ANALISIS BEKISTING DAN SHORING PADA PEKERJAAN PIER HEAD PROYEK PEMBANGUNAN ELEVATED TRANSYOGI KOTA
BOGOR PROVINSI JAWA BARAT
TUGAS AKHIR
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Program Studi Teknik Konstruksi Sipil di
Jurusan Teknik Sipil
Oleh:
CELLIN MEILINA NIM. 161121009
YUNI KURNIASIH P NIM. 161121033
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2019
Scanned by CamScanner
ABSTRAK
Sistem shoring dan bekisting merupakan salah satu struktur sementara yang sangat penting dalam suatu proses konstruksi beton. Pada penggunaannya bekisting dan sistem shoring sangat berkaitan, terutama untuk konstruksi struktur beton yang mempunyai ketinggian, seperti pada proyek pembangunan Jalan Tol Cimanggis – Cibitung Seksi 2. Bekisting yang digunakan sebagai cetakan beton ditopang menggunakan sistem shoring sampai beton mampu menahan beratnya sendiri. Oleh karena itu dalam pengguna sistem shoring dan bekisting harus sesuai dengan spesifikasi dan terjamin kekuatan, kekakuan, dan kestabilannya.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengevaluasi sistem shoring dan bekisting pada pembangunan konstruksi pier head titik P26 Proyek Jalan Tol Cibitung – Cimanggis Seksi 2. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kekakuan , dan stabilitas dari sistem shoring dan bekisting berdasarkan ketentuan dari SNI 1729:2015 untuk sistem shoring, dan ACI 347R-14 untuk bekisting. Penggunaaan bantuan software SAP 2000 untuk bekisting dan software MIDAS untuk sistem shoring bertujuan untuk mempermudah evaluasi dengan mendapatkan hasil outut gaya-gaya dalam dan deformasi yang terjadi pada struktur.
Deformasi yang terjadi disebabkan oleh adanya lendutan dimana persyaratan lendutan adalah 𝛿 ≤ 𝛿 . Nilai CBR pada tanah dasar serta kekuatan beton sleeper dan pelat baja sebagai tumpuan leg shoring juga diperhitungkan kekuatannya.
Untuk komponen struktur yang tidak memenuhi persyaratan maka disarankan untuk memperbesar dimensi. Metode pelaksanaan pier head juga dijelaskan, dimulai dari pemasangan sistem shoring sampai curing beton pier head.
Dari hasil analisa yang dilakukan, desain sistem shoring sudah memnuhi syarat ketentuan SNI 1729:2015, sedangkan untuk bekisting disarankan untuk dilakukan penambahan tebal pelat terutama untuk bagian dinding bekisting karena nilai 𝛿 ≥ 𝛿 .
Kata kunci: Evaluasi, Elevated, Shoring, LRFD
ABSTRACT
Shoring and formwork system is one of the temporary structures that is very important in a concrete construction process. The formwork and the shoring system are closely related, especially for the construction of high-rise concrete structures, such as the Cimanggis - Cibitung Toll Road Section 2. The formwork used as a concrete mold is supported using a shoring system until the concrete is able to withstand its own weight. Therefore in shoring and formwork system users must be in accordance with specifications and guaranteed strength, rigidity, and stability.
The purpose of this thesis is to evaluate the shoring and formwork system in the construction of pier head point P26 Cibitung - Cimanggis Toll Road Project Section 2. Evaluation is carried out to determine the strength, rigidity, and stability of the shoring and formwork system based on the provisions of SNI 1729: 2015 for the shoring system, and ACI 347R-14 for formwork. The use of SAP 2000 software assistance for formwork and MIDAS software for shoring systems aims to facilitate evaluation by getting the results of the forces in depth and the deformation that occurs in the structure. Deformation that occurs is caused by deflection where
deflection requirements are 𝛿 ≥ 𝛿 . The CBR value in the subgrade and the strength of the sleeper concrete and steel plate as the leg shoring foundation are also taken into account. For structural components that do not meet the requirements, it is advisable to increase the dimensions. The method for implementing pier head is also explained, starting from the installation of the shoring system to curing the pier head concrete.
From the results of the analysis conducted, the design of the shoring system has fulfilled the requirements of SNI 1729: 2015, while for formwork it is recommended to add plate thickness especially for the formwork wall part because
the value is 𝛿 ≥ 𝛿 .
