• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PENGAJUAN BPJS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PENGAJUAN BPJS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Page 180 of 190

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PENGAJUAN BPJS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011

TENTANG BPJS

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA Jalan Puang Daud, No. 04 Kota Palopo

FITRI NUR

Email : fitrianur26@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Maroangin Kota Palopo dan apa saja yang menjadi kendala-kendala dalam pelaksanaan dan pelayanan kesehatan tersebut. Metode penelitian menggunakan normative empiris yang dilakukan dengan pengumpulan data, observasi dan wawancara dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian yaitu pelaksanaan pelayanan di Puskesmas Maroangin telah dilakukan secara maksimal dan sesuai dengan standar operasional pelayanan, kendalanya yaitu kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keterampilan lebih seperti di rumah sakit karena puskesmas juga merupakan pelayanan dasar, sehingga hanya memberikan pelayanan Kesehatan dasar saja. Masyarakat juga kurang mengetahui tentang hak-hak sebagai pengguna BPJS sehingga mendiskriminasi pelayanan Puskesmas.

Kata kunci : Puskesmas, Pelayanan, Kesehatan, Masyarakat.

1. PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan hak mendasar masyarakat yang penyedianya wajib diselenggarakan pemerintah sebagiaman telah disebutkan dalam pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta behak memperoleh pelayanan kesehatan.”Dan pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Didalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan jaminan sosial (BPJS) menetapkan bahwa Jaminan Sosial Nasional (JSN) akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.Faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi pelayanan jasa kesehatan yaitu fasilitas kesehatan dimana masyarakat mempersepsikan fasilitas itu berupa sarana dan prasarana artinya sudah lengkap dan mampu memenuhi kebutuhan pengguna jasa dalam pelayanan kesehatan dan biaya pengobatan yang diharapkan terjangkau tetapi memberikan manfaat bagi pengguna jasa kesehatan dan apabila menggunakan kartu kesehatan kiranya memberikan pelayanan kesehatan dengan semestinya.Kesehatan sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi. Hubungan kesehatan dengan ekonomi ialah secara cepat dirumuskan oleh Gunnar Myrdal berpendapat bahwa orang sakit karena mereka miskin, jadi pada dasarnya kondisi ekonomi yang baik akan menciptakan kondisi kesehatan yang baik, namun sebaliknya kondisi ekonomi yang buruk akan menyulitkan individu masyarakat untuk memperbaiki kesehatan mereka. Dengan kondisi yang buruk akan meniptakan individu masyarakat kesulitan untuk memperoleh akses kesehatan yang

(2)

Page 181 of 190

memadai karena biaya kesehatan yang kian mahal.

Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan (SJSN) mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan yang kemudian disingkat BPJS. BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan soasial.Jaminan sosial juga merupakan hak asasi setiap orang yang sepenuhnya dijamin oleh konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan BPJS paling utama dikaitkan dengan upaya pemerintah dalam meretas kimiskinan yang dilakukan seara bertahap sesuai dengan kemampuan negara, swasta dan masyarakat dalam pembiayaannya. Pada pelaksanaan jaminan sosial kesehatan nasional ternyata berjalan lamban yang disebabkan karena berbagai permasalahan. Permasalahan kian munul mulai sejak dilakukannya proses aktivasi kartu BPJS kesehatan, kemudian rujukan lembaga jasa kesehatan yang ditunjuk BPJS Kesehatan pun terbatas dantidak fleksibel.

Bukan hanya itu permasalahn juga terjadi pada alur pelayanan yang berjenjang karena sebelum ke rumah sakit peserta wajib terlebih dahulu ke fasilitas kesehatan tingkat pertama, yaitu puskesmas, dokter keluarga, dan klinik.

Pengalihan program ini meliputi 6 hal yaitu pelaksanaan koordinasi dan simulasi dalam proses pengalihan program jamkesmas ke dalam BPJS Kesehatan, pelaksanaan sosialisasi jaminan kesehatan, penyelesaian pembayaran terhadap klaim fasilitas pelayanan kesehatan yang telah memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta. Rumah sakit ditunjuk sebagai fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat indonesia. Peran strategis ini diperoleh karena rumah sakit dianggap sebagai fasilitas kesehatan yang padat tehnologi dan padat pakar. Pengetahuan masyarakat yang semakin hari kian meningkat. Akan berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, selain itu juga dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit juga banyak disorot oleh masyarakat mengenai kinerja tenaga-tenaga kesehatan selain masyarakat juga mengkritis aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan terutama pelayanan perawat rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit sumber daya manusia paling banyak berinteraksi secara langsung pada pasien adalah perawat itu sendiri, sehingga kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagi indikator baik apa buruknya kualitas pelayanan di rumah sakit.

