• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologi Perkembangan Anak dalam Pendidikan Dasar

N/A
N/A
Nurul Fitri Shofiah

Academic year: 2025

Membagikan "Analisis Psikologi Perkembangan Anak dalam Pendidikan Dasar"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Muria Kudus Magister Pendidikan Dasar

Analisis Psikologi Perkembangan Anak

Oleh :

Yunita Damayanti | Rif’an Romdloni Fatahudin | Aris Basuki | Vivi Fitroh Sayyidati

(2)

PERKEMBANGAN

BAHASA, BICARA DAN SOSIAL ANAK

Book Chapter

Penulis

Yunita Damayanti

Rif’an Romdloni Fatahudin Aris Basuki

Vivi Fitroh Sayyidati

(3)

DAFTAR ISI

Daftar Nama Penulis...i

Daftar Isi ...ii

Abstrak ...iii

Pendahuluan...1

Pembahasan ...4

1. Perkembangan Bahasa Pada Anak a. Teori Perkembangan Bahasa Pada Anak ...4

b. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak ..8

c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Pada Anak ...11

2. Perkembangan Berbicara Pada Anak a. Pengertian Kemampuan Berbicara Anak ...15

b. Cara Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak. .16 3. Perkembangan Sosial Pada Anak a. Makna Perkembangan Sosial Anak...19

b. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak ...20

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak ...22

Penutup ...25

Referensi ...26

(4)

Bahasa adalah hal yang paling utama dalam menjalin sebuah komunikasi. Perkembangan bahasa pada anak adalah perkembangan bahasa yang harus dimiliki anak sebagai salah satu dari kemampuan dasar, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya. Berbicara adalah keterampilan dalam menyampaikan maksud (ide, isi hati serta pikiran) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dipahami oleh orang lain.

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma, moral, dan tradisi yang melebur menjadi satu, saling berkomunikasi dan bekerjasama.

Perkembangan bahasa, bicara dan sosial merupakan peranan penting dalam kehidupan. Bahasa, bicara dan sosial merupakan proses seseorang dalam berinteraksi dengan sesama. Seorang anak dalam menguasai bahasa, bicara dan sosial tentunya harus melalui beberapa proses tahapan.

Apabila tahapan-tahapan tersebut telah terlalui, maka kemampuan bahasa, bicara dan sosial anak akan terwujud secara kompleks.

(5)

Setiap manusia memiliki kemampuan yang sama untuk menguasai bahasa dan bicara. Proses dan sifat penguasaan bahasa dan bicara seseorang berlangsung dinamis dan bertahap. Setiap manusia akan terlibat dalam lingkungan sekitarnya. Kemampuan berbahasa dan berbicara memungkinkan mereka dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungannya. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk diajarkan berbahasa dan berbicara sejak dini agar mereka dapat mengekspresikan diri dengan baik melalui kata-kata yang didapat melalui lingkungan sekitar.

Manusia sejak lahir (bayi) sudah memulai komunikasi dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Seorang bayi melatih bahasa tersebut dengan mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Perkembangan kemampuan berbahasa dan berbicara seseorang dapat meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Ketika usia anak-anak berkembang, bahasa sangatlah penting karena hal itu mempengaruhi kelancaran anak dalam berbicara.

Perkembangan bahasa dan bicara pada anak sangat penting karena anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya (social skill) untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya.

Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling kuat pada manusia terletak pada masa usia dini, tepatnya pada usia kurang lebih tiga tahun dari hidupnya, yaitu suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan (Jailani, 2018). Usia dini merupakan masa keemasan (golden age) dalam perkembangan manusia, yang disebut juga sebagai periode sensitif. Pada masa ini, anak-anak sangat mudah menerima stimulus dari lingkungan sekitar, baik yang disengaja maupun tidak disengaja (Sutrisno, Yudistira, dan Alfarisi, 2021) Dengan bahasa, anak akan mampu membicarakan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaanya pada orang lain.

Manusia tidak hanya berpikir dengan otaknya, tetapi juga dituntut untuk menyampaikan dan mengungkapkan isi pikiran

(6)

oleh orang lain (Kholilullah, Hamdan, dan Heryani, 2020).

Dengan menggunakan bahasa, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang dapat bergaul di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Apabila perkembangan bahasa dan bicara anak mengalami gangguan, maka akan berdampak pada aktivitas anak ketika menerima dan memahami sebuah informasi.

Perkembangan bahasa dan bicara anak akan berpengaruh pada perkembangan sosial di sekitarnya. Perkembangan sosial merupakan proses pencapaian kematangan dalam hubungan sosial dan pembelajaran agar dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku pada kelompok tradisi dan moral (Suhasri, Astuti, Suryana & Abdurrahmansyah, 2023).

Perkembangan sosial seseorang ditandai dengan tercapainya kematangan interaksi sosialnya, seperti bagaimana ia mampu bergaul, beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok yang ada di sekitarnya (Octofrezi dan Chaer, 2021).

Perkembangan sosial anak berawal dari bayi yang hanya bisa menangis, selanjutnya dengan bertambahnya pertumbuhan badannya, bayi akan menjadi seorang anak dan kemudian anak akan menjadi orang dewasa yang akan mengenal lingkungannya yang lebih luas, mengenal banyak manusia, seperti berkenalan dengan orang lain yang dimulai dengan ibunya, kemudian mengenal ayah dan keluarganya.

