ANALISIS KOMPETENSI MATEMATIKA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan Matematika di SD Dosen Pengampu : Dr. H.Fery Muhamad Firdaus, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh
Kelompok 8 dengan anggota :
1. Danisa Fajartio Yunashi (21108244058) 2. Hazlina Asyikin (21108244036) 3. Niken Arina Azifah (21108244078) 4. Yoga Ilham Suseto (21108244069)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2024
20 KOMPETENSI MATEMATIKA
No Kompetensi Definisi Indikator Refrensi
1. Disposisi
matematika Sikap, minat, kepercayaan diri, dan kebiasaan berpikir siswa terhadap matematika dan pembelajarannya
Indikator Disposisi Matematika menurut (Hakim, 2019) :
1. kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika, mengkomunikasikan ide ide matematis, dan memberi alasan logis
2. fleksibel dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba berbagai metode untuk memecahkan masalah 3. bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas
matematika yang ditunjukkan dalam sikap kegigihan, ketekunan serta antusias yang tinggi
4. rasa ingin tahu untuk menemukan sesuatu yang baru dalam mengerjakan matematika
5. kemampuan melakukan refleksi untuk memonitor proses berpikir dan kinerja
6. mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-hari
7. penghargaan peran matematika dalam kultur dan nilai, baik matematika sebagai alat, maupun matematika sebagai bahasa.
Hakim, A. R. (2019).
Menumbuhkembang k
an kemampuan disposisi matematis siswa dalam
pembelajaran
matematika. Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika, 5(1).
2. Pemecahan
masalah Pemecahan masalah dalam matematika merupakan
sebuah kemampuan
kognitif fundamental yang dapat dilatih dan dikembangkan pada siswa, sehingga diharapkan ketika
siswa mampu
Mudrikah (2013) mengemukakan indikator pemecahan masalah matematika :
1. Mengidentifikasi kecukupan data untuk memecahkan masalah
2. Membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikanya
3. Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau diluar matematika
Suryani, M., Jufri, L.
H., & Putri, T. A.
(2020). Analisis kemampuan
pemecahan masalah siswa berdasarkan kemampuan awal matematika.
memecahkan masalah matematika dengan baik maka akan mampu menyelesaikan masalah nyata paska menempuh pendidikan formal.
4. Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
5. Menerapkan matematika secara bermakna.
Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1), 119-130.
Amam, A. (2017).
Penilaian Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp. Teorema, 2(1), 39.
https://doi.org/10.25 1
57/.v2i1.765 3. Literasi
matematika
Literasi matematika merupakan salah satu domain yang diukur dalam studi
The Program for International Student Assessment (PISA). PISA sendiri merupakan satu dari dua program penilaian terhadap kemampuan siswa terhadap
prestasi matematika.
Dalam konteks PISA, definisi literasi matematika sebagai kemampuan penalaran matematika, konsep, prosedur, fakta,
1. Mempresentasikan pemecahan masalah secara lisan maupun tertulis (communication)
2.Memodelkan masalah menjadi kalimat matematis (mathematizing) 3.Menyajikan masalah dengan gambar, tabel, diagram, rumus, dll.
(representation)
4.Mengeksplor masalah secara logis melalui penalaran, verifikasi, dan pembuktian (reasoning and argument)
5.Memilih dan merancang strategi untuk memecahkan masalah (Devising strategies for solving problems)
6.Menggunakan bahasa dan operasi simbolik, formal, dan teknis (Using symbolic, formal, technical language and operations)
7.Menggunakan alat matematika (Using mathematical tools)
OECD. (2019). PISA 2018 Assessment and
Analytical
Framework. Paris:
OECD Publishing.
dan alat – alat untuk menganggambarkan,
menjelaskan, dan
memprediksikan tentang suatu kejadian, yang membantu seseorang untuk mengenal kegunaan
matematika dalam
kehidupan sehari – hari, serta sebagai dasar
pertimbangan dan
penentuan keputusan yang
dibutuhkan oleh
masyarakat.
