ANALISIS PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP EFEKTIVITAS BELANJA OPERASIONAL PADA DINAS PENANAMAN MODAL
DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI SULAWESI SELATAN
Gradiana Novita Sari1, Sukardi2, Rohani3
1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar
1[email protected],2[email protected],3[email protected]
ABSTRACT
The research aims to find the relationship of performance- based budgets with the effectiveness of operational spending. The research used quantitative descriptive. The population were 70 participants, and the sample were 58 participants selected by using slovin formula. The analysis used simple linear regreression. The result shows that Y = 2. 374 + 0. 405 x . So it coud be concluded that (x) has an effect to (y), because of any application of one- based performance unit budget, it increased the effectiveness of operational spending as 0. 405. It is proved by result of the hypothesis testing, t count as 3.900 and t table is 1.673; t count is bigger than t table, means H0 is rejected. It means there have positive and significant effect betwen performance- based budgets application and the effectiveness of spending.
Keywords: Performance-based budgets, and the effectiveness of operational spending
PENDAHULUAN
Anggaran adalah perkiraan anggaran untuk Proses penganggaran atau metode penyusunan anggaran adalah periode waktu tertentu dalam ukuran finansial. Penganggaran adalah proses politik untuk organisasi sektor publik. Di sektor swasta, anggaran terdiri dari rahasia perusahaan yang tersembunyi.
Sehubungan dengan sektor publik, penting untuk menginformasikan kepada publik tentang anggaran penggantian agar dapat diperdebatkan, dibahas dan diberikan masukan. Penyusunan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) bebasis kinerja dilakukan berdasarkan pencapaian kerja, Standar pengeluaran, indikator kinerja, standar harga satuan, analisis belanja standar dan standar pelayanan minimal. Dalam penyelenggaraanya, pemerintah daerah dituntut lebih responsif, transparan, dan akuntabel terhadap kepentingaan masyarakat.
Penganggaran sektor publik tekait dengan poses penentuan jumlah alokasi dana, untuk tiap-tiap program. Dengan dikeluarknnya. UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, metode penganggaran Pemerintah.
Berdasarkan hasil ini, cara untuk menggunakan anggaran Pemerintah tidak lagi fokus pada input, tetapi pada produksi.
Reformasi diperlukan untuk menggunakan sumber daya pemerintah yang semakin langka dalam proses pelatihan, tetapi masih memenuhi persyaratan Penerimaan lebih rendah. Penganggaran berorientasi hasil adalah metode yang diadopsi secara luas di berbagai negara oleh pemerintah modern. Mengenai penganggaran seperti itu, sangat penting bagi unit kerja pemerintah, pemerintah untuk memberikan layanan kepada publik (Ditjen Perbendaharaan, 2009). Penerapan anggaran berbasis kineja. itu juga akan meningkatkan kualitas layanan publik, dan memperkuat dampak peningkatan layanan publik Kementerian / lembaga negara diberikan fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola program und-activity yang didukung oleh kepastian yang lebih tinggi untuk program und-activity yang akan dilaksanakan.
Dengan adanya undang-undang yang mengatur otonomi daerah, maka terjadi perubahan yang mendasar ditinjau dari aspek kewenangan sesuai UUN0.22 tahun 1999 yaitu pemberian daerah otonomi yang luas untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi setempat, dalam implementasi otonomi daerah tersebut diungkapkan prinsip sebagai berikut : 1)
Desentralisasi, 2) Dekonsentrasi, 3) Tugas pembantauan.