Selanjutnya manusia yang dikenalnya akan semakin banyak dan heterogen sehingga ia berupaya untuk munyesuaikan diri dengan masyarakat luas. Akhirnya manusia mengenal kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau bernegara.

Dengan perkembangan bahasa, bicara dan sosial anak (manusia), maka akhir-nya ia dapat mengetahui bahwa manusia itu saling membantu, saling memberi dan saling menerima.

Berdasarkan uraian penjelasan mengenai perkembangan bahasa, bicara dan sosial anak di atas, selanjutnya pada bab ini penullis akan menguraikan beberapa sub pokok bahasan yang lebih mendalam diantaranya 1) perkembangan bahasa anak, meliputi: a) teori perkembangan bahasa anak, b) tahap- tahap perkembangan bahasa pada anak, dan c) faktor yang

(7)

mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Selanjutnya, 2) perkembangan bicara anak, meliputi: a) pengertian kemampuan berbicara anak, b) Cara meningkatkan kemampuan berbicara anak. Kemudian, 3) Perkembangan sosial anak, meliputi: a) makna perkembangan sosial anak, b) karakteristik perkembangan sosial anak, dan c) faktor yang mempengarhi perkembangan sosial anak.

(8)

“Perkembangan Bahasa, Bicara dan Sosial Anak”

1. Perkembangan Bahasa Pada Anak

a. Teori Perkembangan Bahasa Pada Anak

Perkembangan bahasa selalu meningkat sesuai dengan bertambahnya usia anak. Keterampilan bersosialisasi dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa anak berorientasi dalam dirinya sendiri.

Perkembangan bahasa anak diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan dalam beradaptasi dengan lingkungannya.

Bahasa dalam bahasa Inggris berarti “language”, Sedangkan dalam buku Gleason mengungkapkan bahwa Language has been hailed as the hallmark of humanity, the ability that separates humans from animals (Gleason dalam Jailani, 2018). Yang artinya : bahasa dianggap sebagai ciri khas manusia, kemampuan yang membedakan manusia dari hewan.

Sedangkan, menurut Etnawati (2021) bahasa adalah sarana komunikasi dalam menyampaikan pesan maupuun keinginan dan pendapat kepada orang lain ataupun memahami keinginan orang lain. Bahasa dapat digunakan sebagai alat interaksi sosial. Hal ini karena bahasa dapat mempermudah hubungan antara satu dengan yang lainnya dengan menerapkan keterampilan anak yang semakin berkembang melalui interaksi sosialnya.

Berbagai pendapat tentang teori perkembangan bahasa dikemukakan oleh para ahli. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain, yaitu:

(9)

1) Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme dalam perkembangan bahasa anak menyatakan bahwa bahasa berkembang dari perilaku tertentu, seperti meniru apa yang didengar dan menanggapi umpan balik. Teori ini menekankan pengaruh lingkungan melalui proses imitasi dan penguatan. Menurut pendapat Jayanti, Lestari, Verawati, dkk (2024), kaum behaviorisme meragukan istilah "bahasa" karena dianggap memiliki arti kepemilikan atau penggunaan.

Sedangkan, menurut kaum behaviorisme seharusnya "bahasa" dianggap sebagai suatu tindakan atau perilaku manusia.

Kaum behaviorisme percaya bahwa kemampuan anak dalam memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan, dimana anak sebagai penerima pasif tanpa harus berperan aktif dalam proses perubahan perilaku verbalnya. Bahkan, kaum behaviorisme tidak mengakui kematangan usia anak dalam menguasai bahasa.

Selanjutnya, kaum behaviorisme juga tidak mengakui bahwa anak dapat menguasai kaidah bahasa dan memiliki kemampuan untuk mengabstrakkan ciri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya. Mereka percaya bahwa rangsangan (stimulus) dari lingkunganlah yang memperkuat kemampuan berbahasa anak.

Selain itu, mereka berpandangan bahwa perkembangan bahasa merupakan suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara acak hingga dapat berkomunikasi secara benar melalui prinsip

(10)

pertalian S – P (stimulus – respon) dan proses peniruan-peniruan.

2) Teori Nativisme

Teori nativisme adalah kaum yang beranggapan tentang kemampuan berbahasa manusia berasal dari bawaan dan ditentukan oleh faktor genetik. Teori ini berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan beberapa aturan bahasa atau disebut juga dengan tata bahasa universal. Pemerolehan bahasa pertama diperoleh secara genetis yang telah diprogramkan. Dalam pandangan nativisme, lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap proses pemerolehan bahasa. Hal ini karena bahasa merupakan pemberian biologis dari kedua orangtua atau “hipotesis pemberian alam”.

Kaum nativisme mempunyai pandangan bahwa bahasa merupakan sesuatu hal yang kompleks dan ruwet, sehingga bahasa tidak mampu dikaji dengan waktu singkat dengan menggunakan metode seperti “peniruan” atau imitation. Sehingga, hal tersebut sudah pasti terdapat sebagian urgent aspect mengenai sistem bahasa yang ada dalam diri manusia secara natural (Hidayah, Jazeri, dan Maunah, 2021).

