan dengan mata uang asing yang telah diinvestasikan hingga tanggal jatuh tempo hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Secara tidak langsung, perusahaan melakukan investasi dengan selisih antara suku bunga nilai tukar Rupiah dan US Dollar menjadi salah satu indikator untuk menentukan berapa total cash yang didapat dari hasil investasi untuk membayar kewajiban atas hutang yang jatuh tempo tersebut. Dibawah ini merupakan hasil perhitungan total hutang impor yang harus dibayar perusahaan pada saat jatuh tempo dengan menggunakan teknik money market hedge selama periode 2011-2012.

Transaksi pada PT. XYZ pada periode tahun 2011-2012 dengan menggunakan teknik money market hedge menghasilkan total cash outflow sebesar Rp. 7.532.176.571,90,-.

Tabel 4.3

Perhitungan Nilai Hutang Impor PT. XYZ yang Jatuh Tempo 30 Hari Selama Periode Tahun 2011-2012 dengan Money Market Hedge  

(11)

No Tanggal Transaksi

Nilai Hutang Impor (USD)

Spot Rate

Transaksi Nilai Hutang (Rp) 1 15/07/2011 18,519.60 8,580 160,535,964.90 2 19/09/2011 112,919.40 8,849 996,290,060.90 3 18/11/2011 58,679.00 9,100 531,925,246.80 4 16/01/2012 71,922.80 9,221 659,998,135.50 5 30/01/2012 56,997.00 9,030 512,197,963.30 6 08/02/2012 19,470.00 9,033 174,905,606.90 7 08/05/2012 135,514.30 9,266 1,249,509,234.00 8 26/07/2012 19,731.00 9,540 187,401,678.80 9 10/09/2012 58,679.00 9,631 562,435,928.30 10 17/09/2012 134,915.90 9,497 1,275,171,413.00 11 13/12/2012 68,717.00 9,691 672,291,459.80 12 18/12/2012 56,997.00 9,691 549,513,879.70 Jumlah 813,062.00 7,532,176,571.90  

 

Sumber : Data Transaksi PT. XYZ, diolah penulis.

PT. XYZ dalam menjalankan kegiatan bisnis memerlukan valas sebagai alat transaksi kepada pemasok. Fluktuasi nilai tukar menjadi risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan. Penggunaan teknik hedging adalah salah satu tindakan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan manajemen resiko. Tujuan penggunaan teknik hedging sendiri ditujukan agar manajemen mendapat kepastian cash flow yang harus dikeluarkan untuk membayar hutang impor yang menggunakan valas. Dalam pengunaan teknik hedging banyak faktor yang mempengaruhi seperti forward rate yang sangat bergantung pada fluktuasi nilai tukar suatu mata uang, tingkat suku bunga deposito USD, tingkat suku bunga pinjaman Rupiah dan lain-lain.

Penggunaan teknik hedging dengan forward contract akan menjadi strategi yang tepat apabila Rupiah mengalami depresiasi terhadap US Dollar pada saat hutang valas jatuh tempo sehingga spot rate jatuh tempo lebih besar daripada forward rate.

Dalam penggunaan teknik forward contract, perusahaan memiliki kewajiban untuk meralisasikan perjanjian kontraknya dengan bank devisa walaupun penggunaan forward contract tersebut akan merugikan perusahaan. Pada tahun 2011-2012 jika dibandingkan dengan teknik open position perusahaan akan lebih efisien jika menggunakan teknik forward contract sebagai teknik yang baik untuk meminimalisasi risiko fluktuasi nilai tukar. Hal ini dapat dilihat, jika perusahaan dapat menghemat sebesar Rp. 10.845.246,43 pada periode tersebut. Hal ini didorong dari beberapa hasil perhitungan forward rate yang dihasilkan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan spot rate saat jatuh tempo. Selain memberikan keuntungan bagi perusahaan, di satu sisi perusahaan memiliki cash flow yang lebih pasti dengan penggunaan forward rate

(12)

11 yang telah ditetapkan melalui kesepakatan perusahaan dengan bank devisa sehingga dapat membantu dalam pencatatan laporan keuangan.