4. Numerasi matematika
Menurut Cockroft dalam Goos, at all (2011), kemampuan numerasi adalah sebuah keahlian dalam menyelesaikan masalah secara praktis dengan menggunakan angka. Secara ringkas, kemampuan ini disebut sebagai kemampuan dalam
memahami dan
menggunakan matematika pada berbagai konteks dengan tujuan dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan matematika. Kompetensi
1. Menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari- hari.
2. Menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, diagram dan lain sebagainya).
3. Menafsirkan hasil analisis untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Setiani, N. W., Asikin, M., & Dewi, N. R. (2022).
Numerical Literacy Skills of Vocational
High School
Students
in SolvingHOTS Problems.
AlphaMath: Journal of Mathematics Education, 8(2), 121- 130. GLN, T. (2017).
Panduan Gerakan Literasi Nasional. In Kementrian
Pendidikan
numerasi merupakan kemampuan guru untuk mendampingi peserta didik
dalam mengakses,
menggunakan,
menafsirkan, dan
mengkomunikasikan informasi dan ide
matematika untuk
mengelola berbagai situasi dalam kehidupan sehari- hari.
danKebudayaan.
5. Kecemasan
matematika 1. Menggunakan
berbagai
macam angka dan simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai
macam konteks kehidupan sehari-hari.
2. Menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,
Aspek Indikator Bulir Pernyataan
Kognitif Kemampuan diri Saya yakin dengan kemampuan diri saya untuk mengerjakan soal-soal matematika.
Mengerjakan soal-soal matematika terasa mudah bagi saya.
Matematika adalah pelajaran yang sulit bagi saya.
Saya kesulitan dalam menghafal rumus-rumus matematika.
Tingkat Konsentrasi
Saya mampu berkonsentrasi dalam mengerjakan soal-soal matematika.
Saya kurang fokus ketika menyimak penjelasan guru
Sholichah, F.M., &
Afifah Nur Aini.
(2022). Math
Anxiety: Level dan Aspek Kecemasan Matematika. Journal of Mathematics Learning
Innovation,1(2), 125 – 134. Diakses melalui:
https://ejurnal.iainpar e.ac.id/index.php/JM LIPARE/index
tabel, bagan, diagram dan lain
sebagainya).
3. Menafsirkan hasil analisis untuk
memprediksi dan mengambil keputusan.
saat pembelajaran
matematika
Kepercayaan diri Saya yakin bisa menyelesaikan soal-soal matematika dan mendapatkan nilai yang baik.
Saya berani ketika ditunjuk guru untuk menyelesaikan soal-soal matematika di papan tulis
Saya tidak yakin bisa menyelesaikan soal-soal matematika di depan kelas.
Saya merasa kurang percaya diri ketika guru menyuruh saya untuk mengerjakan soal- soal matematika di papan tulis.
Afektif Gugup Saya tidak gugup ketika guru menanyakan pr matematika Saya sedikit takut dan bingung ketika guru matematika menanyakan paham atau tidak pahamnya pada materi pola bilangan Kurang senang Saya menyukai materi pola
bilangan pelajaran
matematika
Saya suka dengan pelajaran matematika karena akan membuat pola pikir saya
lebih baik
Saya kurang senang pada pelajaran matematika materi pola bilangan
Pelajaran matematika itu membosankan
Gelisah Saya merasa tenang ketika sudah selesai mengerjakan pr matematika
Saya sulit tidur ketika keesokan harinya ada pelajaran matematika
Fisiologis Rasa mual Perut saya tidak mulas ketika guru memberikan soal matematika
Perut saya mulas ketika
mengerjakan soal
matematika
Saya merasa mual ketika ujian matematika
Jantung berdebar Saya tetap tenang ketika guru matematika menghampiri untuk menanyakan jawaban dari soal matematika
Jantung saya berdebar- debar setiap akan memasuki pelajaran matematika di kelas
Berkeringat dingin
Saya tidak merasa
berkeringat dingin ketika diminta mengerjakan soal di
papan tulis
Saya berkeringat dingin ketika melihat soal ujian matematika materi pola bilangan yang tidak rutin saya kerjakan sebelumnya Saya berkeringat dingin ketika tidak dapat menjawab pertanyaan guru matematika 6. Berpikir kritis
matematika
Berpikir kritis matematis adalah suatu proses dalam mengolah informasi yang melibatkan pengetahuan,
penalaran, serta
pembuktian matematika
sehingga dapat
memecahkan suatu permasalahan dalam pembelajaran matematika (Fitriana, A., dkk. 2019)
Indikator Indikator Pencapaian
Klarifikasi Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
Assesment Menggali informasi yang tepat dan relevan
Strategi dan Taktik, serta Penyimpulan
Mengerjakan soal dengan runtut dan tepat serta mampu membuat kesimpulan tepat dari soal yang telah dikerjakan.