Masyarakat atau peserta sebagai penerima jasa jasa pelayanan kesehatan BPJS, keluarga pasien kerap kali mengeluh dan merasa kurang puas atas pelayanan yang diberikan. Merak menganggap bahwa pasien yang menjadi peserta jaminan kesehatan akan mendapatkan pelayanan berbeda dengan pasien lain dibeberapa rumah sakit, baik yang dirawat inap maupun yang hanya berobat saja.Berbagai masalah kerap kali timbul terkait etika dalam pelayanan kesehatan karena dalam etika dibahas mengenai hak dan kewajiban serta aturan yang mengatur tentang pemberian pelayanan (tenaga media) maupun penerima pelayanan (pasien). Kali ini penulis akan melakukan penelitian mengenai pelayanan bagi peserta BPJS Kesehatan, analisis pelaksanaan pelayanan dari BPJS yang dianggap masih banyak menuai kritikan, terutama kurangnya infrastruktur BPJS, misalnya pada Puskesmas yang memberikan pelayanan dianggap kurang baik misalnya dalam pemberian obat kepada pasien BPJS. Sering kali dijumpai pihak puskesmas memberikan obat yang seadanya dan justru menyarankan resep agar dicari diapotek, hal ini yang menyulitkan peserta BPJS Kesehatan.

Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan di terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan

(3)

Page 182 of 190

dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis kesehatan dibawah supervisi dinas kesehatan kabupaten atau kota. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan proventif, promotif, kuratif, sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) upaya kesehatan masyarakat (UKM).Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap, selain rawat jalan.Untuk memberikan pelayanan yang baik tentunya selalu diusahakan adanya peningkatan kualitas pelayanan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat. Sarana prasarana puskesmas dituntut bisa memberikan pelayanan repraksi mata sedangkan peralatan tersebut tidak ada di puskesmas atau belum memadai, seperti peralatan pemeriksaan gangguan pendengar, obat gangguan jiwa, dan tenaga medis belum memadai.Pemerintah juga harus membuat strategi untuk memastikan program ini sangat membantu baik untuk pasien ataupun puskesmas itu sendiri.Pada BPJS kesehatan ada 2 katagori peserta yang wajib mendaftar dan membayar iuran BPJS. Pertama: dikenal dengan nama Non-PBI dan mandiri (Pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah, bukan pekerja), kedua:

Masyarakat miskin dan tidak mampu yang didaftarkan oleh pemerintah dan iurannya dibiayai oleh pemerintah atau dikenal dengan nama PBI (Penerima Bantuan Iuran). Jika dikaitkan pada kenyataan yang ada, perbedaan pada kedua kelompok tersebut menjadi masalah dalam keadilan sosial karena dalam kenyataannya keadilan tersebut adalah apa yang menguntungkan itulah yang lebih kuat, karena Undang-undang dan Peraturan semua dibuat sesuai keperluan dan kepentingan yang lebih kuat. Mengenai jaminan sosial kesehatan (social security in health) atau asuransi sosial kesehatan (health social insurance).

Pelayanan kesehatan seharusnya memberikan pelayanan yang prima sesuai ketentuan Undang-Undang yang berlaku diseluruh Puskesmas di Indonesia, melihat berbagai kondisi yang ada terjadi pula Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kota Palopo Kecamatan Telluwanua pada salah satu Puskesmas banyak masyarakat mengeluhkan lagi-lagi mengenai pelayanan pihak puskesmas yang dianggap kurang baik. Hal ini yang menjadi kecaman keras bagi pihak puskesmas untuk segara memperbaiki kualitas pelayanan pada puskesmas tersebut.Pada penerapannya, program jaminan kesehatan di Kota Palopo khususnya di Puskesmas Maroangin Kecamatan Telluwanua Kota Palopo belum sepenuhnya terwujud karena dalam praktik ternyata pemanfaatannya belum optimal, antara lain disebabkan oleh masih rendahnya kualitas layanan kesehatan oleh lembaga layanan kesehatan yang ada seperti puskesmas MaroanginKota Palopo. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan layanan kesehatan di Kota Palopo pada umumnya tergolong lamban.

2. METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Normatif Empiris yang merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normative dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris.Metode penelitia normative empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normative (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian

Kota Palopo adalah sebuah kota di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kota

(4)

Page 183 of 190

Palopo sebelumnya berstatus kota administratif sejak 1986 dan merupakan bagian dari Kabupaten Luwu yang kemudian berubah menjadi kota pada tahun 2002 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tanggal 10 April 2002. Pada awal berdirinya sebagai kota otonom, Palopo terdiri atas 4 kecamatan dan 20 kelurahan. Kemudian, pada tanggal 28 April 2005, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 03 Tahun 2005, dilaksanakan pemekaran menjadi 9 kecamatan dan 48 kelurahan. Kota ini memiliki luas wilayah 247,52 km² dan pada akhir tahun 2020 berpenduduk sebanyak 184.681 jiwa.

Puskesmas Maroangin unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Palopo yang bertanggung jawab terhadap pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas Maroangin terletak di Jl. Dr. Ratulangi KM. 11 Poros Palopo-Masamba, Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan. Puskesmas Marongin dibawahi oleh Kecamatan Telluwanua yang terdiri dari 8 Kelurahan, tetapi hanya 4 Kelurahan yang ada di Kecamatan Telluwanua dibawahi Puskesmas Maroangin, 4 kelurahan lainnya dibawahi Puskesmas Bara Permai. Jadi dalam satu wilayah Kecamatan dibawahi 2 Puskesmas.

Wilayah Kecamatan Telluwanua memiliki penduduk yang sangat beragam dan Puskesmas harus memberikan pelayanan Kesehatan yang bermutu dan

tepat sasaran terhadap seluruh warga di wilayah Kecamatan Telluwanua dan sekitarnya. Berikut mengenai Puskesmas maroangin antara lain :

a. Ketenagaan

Informasi ketenagaan atau sumber daya manusia diperlukan untuk perencanaan kebutuhan tenaga Kesehatan serta penelolaan kepegawaian. Jumlah tenaga Kesehatan di Puskesmas Maroangin adalah 52 orang terdiri dari 2 jabatan structural, 24 jabatan fungsional umum dan 25 jabatan fungsional khusus.Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan yang mencirikan kondisi baik dan sejahtera dalam menjalani kehidupan, keadaan kesehatan seseorang termasuk seperti tubuh sehat, jiwa sehat, dan secara sosial memungkinkan untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.

Badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan bahwa kesehatan merupakan investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia. Kutipan tersebut juga tertuang dalam Pasal 28 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 selanjutnya disingkat dengan (UUD RI) dan Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan selanjutnya disingkat dengan (UUK), menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sejak januari 2005 program ini menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (PJPKM) Yang populer dengan nama Askeskin. Pada tahun 2008 program askeskin ini di ubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS kesehatan adalah badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Peserta BPJS terdiri dari peserta bantuan iur (PBI) yang terdiri dari fakir miskin serta orang tidak mampu, dan golongan non PBI atau peserta dari peralihan ASKES.

Pengalihan program ini meliputi 6 hal yaitu pelaksanaan koordinasi dan simulasi dalam proses pengalihan program jamkesmas ke dalam BPJS kesehatan, pelaksanaan sosialisasi jaminan kesehatan nasional, penyelesaian pembayaran terhadap klaim fasilitas pelayanan kesehatan yang telah memberikan pelayanan kesehatan kepada

(5)

Page 184 of 190

peserta jamkesmas, pendayagunaan verifikator independen jamkesmas menjadi sumberdaya manusia yang diperlukan BPJS kesehatan sesuai kualifikasi, pemanfaatan teknologi aplikasi verifikasi klaim dan sistem pelaporan pelaksanaan jamkesmas ke dalam BPJS kesehatan dan, pengalihan data kepesertaan penerima jamkesmas tahun 2013 ke dalam BPJS kesehatan sebagai peserta penerima bantuan iuran. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Puskesmas dipimpin oleh seorang kepala Puskesmas yang bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, akan berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, di samping itu menyelenggarakan pelayanan kesehatan Puskesmas juga banyak disorot oleh masyarakat mengenai kinerja tenaga- tenaga kesehatan selain masyarakat juga mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan. Di Puskesmas, sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara langsung dengan pasien adalah perawat, sehingga kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai indikator baik apa buruknya kualitas pelayanan di Puskesmas. Sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan BPJS, keluarga peserta seringkali mengeluh kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya. Mereka menganggap bahwa pasien yang menjadi peserta jamkesmas mendapat pelayanan dan perlakuan yang berbeda dengan pasien lain di beberapa Puskesmas.