Setelah melihat perbandingan antara teknik open position dengan forward contract, dibawah ini peneliti memberikan gambaran perbandingan antara teknik open position dengan teknik hedging money market hedge. Teknik money market hedge dapat membantu dalam rangka mengantisipasi posisi penerimaan dan pengeluaran di masa yang akan datang. Penggunaan teknik ini membuat perusahaan memiliki biaya hedge yang timbul dari perbedaan tingkat bunga antar kedua mata uang. Jika perusahaan menggunakan teknik money market hedge maka total hutang impor yang harus dibayar selama periode 2011-2012 adalah sebesar Rp 7.532.176.571,90. Teknik money market hedge memberikan penghematan yang lebih besar dibandingkan dengan teknik forward contract dikarenakan perbedaan tingkat suku bunga kredit dan deposito. Tingkat bunga kredit Rupiah selama periode tersebut mengalami penurunan sehingga hal ini mendorong meningkatnya kredit dibank dikarenakan biaya yang dikenakan kepada peminjam menjadi lebih murah. Dan disisi lain, jika kita melakukan simpanan melalui deposito berjangka dalam mata uang USD pada saat itu tingkat return memiliki peningkatan selama periode tersebut walaupun tidak signifikan. Teknik ini membuat perusahaan disatu sisi melakukan investasi atas dana perusahaan dengan tingkat bunga sebagai salah satu pertimbangan return yang akan diterima oleh perusahaan.

Jadi didalam pembahasan ini, dapat kita ambil kesimpulan bahwa penggunaan teknik hedging menjadi salah satu yang efektif dan efisien bagi perusahaan didalam meminimalisasi risiko perubahan nilai tukar. Hal ini terlihat pada tabel 4.3, dimana penggunaan teknik hedging dapat memberikan penghematan dan saving bagi perusahaan dibandingkan dengan tidak melakukan hedging. Diantara teknik forward contract dan money market hedge, teknik yang paling efisien dan efektif adalah teknik money market hedge.

Tabel 4.3

Perbandingan Perhitungan Nilai Hutang Impor PT. XYZ Dengan Teknik Open Position, Forward Contract dan Money Market Hedge  

(13)

7,532,176,571.90

7,602,533,464.3 - 7,591,688,217.875 = 10,845,246 7,602,533,464.3 - 7,532,176,571.9 = 70,356,892 Total Hutang (Rp) Efisiensi (Inefisiensi) yang dihasilkan jika

dibandingkan dengan open position ( Rp) Teknik

Open Position Forward Contract Money Market

Hedge

7,602,533,464.30

7,591,688,217.88

   

  Sumber : Penulis

Pada kesempatan ini akan ditampilkan simulasi perbandingan antara teknik open position dan forward contract untuk transaksi 10 Juni 2013. Adapun tujuan utama dilakukan simulasi ini adalah sebagai gambaran bagi perusahaan dalam membandingkan kedua teknik diatas dan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam mengambil keputusan dalam memilih teknik hedging dengan tingkat yang diyakini perusahaan.

Data dan informasi pada 10 Juni 2013 adalah

• Hutang yang jatuh tempo 10 Juli 2013 : $ 135.514,30

Forward rate : Rp 9.903.94/USD

Probabilita yang digunakan peneliti merupakan estimasi peneliti terhadap kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2013 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Probabilita Kondisi Perekonomian Indonesia

 

 

Sumber : Penulis

Adapun probabilta proyeksi kondisi ekonomi Indonesia didasari oleh beberapa hal yang akan penulis bahas. Tahun 2013 merupakan tahun yang cukup krusial bagi Indonesia karena tahun 2013 adalah masa transisi menjelang Pemilu 2014 ditengah intaian krisis ekonomi global yang terjadi di beberapa negara yang dampaknya sewaktu-waktu dapat menerpa ekonomi Indonesia. Masa transisi ini terkadang

Kondisi Probabilita

Baik 20%

Normal 50%

Kurang Baik 30%

(14)

13 membuat membuat para pihak tidak dapat fokus dalam menjalankan tugasnya dalam roda pemerintahan yang dapat berdampak pada roda perekonomian Indonesia. Dalam konteks ekonomi politik, setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah berkaitan dengan ekonomi tahun ini dapat berpengaruh terhadap pamor suatu partai pada pesta demokrasi tahun depan. Selain faktor dari dalam negeri, faktor internasional pun dapat menekan perekonomian Indonesia melalu perdagangan, investasi asing maupun pasar keuangan yang akan mempengaruhi iklim yang kondusif bagi bisnis dan investasi di dalam negeri.