Sesuai dengan mandat Peraturan Pemerintah 105 tahun 2000 tentang manajemen dan pembiayaan yang disetujui dalam Keputusan No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman Manajemen, Akuntabilitas dan pengawasan anggaran dan pengeluaran daerah, pengaturan administrasi daerah, yang secara substantive memberikan pedoman bagi pelaksanaan system anggaran berbasis kinerja (Performance budget) yaitu suatu system Anggaran memprioritaskan pemenuhan rencana alokasi (input) pekerjaan (output) yang ditetapkan, sehingga dengan demikian struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah saat ini terdiri dari: 1) pendapatan, 2) Belanja, dan 3) pembiayaan, yangsecara substantive pelaksanaan anggaran pendapatan belanja negara (APBD) tersebut harus
senantiasa dikelolah dan
dipertanggungjawabkan secara transparan dana akuntabel baik kepada pemerintah, dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) maupun komponen masyarakat yang berkepenting. UU No.17 mengatur anggaran daerah yang disiapkan (APBD) berdasarkan kinerja pekerjaan yang diterima. Untuk mendukung kebijakan ini, sistem harus dibuat yang dapat menyediakan data dan informasi untuk dikompilasi anggaran pendapatan belanja. Daerah (APBD) dengan keberhasilan Adapun Solusi komunitas ini harus didasarkan pada publik. Untuk memungkinkan pemerintah daerah menciptakan kemakmuran bagi warganya, otonomi uang yang disediakan membutuhkan pembangunan itu sendiri., Otonomi dengan perspektif pembangunan untuk kepentingan masyarakat membutuhkan representasi hubungan antara otonomi dan kebutuhan masyarakat. Anggaran daerah untuk investasi dan pengeluaran terdiri dari pengeluaran uang, yaitu: semua penerimaan kas selama tahun fiskal tertentu, yang merupakan hak negara untuk membenarkan jumlahnya. Anggaran dan kinerja yaitu: 1) Bagian yang tersisa lebih dari perhitungan anggaran tahun lalu, 2) Bagian pendapatan dari sumber daerah sendiri, 3) Pendapatan pemerintah / lembaga yang unggul, 4) Pendapatan legal lainnya.
Ini adalah pengeluaran nasional, yaitu:
semua yang diakui pada tahun fiskal merupakan pengurang dari nilai aset bersih.
Untuk otonomi daerah, pemerintah daerah
diharapkan mampu mengelola sumber-sumber yang ada didaerahnya. Sehingga memperoleh pendapatan asli daerah yang semaksimal mungkin. dapat mencapai tingkat yang efektif.
Efektivitas kinerja financial pada sektor publik dapat diukur dengan melakukan analisis varians atau menghitung selisih antara realisasi dengan yang telah dianggarakan. Salah satunya diperkenalkan melalui Kantor Layanan Investasi dan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan, yang merupakan salah satu lembaga pelaksana. Pendekatan penganggaran yang digunakan adalah metode tradisional untuk mengontrol item anggaran berdasarkan kinerja. Cara menangani rencana ini tidak tergantung pada tinjauan otorisasi.
Namun, ini membutuhkan lebih banyak kebutuhan, dan mekanisme akuntabilitas tidak terhubung dan dana dibutuhkan. Ukuran keberhasilan hanya diperhitungkan dengan saldo anggaran antara pengeluaran dan defisit anggaran atau surplus berarti bahwa alokasi
Kantor investasi dan layanan terpadu Provinsi Sulawesi Selatan dan adalah salah satu instansi pemerintah yang menangani penanaman modal atau Investasi, badan ini memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mendorong peningkatan investasi dan memberikan pelayanan dan pembinaan terhadap investor yang telah berinvestasi di Sulawesi Selatan, badan ini juga. Mendapat tanggung jawab membantu gubernur dalam melaksanakan urusan pemerintahan di sektor pembangunan yang merupakan kewenangan daerah dan misi pendampingan daerah
Rekapitulasi target anggaran belanja operasional pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan
Pada tahun 2016 anggaran sebesar 21.396.388.767 dengan realisasi 20.342.117.082 , tahun 2017 anggaran sebesar 20.460.871.950 dengan realisasi 18.914.553.831 dan tahun 2018 anggaran sebesar 15.210.527.575 dengan realisasi sebesar 14.152.530.420.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas Belanja Operasional Pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanana Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan”.