Chomsky (dalam Jailani, 2021) mengungkapkan bahwa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, binatang tidak dapat menguasai bahasa seperti manusia. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hipotesis diantaranya: 1) perkembangan bahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik); pola

(11)

perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal); serta lingkungan hanya memiliki peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. 2) bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak usia empat tahun sudah dapat berbicara seperti orang dewasa. 3) lingkungan tidak dapat menyediakan data yang cukup untuk menguasai tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.

Inti dari teori nativisme dalam perkembangan bahasa adalah bahasa yang dikuasai oleh seorang anak tidak sangat bergantung pada pengaruh bahasa lingkungan. Karena mereka telah memiliki seperangkat alat pemerolehan bahasa yang akan membentuk kosakata-kosakata bahasa di dalam pikirannya yang kemudian dituangkan dalam perkataan yang dikeluarkan oleh lisannya. Itulah mengapa aliran ini juga disebut aliran pesimistis, yakni aliran yang hanya percaya pada warisan genetik.

3) Teori Kognitivisme

Teori kognitivisme berbeda dari dua teori sebelumnya, teori kognitivisme berfokus pada kemampuan nalar seseorang. Teori ini menjelaskan bagaimana cara seseorang berpikir dan belajar bahasa secara kompleks.

Teori ini mematahkan asumsi bahwa kemampuan bahasa adalah kemampuan sejak lahir, melainkan bisa dipelajari dan terus berkembang sesuai tingkatan kognitif dengan lingkungan bahasanya. Pernyataan ini

(12)

dikemukakan oleh Jeane Piaget bahwa proses belajar bahasa anak tidak dipengaruhi oleh usia.

Perkembangan bahasa dalam teori kognitivisme berkaitan dengan faktor intelegensi yang berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.

Tingkat intelektual anak belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin besar seorang anak tumbuh dan berkembang maka kemampuan bahasanya juga mulai berkembang dari tingkat yang sederhana menuju yang kompleks (Nelwati dan Rahman, 2022).

b. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Pada Anak Pertumbuhan dan perkembangan suara akan membentuk suatu bahasa. Bahasa ialah ucapan mengenai perasaan dan pikiran manusia dengan menggunakan alat bunyi yang teratur. Dengan berkembangnya bahasa, ana akan mudah melakukan komunikasi dan mengungkapkan keinginannya kepada orang lain. Perkembangan bahasa pada anak menurut Piaget (dalam Wahidah dan Latipah, 2021) dapat dikategorikan melalui beberapa tahapan berikut.

1) Tahapan Sensori Motor (0-2 tahun)

Pada tahap sensori motor, kegiatan intelektual anak diterima langsung oleh semua indera.

Ketika anak mencapai kematangan, mereka perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa dan menerapkannya pada objek- objek yang nyata. Pada tahap ini anak baru memahami kata demi kata.

2) Tahapan Pra Operasional (2-7 tahun)

Pada tahap pra operasional, anak mengalami perkembangan bahasa yang pesat.. Anak

(13)

semakin memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda- benda. Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional.

Kesimpulan yang diambil merupakan sebagian kecil dari suatu keseluruhan yang diketahuinya.

Contohnya yaitu anak akan berpendapat bahwa pesawat terbang di langit itu berukuran kecil.

Hal ini karena apa yang mereka lihat, maka itu adalah jawaban yang sebenarnya.

3) Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun)

Pada tahap operasional konkret, anak mulai berpikir secara logis dan sistematis untuk memecahkan masalahnya. Masalah yang dihadapi anak dalam tahap ini bersifat konkret.

Anak akan merasa kesulitan apabila menghadapi masalah yang bersifat abstrak.

Contoh pada tahap ini yaitu anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya.

4) Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun)

Pada tahap operasional formal, anak mencapai tahap perkembangan dengan pola pikirnya seperti orang dewasa. Anak dapat menerapkan cara berpikir terhadap permasalahan yang konkret maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistis.

Berbeda dengan pendapat Semiawan (dalam Jailani, 2018) bahwa tahap perkembangan bahasa anak memiliki tiga tahapan, diantaranya yaitu:

a) Perkembangan Bahasa Usia Bayi

Secara umum bayi mulai mengucapkan kata pada saat usia 10-16 bulan, walaupun pada kenyataannya ada juga yang memerlukan waktu

(14)

lebih lama dari itu. Sebelum anak-anak mengucapkan kata-kata, terlebih dahulu membuat ocehan misalnya dengan ucapan baa, maa atau paa. Mengoceh ini mulai terjadi saat usia sekitar 3-6 bulan. Tujuan komunikasi yang dilakukan oleh bayi pada usia ini ialah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain yang ada disekitarnya. Pada umumnya, bayi menarik perhatian orang lain dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan, serta menggerak- gerakkan tangan. Biasanya kata-kata yang muncul pada anak pertama kali adalah nama- nama orang penting yang ada disekitarnya, nama-nama binatang, atau nama-nama benda yang ada disekitarnya. Sedangkan, anak-anak yang telah memasuki usia 18-24 bulan mulai mengucapkan pernyataan dengan dua kata.

b) Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Pada usia ini, anak-anak sudah dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata disetiap kalimatnya. Anak-anak mulai berbicara dengan urutan kata yang menunjukkan suatu pendalaman yang meningkat terhadap aturan yang komplek tentang urutan kata-kata yang diucapkan. Pada usia ini anak-anak juga sudah mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan cepat.

c) Perkembangan Bahasa Usia Sekolah

Pada tahap ini perkembangan bahasa telah berubah dari bentuk bahasa ke isi kalimat dan penggunaan bahasa. Anak-anak telah mencapai tahap kreatif dalam perkembangan bahasa.