Keywords: Evaluation, Elevated, Shoring, LRFD
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih dan karuni-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul
“Analisis Bekisting dan Shoring pada Pekerjaan Pier Head Proyek Pembangunan Elevated Transyogi Kota Bogor Provinsi Jawa Barat”.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung. Laporan ini berisi teori, analisis yang dilakukan pada beksiting dan shoring. Pada kesempatan ini penyusun berterimakasih pada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu:
1. Bapak Krish Madyono H. Dipl.Ing.HTL, MT. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ujang Ruslan, ST, MT. selaku dosen pembimbing II dalam penyusunan Tugas Akhir atas arahan, saran dan waktu yang telah diberikan.
2. Bapak Susilahadi dan Bapak Tatang selaku dosen peguji dalam seminar Tugas Akhir.
3. PT. Waskita Karya Persero dan PT. Binangkit Baja Mulya yang telah mengizinkan dan memberikan data-data yang diperlukan dalam penyusunan Tugas Akhir.
4. Semua rekan – rekan D3-Kontsruksi Sipil-A atas bantuan dan motivasinya.
5. Orang tua penyusun yang senantiasa mendoakan serta mendukung, baik secara moril maupun materil
6. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penyusun berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bandung, Juli 2019 Penyusun
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR ISTILAH ... xi
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Tujuan ... 2
I.3. Ruang Lingkup ... 2
I.4. Lokasi Pengamatan ... 2
BAB II ... 1
DASAR TEORI ... 1
II.1. Bekisting ... 1
II.2. Shoring ... 6
II.3. Material Bekisting dan Shoring ... 9
II.4. Load Resistence Factor Design (LRFD)... 9
II.5. Analisis Kapasitas Struktur Baja ... 11
II.6. Analisis Lendutan Stuktur Baja ... 29
II.7. Landasaan Shoring ... 30
II.8. Tanah Dasar ... 32
BAB III ... 1
METODELOGI ... 1
III.1. Uraian Umum ... 1
III.2. Studi Literatur ... 1
III.3. Pengumpulan Data ... 1
III.4. Pemodelan ... 2
BAB IV ... 1
v
ANALISIS DAN PERHITUNGAN ... 1
IV.1. Data Konstruksi ... 1
IV.2. Pembebanan... 12
IV.3. Analisis Kinerja Bekisting Terhadap Tekanan Beton Segar dengan Bantuan Software SAP 2000... 15
IV.3.1. Analisis Lendutan Bekisting ... 15
IV.3.2. Analisis Kapasitas Penampang Elemen Bekisting ... 19
IV.1. Analisis Kinerja Shoring Terhadap Beban Ultimate yang Bekerja dengan Bantuan Software Midas ... 32
IV.5. Analisis Gaya Geser Pons Sleeper Beton ... 67
IV.7.Analisis Daya Dukung Tanah ... 68
IV.8.Metode Pelaksanaan ... 69
BAB V ... 10
KESIMPULAN DAN SARAN ... 10
V.1. Kesimpulan ... 10
V.2. Saran ... 12
DAFTAR PUSTAKA... 13
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Shoring
Lampiran 2 Gambar Aktual dan Pemodelan
Lampiran 3 Output Bekisting
Lampiran 4 Reaction
Lampiran 5 Beam Force
Lampiran 6 Displacement
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1. Peta Pulau Jawa ... 3
Gambar I. 2. Peta Jalan Tol Jabodetabek. ... 3
Gambar I. 3. Tampak Atas Elevated Transyogi ... 1
Gambar I. 4. Layout Elevated Transyogi ... 1
Gambar I. 5. Potongan A-B ... 8
Gambar I. 6. Potongan Melintang Pier Head P26 ... 8
Gambar II. 1. Bagian Bekisting Dinding ... 2