Berdasarkan pendapat diatas maka penulis menetapkan probabilita 20%

kondisi perekonomian Indonesia akan berada dilevel yang baik. Selanjutnya, Penulis juga menetapkan probabilita 50% kondisi perekonomian Indonesia akan berada dilevel normal (sedang). Terakhir, Penulis menetapkan probabilita 30% kondisi perekonomian Indonesia akan berada dilevel yang kurang baik. Penetapan probabilita dimaksudkan untuk menghitung real cost of hedging. Dengan data dan informasi diatas, dapat dihitung hasil yang akan diperoleh dari teknik open position, forward contract dan money market hedge berapa Rupiah yang diperlukan perusahaan untuk membayar hutang impor pada tanggal 10 Juni 2013 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Perhitungan Future Spot Rate (Expected)

6 0.060 1.06 1.0006 1.059364381 0.059364 9500 1.059364 10,063.96 5.75 0.045 1.0575 1.00045 1.057024339 0.057024 9500 1.057024 10,041.73 6.25 0.050 1.0625 1.0005 1.061969015 0.061969 9500 1.061969 10,088.71

Ih (1+ef) Expected

Spot Rate S

Ef (1+Ih)/(1+If) 1+If

If 1+Ih

Sumber : Perhitungan Penulis

Tabel 4.6

Perhitungan Real Cost of Hedging Expected

S pot Rate Probabilita Cost with Hedging Cost without

Hedging Difference RCHp

10,063.96

20% 1,342,125,496.34 1,363,810,714.57 (21,685,218.23) (4,337,043.65) 10,041.73

50% 1,342,125,496.34 1,360,798,177.20 (18,672,680.85) (9,336,340.43) 10,088.71

30% 1,342,125,496.34 1,367,163,883.68 (25,038,387.34) (7,511,516.20) (21,184,900.27) Real Cost of Hedging Payable

Sumber : Perhitungan Penulis

(15)

Berdasarkan perhitungan diatas nilai dari Real Cost of Hedging Payable (RHCp) menghasilkan nilai negatif. Nilai negatif ini menggambarkan bahwa sebaiknya perusahaan melakukan hedging untuk meminimalisasi resiko fluktuasi nilai tukar. Hal ini didukung berdasarkan perhitungan kondisi pasar pada saat simulasi mata uang Rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang US Dollar. Perhitungan diatas merupakan hasil dari jika perusahaan diasumsikan menggunakan teknik open position dimana total cash outflow yang dihasilkan sebesar Rp 1.363.810.714,57,-. Adapun perhitungan dari teknik hedging forward contract dan money market hedge menggunakan langkah-langkah yang terdapat didalam metode penelitian.

Tabel 4.7

Perbandingan Hasil Feasibility Analysis of Hedging

Probabilita Forward Contract Money Market Hedge Cost without Hedging 20% 1,342,125,496.34 1,329,610,544.00 1,363,810,714.57 50% 1,342,125,496.34 1,329,610,544.00 1,360,798,177.20 30% 1,342,125,496.34 1,329,610,544.00 1,367,163,883.68 Sumber : Perhitungan Penulis

Berdasarkan perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, dapat kita lihat pada tabel 4.12, Strategi hedging dengan teknik money market hedge adalah strategi yang paling efektif dibandingkan dengan strategi lain. Hal ini dikarenakan teknik money market hedge merupakan teknik yang baik bagi perusahaan dalam meminimalisasi nilai tukar dan sekaligus memberikan penghematan kepada perusahaan. Terlihat dari total cash outflow jika perusahaan menggunakan teknik money market hedge membutuhkan lebih sedikit Rupiah dibandingkan teknik lain. Hal ini juga dipengaruhi oleh proyeksi nilai tukar Rupiah terhadap USD dengan melihat analisa proyeksi keadaan kondisi perekonomian Indonesia ditahun 2013. Ketidakpastian kondisi perekonomian global yang mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri membuat perusahaan memiliki risiko dalam melakukan pembayaran menggunakan valas. Maka dari itu, penggunaan strategi hedging oleh perusahaan merupakan strategi yang efektif untuk meminimalisasi risiko.

 

(16)

15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis perbandingan dan pembahasan yang dilakukan mengenai penggunaan teknik open position, forward contract dan money market hedge terhadap impor perusahaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Total cash outflow yang dihasilkan oleh PT. XYZ untuk membayar hutang valas pada periode 2011-2012 jika menggunakan teknik open position adalah Rp. 7.602.533.464,00.

2. Total cash outflow yang dihasilkan oleh PT. XYZ untuk membayar hutang valas pada periode 2011-2012 jika menggunakan teknik forward contract adalah Rp. 7.591.688.217,88. Maka dapat dilihat jumlah yang harus dibayar PT. XYZ menjadi lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan teknik open position. Sehingga penerapan teknik forward contract memberikan penghematan sebesar Rp 10.845.246,43 pada periode 2011-2012 terhadap teknik open position.

3. Total cash outflow yang dihasilkan oleh PT. XYZ untuk membayar hutang valas pada periode 2011-2012 jika menggunakan teknik money market hedge adalah Rp. 7.532.176.571,90 . Maka dapat dilihat jumlah yang harus dibayar PT. XYZ menjadi lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan teknik open position. Sehingga penerapan teknik money market hedge memberikan penghematan sebesar Rp. 70.356.892,40 pada periode 2011- 2012 terhadap teknik open position.