Bahasa kreatif anak dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak.

(15)

c. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak

Setiap anak memiliki kemampuan perkembangan yang berbeda-beda, salah satunya yaitu perkembangan bahasa. Contohnya yaitu ada anak yang bisa mengucapkan artikulasi huruf secara lengkap namun ada juga yang belum lengkap.

Selanjutnya, ada beberapa anak yang sudah bisa menyampaikan ide dan keinginannya menggunakan bahasa yang sudah benar dan lengkap, tetapi ada juga yang hanya bisa dengan kalimat-kalimat pendek.

Contoh-contoh tersebut merupakan bagian dari perkembangan bahasa anak yang berbeda-beda.

Perbedaan perkembangan bahasa anak tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak diantaranya yaitu:

1. Perkembangan otak dan kecerdasan (intelegensi)

Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya karena faktor intelegensi berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa anak.

Wahidah dan Latifah (2021) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan dengan perkembangan bahasa yaitu terdiri dari perkembangan kosakata, kemampuan artikulasi dan indikasi kematangan kemampuan berbahasa.

Perkembangan bahasa yang cepat pada anak umumnya mempunyai intelegensi normal atau di atas normal. Akan tetapi tidak semua anak yang mengalami keterlambatan perkembangan bahasa di usia awal di

(16)

kategorikan sebagai anak yang bodoh.

Berbeda dengan pendapat Poernomo dan Paskarinda (2015) bahwa keterlambatan atau kelainan intelegensi akan mempengaruhi keterlambatan bahasa anak, hal ini dikarenakan bahasa adalah alat untuk berfikir, dimana dalam berfikir menggunakan pikiran atau intelegensi.

2. Tingkat pendidikan orang tua

Tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor untuk mendapatkan kualitas terbaik dalam mengasuh anak. Anak dengan perawatan kualitas tinggi secara teratur akan mendapatkan fungsi kognitif dan perkembangan bahasa yang lebih baik sepanjang tiga tahun pertama dikehidupannya (Jailani, 2018). Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki pola pikir tradisonal. Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah biasanya bersikap otoriter kepada anak yang berakibat menghambat perkembangan bahasa dan bicara anak serta mempengaruhi prestasi anak.

3. Faktor Ekonomi Orang Tua

Faktor ekonomi orang tua sangat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Hal ini sesuai dengan ungkapan Sansavini, Favilla, dkk (2021) bahwa "A family history of language and learning problems, and low socioeconomic status are each associated with language impairment". Yang artinya Riwayat keluarga dengan masalah bahasa dan pembelajaran, serta status sosial ekonomi rendah masing-masing berhubungan dengan gangguan bahasa.

(17)

Perkembangan bahasa anak dari kalangan ekonomi menengah dapat dikatakan lebih cepat dibandingkan anak yang berasal dari keluarga ekonomi rendah. Orang tua dari keluarga menengah ke atas mempunyai taraf pendidikan yang cukup sehingga mereka mampu memfasilitasi dan menyediakan berbagai alat bantu seperti buku dan alat tulis untuk mengembangkan bahasa anak. Hal ini

mengakibatkan anak mempunyai

pembendaharaan kosakata yang lebih banyak dan berpengaruh baik kepada perkembangan bahasa dan pragmatik anak.

4. Penggunaan dua bahasa (Bilingualisme)

Penggunaan dua bahasa menjadi hal yang sangat popular saat ini. Hal ini dimaksudkan supaya anak tidak sampai ketinggalan zaman, orang tua khususnya kota besar mulai memasukkan anaknya pada lembaga sekolah yang telah menggunakan dua bahasa bahkan lebih. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi anak dengan usia kurang dari dua tahun di saat perkembangan

“bahasa ibunya” belum sepenuhnya sempurna.

Sehingga hal ini mengakibatkan anak mengalami kesulitan saat mengungkapkan kata dan penggunaan kosakata yang baik dan benar.

5. Kesehatan

Anak yang sehat cenderung lebih aktif dan cepat belajar berbicara daripada anak yang tidak sehat. Hal ini dikarenakan motivasi anak lebih kuat untuk menjadi anggauta kelompok sosial dan berkomunikasi dengan

(18)

anggota kelompok sosial lainnya. Apabila pada usia dua tahun pertama anak mengalami sakit- sakitan, maka perkembangan bahasa pada anak cenderung mengalami keterlambatan.

Hal ini susuai dengan ungkapan dari Wahidah dan Latipah (2021) bahwa anak dengan kondisi fisik yang baik akan memiliki lebih banyak kegiata dan memiliki banyak keingintahuan terhadap apa yang ada dilingkungannya. Sebaliknya, jika anak dengan kondisi fisik yang kurang/buruk dapat berdampak pada keingintahuannya terhadap sesuatu sehingga perkembangan dalam dirinya mengalami hambatan.

6. Lingkungan Sosial

Perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Anak dapat mempelajari bahasa melalui percakapan dengan orang-orang di lingkungan terdekatnya, seperti orang tua, saudara kandung, tetangga maupun teman sebayanya.