Gambar II. 2. Komponen Dasar Bekisting di Atas Ketinggian. ... 2
Gambar II. 3. Bagian-bagian bekisting ... 3
Gambar II. 4. Tekanan lateral beton. ... 5
Gambar II. 5. Vario GT 24. ... 7
Gambar II. 6. PD8. ... 7
Gambar II. 7. Truss T50. ... 8
Gambar II. 8. Roro Shoring ... 8
Gambar II. 9. Batang Tarik ... 11
Gambar II. 10. Luas Penampang Bersih. ... 13
Gambar II. 11. Batang Tekan. ... 14
Gambar II. 12. Distribusi Tegangan Sesuai Tahapan Mekanisme Luluh Baja... 20
Gambar II. 13 Tekuk Lateral Akibat Momen Lentur... 21
Gambar II. 14. Grafik Hubungan antara Jarak Sokong dengan Momen Nominal ... 22
Gambar II. 15. Kelengkungan pada Balok ... 23
Gambar II. 16. Penyebaran momen pada elemen balok tanpa sokong samping ... 24
Gambar II. 17 Tekuk Lokal Akibat Momen Lentur... 25
Gambar II. 18. Momen Nominal sebagai Fungsi dari Kondisi Penmpang Flens Tekan. 25 Gambar II. 19. Diagram Tegangan Geser pada Penampang Profil ... 27
Gambar II. 20 Jarak antar pengaku transversal ... 29
Gambar II. 21. Geser Pons pada Sleeper Beton ... 30
Gambar III. 1. Pemodelan Frame Shoring Atas ... 3
Gambar III. 2. Pemodelan Transfer Beam... 3
Gambar III. 3. Pemodelan Main Beam ... 3
Gambar III. 4. Pemodelan Middle Beam... 3
Gambar III. 5. Pemodelan Beam Shore ... 4
Gambar III. 6. Pemodelan Base Shore ... 4
Gambar III. 7. Diagram Alir Pemodelan Bekisting dengan SAP 2000 ... 5
Gambar III. 8. Diagram Alir Pemodelan Shoring dengan Midas... 6
Gambar III. 9. Diagram Alir Pemodelan Shoring dengan Midas... 6
Gambar IV. 1 Potret Pier Head P26. ... 1
viii
Gambar IV. 2. Dimensi Pier head P26... 2
Gambar IV. 3. Denah Bekisting P26. ... 3
Gambar IV. 4. Potongan 1-1 Bekisting Backwall Pier Head P26. ... 3
Gambar IV. 5. Dimensi Dinding Bekisting Corbel dan Backwall ... 3
Gambar IV. 6. Tampak Bawah Potongan Lantai Bekisting ... 4
Gambar IV. 7. Potret Lantai Bekisting Tampak Bawah. ... 4
Gambar IV. 8 Bekisting Backwall ... 5
Gambar IV. 9. Bekisting Corbell ... 5
Gambar IV. 10. Potongan Memanjang Sistem Shoring ... 8
Gambar IV. 11. Plan Sleeper ... 11
Gambar IV. 12 Tekanan Lateral pada Dinding Bekisting ... 14
Gambar IV. 13 Tekanan Lateral Pada Dinding Bekisting ... 15
Gambar IV. 14 Lendutan Pada Lantai Bekisting ... 16
Gambar IV. 15. Grid Pemodelan Dinding Bekisting ... 17
Gambar IV. 16 Grid Pemodelan Dinding Bekisting ... 17
Gambar IV. 17. Penampang T Lantai Bekisting ... 19
Gambar IV. 18. Diagram Geser Pada Sheat (lantai bekisting) ... 21
Gambar IV. 19. Diagram Geser Pada Sheat (lantai bekisting) ... 23
Gambar IV. 20. Penampang T Dinding Bekisting ... 24
Gambar IV. 21. Wale Dinding Bekisting ... 28
Gambar IV. 22. Diagram Geser Pada Sheat (dinding bekisting)... 29
Gambar IV. 23. Diagram Geser Pada Sheat (dinding bekisting)... 31
Gambar IV. 24. Push Pull Dan Kicker Brace (Dinding Bekisting) ... 31
Gambar IV. 25. Rekasi Tumpuan Dinding Bekisting pada Push Pull Dan Kicker Brace ... 32
Gambar IV. 26. Lendutan maksimum pada baseform... 33
Gambar IV. 27. Nilai lendutan pada baseform ... 33
Gambar IV. 28. Bentuk Lendutan Transfer Beam ... 34
Gambar IV. 29. Bentuk Lendutan Main Beam. ... 34
Gambar IV. 30. Bentuk Lendutan Middle Beam. ... 35
