• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA KOAGULASI & FLOKULASI

N/A
N/A
Nasya Apriani Adzhmanisa

Academic year: 2025

Membagikan "ANALISIS DATA KOAGULASI & FLOKULASI"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DATA

Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok (gabungan partikel-partikel kecil).

Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses pengendapan partikel - partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya (secara gravitasi).

Kekeruhan dan warna dapat dihilangkan melalui penambahan koagulan atau sejenis bahan- bahan kimia. Salah satunya yang kita gunakan yaitu aluminium sulfat (Al2(SO4)314H2O) atau biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan.

Setelah proses koagulasi akan berlangsung proses flokulasi. Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikel- partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan begerak menuju proses sedimentasi.

Flokulasi bertujuan agar flok dari patikel-partikel terbentuk dan tergabung sehingga menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah mengendap. Pada saat flokulasi dilakukan pengadukan lambat agar flok yang sudah terbentuk tidak pecah lagi menjadi pertikel-partikel kecil.

Flokulan merupakan senyawa yang digunakan untuk membentuk senyawa dari polutan yang mudah mengendap dan atau senyawa yang mempunyai ukuran yang lebih besar dengan suatu reaksi kimia. Flokulan yang biasanya digunakan dalam proses flokulasi adalah tawas (A12(SO4) kapur (CaO), dan polyaluminium chloride (PAC).

Pengaruh penggunaan flokulan terhadap proses flokulasi dimana adanya proses destabilisasi partikel koloid (mentidakstabilkan partikel koloid). Partikel-partikel koloid yang berukuran sangat kecil memiliki muatan negatif, interaksi antar partikel saling tolak-menolak karena memiliki muatan yang sama sehingga partikel koloid menyebar. Dengan penambahan Koagulan (misal tawas Al), maka ion Al yang berukuran lebih besar dari ukuran partikel koloid dan memiliki muatan positif akan mengikat partikel-partikel koloid sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar. Penambahan flokulan bertujuan untuk mengikat gumpalan-gumpalan yang terbentuk akibat penambahan Koagulan (inti flok) sehingga gumpalan yang terbentuk lebih besar lagi dan dapat disaring. Penambahan flokulan dan atau flokulan harus sesuai dengan dosis, apabila kurang maka penggumpalan partikel koloid tidak sempurna, sedangkan apabila ditambahkan berlebih akibatnya akan menambah kekeruhan pada air.

Praktikum analisis jar test ini diawali dengan mengukur pH awal 500 mL air yang telah dicampur tanah liat menggunakan kertas lakmus hasilnya pH=5. Selanjutnya untuk pengujian jar test digunakan 2 sampel air tanah liat yang masing-masing volumenya 100 mL berada dalam Erlenmeyer 250 mL. kemudian pada sampel 1 tanah liat ditambahkan koagulan (tawas) sebanyak 1gr, sampel 2 tanah liat tidak ditambahkan koagulan . Penambahan koagulan ( tawas) menyebabkan pH turun yang menandakan bahwa sampel air semakin asam. Hal terbut disebabkan oleh reaksi ion OH- yang berikatan dengan Al2+ dan menghasilkan ion H+ seperti reaksi berikut

Al2SO4 + 6H2O  Al(OH)3 + 6H+ + SO42-

(2)

Reaksi Hidrolisis : Al3 + 3H2O  Al (OH)3 + 3H+

Berdasarkan pengukuran pH setelah pembubuhan tawas, didapatkan sampel semakin asam dengan pH 4.