Tahun 2014 tepatnya tanggal 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan telah ada dan beroperasi. BPJS Kesehatan merupakan program pemerintah Indonesia dalam rangka memberikan pelayanan dan jaminan kesehatan kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Negara mempunyai tanggung jawab memberikan jaminan sosial kepada penduduknya.

Hal ini di atur Negara Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat 1 dan 2 di tegaskan bahwa setiap warga wajib mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman ,bermutu dan terjangkau. Namun yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan apa yang ada pengguna layanan BPJS sebagian besar menyampaikan berbagai keluhan mengenai layanan kesehatan BPJS, pengguna BPJS mengatakan bahwa pelayanan yang diterima tidak sama dengan pelayanan Negara mempunyai tanggung jawab memberikan jaminan sosial kepada penduduknya, pengguna BPJS juga kerap kali mengeluhkan mendapat tempat yang terbatas, alur administrasi yang terkesan berbelit-belit. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Puskesmas Maroangin Kota Palopo pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh ibu Hj. Sri Yanti Malik,SKM yang mengatakan bahwa. “Kenyataan yang terjadi pada masyarakat adalah anggapan tentang diskriminasi pelayanan kesehatan pasien BPJS itu karena masyarakat kurang memahami hak-hak sebagai pasien BPJS, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terbagi atas dua hal yaitu pelayanan di PPK 1 (pemberi pelayanan kesehatan tingkat 1) seperti puskesmas , klinik swasta,dan dokter keluarga yang sudah bekerja sama dengan BPJS. Pelayanan di PPK 2 (pemberi pelayanan kesehatan tingkat 2) seperti Rumah sakit umum, maupun Rumah sakit khusus yang telah bekerja sama dengan BPJS.”

(6)

Page 185 of 190

Pihak Puskesmas Maroangin mengatakan tidak pernah membeda- bedakan pelayanan kepada pasien baik pasien BPJS maupun non BPJS, karena Puskesmas bekerja sesuai standar pelayanan medis bagi pasien BPJS dan Non BPJS dan itu di layani sama yang sudah di atur dalam standar pelayanan operasinal. Ungkap Kepala Puskesmas Maroangin Kota Palopo pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh ibu Hj.

Sri Yanti Malik,SKM :

“Di Puskesmas ini tidak ada perbedaan antara pengguna BPJS dengan umum, semua kami layani sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan aturan yang ada. Mulai dari mengambil nomor antrian harus sesuai dengan aturan yang telah berlaku, kecuali terhadap lansia yang memang tidak memungkinkan lagi untuk menunggu terlalu lama maka kami akan memberikan toleransi, sehingga kami memberlakukan pengambilan nomor antrian melalui aplikasi Mobile JKN jadi dapat mendaftar dari rumah dan melihat nomor antrian berapa yang didapatkan, sehingga tidak perlu lagi menunggu terlalu lama karena dengan aplikasi tersebut kitab isa memperkirakan waktu untuk datang. Namun jika masyarakat tidak mengetahui atau tidak memiliki akses untuk aplikasi maka tetap diberlakukan antrian manual, tetapi terlepas dari itu pihak kami tetap genjar mensosialisasikan penggunaan aplikasi Mobile JKN.”

Dari hasil wawancara diatas peneliti beranggapan bahwa pihak puskesmas sudah mengambil langkah benar untuk pengambilan nomor antrian masyarakat sebaiknya menggunakan aplikasi Mobile JKN demi menghindari perselisihan dan kedatangan yang terlalu cepat di puskesmas.

Masyarakat yang merasa tidak dapat pelayanan biasasanya tidak memperhatikan dimana kartu BPJS itu di tunjuk untuk mendapatkan pelayanan harus sesuai prosedur yang sudah di tetapakan oleh BPJS, sebagai contoh seharusnya di Puskesmas A maka harus sesuai yang tertunjuk di kartu BPJS tersebut tidak bisa dengan seenaknya lalu memlih Puskesmas lainya, hal ini yang kebanyakan masyarakat lakukan, sehingga ketika tidak di layani merasa mendapat diskriminasi perlakuan pelayanan. Bagi pasien BPJS mandiri maupun Pemerintah yang mempunyai kartu BPJS kelas 3 untuk pelayanan di rumah sakit tidak bisa pindah kelas 2 atau kelas 1, meski dengan membayar kekurangan pembiayaan secara mandiri, berbeda dengan pasien umum yang kelas 3 bisa pindah kelas 2 atau kelas 1. Menurut Kepala Puskesmas Maroangin Kota Palopo pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh ibu Hj. Sri Yanti Malik,SKM mengenai tanggapan dan keluhan masyarakat ialah :