Fitriana, A., Marsitin, R., &
Ferdiani, R. D.
(2019). Analisis Berpikir Kritis Matematis dalam Menyelesaikan Soal Matematika.
Rainstek: Jurnal Terapan Sains &
Teknologi, 1(3), 92-
96. DOI:
https://doi.org/10.21 067/jtst.v1i3.3764 7. Berpikir
kreatif matematika
Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah penguasaan memadukan pengetahuan dengan pengetahuan lain dalam matematika untuk menyampaikan pemikiran
Indikator Berpikir Kreatif Matematika Meliputi:
● Berpikir luwes (Flexibility): Mampu memberikan gagasan, pertanyaan atau jawaban yang bervariasi serta melihat masalah dengan sudut pandang yang berbeda.
● Berpikir orisinal (Originality): Mampu memberikan ungkapan baru dan ide yang unik.
Hanipah, N., Yuliani, A., & Maya, R.
(2018). Analisis Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa MTs pada Materi
baru dan mencakup unsur kelancaran, keluwesan, kejelasan, dan orisinalitas (Purba, 2018)
● Berpikir lancar (Fluency): Mampu menghasilkan ide, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan yang lancar.
● Berpikir elaborasi (Elaboration): Mampu menjelaskan secara terperinci, runtut dan mengembangkan detail-detail suatu objek.
Lingkaran. Jurnal Pendidikan
Matematika FKIP, 7(1), 80-86.
Ramal, R. F., Meiliasari, M., &
Hakim, L. E. (2023).
Systematic Literature Review:
Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis. Griya
Journal of
Mathematics
Education and Application, 3(1), 36-42.
8. Kompetensi strategi
Kemampuan memformulasikan, merepresentasikan dan menyelesaikan masalah matematika.
Indikator Kompetensi Strategis:
1. Kemampuan merumuskan masalah, siswa memahami masalah dengan memiliki gambaran mental terkait dengan situasi masalah yang sedang dihadapi;
2. Kemampuan menyajikan masalah, siswa merepresentasi situasi masalah ke dalam bentuk matematika; dan
3. Kemampuan menyelesaikan masalah matematika, siswa menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Yulianti, Y. (2017).
Kompetensi Strategis
Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Program Linier Di Smk-smti Pontianak (Doctoral
dissertation, Tanjungpura University).
9. Kelancaran prosedural
Kelancaran prosedural matematis merupakan
Indikator kelancaran prosedural matematis adalah kemampuan memilih prosedur; kemampuan menggunakan prosedur; kemampuan
Firdaus, H. P. E.
(2019). Kelancaran
kemampuan siswa dalam memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan suatu masalah matematika.
Selain itu kelancaran prosedural matematis juga
berkaitan dengan
fleksibilitas, akurasi, serta keefisienan dalam menyelesaikan masalah matematika.
memanfaatkan prosedur; dan kemampuan memodifikasi atau memperbaiki prosedur (Eka Lestari & Yudhanegara, 2017).
Penjelasan dari masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan memilih prosedur, yaitu ketepatan dalam memilih cara maupun alternatif penyelesaian masalah matematika.
2. Kemampuan menggunakan prosedur, yaitu ketepatan dalam menjalankan alternatif penyelesaian yang dipilih.
3. Kemampuan memanfaatkan prosedur, yaitu ketepatan dalam menggunakan prosedur atau alternatif penyelesaian hingga ditemukannya solusi yang tepat tanpa mengalami kebingungan atau menggunakan prosedur lain yang sesuai.