Langkah Selanjutnya adalah 2 sampel Erlenmeyer tersebut dilakukan pengadukan selama 5 menit dengan kecepatan 100 rpm.hal ini dilakukan untuk melakukan pengadukan cepat ( flash mix) .Akibat pengadukan cepat, koloid dan partikel yang stabil berubah menjadi tidak stabil karena terurai menjadi partikel yang bermuatan positif dan negatif. Pembentukan ion positif dan negatif juga dihasilkan dari proses penguraian koagulan. Proses ini berlanjut dengan pembentukan ikatan antara ion positif dari koagulan (misal Al3+) dengan ion negatif dari partikel (misal OH–) dan antara ion positif dari partikel (misal Ca2+) dengan ion negatif dari koagulan (misal SO42-) yang menyebabkan pembentukan inti flok (presipitat)

Setelah 5 menit, kecepatan diubah menjadi pengadukan lambat dengan kecepatan 20 rpm selama 10 menit. Akibatnya terjadi proses  flokulasi, yaitu penggabungan inti flok menjadi flok berukuran lebih besar yang memungkinkan partikel mengendap. penggabungan flok kecil menjadi flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar flok. Tumbukan ini terjadi akibat adanya pengadukan lambat. Proses koagulasi dibantu oleh bahan kimia yang disebut koagulan, sedangkan proses koagulasi dibantu oleh .

Reaksi yang terjadi pada sampel air saat penambahan tawas adalah sebagai berikut : Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2  2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 6CO2

Setelah 10 menit, pengadukan dihentikan dan sampel didiamkan beberapa menit. Tahap ini disebut juga sedimentasi, yang bertujuan agar flok terpisah dan partikel-partikelnya mengendap. Berdasarkan pengamatan tsb waktu pengendapan untuk sampel 1 yaitu 45 menit dan sampel 2 yaitu 60 menit.

Selanjutnya sampel 1,2 dilakukan pengujian TSS (Total Suspended Solid) yaitu menggunakan turbidimeter. Dari hasil pengukuran, diketahui nilai TSS sampel 1 = 432 NTU, sampel 2 didapat >1000 NTU. Secara teori seharunya semakin besar dosis koagulan yang diberikan maka nilai TSSnya akan semakin kecil, karena endapanya semakin banyak sehingga air menjadi lebih jernih (tidak keruh).

Berdasarkan data pengamatan, diperoleh bahwa semakin banyak tawas yang digunakan, semakin berkurang pula nilai kekeruhan pada sampel air. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi turbiditas air, semakin banyak dosis tawas yang dibutuhkan (Farodillah et al. 2018).

Kekeruhan air menurun karena adanya proses koagulasi-flokulasi yang dibantu dengan pengadukan cepat, lambat, sedimentasi sehingga partikel mengendap. Dari data pengamatan juga dpaat diketahui bahwa dosis optimum koagulan (tawas) pada praktikum ini adalah … ml. dengan kekeruhannya sebesar 506 NTU . Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang. Soha per Aqua, dan Pemandian Umum, baku mutu kekeruhan adalah 25 NTU. Untuk air minum, baku mutu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/TV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Baku mutu untuk kekeruhan dalam air minum adalah 5 NTU. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sampel air tidak memenuhi baku mutu untuk air minum dan air keperluan higiene sanitasi.

(3)

KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Kapur ditambahkan pada proses koagulasi flokulasi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar dari hasil reaksi antara partikel-partikel kecil dan koloid dengan koagulan

Koagulasi secara umum didefinisikan sebagai penambahan zat kimia (koagulan) ke dalam air baku dengan maksud mengurangi gaya tolak-menolak antar partikel koloid,

Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses

Selain itu juga akan di pelajari tentang karakter flok yang terbentuk dan pengaruh pH pada proses koagulasi-flokulasi dengan menggunakan koagulan alum sulfat

terlihat bahwa diameter flok yang dihasilkan dalam proses koagulasi dan flokulasi tergantung dari konsentrasi feri sulfat yang ditambahkan, dengan makin makin

Koagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk pembentukan flok pada. proses pencampuran ( koagulasi -

Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi dengan pengadukan cepat, memberikan kesempatan kepada koagulan untuk membentuk inti flok yang berasal dari

Dokumen ini menjelaskan proses koagulasi dalam air, yaitu penemuan partikel koloid yang membentuk flok-flok