“Meskipun warga tersebut bukan termasuk dalam wilayah Puskesmas Maroangin tetapi kami masih memberikan toleransi untuk tetap berobat sebanyak 3 kali dengan menggunakan BPJS si pemilik, namun apabila lebih dari 3 kali maka akan dikenakan biaya atau umum, karena telah menjadi ketentuan dari pihak BPJS setelah di daftar kita telah diberikan kesempatan untuk memilih di Puskesmas atau klinik mana yang akan didaftarkan.”

Secara rutin Puskesmas setiap bulan melakukan evaluasi pelayanan kesehatan di Puskesmas untuk seluruh pasien. Sehingga pihak Puskesmas betul-betul sangat memperhatikan kinerja masing-masing terutama mengenai masalah pelayanan di Puskesmas itu sendiri.Puskesmas dalam menyikapi pengaduan masyarakat selalu di teliti terlebih dahulu penyebab dan kebenaran laporan tersebut pada setiap unit pelayanan publik yang ada di Puskesmas, apabila dalam hasil telusur pengaduan itu benar maka selalu di koreksi dan pembinaan sesuai tahap-tahap yang telah di atur di dalam SOP pembinaan, dalam hal hasil telusur masyarakat pengaduan masyarakat tidak benar , tetap harus di komunikasikan kepada masyarakat yang menyampaikan pengaduan agar timbul persamaan persepsi terhadap standar- standar pelayanan kesehatan di setiap tindakan.

(7)

Page 186 of 190

Berdasarkan hasil wawancara pada bagian Poli Umum Puskesmas Maroangin pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh bapak Mail Ismail Sadju, S.Kep mengatakan bahwa :

“jika terjadi pengaduan mengenai pelayanan di Puskesmas ini langsung ditindaki secara langsung, karena kami memang mengutamakan pelayanan yang baik di Puskesmas kami. Berbagai macam keluhan yang ada di Puskesmas mulai dari keluhan tentang pelayanan, pemberian obat yang hanya itu-itu saja, terkadang masyarakat lupa bahkan belum mengetahui bahwa Puskesmas adalah pemberian pengobatan dasar sehingga kita hanya memberikan obat-obatan dasar saja, selanjutnya jika penyakit betu;-betul serius dan harus ditangani lebih lanjut maka akan diberikan rujukan langsung kerumah sakit.”

Namun yang terjadi pada masyarakat tentang diskriminasi pelayanan Kesehatan adalah karena belum dipahaminya hak-hak pasien BPJS sesuai regulasi yang ada, ungkap bapak Mail Ismail Sadju, S.Kep bagian Poli Umum Puskesmas Maroangin pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 :

“pasien seringkali merasakan perbedaan dalam hal pelayanan pada tataran administrasi bukan pelayanan Kesehatan yang diberikan langsung kepada tim medis atau dokter, misalnya waktu tunggu pelayanan yang dirasa berbeda antara pasien umum dengan pasien pengguna BPJS. Pasien umum biasanya lebih cepat dipanggil daripada pasien pengguna BPJS, hal ini banyak ditemui karena proporsi pasien BPJS sekitar 60-70% dan pasien umum sekitar 30-40%, dengan loket pendaftaran yang terpisah antara pengguna BPJS dengan pasien umum. Sehingga ini yang kerap kali menjadi masalah utama di Puskesmas ini sendiri akibatnya ialah masyarakat selalu beranggapan bahwa pelayanan yang didapatkan kurang baik jika berobat ke puskesmas apa lagi menggunakan BPJS.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas menurut analisis peneliti bahwa dipuskesmas juga sudah diberitahukan mengenai proses pengaduan baik itu tentang pelayanan dan lainnya. Pihak puskesmas pun tidak tinggal diam mengenai pengaduan- pengaduan dari masyarakat tetapi langsung menanggapi dan mencari kebenaran mengenai aduan tersebut. Setiap bulannya pihak puskesmas pun rutin melakukan evaluasi mengenai pelayanan karena pelayanan dianggap hal paling utama yang harus menjadi dasar puskesmas dalam memberikan pelayanan Kesehatan sehingga pasien merasa aman dan nyaman untuk datang berobat di puskesmas tersebut.