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Belanja Operasional Pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi sulawesi selatan?
Tujuan Penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap efektivitas belanja operasional pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Provinsi Sulawesi Selatan.
TINJAUAN LITERATUR
Pengertian anggaran secara etimologis berasal dari bahasa Perancis ’’Bougette”.
Kemudian diterjemahkan dalam bahasa inggris
”Budget’ artinya sebuah tas kecil. Berdasarkan asal katanya, anggaran mencerminkan adanya unsur Sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas, baik itu modal, sumber daya manusia, atau sumber daya lainnya. Itu harus sejalan dengan tujuan dan dalam periode waktu yang ditentukan karena dana terbatas.
Menurut Munandar dikutip oleh Didit Herlianto (2015) Anggaran adalah anggaran yang direncanakan secara sistematis yang mencakup semua operasi organisasi yang termasuk dalam bagian ini. Moneter Dari pengertian ini, anggaran memiliki empat elemen utama yaitu: 1) rencana, 2) mencakup semua kegiatan perusahaan, 3) ditentukan dalam satuan moneter, 4) waktu tertentu di masa depan, yang meliputi: a) taktik anggaran (Benar) dan untuk waktu tertentu (siklus) benar di masa depan. (Lebih dari satu periode pelaporan atau lebih dari satu tahun), (b) pengeluaran proyek jangka pendek. Anggaran jangka pendek terdiri dari: anggaran reguler, misalnya. Anggaran yang hanya berlaku untuk satu periode akuntansi atau satu tahun penuh.
Menurut Nurkholis dan Khusaini (2019) Anggaran adalah metode pembuatan rencana keuangan dan pembiayaan dan kemudian mengalokasikan dana untuk setiap operasi sesuai dengan peran dan tujuan yang dicapai. Berdasarkan tugas dan tanggung jawab unit kerja tertentu, masing-masing kegiatan ini kemudian dikelompokkan ke dalam program.
Menurut Manalu dan Poluan (2018) Anggaran adalah anggaran numerik (satuan jumlah) yang diselenggarakan setiap tahun berdasarkan rencana tertulis yang disetujui.
Anggaran (budget) adalah rencana tertulis yang dinyatakan dalam unit tunai tentang
organisasi, tetapi juga dapat dinyatakan dalam unit barang / jasa.
Pada dasarnya penganggaran berbasis kinerja sering diistilahkan dalam bahasa inggris (Performance Budgeting). Performance Budgeting mempunyai banyak arti yang mestinya dipahami secara bersama bahwasannya anggaran dimaksud sebagai perwujudan dari metode pemanfaatan anggaran. Luasnya kandungan makna itu lebih pada system pemanfaatan anggaran yang dimulai dari metode perhitungan anggaran pendapatan (penerimaan), pengeluaran (belanja), manfaat (hasilnya) serta dampaknya (impact). Dengan demikian Angraini (2016)
“Anggaran berbasis kinerja (ABK) merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada seperangkat tujuan dan sasaran yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja”. Menurut UU N0.17 tahun 2003, kinerja adalah dalam kompilasi yang diperlukan atau yang ingin dicapai.
Pemahaman tentang anggaran Angraini dalam Taus (2016) kompilasi melihat konsep Jim (2005) justu memberikan kepercayaan pada penganggaran berbasis kinerja (ABK). Dapat dilihat sebagai mekanisme atau transformasi untuk mendukung hubungan antara pendanaan yang diberikan kepada lembaga / lembaga pemerintah dan hasil (hasil / dampak) dan / atau keluaran (keluaran) melalui alokasi anggaran yang konsisten dengan data kinerja 'formal' Data hasil, data terstruktur dan metrik, pengukuran biaya untuk setiap kelas produksi dan hasil, dan penilaian efisiensi dan efektivitas pengeluaran melalui berbagai alat analitik. Anggaran didasarkan pada bagian yang tidak terpisahkan dari proses peningkatan manajemen keuangan (anggaran negara) dan otorisasi layanan publik dan transparansi dan efektivitas kebijakan dan program. Tujuannya adalah untuk meningkatkan layanan masyarakat dalam hal kebijakan, penjadwalan, penganggaran, dan implementasi. Diperlukan perbaikan berdasarkan konstitusi untuk mengontrol anggaran negara untuk mengatasi kekurangan dalam penganggaran dan manajemen keuangan Peningkatan proses penganggaran, manajemen kinerja dan tanggung jawab pengembangan sumber daya manusia (Mubarak, 2007 dalam Taus).