4. Berdasarkan teknik feasibility analysis dapat diketahui bahwa dibandingkan dengan teknik forward contract, teknik money market hedge memberikan penghematan yang lebih besar.

Selain itu dalam perhitungan feasibility analysis pada bulan Juni 2013, penggunaan teknik money market hedge menghasilkan penghematan yang lebih besar dibandingkan teknik open position maupun forward contract. Hal ini dikarenakan sebagai berikut ;

a. Nilai tukar Rupiah yang cenderung melemah terhadap USD.

b. Berdasarkan perhitungan feasibility analysis dapat diketahui bahwa beban biaya yang harus dikeluarkan dengan teknik forward contract lebih rendah. Hal ini tercermin dari real cost of hedging yang bernilai negatif yang mengartikan bahwa pada kondisi penelitian teknik

(17)

hedging dengan forward contract memiliki beban biaya yang lebih rendah.

Maka berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penerapan teknik open position pada periode penelitian akan memberikan beban yang lebih besar dibandingkan teknik forward contract maupun money market hedge. Pengunaan teknik open position akan efektif jika nilai tukar rupiah mengalami penguatan.

Berdasarkan pembahasan dan beberapa masalah yang dijumpai dalam penelitian ini, peneliti ini memberikan saran sebagai berikut ;

1) Bagi manajerial perusahaan, kegiatan hedging ini diperlukan oleh perusahaan dalam rangka meminimalisasi nilai tukar. Hal ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan pelaksanaan manajemen risiko agar dapat membantu perusahaan untuk mengurangi beban atas risiko yang dihadapi.

2) Bagi akademisi, penelitian tentang hedging alangkah baiknya dapat diperluas lagi pembahasannya dengan menggunakan teknik hedging lain seperti swap, option market hedge dan lain lagi. Serta berkaitan dengan analysis feasibility of hedging, probabilita kondisi perekonomian Indonesia agar disesuaikan dengan kondisi terkini dan berikan alasan dan fenomena yang mendukung fakta tentang kondisi perekonomian saat itu.

                     

(18)

17 DAFTAR PUSTAKA

 

Anwar, Andi Baharuddin. 2008. Analisa Perbandingan Teknik Hedging Dalam Menilai Hutang Valas Studi Kasus pada PT.PLN. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Indonesia.

Eiteman, D.K., Stonehill, A.I., Moffet, M.H., 2007. Multinational Business Finance.

Eleventh Edition. USA : Pearson Addison Westley.

Eun, C.S., Resnick, B.G., 2011. International Financial Management. Sixth Edition.

USA : McGraw-Hill.

Madura, Jeff . 2012. International Financial Management. Eleventh Edition.

Cincinati, Ohio : Western College Publishing.

Meillyani, Ade. 2006. Analisa Perbandingan Penggunaan Forward Contract Hedging Dengan Money Market Hedge Terhadap Hutang Impor Studi Kasus PT. X. Tesis Program Pascasarjana. Universitas Indonesia Sekaran, Uma.2003. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Salemba Empat.

Sujana., Zuhdi, Saefudin., Purwitayani. 2006. Teknik Analisis Forward Contract Hedging dengan Money Market Hedging Dalam Meminimalisasi Tingkat Resiko Kerugian (Studi Kasus Pada PT. Elang Perdana Tyre Industry).

Jurnal Ilmiah Ranggagading. Volume VI Nomor.1 Tahun 2006. Sekolah Tinggi Ekonomi Kesatuan Bogor.

Titman, S., Keown, A.J., Martin, J.D. 2010. Financial Management. Eleventh Edition. USA : Pearson

Sumber : www.kemenperin.go.id

 

Referensi

Dokumen terkait

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada

Current Ratio Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

Menurut Khasmir(2012 : 132) Rasio Lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada

test, tidak ada perbedaan rata-rata nilai hutang impor perusahaan jika menggunakan teknik money market hedging dengan open position. 3) Jika teknik currency option

open position , dengan selisih sebesar Rp 12.035.453. Berdasarkan uji beda T- test, tidak ada perbedaan rata-rata nilai hutang impor perusahaan jika menggunakan teknik

Namun, jika di kemudian hari mata uang Rupiah menguat terhadap USD yang menyebabkan kurs forward menjadi lebih tinggi dari kurs saat jatuh tempo, maka pemerintah

Utang jangka panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk

Pemilik Call Option yang telah jatuh tempo hanya merugi sebatas call premium (yaitu, harga pembelian opsi) yang mereka bayar pada awalnya. Suatu Currency