Berdasarkan wawancara pada bagian Poli Umum Puskesmas Maroangin pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh bapak Mail Ismail Sadju, S.Kep mengatakan bahwa : Salah satu sumber utama pasien BPJS merasa tidak mendapatkan pelayanan Kesehatan secara maksimal Sebagian besar karena beberapa hal antara lain pelayanan Kesehatan di pemberian pelayanan Kesehatan tingkat I atau tingkat II, seperti contoh : 1. Tempat pelayanan pasien BPJS di pemberian pelayanan Kesehatan tingkat I yang sudah dipilih pada awal pendaftaran BPJS yang tercantum dalam kartu BPJS misalnya PPK I yang dipilih adalah puskesmas A, maka pasien tersebut wajib berobat ke Puskesmas A dan tidak bisa berobat di Puskesmas B secara gratis karena bukan merupakan peserta BPJS Puskesmas B, ini yang masih banyak ditemui dikalangan masyarakat yang beranggapan selagi dia peserta BPJS dia bebas atau berhak berobat dimanapun dia berada. Namun jika pasien tidak dilayani sesuai tempat kepesertaannya terdaftar maka pasien tersebut langsung mendiskriminasi Puskesmas tersebut bahwa pelayanannya kurang baik karena ia adalah peserta BPJS. Ini yang menjadi bahan evaluasi teman-teman dari puskesmas ini untuk selalu mensosialisasikan mengenai hal

(8)

Page 187 of 190

tersebut kepada masyarakat, akhirnya pihak puskesmas mengambil kebijakan untuk menginzinkan pasien tersebut berobat hanya sebanyak 3 kali.

2. Pasien BPJS mandiri dengan BPJS Pemerintah, kerap kali banyak dikeluhkan jika sudah sampai ke rujukan Rumah Sakit. Pengguna BPJS Pemerintah merasa jika sampai di rumah sakit tidak bisa memilih kamar lain dengan membayar selisih.

Dapat dilihat dari wawancara diatas menunjukkan bahwa masih banyak pasien yang belum mengetahui Standar Operasional untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan pihak BPJS sebaiknya sering melakukan sosialisasi agar masyarakat paham betul mengenai hak-hak mereka sebagai peserta BPJS dan bagaimana untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas serta pelayanan sebagaimana mestinya. Dari hasil pembahasan diatas juga dapat diketahui bahwa pihak Puskesmas Maroangin telah memberikan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat dengan maksimal dan sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tentang Kesehatan pasal 5 ayat 1 “bahwa setiap warga wajib mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang Kesehatan dan memperoleh Kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Namun hanya masyarakat yang mendiskriminasi pelayanan pihak puskesmas.

Kualitas sumber daya manusia antara lain sangat ditentukan oleh dua faktor yang satu sama lain saling berkaitan dan bergantung yaitu pendidikan dan kesehatan, dimana kesehatan menjadi syarat utama agar upaya pendidikan dapat berhasil, sementara pendidikan yang diperoleh dapat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang.

Dalam setiap pelayanan tentunya akan mendapatkan hambatan dalam setiap pelaksanaannya, tetapi hal ini merupakan hal yang sangat tidak baik bagi penerima jasa pelayanan kesehatan. Menurut Kepala Puskesmas Maroangin Kota Palopo pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh ibu Hj. Sri Yanti Malik,SKM hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Maroangin Kota dengan diantaranya sebagai berikut:

1. Rendahnya sumber daya manusia dan jumlah petugas yang kurang memadai.

2. Rendahnya kualitas sumber daya manusia petugas dan jarangnya mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pelayanan.

3. Rendahnya keterampilan sumber daya manusia sehingga memberikan pelayanan yang terbatas.

4. Pasien seringkali meminta rujukan langsung kerumah sakit untuk berobat 5. Kurangnya pengertahuan masyarakat mengenai penggunaan kendaraan

operasional.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan kepala puskesmas maroangin pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh ibu Hj. Sri Yanti Malik,SKM mengatakan bahwa :

“puskesmas merupakan pelayanan dasar yang dimana puskesmas pun memberikan layanan dasar contoh seperti obat-obatan yang juga kerap kali menjadi hambatan.