Mengatur operasi sesuai jadwal nilai adalah
nilai input ke output. Jika suatu peristiwa dilakukan secara efisien, hasil kompilasi mungkin lebih tinggi dengan input atau output yang sama dibuat dengan input yang lebih sedikit. Sehubungan dengan itu sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system yang mencakup kegiatan penyusunan.
Jadwal Berbasis Anggaran adalah sistem penganggaran yang dapat mengintegrasikan perencanaan keuangan dengan anggaran tahun depan. Hubungan antara dana yang tersedia dan hasil yang diharapkan akan terlihat.
Namun, tampaknya, penganggaran berbasis kinerja juga menarik bagi organisasi itu sendiri. Oleh karena itu, data keuangan diperlukan, baik finansial maupun non-final, karena data tersebut akan diterjemahkan menjadi informasi untuk mendefinisikan metrik, ukuran, dan pengukuran, serta untuk analisis dan perhitungan. Pandangan yang lebih informatif tentang distribusi dana. Biaya yang dikeluarkan lebih menekankan pada tugas yang dilakukan oleh konsumen dari rencana, bukan jumlah yang digunakan.
Sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan metrik dan mengevaluasi biaya dan informasi. untuk kondisi saat ini pemerintah telah menerapkan pendekatan anggaran sesuai konsep New Publik Management (NPM). Sebagaimana satuan kerja perangkat daerah yang lain Biro Investasi Provinsi Sulawesi Selatan dan Layanan Terpadu Satu Pintu juga menerapkan ketiga pendekatan tersebut pada Layanan Umum Daerah (BLUD) ditambah dengan satu pendekatan Flexsibel Budget. Dimana flexsibel budget ini diberikan untuk memberikan keleluasaan pada pergeseran anggaran dalam jenis belanja, dan penambahan volume belanja sesuai dengan kondisi fluktuasi pelayanan, hingga pada ambang batas tertentu yang telah ditetapkan pada dokumen rencana tahunan.
Anggaran berbasis kinerja (performance budgeting), mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Mempertimbangkan hubungan antara analisis kinerja dan hasil, proses penyusunan anggaran menyoroti nilai hasil pekerjaan dan penyesuaian dengan alokasi anggaran tahun yang ditentukan. b) Diatur agar sesuai dengan target. c) Program dan kegiatan disusun sesuai dengan Rencana Strategis untuk Rencana Institusi / Area Satuan Kerja (SKPD). d) Prinsip penganggaran berbasis kinerja
Melalui pendekatan penganggaran new publik management yang berbasiskan kinerja kemudian bersinergi dengan strong leadership ditemukan satu titik kesamaan yaitu seorang pemimpin setidaknya memiliki prinsip.
Demikian pula anggaran berbasis kinerja pun memiliki prinsip yang dijadikan pedoman.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap Efektivitas belanja pada Dinas Penanaman Modal Dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 1. Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan data kuantitatif yang artinya, data yang dikumpulkan berupa angka-angka, dan data yang dikumpulkan melalui data dokumentasi.
Tujuan penulis menggunakan data kuantitatif adalah agar peneliti dapat mengetahui mengenai anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas belanja operasional pada Kantor investasi terpadu dan pelayanan terpadu Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan untuk sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya. Dalam bentuk data dan informasi yang relevan.