Gambar IV. 31. Bentuk Lendutan Beam Shore... 35
Gambar IV. 32. Penurunan pada Base Shore ... 35
Gambar IV. 33. Primary beam ... 36
Gambar IV. 34. Diagram momen lentur pada primary beam... 38
Gambar IV. 35. Diagram Geser Pada Primary Beam ... 39
Gambar IV. 36. Secondary Beam ... 40
Gambar IV. 37. Diagram Momen Lentur pada Secondary Beam ... 42
Gambar IV. 38. Diagram Geser pada Secondary Beam ... 43
Gambar IV. 39. Base Form ... 43
Gambar IV. 40. Informasi Tekan Maksimum pada Base Form ... 45
Gambar IV. 41. Brace Form ... 46
Gambar IV. 42. Brace Form tarik ... 46
Gambar IV. 43. Brace Form Tekan ... 47
Gambar IV. 44. Informasi Tarik Maksimum pada Brace Form ... 48
Gambar IV. 45. Informasi Tekan Maksimum pada Brace Form ... 50
Gambar IV. 46. Transfer Beam ... 51
Gambar IV. 47. Diagram Momen Lentur pada Transfer Beam ... 53
ix
Gambar IV. 48. Diagram Geser pada Transfer Beam ... 54
Gambar IV. 49. Main Beam... 54
Gambar IV. 50. Diagram Momen Lentur pada Main Beam ... 56
Gambar IV. 51. Diagram Geser pada Main Beam ... 57
Gambar IV. 52. Main Beam... 58
Gambar IV. 53. Diagram Momen Lentur pada Middle Beam ... 59
Gambar IV. 54. Diagram Geser pada Middle Beam ... 60
Gambar IV. 55. Main Beam... 61
Gambar IV. 56. Diagram Lentur pada Beam Shore ... 62
Gambar IV. 57. Diagram Geser pada Beam Shore ... 63
Gambar IV. 58. Base Shore ... 64
Gambar IV. 59. Informasi Tekan Maksimum pada Base Shore ... 66
Gambar IV. 60. Geser Dua Arah pada Sleeper ... 67
Gambar IV. 61. Uji CBR Lapangan ... 71
Gambar IV. 62. Pemadatan Tanah Dasar... 71
Gambar IV. 63. Lean Concrete sebagai Lantai Kerja Shoring ... 72
Gambar IV. 64. Sleeper Beton... 72
Gambar IV. 65. Surveying... 1
Gambar IV. 66. Marking ... 1
Gambar IV. 67. Pemasangan Pipa Duct Strand. ... 3
Gambar IV. 68. Ilustrasi Pemasangan Bekisting Tahap 1 ... 3
Gambar IV. 69. Pembersihan Menggunakan Air Compressor ... 4
Gambar IV. 70. Ilustrasi Pengecoran Tahap 1 ... 5
Gambar IV. 71. Curing beton ... 6
Gambar IV. 72. Ilustrasi pemasangan bekisting tahap 2 ... 6
Gambar IV. 73. Ilustrasi pengecoran tahap 1 dan tahap 2... 7
x
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1. Faktor keamanan Aksesoris Bekisting. ... 3
Tabel II. 2. Resume Beban Vertikal pada Bekisting ... 4
Tabel II. 3. Nilai Koefisien Kimia (Cc). ... 6
Tabel II. 4. Koefisiem Berat isi (Cw) ... 6
Tabel II. 5. Tegangan Baja. ... 9
Tabel II. 6. Faktor Shear Lag, “U” ... 14
Tabel II. 7. Nilai Rata-Rata dari Faktor Panjang Efektif. ... 15
Tabel II. 8. Rasio Tekan terhadap Lebar Komponen Struktur yang Menahan tekan Aksial. ... 18
Tabel II. 9. Batas lendutan maksimum ... 29
Tabel III. 1. Tipe Elemen Frame Shoring Atas ... III.2
Tabel IV. 1. Dimensi Profil pada Shoring... IV.9 Tabel IV. 2. Displacement Joint ... IV.16 Tabel IV. 3. Displacement Joint (t = 5 mm) ... IV.18 Tabel IV. 4. Joint Displacements (t = 10 mm)... IV.18 Tabel IV. 5. Resume Analisis Lendutan pada Elemen Shoring ... IV.36 Tabel IV. 6. Siklus waktu pelaksanaan pier head P26... IV.70
Tabel V. 1. Beban ...V.11 Tabel V. 2. Beban Ultimate...V.11 Tabel V. 2. Beban Ultimate...V.12
xi
DAFTAR ISTILAH
Anchor = Media untuk mengikat dalam suatu sambungan beton pracetak.