4. Kemampuan memodifikasi atau memperbaiki, yaitu ketepatan dalam memodifikasi, mengubah, atau memperbaiki prosedur penyelesaian sesuai dengan kondisi masalah matematika yang diselesaikan.
prosedural matematis mahasiswa dalam menyelesaikan
masalah matematika.
Konferensi Nasional Penelitian
Matematika dan Pembelajarannya
(KNPMP) IV.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
10. Pemahaman konsep
Suatu kemampuan
penguasaan materi dan kemampuan siswa dalam memahami, menyerap, menguasai, hingga mengaplikasikannya dalam pembelajaran matematika.
1. Menyatakan ulang sebuah konsep
2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya)
3. Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep
Suraji, S.,
Maimunah, M., &
Saragih, S. (2018).
Analisis kemampuan pemahaman konsep matematis dan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa smp pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
Suska Journal of Mathematics
Education, 4(1), 9- 16.
11. Penalaran matematis
Penalaran matematis didefinisikan sebagai aktvitas menganalisis berbagai situasi matematis, kemudian membangun argumen-argumen yang logis sehingga mampu menghubungkan
pengetahuan matematika yang baru dengan pengetahuan yang dimiliki, mengaitkan antar ide matematika bahkan
mampu mengaitkan
dengan objek lain di luar matematika (Bjuland, 2007; Brodie, 2009).
(Sumarmo, 2014) mengemukakan indikator yang digunakan dalam menilai kemampuan siswa dalam bernalar meliputi:
1. membuat kesimpulan
2. menjelaskan dengan memanfaatkan model, hubungan, fakta, dan sifat-sifat
3. memperkirakan langkah-langkah untuk mendapatkan solusi
4. menganalisis situasi, membuat analogi, dan melakukan generalisasi dengan menggunakan pola dan hubungan
5. menyusun konjektur dan mengujinya
6. membuat contoh yang kontradiktif (counter example)
7. membuat kesimpulan berdasarkan aturan penarikan kesimpulan 8. membuat argumen yang valid
9. menyusun pembuktian baik pembuktian secara langsung, pembuktian tidak langsung, maupun dengan induksi matematika.
Sary, R. F., Juandi, D., & Jupri, Al.
(2022). Model Pembelajaran
Discovery Learning dan Kemampuan Penalaran Kritis.
Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 11(2), 1028-1038
DOI:
https://doi.org/10.24 127/ajpm.v11i2.4765
12. Komunikasi matematis
Fitriana, Isnarto, & Ardhi
Prabowo (2018)
berpendapat bahwa komunikasi matematis merupakan kecakapan
seseorang dalam
mengungkapkan pikiran
mereka, dan
bertanggungjawab untuk
1, Menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkan secara visual, K1
2, Menganalisis dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun tulisan, K2
3, Menggunakan istilah-istilah, bahasa atau simbol-simbol matematika, dan struktur- strukturnya untuk memodelkan situasi atau permasalahan matematika, K3
Maulyda, M. A.
(2020). Paradigma pembelajaran
matematika berbasis NCTM. Mataram:
Cv Irdh.
Paradigma Pembelajaran
Matematika Berbasis
mendengarkan,
menafsirkan, bertanya, dan menginterpretasikan antara ide satu dengan ide-ide
yang lain dalam
memecahkan masalah baik itu pada kelompok diskusi maupun di kelas.
Komunikasi merupakan bagian penting pada
matematika dan
pendidikan matematika.
Komunikasi merupakan cara berbagi ide-ide dan memperjelas pemahaman.
Melalui komunikasi, ide- ide menjadi objek yang dapat direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.
Proses komunikasi juga membantu membangun
makna dan
mempermanenkan ide-ide serta dapat memperumum atau menjelaskan ide-ide (NCTM, 2000).