Menurut Nasution, Siregar, Arini & Zhani (2023) menyatakan bahwa pengalaman yang sangat penting bagi perkembangan bahasa anak adalah berada dalam lingkungan sosial yang penuh dengan interaksi dan stimulasi bahasa.

Selanjutnya, memberi kesempatan pada anak untuk bermain peran sangat bermanfaat bagi perkembangan bahasanya. Ketika anak- anak bermain peran, mereka ditempatkan dalam situasi dimana mereka dapat mendeskripsikan orang, benda, dan peristiwa menggunakan bahasa. Anak-anak dapat

(19)

melakukannya untuk meningkatkan kemampuan berbicara, keterampilan sosial, dan pemahaman tentang cara menggunakan bahasa dalam berbagai konteks (Pane &

Siagian, 2014).

2. Perkembangan Berbicara Pada Anak

a. Pengertian Kemampuan Berbicara Anak

Berbicara merupakan bentuk pengekspresian pikiran dan pengetahuan dalam diri seseorang.

Menurut Putri dan Kamali (2023) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak dalam mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran, dan perasaanya melalui bahasa dengan kata-kata yang diucapkan disebut bicara.

Kemampuan berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi anak karena dengan berbicara ia mampu mengutarakan keinginannya dan dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Kemampuan yang dikembangkan dalam berbicara menurut Barzun dalam Sulistyawati dan Amelia (2020) yaitu kelancaran dalam memilih ucapan, lafal, mengingat, diksi (pilihan kata), frasa, struktur kalimat, tata bahasa, ketepatan, kelancaran, bagaimana bertanya dan menjawab pertanyaan, bagaimana menggambarkan suatu adegan, menjelaskan sebuah proses, bercerita bagaimana membantah, berdebat, berdiskusi secara cerdas serta berpidato.

Ada dua tipe dalam perkembangan berbicara anak yaitu: 1) Egosentric Speech dan 2) Socialized Speech. Tahap Egosentric Speech terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri dan berbicara dengan dunia yang ada disekitarnya serta mengembangkan pikirannya dengan

(20)

belajar berbicara sendiri. Tahap yang kedua yaitu Socialized Speech. Pada tahap ini anak bersimulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Anak belajar berbahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (Putri dan Kamali, 2023).

Keterampilan bicara anak dapat diperoleh melalui stimulasi yang diberikan secara terus menerus, baik melalui proses imitasi terhadap lingkungan dan orang dewasa di sekitarnya, maupun melalui bakat yang anak miliki sejak lahir. Bicara dapat diperoleh anak melalui meniru yaitu mengamati teman sebaya, orang yang lebih tua, dan pelatihan yaitu dengan bimbingan dari orang dewasa.

b. Cara Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Kemampuan berbicara merupakan tahap awal dalam perkembangan bahasa seorang anak.

Kemampuan bicara sangat dibutuhkan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari, dimana anak akan tumbuh dalam lingkungannya dan berinteraksi dengan orang lain. Maka, sebagai orang tua seharusnya dapat mengoptimalkan kemampuan berbicara anak dengan bebarapa cara. Adapun cara meningkatkan kemampuan berbicara anak menurut Suhartono (2015) adalah sebagai berikut.

1) Membiasakan Berbicara dengan Anak

Apabila anak ingin cepat bisa bicara, maka sebagai orang tua harus membiasakan diri untuk sering berbicara dengan anak walaupun anak itu masih bayi dan belum bisa bicara. Tidak ada kata terlalu dini untuk memulai berbicara dengan anak. Semakin orang tua sering berbicara dengan anak, maka akan semakin cepat dan lancar cara berbicara anak.

(21)

2) Memandang Mata Anak

Melakukan kontak langsung dengan cara memandang mata anak sama hanya dengan mengajarkan anak bahasa isyarat dan ekspresi muka yang akan dijadikan bekal untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak. Hal ini penting terutama dalam memberikan instruksi dan menyuruh anak dalam melakukan suatu hal.

3) Hindari Pengejaan Kata yang Dibuat-buat

Ada beberapa orang tua dengan sengaja mengucapkan kata-kata tertentu kepada anaknya dengan ucapan yang dibuat-buat (pelafalan tidak jelas). Pengucapan yang demikian dapat mengakibatkan anak tidak terbiasa mendengarkan ucapan yang sebenarnya. Sehingga, hal ini dapat membuat perkembangan bahasa anak menjadi lambat.

Anak akan belajar lebih akurat dan efisien jika kita berusaha secara benar dan jelas mengeja setiap kata yang kita ucapkan.

4) Berbicara Sesuai yang Dilakukan dan Dialami Anak

Sebagai orang tua terkadang melakukan aktivitas kemudian diikuti oleh anak. Sebagai orang tua jangan segan-segan untuk mendeskripsikan apa yang kita lakukan dan dilakukan oleh anak. Contohnya saat kita sedang memberi makan, mandi, bermain, jalan- jalan atau menggendong anak, maka deskripsikan apa yang sedang dialami anak tersebut supaya memori otaknya dapat menangkap apa yang sedang dilakukannya.