Mengapa puskesmas hanya memberikan obat-obatan dasar bukan paten karena itu telah menjadi aturan dari dinas Kesehatan, jika pasien membutuhkan perawatan lebih lanjut baru puskesmas memberikan rujukan. Jika masih mampu ditangani oleh pihak puskesmas maka akan diberikan perawatan lanjutan sesuai ketentuan.”

Berdasarkan uraian hasil wawancara diatas analisis penulis bahwa biasanya jika masyarakat mengeluhkan mengenai obat-obatan dan lainnya pihak puskesmas tidak tinggal diam tetapi langsung memberikan tanggapan mengenai hal itu, seperti contoh jika ketersdiaan obat dipuskesmas tidak ad aitu tidak akan langsung diberikan resep dan pasien mencari obat itu sendiri namun akan diupayakan oleh pihak puskesmas yang

(9)

Page 188 of 190 menyediakan.

Selain itu terdapat hambatan lain pada wawancara dengan bagian Poli Umum Puskesmas Maroangin pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh bapak Mail Ismail Sadju, S.Kep mengatakan bahwa yaitu penggunaan kendaraan operasional yang kerap kali dipermasalahkan oleh masyarakat yaitu ambulance.

“ambulance yang ada di puskesmas ini memang diperuntukkan untuk kendaraan operasional pihak puskesmas jika melakukan kunjungan keluar lapangan, baik melakukan sosialisasi atau kunjungan untuk memberikan pelayanan Kesehatan ke masyarakat langsung, melakukan kegiatan rutin setiap bulan ke posyandu dan lain-lain. Tetapi masyarakat daerah sini beranggapan bahwa ambulance dapat digunakan untuk umum seperti menggunakan ambulance untuk mobil jenazah padahal sebenarnya peruntukannya tidak untuk hal tersebut. Kami menyarankan untuk mobil jenazah agar menghubungi pihak pemerintah, sebisa mungkin kami memeberikan solusi terkait keluhan msyarakat.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas analisis penulis ialah sebaiknya pemerintah juga menyikapi dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk selalu mensosialisasikan mengenai penggunaan kendaraan operasional sehingga tidak lagi menimbulkan kesalah pahaman terhadap pihak puskesmas dan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas maroangin pada hari kamis, tanggal 19 Januari 2023 oleh ibu Hj. Sri Yanti Malik,SKM mengatakan bahwa mengenai upaya-upaya yang dilaksanakan dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam kualiatas pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Maroangin adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas melalui pemberian kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya, mengikutsertakan petugas dalam kegiatan pendidikan, pelatihan, seminar dan workshop dan merekrut sejumlah petugas agar dari segi jumlah dapat memadai

2. Memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dan menempatkan petugas sesuai dengan keahliannya

3. Memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan pada petugas dan memperikan semangat dan motivasi petugas

4. Meningkatkan kemampuan dan keahlian petugas melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kerjasama dengan rekan kerja

5. Memberikan bimbingan konseling secara rutin sehingga petugas memiliki moralitas dan disiplin yang tinggi

6. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman petugas terkait SOP pelayanan melaui pemberian penjelasan dan petunjuk teknis secara menyeluruh dan melakukan komunikasi dan pendekatan secara intens

7. Melakukan pendekatan melalui komunikasi yang intens dengan masyarat dan melakukan kerjasama antara petugas dengan masyarakat

8. Menambah sejumlah fasilitas kesehatan dengan mengajukan permohonan untuk penambahan anggaran kepada pemerintah daerah melalui dinas kesehatan dan melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pemerintahn daerah khususnya pihak dinas Kesehatan.

Terdapat beberapa faktor yang mendukung berjalannya suatu pelayanan dengan baik, yaitu :

a. Kesadaran para pejabat dan petugas yang berkecimpung dalam pelayanan.

b. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.

c. Oragnisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan.

d. Keterampilan petugas.

e. Sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

(10)