Data Penelitian Penelitian termasuk pada jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif (Sugiyono, 2018) mendefinisikan bahwa penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status berkahir dari subjek penelitian. Jenis data yang digunakan oleh penulis, yaitu Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari Agensi dalam bentuk uraian tugas dan penjelasan bukan angka atau terkait dengan nomor Agensi. data kuantitatif, yaitu, informasi yang diperoleh dari institusi dalam bentuk dokumen dan data dalam bentuk data perusahaan. data primer, yaitu data berbasis wawancara dan pengamatan langsung yang direkam. Data sekunder, yaitu data dari rincian bibliografi,
Anggaran Berbasis Kinerja (X)
Efektivitas Belanja Operasional
(Y)
laporan tertulis, dan literatur terbitan yang diterbitkan.
Dalam Penelitian ini yaitu: 1) Kusioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis kepada responden. 2) dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data atau informasi melalui catatan buku laporan perusahaan,daftar pertanyaan, jumlah.
Populasi. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 responden dengan menggunakan rumus slovin maka jumlah responden sebanyak 58 orang.
Untuk menjawab pertanyaan tentang hubungan antara implementaasi anggaran dan efektivitas belanja operasional, penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu independen dan variabel dependen.
Penelitian ini menggunakan rumus skala Likert, yang menurut Sugiono (2018) "untuk mengukur variabel yang digunakan, satu dari lima pilihan dipilih untuk menjawab setiap pertanyaan:"
Tabel 1. Instrumen Skala Likert
No Jawaban Skor
1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup Baik 3
4 KurangBaik 2
5 Tidak baik 1
Sumber: Sugiyono (2018).
Menggunakan serangkaian kriteria peringkat untuk menanggapi deskripsi masing- masing variabel. Skor aktual diperoleh melalui klasifikasi bobot yang diberikan oleh perhitungan semua responden. Sedangkan skor ideal diperoleh melalui kontribusi nilai tertinggi pada kuesioner dikalikan dengan sampel.
Tabel 2 : Kriteria skor tanggapan responden terhadap skor ideal.
No Interval Kriteria
1 0 – 20 Tidak baik
2 21 – 40 Kurang baik
3 41 – 60 Cukup baik
4 61 – 80 Baik
5 81 – 100 Sangat baik Sumber: Sugiyono (2018).
Dimulai dengan hipotesis yang diajukan, analisis teknis penelitian ini
menggunakan analisis teknis, regresi dan penentuan, yang dijelaskan sebagai berikut:
Analisis Regresi Linear Sederhana adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara hubungan variabel pnenerapan anggaran berbasis kinerja dengan variabel Kinerja efektivitas belanja operasional pada kantor investasi dal layanan terpadu Sulawesi Selatan. Koefisien regresi ditentukan dalam sebagai berikut:
Y = a + bx Y = a + bx
Y = Variabel dependen a = konstanta
b = koefisien variabel x x = variabel independen
T-test adalah tes hipotesis langkah- langkah pengujian sebagai berikut:
Melalui uji hipotesis yaitu: Jika Ho : β ≤ 0 maka Ho diterima dan menolak Ha. Jika Ha : β
˃ 0 maka Ha diterima dan menolak Ho
Menentukan tingkat signifikan pada α sebesar 5% dengan menentukan t-tabel pada tingkat signifikan 5% dengan rumus :
df = n – k keterangan:
n : total sampel
k : kedua variabel yakni X dan Y Menentukan nilai thitung pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas belanja operasional pada Dinas Penanaman ModalDan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan.
Keterangan:
t : distribusi nilai r : koefisien korelasi
Membandingkan antara t hitung dengan tabel kemudian membuat kesimpulan yakni apabila t-hitung ˃ t-tabel maka H0 ditolak dan menerima Ha. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan anggaran berbasis kinerja dan efektivitas belanja operasional, sedangkan apabila t-hitung ˂ t-tabel maka H0 diterima dan menolak Ha. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas belanja operasional pada Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanana Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan.