5) Berkata Lebih Banyak Daripada yang Diminta Apabila anak bertanya sesuatu kepada orang

(22)

detail, lebih panjang dan jelas. Kata-kata yang digunakan dalam kelimat orang tua sebaiknya lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan kata-kata yang diucapkan anak. Hal tersebut memungkinkan anak tidak akan mengetahui secara detail, namun beberapa dari informasi baru akan masuk ke dalam memorinya dan di ingatnya. Selain itu, kosa kata anak akan bertambah lebih banyak.

6) Penggunakan Tata Bahasa yang Benar dalam Berbicara

Masa kritis anak dalam menguasai tata bahasa terjadi sebelum umur tiga tahun. Anak akan meniru struktur bahasa yang didapat sesuai dengan pola-pola yang ia dengar dalam kesehariannya. Oleh karena itu, sebagai orang tua gunakanlah ucapan dengan tata bahasa yang benar.

7) Membenarkan Kesalahan Anak dengan Ucapan Lemah Lembut

Sebagai orang tua dalam membenarkan kesalahan anak dapat menawarkan pembenaran dengan lemah lembut namun efektif dalam memilih kata yang diucapkan. Setiap anak akan meniru bentuk tata bahasa orang tuanya ketika membenarkan kasalahan yang ia buat.

8) Bercakap-cakap dengan Anak

Ketika bercakap-cakap dengan anak ada kalanya kita menggunakan bahasa isyarat atau gerakan-gerakan anggota badan. Anak mungkin tidak menggunakan kata-kata dalam berbicara, namun ia dapat mengerti apa yang dikomunikasikan dan saling mengisi. Contohnya saling bertukar senyum saat bertatap muka. Hal tersebut merupakan struktur dasar dalam memulai percakapan/ berkomunikasi.

(23)

9) Tidak Memaksa Menghafalkan Kata

Menghafalkan kata merupakan bagian dari latihan berbicara anak. Anak baru bisa bicara biasanya senang menghafal kata-kata tertentu yang baru dikenalnya. Kesadaran dalam menghafal kata muncul ketika ada rangsangan.

Sebagai orang tua sebaiknya tidak memaksa anak untuk menghafal kata. Usahakan anak termotivasi pada penambahan kata-kata baru yang belum diketahuinya.

10)Hati-hati dengan infeksi telinga

Anak-anak dengan penyakit kronis atau kambuhan sebelum berumur empat tahun akan mengalami kehilangan pendengaran secara temporal sehingga mengganggu perkembangan kemampuan bicara dan kemampuan membacanya. Kemungkinan yang terjadi pada anak jika pendengarannya terganggu yaitu anak tidak akan mampu membedakan antara suara tertentu seperti "eh" dan "sih" tanpa melalui terapi ucapan.

3. Perkembangan Sosial Pada Anak a. Makna Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial merupakan perubahan perilaku seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungn sosial (Suhasri, Astuti, Suryana &

Abdurrahmansyah, 2023). Sedangkan perkembangan sosial menurut Izza (2020) merupakan proses belajar menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi yang melebur menjadi satu kesatuan, saling berkomunikasi dan saling bekerja sama.

Perkembangan sosial anak dapat ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas orang lain dan memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota pada suatu kelompok, serta tidak puas apabila tidak bersama teman-temannya. Pada fase ini

(24)

sebelumnya sehingga anak lebih senang bermain dan berbicara dalam lingkungan sosialnya.

Aspek perkembangan sosial yang terjadi pada anak bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Pada tahapan perkembangan anak usia dini menunjukkan ciri-ciri tersendiri pada kemampuan sosialnya. Proses pengembangan kemampuan sosial anak memiliki tahapan perkembangan yang ideal dan harus ditempuh sesuai dengan usia anak. Apabila perkembangan sosial anak tidak sesuai maka dapat menimbulkan permasalahan bagi perkembangan kebutuhan sosial anak. Hal ini dikarenakan setiap perkembangan anak memiliki kebutuhan sosial yang berbeda-beda, seperti pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anak.

Kebutuhan sosial anak yang terpenuhi dengan tepat disetiap tahapan perkembangannya akan menjadi bagian terpenting dalam perkembangan selanjutnya sebagai anggota masyarakat (Khadijah dan Zahraini, 2021). Hal ini karena pengembangan kemampuan sosial mempunyai peranan penting terhadap perkembangan anak dalam melakukan hubungan sosial dan pola perilaku terhadap orang lain.

Dengan perlakuan yang tepat, maka akan membentuk perilaku positif pada anak sejak usia dini. Sebaliknya apabila perlakuan yang diberikan tidak tepat dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak maka akan menimbulkan/membentuk perilaku yang negatif di lingkungan sosialnya.

b. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak dapat

dikarakteristikkan melalui berbagai kegiatan yang mengarah pada seorang anak dengan anak lainnya.

Perkembangan sosial anak dapat terwujud dengan baik melalui proses kematangan usia dan melalui

(25)

kesempatan belajar terhadap tingkah laku orang lain.

Perkembangan sosial anak terlihat komplek ketika anak menginjak usia 4 tahun. Pada usia tersebut, anak mulai senang meniru banyak hal, seperti yang dibicarakan oleh orang lain dan tindakan-tindakan apapun yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya.

Menurut Khadijah dan Zahraini (2021) menyatakan bahwa anak usia 4-5 tahun (usia prasekolah) meruapakn tahapan perkembangan yang prososial. Perkembangan sosial anak prasekolah dapat dilihat dari meluasnya lingkungan sosial anak.