Page 189 of 190

Berdasarkan uraian diatas penulis bahwa pelaksanaan pelayanan yang berkualitas pada dasarnya harus didukung kesadaran para pejabat dan petugas, aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan harus memiliki kejelasan sehingga para petugas yang merupakan alat serta sistem memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dengan baik. Kemampuan dan keterampilan petugas dan sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan memiliki pengaruh yang besar dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan Kesehatan. Mengedukasi masyarakatsangatlah penting melalui sosialisasi sehingga pelaksanaan Kesehatan terjadi seirama masyarakat mengetahui hak-hak mereka sebagai pengguna layanan Kesehatan serta petugas medis lebih memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat mengenai Kesehatan.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Maroangin dinilai sudah optimal dan dilakukan semaksimal mungkin dengan tidak membeda-bedakan pelayanan baik pasien umum maupun pasien pengguna BPJS, begitupun dengan pengguna BPJS Mandiri dan BPJS Pemerintah. Memberikan pelayanan sesuai SOP dengan memberikan antrian kepada seluruh pasien yang datang tanpa membeda-bedakan, memberikan edukasi dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat untuk menggunakan aplikasi Mobile JKN untuk mengakses nomor antrian demi menghindari antrian Panjang, memberitahukan pasien pengguna BPJS jika tidak terdaftar di Puskesmas untuk mentoleransi pemberian pengobatan hanya sebanyak 3 kali untuk menggunakan kartu BPJS tersebut.

2. Hambatan-hambatan yang dihadapi petugas dalam pelayanan kesehatan meliputi rendahnya sumber daya, rendahnya keterampilan tenaga medis dalam hal ini dalam menangani pasian di unit gawat darurat sehingga jika terjadi penyakit seperti kecelakaan yang membutuhkan penanganan langsung hanya langsung dirujuk ke rumah sakit, terbatasanya anggaran yang diberikan.

3. Upaya-upaya yang dilakukan yaitu pemberian kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya, mengikutsertakan petugas dalam kegiatan pendidikan, pelatihan, seminar dan workshop, merekrut petugas, memberikan petunjuk, pengarahan dan bimbingan dan motivasi, penambahan anggaran dan melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pemerintahn daerah khususnya pihak dinas kesehatan.

5. DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Dan penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2004)

Amran Razak, Chazali H.Sitomorang “Sketsa Politik Jaminan Kesehatan Nasional” (Yogyakarta : CV Budi Utama,2019)

Andika Wijaya, Hukum Jaminan Sosial Indonesia (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2018)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. 2016. Buletin BPJS Kesehatan Tahun 2016

Basyir,Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta, UII Press.1977

(11)

Page 190 of 190 .

Dinna Wisnu, “Politik Sistem Jaminan Sosial” (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum 2012)

Djuhaeni, Henni. 2007. Asuransi Kesehatan dan Managed Care.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Edi Suharto, “Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik”. (Bandung:

CV Alfabeta, 2008)

H.Moenir Managemen Pelayanan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN), (Jakarta : 2013)

Laksanto Utomo “Buku Ajar Hukum Jaminan Sosial”,(Jakarta : Lembaga Studi Hukum Indonesia, 2020)

Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya Bandung, 2011.

Moenir As, Managemen Pelayanan Umum di Indonesia, (PT. Bumi Aksara: 2006) Ni Nyoman Ayu Ratih Pradnyani, Tanggung Jawab Hukum

Dalam Penolakan Pasien

Jaminan Kesehatan Nasional, Surabaya : Secorpindo Media Pustaka, 2020 Rominto dan Atik Septia, Manegemen Pelayanan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005)

Sujarweni V , Wiratna, Metode Penelitian Lengkap Praktis dan Mudah Dipahami

(Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2014)

Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).

Sutopo, Suryanto dkk, Pelayanan Prima, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2003)

Wayne Parsons, “Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijkan”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup 2008)

Budimar, Rusli, Pelayanan Publik Diera Reformasi, www. Pikiran.Rakyat.Com.

Edisi 07 Juni 2004

Referensi

Dokumen terkait

pada Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara dan Setiap Orang,

6 Oleh karena itu, adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran

Pengaturan pedoman pemberian pelayanan kesehatan oleh BPJSKesehatan didasarkan pada SJSNdalam rangka menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).Pasal 1 Peraturan

“Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum bagi pekerja yang tidak didaftarkan serta akibat hukum bagi perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerja

Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan hendaknya melakukan kerja sama dengan asosiasi pelayanan kesehatan tradisional atau organisasi professional untuk menetapkan suatu

Penerapan Sanksi Terhadap Pemberi Kerja Yang Lalai 79 Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Pekerja/Buruh Penerima Upah Dalam Suatu Perusahaan Yang Tidak Diikiutsertakan

Dalam hal rawat inap, kegiatan yang dilakukan adalah penerimaan pasien (administrasi), pemberian pelayanan medik, pelayanan perawatan, pelayanan obat dan makanan, dan