AISC = Singkatan dari American Institute of Steel Construction ASTM = Singkatan dari American Society of Testing and Materials Beban hidup = Semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan
penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari pada atap
Beban mati = Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut
Bekisting = Suatu sarana pembantu struktur beton untuk pencetak beton sesuai dengan ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang direncanakan
Bendraat = Kawat pengikat tulangan dalam istilah Belanda.
Beton = Suatu material komposit yang terdiri dari campuran beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan- ikat, yaitu dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen (semen +air) sebagai bahan pengikat.
Beton bertulang = Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja ber sama-sama dalam menahan gaya yang bekerja
Bracing = Konfigurasi batang-batang kaku yang berfungsi untuk menstabilkan struktur terhadap beban lateral
Cast in situ = Pelaksanaan pracetak beton di lapangan Defleksi = Lendutan balok akibat beban
xii Doka = Perusahaan pembuat acuan dan perancah.
Dump Truck = Truk yang mampu membawa adukan beton.
Faktor reduksi = Suatu faktor yang dipakai untuk mengalikan kuat nominal untuk mendapatkan kuat rencana
Gaya tarik = Gaya yang mempunyai kecenderungan untuk menarik elemen hingga putus.
Gaya tekan = Gaya yang cenderung untuk menyebabkan hancur atau tekuk pada elemen. Fenomena ketidakstabilan yang menyebabkan elemen tidak dapat menahan beban tambahan sedikitpun bisa terjadi tanpa kelebihan pada material disebut tekuk (buckling).
Joist = Susunan gelagar-gelagar dengan jarak yang cukup dekat antara satu dan yang lainnya, dan biasanya berfungsi untuk menahan lantai atau atap bangunan. Biasanya dikenal sebagai balok anak atau balok sekunder.
Kuat nominal = Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai
Kuat perlu = Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini
Kuat rencana = Kuat nominal dikalikan dengan suatu faktor reduksi kekuatan φ
Kuat tarik leleh = Kuat tarik leleh minimum yang disyaratkan atau titik leleh dari tulangan dalam Mpa
Kuat tekan beton (fc’ )
= Kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi
xiii 300 mm), untuk dipakai dalam perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan mpa.
Lentur = Keadaan gaya kompleks yang berkaitan dengan melenturnya elemen (biasanya balok) sebagai akibat adanya beban transversal. Aksi lentur menyebabkan serat- serat pada sisi elemen memanjang, mengalami tarik dan pada sisi lainnya akan mengalami tekan, keduanya terjadi pada penampang yang sama.
LRFD = Singkatan dari load and resistance factor design.
Modulus elastisitas.
= Rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat tegangan tersebut
Momen = Gaya memutar yang bekerja pada suatu batang yang dikenai gaya tegak lurus akan menghasilkan gaya putar (rotasi) terhadap titik yang berjarak tertentu di sepanjang batang.
Peri = Perusahaan pembuat acuan dan perancah.
SNI = Singkatan dari Standar Nasional Indonesia
Setting Time = Pengaturan atau penentuan waktu ikat pada beton.
Strands = Kumpulan kawat-kawat berdiameter kecil dan tipis untuk membentuk kabel.
Stressing = Penarikan kabel atau tendon pratekan.
Struktur Rangka Batang
= Susunan elemen-elemen linier yang membentuk segitiga atau kombinasi segitiga, sehingga menjadi bentuk rangka yang tidak dapat berubah bentuk bila diberi beban eksternal tanpa adanya perubahan bentuk pada satu atau lebih batangnya.
Truck Mixer = Truk yang mampu mengaduk beton.
Waterpass = Alat / mesin untuk mengukur kedataran suatu pasangan konstruksi
Workability = Kemudahan di dalam melaksanakan suatu pekerjaan konstruksi.