Anak mulai keluar dari lingkup keluarga dan berlatih mendekatkan diri dengan orang lain. Selain itu anak mulai aktif bermain dan berinteraksi dengan teman sebaya bahkan orang dewasa lainnya seperti guru yang ada di sekolah.

Karakteristik perkembangan sosial anak menurut Kaffa, Neviyarni dan Irdamurni (2021) dapat dilihat dari beberapa perilaku berikut : (1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan yang dibuat di lingkungan keluarga maupun di lingkungan bermain, (2) Anak mulai tunduk pada peraturan, (3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan (4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya (peer group).

Berdasarkan uraian karakteristik perkembangan sosial pada anak di atas, diharapkan anak mampu bekerjasama, tolong-menolong, disiplin dan berpartisipasi dengan orang lain. Untuk itu, sebagai orang tua maupun guru (pendidik) di sekolah sebaiknya menunjukkan perilaku yang baik demi terbentuknya perkembangan keterampilan sosial anak yang baik pula. Usia dini merupakan gambaran awal individu (anak) sebagai seorang manusia yang

(26)

memiliki pola sikap dan perilakunya diperoleh dari lingkungan dan pengalaman belajarnya. Hal tersebut akan menjadi fondasi awal bagi perkembangan anak di masa mendatang (dewasa kelak).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak menurut Khadijah dan Zahraini (2021) yaitu diantaranya :

1) Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Perkembangan sosial dilakukan berdasarkan pola asuh keluarga.

Terdapat dua tipe pola asuh keluarga dalam perkembangan sosial anak yakni keluarga berorientasi pada posisi dan keluarga berorientasi pada pribadi.

Keluarga berorientasi pada posisi merupakan adanya pemisahan peran yang jelas dalam pola keluarga, antara ayah, ibu, anak, kakek, maupun nenek. Dalam hal ini anak akan lebih memperhatikan interaksinya dengan orang lain dan sadar akan dengan posisi mereka terkait usia, gender, status sosial, pendidikan mupun kekuasaan yang dimiliki. Melalui pola keluarga berorientasi pada posisi, mala anak dapat memahami kedudukannya diantara berbagai posisi yag ada di masyarakat. Sedangkan, keluarga berorientasi pada pribadi yaitu anak dianggap sebagai individu yang berkarakteristik unik. Pola keluarga tipe ini beranggapan bahwa anak peka

(27)

terhadap rangsangan dan perkembangan bahasa anak terkontrol sesuai dengan cara anak itu sendiri.

2) Kematangan Anak

Berosialisasi memerlukan kematangan fisik dan pskis. Proses optimalisasi perkembangan sosial anak dapat dilakukan dengan mempertimbangkan proses sosial dan menerima pendapat atau nasihat orang lain. Selain itu, kematangan intelektual, emosional dan kemampuan berbahasa merupakan kebutuhan yang harus dimiliki oleh anak untuk mengoptimalkan aspek perkembangan sosial anak.

3) Status Sosial ekonomi

Latar belakang keadaan status sosial ekonomi (posisi) orang tua dalam masyarakat memiliki peranan krusial sebagai proses perkembangan sosial anak. Contohnya, anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah cenderung beresiko terhadap perkembangan anak usia dini terutama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Keadaan status ekonomi yang rendah terkadang membuat anak minder (kurang percaya diri) sehingga menghambat interaksi sosial anak dengan orang-orang disekitarnya terutama teman sebaya.

4) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Pendidikan dapat dijadikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normative dan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat serta kehidupan dimasa yang akan datang.

5) Kapsitas mental: Emosi dan Intelegensi

Kapasitas mental yaitu kemampuan berpikir

(28)

seperti: kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi dan kemampuan intelektual yang tinggi juga mempengaruhi tingkat kemampuan komunikasi yang baik dalam kehidupan sosial anak. Oleh karena itu, jika ketiga hal tersebut seimbang maka akan sangat membantu dalam penentuan mengoptimalkan perkembangan sosial anak.

(29)

Perkembangan bahasa anak diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Bahasa pada anak dapat berkembang melalui beberapa tahapan, dintaranya: tahap sensori motorik (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11-15 tahun).

Apabila anak telah menguasai beberapa bahasa, maka anak akan belajar untuk berbicara. Anak dalam belajar berbicara memiliki dua tipe perkembangan, diantaranya: 1) Egosentric Speech yaitu terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri dan berbicara dengan dunia yang ada disekitarnya serta mengembangkan pikirannya dengan belajar berbicara sendiri. 2) Socialized Speech yaitu anak mulai bersimulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Selanjutnya, apabila anak telah lancar dalam berbicara, maka anak akan mampu melakukan interaksi sosial. Perkembangan sosial anak dapat ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas orang lain dan memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota pada suatu kelompok, serta tidak puas apabila tidak bersama teman-temannya.

Perkembangan sosial anak dapat terwujud dengan baik melalui proses kematangan usia dan melalui kesempatan belajar terhadap tingkah laku orang lain.