Pikiran dan kemampuan tentang matematika siswa ditantang selama proses pembelajaran, sehingga
NCTM
komunikasi merupakan bagian penting dari siswa dalam menyampaikan hasil berpikir mereka secara lisan atau dalam bentuk tulisan. Hal ini, dengan adanya komunikasi
matematis akan
memudahkan guru untuk
dapat memahami
kemampuan siswa dalam menginterpretasikan dan mengekspresikan
pemahaman siswa dalam konsep yang mereka pelajari. Hal tersebut
diharapkan dapat
digunakan untuk semua tingkatan (Zakiri, Pujiastuti, & Asih, 2018).
Menurut Baroody (dalam Ega Edistria, 2017) menyebutkan sedikitnya ada 2 alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam pembelajaran
matematika perlu
ditingkatkan dikalangan
siswa. Pertama,
mathematics as language;
matematika tidak hanya
sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan
masalah namun
matematika juga “an invaluable tool for communicating a variety of ideas clearly, precisely, and succintly, yang artinya sebagai suatu alat yang
berharga untuk
mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat (Zakiri et al., 2018).
13. Koneksi matematis
Sebuah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi lainnya, atau dengan aplikasi pada kehidupan keseharian. (Lestari, 2013)
1. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur.
2. Memahami hubungan antara topik matematika
3. Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memahami representasi ekuivalen suatu konsep
5. Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen
6. Menerapkan hubungan antara topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika.
Widyasari, Nurbaiti., Hayyun,
Muhammad. (2017).
Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD.
Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Fendrik, M. (2019).
Pengembangan kemampuan koneksi matematis dan habits
of mind pada siswa.
MEDIA SAHABAT CENDEKIA.
Yulianto, Alfany Rahmah. (2019).
Kemampuan
Koneksi Matematika Peserta Didik Sekolah Dasar Pada Model Core dengan Scaffolding ditinjau dari Self Efficacy.
Universitas Negeri Semarang.
14. Representasi matematis
Kemampuan siswa untuk menyampaikan ide dan gagasan matematika dalam bentuk baru seperti gambar, tabel, grafik, angka, huruf, simbol, dan representasi lainnya dalam
upaya memecahkan
masalah matematika.
NCTM mengistilahkan representasi mengacu pada proses dan produk, yaitu dengan cara mengubah suatu konsep atau hubungan matematis ke dalam beberapa bentuk dan bentuknya sendiri. Sebagai
1. Representasi Visual
Kemampuan siswa dalam menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk gambar atau grafik. Contoh: Menggunakan gambar untuk menyelesaikan masalah
2. Representasi Verbal
Kemampuan siswa dalam menuliskan interpretasi dengan tulisan atau bahasa sendiri.
Contoh: a) Menjelaskan masalah dan penyelesaiannya sesuai dengan representasi yang disajikan. b) Menjawab soal dengan kata-kata sendiri
3. Representasi Simbol
Kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide-idenya dengan membuat simbol atau model matematika
Contoh: a) Membuat model matematika dari representasi lain yang diberikan. b) Membuat konjektur dari suatu pecahan. c) Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis
Hardianti, S.R., &
Effendi, K.N.S. 2021.
Analisis Kemampuan Representasi
Matematis Siswa SMA Kelas XI.
Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 4(5), 1093-1104.
Nurbaiti, W &
Hayyun, M. 2017.
Pengembangan Pembelajaran
Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: FIPP UMJ
contoh, ketika seorang siswa menggambar suatu bangun datar atau ruang, maka siswa tersebut menggunakan kemampuan representasi, sedangkan gambar bangun tersebut adalah bentuk dari representasi.
Sunanti, T., Sagita, L., & Anggraini, G.
2022. Representasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Theorems, 6(2), 116 -128.
15. Habit of mind Habit of Mind adalah hal yang penting dimiliki oleh manusia dengan adanya kebiasaan berpikir yang baik, maka akan semakin cerdas seseorang dalam menyelesaikan masalah HoM mengisyaratkan bahwa suatu perilaku membutuhkan suatu kedisiplinan pikiran yang dilatih sedemikian rupa
sehingga menjadi
kebiasaan untuk terus berusaha melakukan tindakan yang lebih bijak dan cerdas.