Analisis Koefisien Determinasi (R²).
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
variable independen menjelaskan variable dependen maka digunakan analisis koefisien determinasi (R²). Dengan bantuan olahan program SPSS koefisien determinasi (R²) terletak pada tabel model Summary dan tertulis R Square. Nilai R Square dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai dengan 1
Adapun definisi operasional dalam penulisan ini adalah: 1) Anggaran berbasis kinerja adalah suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai.
2) Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran operasional adalah belanja operasional/rutin. 3) Efektivitas belanja operasional dapat dilihat dari laporan realisasi belanja operasional. Laporan realisasi biaya operasional merupakan alat evaluasi anggaran.
Dengan anggaran biaya operasional kita dapat mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai, yaitu dengan adanya efisiensi biaya operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi variabel penelitian untuk menginterpretasikan mengenai distribusi frekuensi jawaban responden dari data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini data kuesioner berjumlah 58 dan jawaban responden dikategori dalam lima kategori dengan menggunakan skala likert. Masing- masing skala mempunyai penilaian dari sangat negatif ke sangat positif yang dituangkan dalam pilihan jawaban responden.
Tabel 3. Rekapitulasi distribusi frekuensi jawaban
No. Tanggapan Responden
point Penerapan anggaran berbasis kinerja F t f t 1 Sangat baik 5 142 710 176 88 2 Baik 4 203 812 226 904 3 Cukup baik 3 219 657 178 534 4 Kurang baik 2
5 Tidak baik 1
Jumlah 564 2,179 580 1,526 Sumber: data diolah (2018)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil persentase kecendrungan jawaban responden adalah sebagai berikut:
Penerapan anggran berbasis kinerja (x).
Skor ideal = Angka penilain tertinggi x Jumlah pertanyaan x Jumlah Responden = 5 x 10 x 58 = 2.900. skor jawaban = Total jawaban x 100% . Skor ideal. Skor jawaban = 2179 x 100% 2.900 = 75,37(baik). Skor jawaban untuk variabel penerapan anggaran berbasis kinerja dikategorikan baik yaitu sebesar 75,37. Hal ini secara deskriptif memberikan indikasi bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja pada Dinas Penanaman Modal Dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan di kategorikan baik.
Efektivitas belanja operasional ( Y ).
Skor ideal = angka penilaian tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah responden = 5 x 10 x 58 = 2.900. Skor jawaban = Total jawaban x 100%. Skor ideal. Skor jawaban 1526 x 100% = 52,62. 2.900
Skor jawaban untuk penilaian variabel efektivitas belanja operasional di kategorikan baik. Secara deskriptif ini mrenjelas kan bahwa ada efekrivitas belanja operasional pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan.
Pengujian dan pembuktian secara empiris pengaruh antar variabel dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana yang diolah menggunakan program IBM SPSS 20, untuk melakukan pengujia terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hasil analisis regresi linear sederhana yang menguji pengaruh pengaruh variabel penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas belanaj operasional pada Dinas Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 4. Uji t
Model
Unstandardi zed
Coefficients
Unstanda rdized Coefficie nts
T Sig.
B Std.
Error Beta (Constant)
Efektivitas Belanja Operasion al
2,374
,405 ,404
,104 ,462
5,876
3,900 ,000
,000 Sumber: data diolah (2018)
Tabel besarnya harga untuk level signifikan 0,05% db= 56 ( db =N -2 untuk 58) Yaitu 1,673Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan SPSS 16.0 untuk Windows, yaitu 3.900 Pengambilan Keputusan
Jika angkanya lebih tinggi dari tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.Dari hasil perhitungan
thitung sebesar 3,900 di atas dibandingkan
dengan ttabel ( db= 56) yaitu 1,673 taraf signifikan 0,05% jadi thitung >dari ttabel maka, dan Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain menerima hipotesis Ha dan menolak hipotesis Ho untuk pengujian kedua variabel.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel xberpengaruh terhadap efektivitas belanja operasional. Dari hasil pengujian hipotesis tersebut terbukti bahwa “ ada pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas belanja operasional pada kantor investasi layanan terpadu sulawesi selatan.