(30)

Etnawati, Susanti. (2021). Teori Vygotsky Tentang Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. JPN: Jurnal

Pendidikan, 22 (2), 130-138.

https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JPN/article/download/3 824/3031/9640

Hidayah, Jazeri, dan Maunah. (2021). Teori Pemerolehan Bahasa Nativisme LAD, Belajar Bahasa : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Jember, 6 (2), 177-188.

http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/BB/article/view/5 539/3488

Izza, Hillia. (2020). Meningkatkan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini melalui Metode Proyek. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4 (2), 951-961.

https://obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/483

Jailani. (2018). Perkembangan Bahasa Anak dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Innovatio: Journal for Religious-

Innovation Studies, 18 (1), 15-26.

https://www.innovatio.pasca.uinjambi.ac.id/index.php/INNO VATIO/article/download/36/24/

Jayanti, Lestari, Verawati, Aziz & Hidayat. (2024). Implementasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran Bahasa Anak di TK Al Azhar Jombang. Jurnal Pendidikan Tambusai, 8 (1), 491-498.

https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/12419/9 555/22799

Kaffa, Neviyarni dan Irdamurni. (2021). Analisis Perkembangan Sosial Anak. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5 (2), 2612- 2616. https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/1260

(31)

Khadijah dan Zahraini. (2021). Perkembangan sisoal Anak Usia Dini Teori dan Strateginya. Medan : CV. Merdeka Kreasi Group.

Kholilullah, Hamdan, dan Heryani. (2020). Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. AKTUALITA: jurnal penelitian sosial dan keagamaan, 10 (1), 75-94. https://ejournal.an- nadwah.ac.id/index.php/aktualita/article/download/163/133/

Nasution, Siregar, Arini & Zhani. (2023). Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan

dan Keguruan, 1 (5), 406-414.

https://jpk.joln.org/index.php/2/article/download/49/58

Nelwati dan Rahman. (2022). Analisis Teori Kognitif Jean Piaget Terhadap Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Riset Pendidikan Dasar dan

Karakter, 4 (1), 13-22.

https://ojs.adzkia.ac.id/index.php/pdk/article/view/70/60 Octofrezi dan Chaer. (2021). Perkembangan Sosial dan

Kemampuan Sosialisasi Anak pada Lingkungan Sekitar.

Kariman: Jurnal Pendidikan Keislaman, 9 (1), 1-14.

https://jurnal.inkadha.ac.id/index.php/kariman/article/view/1 60/140

Pane, E. T. T., & Siagian, S. (2014). Pengaruh metode bermain peran dan konsep diri terhadap kemampuan berbicara anak usia dini. Jurnal Teknologi Pendidikan (JTP), 7(1), 35–45.

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jtp/article/view/2 022

Poernomo dan Paskarinda. (2015). Faktor Kesehatan, Intelegensi, Dan Jenis Kelamin Mempengaruhi Gangguan Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah. Jurnal STIKES,

8 (1), 23-33.

https://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/article/vie w/10

(32)

Putri dan Kamali. (2023). Perkembangan Berbicara Anak Usia Dini. Smart Kids Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 5

(1), 35-45.

https://www.smartkids.ftk.uinjambi.ac.id.ojsftk.uinjambi.ac.i d/index.php/smartkids/article/view/131

Sansavini, Favilla, dkk. (2021). Developmental Language Disorder: Early Predictors, Age for the Diagnosis, and Diagnostic Tools. A Scoping Review. Brain Sci : Naional Library of Meedicine, 11 (654), 1-38.

https://www.mdpi.com/journal/brainsci

Suhartono. (2015). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Suhasri, Astuti, Suryana & Abdurrahmansyah. (2023).

Perkembangan Bahasa dan Sosial Pada Fase Anak Usia Sekolah. Rumah Jurnal UIN Alaudin, 3 (1), 120-126.

https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif- Pendidikan/article/view/38437/17376

Sulistyawati dan Amelia. (2020). Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Media Big Book. Jurnal AUDHI, 2

(2), 67-78.

https://media.neliti.com/media/publications/333331- meningkatkan-kemampuan-berbicara-anak-me- 46775581.pdf

Sutrisno, Yudistira, dan Alfarisi. (2021). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini. Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM Universitas Muhammadiyah Jakarta, http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat

Wahidah dan Latipah. (2021). Pentingnya Mengetahui Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini dan Stimulasinya.

Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal, 4 (1), 43-62.

https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/japra/article/view/109 40

Referensi

Dokumen terkait

an bahasa Observasi Diskusi Observasi perkembangan moral pada anak TK Mendeskripsi- kan per- kembangan bahasa, membaca dan menulis awal pada AUD, tahapan, faktor yang

Sosial Pada usia anak SMA terjadi perkembangan sosial yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Anak

Kedua: Isi atau bagian teori dan hasil meliputi ; makna perkembangan sosial anak, bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tahapan perkembangan bahasa anak usia dini, faktor yang mempengaruhi pengembangan bahasa anak usia dini dan

Berdasarkan hubungan karakteristik anak usia sekolah dasar dan perkembangan psikologi, penulis memberikan suatu gagasan agar psikologi anak tidak terganggu akibat belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini, di antaranya faktor internal (biologis, jenis kelamin, usia, kecerdasan) dan faktor eksternal (pola asuh,

aspek yang melingkupi perkembangan anak usia dini antaa lain Perkembangan Fisik-Motorik Perkembanga n Kognitif Perkembanga n Bahasa Perkembanga n Bahasa Perkembangan Sosial

Perkembangan bahasa pada anak mencakup karakteristik bahasa, tahapan perkembangan, teori pemerolehan bahasa, dan