Menurut pendapat Marzano kebiasaan berpikir (habits of mind) dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu: self regulation, critical thinking dan creative thinking.
Self regulation meliputi: (a) menyadari pemikirannya sendiri, (b) membuat rencana secara efektif, (c) menyadari dan menggunakan sumbersumber informasi yang diperlukan, (d) sensitif terhadap umpan balik, dan (e) mengevaluasi keefektifan tindakan.
Critical thinking meliputi: (a) akurat dan mencari akurasi, (b) jelas dan mencari kejelasan, (c) bersifat terbuka, (d) menahan diri dari sifat impulsif, (e) mampu menempatkan diri ketika ada jaminan, (f) bersifat sensitif dan tahu kemampuan temannya.
Creative thinking meliputi: (a) dapat melibatkan diri dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak segera nampak, (b) melakukan usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya, (c) membuat, menggunakan, memperbaiki standar evaluasi yang dibuatnya sendiri, (c) menghasilkan cara baru melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku pada umumnya.
Kurniasih, M. D., Sukestiyarno, Y. L.,
Rochmad, R.,
Prayitno,
A., & Handayani, I.
(2020). Analisis Habit
of Mind Mahasiswa Calon Guru dengan Pemodelan RASCH.
In
Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana (PROSNAMPAS) (Vol.
3, No. 1, pp. 221- 229).
Moma, L., &
Dahiana, W. O. (2018).
Pengembangan
Habits
of Mind Matematis Mahasiswa dalam Perkuliahan Geometri Analitik Ruang.
SEMNAS Matematika
& Pendidikan
Matematika, 142- 150.
16. Using technology
Kompetensi ini
berpadanan dengan penggunaan teknologi untuk meningkatan kemampuan matematika sebagai alat pemecahan masalah dan untuk
meningkatkan optimalisasi mengembangkan
pemahaman matematika
Kemampuan mengetahui eksistensi dan sifat-sifat dari berbagai macam alat dan
bantuan untuk aktivitas matematika termasuk juga megetahui jangkauan dan
keterbatasan alat tersebut,
kemampuan menggunakan alat dan bantuan tersebut secara reflektif.
17. Pemodelan matematika
Kemampuan ini berkenaan dengan aspek analisis dan
membangun model
matematika
1. Kemampuan menganalisa dasar-dasar dan sifat-sfiat dari model-model yang ada termasuk di dalamnya menyisipkan jangkauan dan validitas,
2. Kemampuan memahami model-model yang sudah ada dengan mentranslasikan dan menginterpretasikan semua elemen model terhadap realita yang dimodelkan,
3. Kemampuan membentuk model aktif dalam suatu konteks yang diberikan (membuat simbol-simbol dengan relasinya, mengkomunikasikan model yang terbentuk serta hasilnya).
18. Kemampuan berpikir spasial
Kemampuan siswa untuk memahami,
menggambarkan, dan memanipulasi objek, bentuk, dan ruang dalam dimensi dua atau tiga.
1. Menemukan pola dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan masalah keruangan .
2. Memahami objek-objek secara efektif melalui ruang, seperti mengendalikan mobil, mendayung perahu, atau menemukan jalan di hutan tanpa ada jejak sebelumnya.
3. Menghubungkan antara data yang diketahui dengan konsep yang relevan
19. Algoritmik Kemampuan siswa untuk merancang, menulis, dan menjalankan langkah- langkah sistematis dan logis untuk menyelesaikan masalah matematika
1. Mampu merencanakan dan merumuskan masalah dengan jelas.
2. Mampu mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
3. Mampu membuat algoritma yang efisien dan efektif.
20. Statistik Kemampuan siswa untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyimpulkan data dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram.
1. Kemampuan dalam menyelesaikan soal matematika yang melibatkan konsep statistik.
2. Kemampuan dalam merumuskan dan memahami masalah yang berkaitan dengan statistik.
3. Kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis data statistik.
4. Kemampuan dalam menggunakan alat-alat statistik, seperti tabel, grafik, dan diagram.