Tabel 5. Uji Determinan (r²)
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1 .462a ,213 ,200 ,37767
Sumber: data diolah (2018)
Tabel di atas mencerminkan bahwa besarnya koefisien determinasi atau bilangan kuadrat R adalah 0,462, sehingga selanjutnya menjelaskan besarnya pengaruh variabel X pada variabel Y menggunakan koefisien determinan r2 yang termasuk dalam persentase. Hasilnya sebagai berikut:
R² = (0,462)² x 100%
= 21,344 x 100%
= 21,3%
Ini menunjukkan besarnya dampak anggaran berbasis kinerja sebesar 21,3 persen pada belanja operasional dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain sebesar 78,7 persen
PENUTUP
Berdasarkan temuan penelitian penulis bisa menarik kesimpulan mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas belanja operasional pada kantor investasi dan layananan terpadu Provinsi Sulawesi Selatan yaitu: penerapan anggaran berbasis kinerja menunjukan kriteria sangat baik. Yang berarti Dinas penanaman modal dan PTSP Provinsi Sulawesi Selatan telah menerapkan dan melakukan anggaran berbasis kinerja dengan baik. Sehingga penyusunan anggaran selalu terukur secara rasional, telah melakukan penyusunan rencana belanja dengan baik, selalu memperhatikan pos-pos pengeluaran
belanja pada setiap belanja yang di anggarkan.
Setelah dilakukan uji analisis menggunakan SPSS, menunjukan adapengaruh yang signifikan antara Penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas belanja operasional Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS, mencapai jumlah 3.900 dan tingkat kemungkinan 0,00 relatif terhadap t.Dari hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai R Square (R²) sebesar 21,3%, hal ini menunjukan bahwa efektivitas belanja operasional 21,3% di pengaruhi oleh variabel x sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
DAFTAR PUSTAKA
Anggaran berbasis kinerja keuangan website theorykeuangan daerah.blogspot.com Anggraini. (2010). Anggaran berbasis kinerja
dalam Wilfridus Taus.
Aprilia, N., & Melfariza. (2014). Pengaruh Anggaran Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Kota Bengkulu
Styanto, F.A.R.B. (2008). Dampak penganggaran berbasis kinerja pada Efektivitas Pengeluaran Operasional (Studi Kasus di Dinas Pendidikan Provinsi di Jawa Barat).
Didit, H. (2015). Anggaran Keuangan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Mubarak. (2007). Anggaran berbasis kinerja dalam Wilfridus Taus
Nota Keuangan dan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran (2014).
Nurkholis., dan Husaini, M.(2019).
Penganggaran sektor publik. Malang: Ub Press.
Pemerintah Indonesia. (2003). Undang- Undang Nomor 17 2003 tentang keuangan negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000
Tentang Pengelolaan Dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Manalu, S. & Poluan, S.J. (2018). Cara Akurat
Menyusun Penganggaran Perusahaan Manufaktur. Malang: Cv. Seribu Bintang.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian. Jakarta:
Kencana
Wiratna, S. (2015). Akuntansi Sektor publik.
Jakarta: Pustaka Baru Press.
Thomas, S. (2013). Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: PT Indeks.
Tambunan, S.T. (2016). Glosarium Istilah Pemerintahan. Edisi pertama. cetakan ke 1.
Jakarta: Prenamedia Group
Tanjung, H. A. (2013). Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Cetakan ke 2.
Bandung: Alfabeta
Wilfridus, T. (2016). Performance Budgeting.
Malang: Ub Press UU No. Undang-undang Nomor 17 mengatur anggaran terstruktur pendapatan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Undang-Undang Nomor.22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah