Analisis Putusan Perkara Perdata (Mahkamah Agung Nomor
118/PK/Pdt/2018)
Latar Belakang Putusan Mahkamah Agung Nomor 120/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel Latar belakang putusan Mahkamah Agung Nomor 120/Pdt.G/2012/Jkt.Sel adalah perkara hibah tanah yang terletak di Jalan MT Haryono Kavling 19 – 20 Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Perkara ini mengenai tanah objek sengketa seluas 3.880 Meter persegi yang milik Herman Siwy dan ahli warisnya.Putusan ini merupakan putusan yang mengatasi permohonan peninjauan kembali yang telah dilakukan penggugat. Dalam putusan tersebut, Mahkamah Agung telah memutuskan bahwa permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh penggugat tidak sesuai dengan undang-undang yang sudah ditetapkan1. Permohonan peninjauan kembali diatas sudah sesuai dengan aturan yang mengatur dengan mengkaji suatu konflik perdata dengan memunculkan bukti baru (novum) yang dikaji dalam suatu upaya hukum peninjauan Kembali
Putusan Mahkamah Agung Nomor 120/Pdt.G/2012/Jkt.Sel telah menjadi acuan dalam menyelesaikan perkara di pengadilan dan mampu memberikan pengaruh terhadap perbaikan sistem hukum di Indonesia. Lalu apa saja kaidah hukum yang telah dirumuskan di dalam putusan tersebut? Berikut ini adalah uraian ringkas duduk perkara disertai pertimbangan hukum untuk kaidah hukum yang telah dirumuskan di dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 120/Pdt.G/2012/Jkt.Sel.
1. Permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh penggugat tidak sesuai dengan undang-undang yang sudah ditetapkan.
2. Dalam perkara Nomor 629 PK/Pdt/2015, tanah objek sengketa bukan milik pihak Herman Siwy dan ahli waris dikarenakan adanya pertentangan antara putusan perkara Nomor 629 PK/Pdt/2015 dan putusan Nomor 384 PK/Pdt/2016.
3. Permohonan peninjauan kembali diatas sudah sesuai dengan aturan yang mengatur dengan mengkaji suatu konflik perdata dengan memunculkan bukti baru (novum) yang dikaji dalam suatu upaya hukum peninjauan kembali.
4. Putusan Mahkamah Agung Nomor 120/Pdt.G/2012/Jkt.Sel telah menjadi acuan dalam menyelesaikan perkara di pengadilan dan mampu memberikan pengaruh terhadap perbaikan sistem hukum di Indonesia.
DUDUK PERKARA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 629/PK/Pdt/2015 DAN 118/PK/Pdt/2018
A. Putusan Mahkamah Agung Nomor 629/PK/Pdt/2015
Putusan Mahkamah Agung ini adalah putusan peninjauan kembali yang pertama dalam perkara sengketa tanah antara ahli waris melawan PT. Suzuki Indomobil, yang mana isinya adalah memeriksa perkara perdata dalam peninjauan kembali telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara dengan para pihaknya yaitu NY. MINTJE SARTJE MALEKE, NY. HERMI VEIBE SIWY, NY. HETTY SIWY, NY. HELLY DEBBY DESSY SIWY, dan TUAN HARRY YOPPY SIWY. Semuanya bertempat tinggal di Jalan Jaga 1, Desa Penasen, Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, merupakan Para Ahli Waris Sah dari Almarhum Herman Siwy; Dalam hal ini memberi kuasa kepada Syarif Fadillah, S.H., M.H dan kawan-kawan Para Advokat pada kantor Hukum Syarif Fadillah & Partners,
beralamat di Jalan Raya Jatiwaringin Nomor 12, Pondok Gede, Kota Bekasi, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 7 Maret 2015, Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu Para Termohon Kasasi/Para Tergugat/Para Pembanding, melawan PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR dahulu PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL, berkedudukan di Jakarta, beralamat kantor di Jalan MT. Haryono Kav. 8 Jakarta Timur, yang dalam hal ini diwakili oleh Shuji Oishi selaku Presiden Direktur PT Suzuki Indomobil Motor dahulu PT Indomobil Suzuki International, memberi kuasa kepada Dr. Otto Hasibuan, S.H. M.M., dan kawankawan, Para Advokat pada kantor Advokat Otto Hasibuan & Associates, beralamat di Komplek Duta Merlin Blok B-30, Jalan Gajah Mada Nomor 3-5, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Juni 2015 Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/ Penggugat/Terbanding dan BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Cq. KANTOR PERTANAHAN WILAYAH DKI 37 JAKARTA Cq.
KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA JAKARTA SELATAN, beralamat di Jalan Prapanca Raya Nomor 9 Jakarta Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu Turut Termohon Kasasi/Turut Tergugat/Turut Terbanding. Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata Para Pemohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Para Termohon Kasasi/Para Tergugat/Para Pembanding telah mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 2111 K/Pdt/2013 tanggal 12 Desember 2013 yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Pemohon Kasasi/Penggugat/ Terbanding dan Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu sebagai Turut Termohon Kasasi/Turut Tergugat/Turut Terbanding dengan posita gugatan sebagai berikut:
1. Bahwa gugatan ini diajukan oleh Penggugat dalam kepentingan hukum guna mempertahankan hak keperdataan Penggugat atas tanah yang diperoleh dan atau dikuasai sah secara hukum oleh Penggugat yaitu atas tanah seluas 3.880 m2 yang terletak di Jalan MT.
Haryono Kavling 20, Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan, dengan batas-batas tanah sebagai berikut; sebelah Utara: Jalan Tebet Barat Dalam X, Sebelah Selatan: Jalan MT.
Haryono, Sebelah Timur: Tanah Negara, Sebelah Barat: Tanah Milik PT Bank Mandiri, Tbk, sebagaimana dahulu termasuk pada Tanda Bukti Hak yaitu Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat, tertanggal 25 Oktober 2005 (selanjutnya disebut “tanah objek sengketa”).
2. Bahwa yang menjadi dasar hukum Penggugat memperoleh hak atas tanah objek sengketa tersebut adalah berasal dari transaksi jual-beli tanah yang dilakukan antara Penggugat selaku Pembeli dengan PT Satria Dian Kencana selaku Penjual pada tanggal 13 Desember 2004, sebagaimana dibuktikan berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 218/2004, tertanggal 13 Desember 2004, yang dibuat oleh Penjabat Pembuat Akta Tanah Bray Mahyastoeti Notonegoro, S.H., di Kotamadya Jakarta Selatan yang 38 manaperalihan hak atas tanah objek sengketa telah turut serta didaftarkan peralihannya di Kantor Pertahanan Kotamadya Jakarta Selatan pada tanggal 21 Februari 2005.
3. Bahwa setelah hak atas tanah objek sengketa tersebut beralih sah secara hukum kepada Penggugat, selanjutnya Penggugat mengajukan permohonan hak atas tanah objek sengketa yaitu Hak Guna Bangunan Kepada Turut Tergugat, dan melalui Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN DKI Jakarta Nomor: 086/51-550.2-09.02-2005 tertanggal 11 Oktober 2005, Penggugat diberikan hak guna bangunan di atas tanah objek sengketa sebagaimana
berdasarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat, yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan tertanggal 25 Oktober 2005.
4. Bahwa kemudian dalam perkembangannya, hak atas tanah objek sengketa yakni hak guna bangunan yang dipegang/diperoleh sah secara hukum oleh Penggugat termaksud pada butir 3 di atas, terancam keberadaannya, akibat adanya klaim/tuntutan yang dilakukan oleh (almarhum) Herman Siwy selaku Pewaris dari Para Tergugat (selanjutnya disebut “Pewaris Para Tergugat”) terhadap tanah objek sengketa dengan menggunakan dasar Akta Hibah Nomor 1 tertanggal 2 September 1996, yang terbuat dihadapan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H, Notaris di Tondano (selanjutnya disebut “Akta Hibah’’).
5. Bahwa kemudian dalam perkembangannya, hak atas tanah objek sengketa yakni hak guna bangunan yang dipegang/diperoleh sah secara hukum oleh Penggugat yaitu PT. Suzuki Indomobil termaksud pada butir 3 di atas, terancam keberadaannya, akibat adanya klaim/tuntutan yang dilakukan oleh (almarhum) Herman Siwy selaku Pewaris dari Para Tergugat (selanjutnya disebut “Pewaris Para Tergugat”) terhadap tanah objek sengketa di wilayah Tebet Jakarta Selatan dengan menggunakan dasar Akta Hibah Nomor 1 tertanggal 2 September 1996, yang terbuat dihadapan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H, Notaris di Tondano Sulawesi (selanjutnya disebut “Akta Hibah’’).
6. Bahwa sebelum meninggal dunia, Pewaris Para Tergugat mengklaim/menuntut bahwa tanah objek sengketa yang telah diperoleh/dipegang hak atas tanahnya oleh Penggugat adalah merupakan tanah milik dari Pewaris Para Tergugat yang diperolehnya dari Ny. Annatje Magdalena Rombot selaku orang tua/ibu dari Pewaris Para Tergugat dengan berdasarkan akta hibah. Tuntutan/klaim termasuk terlihat secara nyata pada tanggal 26 November 2006, Pewaris Para Tergugat telah mengajukan permohonan kepada Turut Tergugatuntuk diterbitkannya sertifikat hak guna bangunan di atas bidang tanah kavling 19 dan Kavling 20, yang terletak di Jalan MT. Haryono, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan yang dalam hal tersebut juga termasuk tanah objek sengketa (Tanah Kav. 20) milik Penggugat.
Bahwa putusan Mahkamah Agung Nomor 629/PK/Pdt/2015 ini menghasilkan amar putusan yang hasilnya menyatakan bahwa Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Para Pemohon Peninjauan Kembali: 1. NY. MINTJE SARTJE MALEKE, NY. HERMI VEIBE SIWY, NY. HETTY SIWY, NY. HELLY DEBBY DESSY SIWY dan TUAN HARRY YOPPY SIWY tersebut dan Membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2111 K/Pdt/2013 tanggal 12 Desember 2013. Berdasarkan amar putusan PK tersebut dapat disimpulkan bahwa Mahkamah Agung menerima permohonan upaya hukum peninjauan kembali dari para ahli waris dan menyatakan bahwa ha katas tanah adalah milik para ahli waris berdasarkan bukti baru (novum) berupa akta hibah nomor 1 tanggal 2 September 1996, dan membatalkan putusan Kasasi yang memenangkan PT. Suzuki Indomobil atas hak tanah objek sengketa.
B. Putusan Mahkamah Agung Nomor 118/PK/Pdt/2018
Putusan Mahkamah Agung ini merupakan putusan peninjauan kembali yang kedua dalam kasus sengketa tanah antara ahli waris dengan PT. Suzuki Indomobil yang isi putusanya adalah memeriksa perkara perdata dalam 40 pemeriksaan peninjauan kembali telah memutus sebagai berikut dalam perkara PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR dahulu PT INDOMOBIL
SUZUKI INTERNATIONAL, berkedudukan di Jakarta, beralamat kantor di Jalan MT.
Haryono Kavling 8 Jakarta Timur, diwakili oleh Shuji Oishi selaku Direktur Utama, dalam hal ini memberi kuasa kepada Prof. Dr. Otto Hasibuan, S.H., M.H., dan kawan-kawan Para Advokat pada Otto Hasibuan & Associates, beralamat di Komplek Duta Merlin Blok B-30, Jalan Gajah Mada Nomor 3-5, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 1 Februari 2017 sebagai Pemohon Peninjauan Kembali melawan para ahli waris yang bertempat tinggal di Jalan Jaga 1, Desa Penasen, Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, merupakan Para Ahli Waris Sah dari Almarhum Herman Siwy; Dalam hal ini memberi kuasa kepada Syarif Fadillah, S.H., M.H dan kawan-kawan Para Advokat pada kantor Hukum Syarif Fadillah & Partners, beralamat di Jalan Raya Jatiwaringin Nomor 12, Pondok Gede, Kota Bekasi, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 7 Maret 2015. Dan BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA cq KANTOR PERTANAHAN WILAYAH DKI JAKARTA cq KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA JAKARTA SELATAN, yang berkedudukan di Jalan Prapanca Raya Nomor 9 Jakarta.
Menimbang, bahwa terhadap memori peninjauan kembali ke II tersebut para Termohon Peninjauan Kembali telah mengajukan kontra memori peninjauan kembali ke II tanggal 25 Oktober 2017 yang menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali; Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat bahwa alasan permohonan peninjauan kembali tersebut dapat dibenarkan, oleh karena permohonan peninjauan kembali yang diajukan pada tanggal 13 Juni 2017 yaitu 63 (enam puluh tiga) hari sejak putusan terakhir yaitu putusan perkara Nomor 384 PK/Pdt/2016 diberitahukan kepada pihak Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 11 April 2017, sehingga masih dalam tenggang yang ditentukan sesuai ketentuan Pasal 69 huruf e Undang Undang Mahkamah Agung dan juga telah terjadi pertentangan antara Putusan Perkara Nomor Nomor 629 PK/Pdt/2015 dengan Putusan Perkara Nomor 384 PK/Pdt/2016.
Bahwa dalam perkara Nomor 629 PK/Pdt/2015 Jo. Nomor 2111 K/Pdt/2013 Jo. Nomor 503/PDT/2012/PT DKI Jo.Nomor 120/Pdt.G/2012/ PN.Jkt.Sel. tanah objek sengketa seluas 3.880 M2 terletak di Jalan MT Haryono Kavling 19 – 20 Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan adalah milik Herman Siwy/dan ahli waris i.c. Para Termohon Peninjauan Kembali yang berdasarkan Akta Hibah Nomor 1 tanggal 2 September 1996, sedangkan dalam perkara Nomor 384 PK/Pdt/2016 Jo. Nomor 3441 K/Pdt/2012 Jo. Nomor 42/PDT/2012/PT MDO Jo.
Nomor 138/Pdt.G/2011/PN Tdo. tanah objek sengketa bukan milik pihak Herman Siwy/dan ahli waris dikarenakan dasar kepemilikan Termohon Peninjauan Kembali berupa Akta Hibah Nomor 1 tanggal 2 September 1996 telah dinyatakan batal demi hukum.
Bahwa tanah objek sengketa semula berasal dari tanah Sertifikat Hak Pakai Nomor 246/Tebet Barat atas nama PT Pesarin Sakti, dijual kepada PT. Satria Dian Kencana sesuai Akta Jual Beli Nomor 122/Tebet/1990 tanggal 20 Juli 1990, kemudian dibeli oleh Pemohon Peninjauan Kembali/Penggugat i.c. PT. Suzuki Indomobil Motor dahulu bernama PT. Indomobil Suzuki Internasional dari PT. Satria Dian Kencana sesuai Akta Jual Beli Nomor 218/2004 tanggal 13 Desember 2004 dan berdasarkan surat Keputusan Kantor Wilayah Badan Pertanahan DKI Jakarta Nomor 086/51-550.2-09.02-2005 tanggal 11 Oktober 2005 diubah dari Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan sesuai Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat tanah seluas 3.880 M2 terletak di Jalan MT Haryono Kavling 19 – 20 Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, sejak dibeli hingga saat ini tanah objek sengketa ada dalam penguasaan
Penggugat. Bahwa tanah objek sengketa diakui/diklaim sebagai milik Ny.Mintje Sartje Maleke dan kawan-kawan selaku ahli waris almarhum Herman Siwy berdasarkan Akta Hibah Nomor 1 tanggal 2 September 1996. Bahwa dengan dibatalkannya hibah tersebut yang merupakan dasar/alas hak kepemilikan Termohon Peninjauan Kembali sebagaimana tersebut dalam putusan 42 Mahakamah Agung Nomor 384 PK/Pdt/2016 Jo. Nomor 3441 K/Pdt/2012 Jo. Nomor 42/PDT/2012/PT MDO Jo. Nomor 138/Pdt.G/2011/PN Tdo,. maka tanah objek sengketa adalah sah merupakan milik Pemohon Peninjauan Kembali.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah Agung berpendapat bahwa terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali ke II (dua) dari Pemohon Peninjauan Kembali PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR dahulu PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL, dan membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 629 PK/Pdt/2015 tanggal 8 Maret 2016 Jo. Nomor 2111 K/Pdt/2013 tanggal 12 Desember 2013 Jo. Nomor 503/PDT/2012/PT DKI tanggal 5 Februari 2013 Jo. Nomor 120/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel. tanggal 15 Agustus 2012 dan menyatakan amar mengabulkan permohonan peninjauan kembali yang ke 2 (dua), membatalkan Putusan PK yang pertama yaitu Putusan Mahkamah Agung Nomor 629/PK/Pdt/2015, dan menyatakan PT. Suzuki Indomobil adalah pemilik sah atas tanah objek sengketa berdasarkan Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat tanggal 25 Oktober 2005 seluas 3.880 M2 terletak di Jalan MT Haryono kavling 19-20, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA DAN MEMUTUS PENINJAUAN KEMBALI YANG KEDUA KALINYA A. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 629 PK/Pdt/2015 Deskripsi putusan ini menggambarkan analisis kasus dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 629 PK/Prdt/2015. Putusan ini memeriksa perkara perdata dalam peninjauan kembali dalam perkara para pihak : 1. NY.
MINTJE SARTJE MALEKE; 2. NY. HERMI VEIBE SIWY; 3. NY. HETTY SIWY; 4. NY.
HELLY DEBBY DESSY SIWI; 5. TUAN HARRY YOPPY SIWY; Semuanya bertempat tinggal di Jalan Jaga 1, Desa Penasen, Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, merupakan Para Ahli Waris Sah dari Almarhum Herman Siwy. Dalam hal ini memberi kuasa kepada Syarif Fadillah, S.H., M.H dan kawan-kawan Para Advokat pada kantor Hukum Syarif Fadillah & Partners. Beralamat di Jalan Raya Jatiwaringin Nomor 12, Pondok Gede. Kota Bekasi, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Maret 2015; Para Pemohon Peninjauan Kembali yang dahulu Para Termohon Kasasi/Para Tergugat/Para Pembanding melawan PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR dahulu PT. INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL, berkedudukan di Jakarta, beralamat kantor di Jalan MT. Haryono Kav.
8 Jakarta Timur, yang dalam hal ini diwakili oleh Shuji Oishi selaku Presiden Direktur PT Suzuki Indomobil yang memberi kuasa kepada Dr. Otto Hasibuan, S.H. M.M., dan kawankawan, Para Advokat pada kantor Advokat Otto Hasibuan & Associates, beralamat di Komplek Duta Merlin Blok B-30, Jalan Gajah Mada Nomor 3-5, Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Juni 44 2015 sebagai Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi/Penggugat/Terbanding dan BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Cq. KANTOR PERTANAHAN WILAYAH DKI JAKARTA Cq.
KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA JAKARTA SELATAN, beralamat di Jalan Prapanca Raya Nomor 9 Jakarta atau yang disebut Turut Termohon Peninjauan Kembali dahulu Turut Termohon Kasasi/Turut Tergugat/Turut Terbanding. Permohonan peninjauan
kembali ini diajukan terhadap Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 2111 K/Pdt/2013 pada tanggal 12 Desember 2013 yang telah berkekuatan hukum tetap. Duduk perkara dari gugatan kasasi ini diajukan oleh PT. SUZUKI INDOMOBIL (penggugat kasasi) dalam kepentingan hukum guna mempertahankan hak keperdataanya atas tanah yang diperoleh dan atau dikuasai secara hukum oleh penggugat. Tanah seluas 3.880 m2 yang terletak di Jalan MT. Haryono Kavling 20, Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan, dengan batas-batas tanah sebagai berikut; sebelah Utara: Jalan Tebet Barat Dalam X, Sebelah Selatan: Jalan MT.
Haryono, Sebelah Timur: Tanah Negara, Sebelah Barat: Tanah Milik PT Bank Mandiri, Tbk, sebagaimana dahulu termasuk pada Tanda Bukti Hak yaitu Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat, tertanggal 25 Oktober 2005. Dasar hukum dari PT SUZUKI INDOMOBIL (penggugat) dalam perkara ini terkait hak atas tanah tersebut adalah berasal dari transaksi jualbeli tanah dengan menghasilkan akta jual beli yang dilakukan antara Penggugat selaku Pembeli dengan PT Satria Dian Kencana selaku Penjual pada tanggal 13 Desember 2004, sebagaimana dibuktikan berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 218/2004, tertanggal 13 Desember 2004, yang dibuat oleh Penjabat Pembuat Akta Tanah Bray Mahyastoeti Notonegoro, S.H., di Kotamadya Jakarta Selatan. Peralihan hak atas tanah objek sengketa tersebut telah turut serta didaftarkan peralihannya di Kantor Pertahanan Kotamadya Jakarta Selatan pada tanggal 21 Februari 2005. Bahwa setelah hak atas tanah objek sengketa tersebut beralih sah secara hukum kepada PT SUZUKI INDOMOBIL (Penggugat), selanjutnya 45 Penggugat mengajukan permohonan hak atas tanah objek sengketa yaitu Hak Guna Bangunan Kepada BPN DKI JAKARTA (Turut Tergugat dalam putusan peninjauan kembali), dan melalui Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah BPN DKI Jakarta Nomor:
086/51-550.2-09.02-2005 tertanggal 11 Oktober 2005. PT SUZUKI INDOMOBIL (Penggugat) diberikan hak guna bangunan di atas tanah objek sengketa sebagaimana berdasarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat, yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan tertanggal 25 Oktober 2005. Bahwa kemudian dalam perkembangannya, hak atas tanah objek sengketa yakni hak guna bangunan yang dipegang/diperoleh sah secara hukum oleh PT SUZUKI INDOMOBIL (Penggugat) terancam keberadaannya, akibat adanya klaim/tuntutan yang dilakukan oleh (almarhum) Herman Siwy selaku Pewaris dari (Para Tergugat Kasasi/Pemohon Peninjauan Kembali) terhadap tanah objek sengketa dengan menggunakan dasar Akta Hibah Nomor 1 tertanggal 2 September 1996, yang dibuat dihadapan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H, Notaris di Tondano. Bahwa Pewaris Para Tergugat yaitu (almarhumah) Herman Siwy telah meninggal dunia pada tanggal 24 Februari 20011 sesuai dengan Kutipan Akta Kematian yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Minahasa, Nomor 7102CPM0103207700333, tertanggal 01 Maret 2011 dan meninggalkan ahli waris yang sah secara hukum yaitu Para Tergugat Kasasi/Pemohon Peninjauan Kembali. Bahwa sebelum meninggal dunia, Pewaris Para Tergugat mengklaim/ menuntut bahwa tanah objek sengketa yang telah diperoleh/dipegang hak atas tanahnya oleh Penggugat adalah merupakan tanah milik dari Pewaris Para Tergugat yang diperolehnya dari Ny. Annatje Magdalena Rombot selaku orang tua/ibu dari Pewaris berdasarkan akta hibah dengan tuntutan/klaim termasuk terlihat secara nyata pada tanggal 26 November 2006, kemudian pewaris telah mengajukan permohonan kepada Turut Tergugat untuk diterbitkannya sertifikat hak guna bangunan di atas bidang tanah kavling 19 dan Kavling 20, yang terletak di Jalan MT. Haryono, Kelurahan Tebet Barat, 46 Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan yang dalam hal tersebut juga termasuk tanah objek sengketa (Tanah Kav. 20) milik PT SUZUKI INDOMOBIL (Penggugat).
tuntutan/klaim dari Pewaris Para Tergugat tersebut semakin dipertegas tindakan yang dilakukan oleh Pewaris Para Tergugat dalam mengajukan gugatan Tata Usaha Negara (TUN) di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di Jakarta terhadap/melawan Kepala Kantor Pertahanan Kotamadya Jakarta Selatan pada tanggal 22 April 2007, yang pada intinya menuntut pembatalan atas Sertipikat HGB Nomor 3296/Tebet Barat yang dipegang/diperoleh sah secara hukum oleh PT SUZUKI INDOMOBIL. Bahwa atas perkara yang diajukan oleh Pewaris terkait dengan tuntutan/klaim terhadap tanah objek sengketa tersebut, telah diperoleh suatu Putusan Peninjauan kembali (PK) Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 29 PK/TUN/2010 tertanggal 16 Maret 2011, yang pada pokoknya menyatakan Batal Sertipikat Hak Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan, seluas 3.880 m2 di atas tanah Kavling 20 Jalan MT. Haryono/tanah objek sengketa atas nama PT SUZUKI INDOMOBIL. Pada intinya dalam putusan kasasi tersebut, majelis menyatakan bahwa dasar hukum dari ahli waris untuk klaim atas tanah tersebut dari PT SUZUKI INDOMOBIL tidak beralasan dan tidak tepat, dan memutuskan perkara ini dimenangkan oleh PT SUZUKI INDOMOBIL, kemudian terhadap putusan kasasi tersebut, ahli waris mengajukan permohonan peninjauan kembali yang terregistrasi dalam Putusan Nomor 629 PK/Pdt/2015. Dalam putusan peninjauan kembali Nomor 629 PK/Pdt/2015 menyatakan bahwa sesudah Putusan Mahkamah Agung Nomor 2111 K/Pdt/2013 tanggal 12 Desember 2013 tersebut, diberitahukan kepada Termohon Kasasi/Para Tergugat/Para Pembanding pada tanggal 24 Februari 2015, kemudian oleh Para Termohon Kasasi/Para Tergugat/Para Pembanding dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 7 Maret 2015, diajukan permohonan peninjauan kembali pada tanggal 21 April 2015 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Peninjauan Kembali 47 Nomor 120/PDT.G/2012/PN.Jkt.Sel yang dibuat Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Para pemohon peninjauan kembali mengajukan permohonan dengan dasar hukum bahwa pada kenyataanya terdapat surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada saat perkara ini diperiksa tidak dapat ditemukan (novum), antara lain sebagai berikut: 1. Bukti PK-1 berupa Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 77/
HGB/BPN/.31-BTL/2012, Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat atas nama Perseroan Terbatas PT Indomobil Suzuki Internasional, berkedudukan di Jakarta, seluas 3.880 m2, terletak di Jalan MT. Haryono kavling 20, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Kota Administrasi Jakarta Selatan, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagai Pelaksanaan Putusan Pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap, tanggal 05 Juli 2012, dengan penjelasan bahwa PT Indomobil Suzuki Internasional, secara hukum sudah tidak mempunyai hak kepemilikan lagi atas tanah seluas 3.880 m2 yang terletak di Jalan MT. Haryono, Kavling 20, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Kota Administrasi Jakarta Selatan (objek perkara a quo). Bukti PK- 1 ini juga merupakan sebagai pelaksanaan dari Putusan Nomor. 29 PK/TUN/2010, tanggal 16-03-2011, yang telah berkekuatan hukum tetap. Dengan demikian menjadi jelas bahwa tanah seluas 3.880 m2 yang menjadi objek perkara a quo secara hukum adalah milik Para Pemohon Peninjauan kembali/para Termohon Kasasi/Para Pembanding/Para Tergugat. 2.
Bukti PK-2 berupa Pengumuman tentang Pembatalan Sertipikat Nomor 214/2013, tanggal 17-12-2013, oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, di Media Masa Harian Terbit tanggal 19 Desember 2013, 48 dengan penjelasan bahwa Bukti PK-2 ini menunjukan dan membuktikan bahwa dengan Pengumuman Pembatalan Sertipikat HGB Nomor 3296/Tebet Barat atas nama Perseroan
Terbatas PT. Indomobil Suzuki Internasional atas tanah seluas 3.880 m2 yang terletak di Jalan MT.Haryono Kav. 20, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan tersebut, untuk diketahui oleh masyarakat luas bahwa SHGB Nomor 3296/Tebet Barat tersebut, sudah dibatalkan dan/atau sudah tidak berlaku lagi. Sehingga kepemilikan atas tanah seluas 3.880 m2 yang terletak di Jalan MT. Haryono Kav. 20, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, bukan lagi pada PT. Indomobil Suzuki Internasional, melainkan milik Para Pemohon Peninjauan Kembali/Para Termohon Kasasi/para Pembanding/Para Tergugat. 3. Bukti PK-3 berupa Peta Bidang Tanah NIB:
09.02.01.02.03985, Peta Bidang Tanah ini merupakan Peta Bidang Baru yang dikeluarkan oleh kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta selatan untuk keperluan perolehan Hak atas Pemohon Ny. Helly Debby Dessy Siwy, Cs (Para Pemohon Peninjauan kembali/Para Termohon Kasasi/Para Pembanding/ Para Tergugat, dengan penjelasan bahwa Bukti PK-3 ini menunjukan dan membuktikan bahwa Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, telah mengakui bahwa tanah seluas 3.880 m2, yang terletak di MT.Haryono Kav.20, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan, bekas SHGB Nomor 3296//Tebet Barat, adalah milik Para Pemohon Peninjauan Kembali/Para Termohon Kasasi/Para Pembanding/Para Tergugat. 4. Bukti PK-4, berupa Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 2552 K/Pdt/2013, tanggal 13 Maret 2014, dengan penjelasan bahwa Bukti PK-4 ini menunjukan dan membuktikan bahwa tanah seluas 3.797 m2 yang terletak di Jalan MT.
Haryono Kav.19, Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan adalah milik Para Pemohon Peninjauan Kembali/Para Termohon Kasasi/Para Pembanding/Para 49 Tergugat.
Karena tanah Kav. 19 dan Kav. 20 letaknya bersebelahan dan dasar kepemilikan awal adalah berdasarkan Occupatie Verguning Nomor 9151/Dir/64 tanggal 26 Oktober 1964 atas nama Ny. Annatje Magdalena Rombot (orang tua dari Para Pemohon Peninjauan Kembali/Para Termohon Kasasi/Para Pembanding/Para Tergugat) yang dikeluarkan oleh Yayasan Gelora Bung Karno. Oleh karena itu adalah tidak mungkin secara hukum tanah Kav. 20 milik Termohon Peninjauan Kembali/ Pemohon Kasasi/Terbanding/ Penggugat. Lagi pula perlu dipertanyakan Akta Jual beli Nomor 218/2004, tertanggal 19 Desember 2004, apa yang menjadi dasar penjual menjual tanah a quo kepada Termohon peninjauan kembali/pemohon Kasasi/Terbanding/Penggugat? karena orang tua dari Para Pemohon Peninjauan Kembali/Para Termohon Kasasi/Para Pembanding/Para Tergugat, yaitu Ny. Annatje Magdalena Rombot, sejak Tahun 1964 telah memiliki tanah yang menjadi objek sengketa dengan dasar Occupatie Verguning Nomor 9151/Dir/64 tanggal 26 Oktober 1964, dan tidak pernah menjual belikan tanah a quo tersebut, kepada siapapun atau instansi apapun sampai sekarang. Dengan demikian karena jual beli antara Penjual dengan Termohon Peninjauan Kembali sesuai Akta Jual Beli Nomor 218/2004, tertanggal 19 Desember 2004, tidak berdasar atas haknya dari Penjual. Maka, Akta Jual Beli Nomor 218/2004, tertanggal 19 Desember 2004 tidak sah dan harus dibatalkan. Berdasarkan alasan-alasan dan bukti-bukti (novum) tersebut maka Mahkamah agung memutus dan mengadili bahwa mengabulkan permohonan pemohon peninjauan kembali dari para pemohon, dan membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2111 K/Pdt/2013 pada tanggal 12 Desember 2013. Berdasarkan putusan tersebut, PT. SUZUKI INDOMBIL mengajukan peninjauan kembali, hal ini menjadi permohonan peninjauan kembali terhadap putusan peninjauan kembali yang terregistrasi dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 118 PK/Pdt/2018. 50 Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Pasal 67, upaya hukum peninjauan kembali dapat dilakukan apabila terdapat bukti-bukti baru (novum) yang sebelumnya belum
pernah ditemukan, atau belum pernah digunakan di putusan-putusan dan upaya hukum sebelumnya. Hal ini dikecualikan karena upaya hukum peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa yang menjadikan prosesnya perlu diatur can diawasi secara khusus oleh undang-undang untuk dapat menjadi hukum yang pasti yang telah diatur oleh peraturan agar terciptanya kepastian hukum untuk masyarakat. Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma- norma adalah produk dan aksi manusia yang disepakati dengan konsultasi bersama (deliberative). Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungan dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu.
Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.1 Kepastian hukum berangkat dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada aliran pemikiran Positivisme di dunia hukum yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom yang mandiri, karena bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain sekedar menjamin terwujudnya keadilan oleh hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan- aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan sematamata untuk kepastian.2 Berangkat dari teori diatas peneliti menganalisis perasalahan atau fenomena upaya hukum peninjauan kembali ini berdasarkan norma yang pasti yaitu aturan hukum yang mengatur.3 Proses peninjauan kembali diatas sudah sesuai dengan aturan yang mengatur dengan mengkaji suatu konflik perdata dengan memunculkan bukti baru (novum) yang dikaji dalam suatu upaya hukum peninjauan kembali.
B. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 118 PK/Pdt/2018 Putusan ini merupakan respons dari putsan peninjauan kembali yang pertama yaitu putusan nomor 629 PK/Pdt/2015. Dalam putusan ini, Mahkamah Agung memeriksa lebih lanjut mengenai ketepatan penerapan hukum dari perkara yang ada. Putusan ini tidak memuat terkait novum yang disampaikan, melainkan hanya berdasarkan prosedur formal dari pengajuan peninjauan kembali yang membuat Mahkamah Agung dapat menerima peninjauan kembali yang kedua ini. Dalam putusan peninjauan kembali yang kedua ini Mahkamah Agung memeriksa bukti berdasarkan Putusan lain yang terkait dengan perkara ini dari putusan perkara Nomor 384 PK/Pdt/2016, yang dimana putusan ini bersisi tentang peninjuan kembali perkara perdata klasifikasi Perbuatan Melawan Hukum atau (PMH) atas bukti yang diajukan oleh ahli waris berupa akta hibah atas tanah objek sengketa. Mahkamah Agung dalam putusan ini menyatakan bahwa terhadap memori peninjauan kembali ke II tersebut para Termohon Peninjauan Kembali telah mengajukan kontra memori peninjauan kembali ke II tanggal 25 Oktober 2017 yang menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali. Bahwa permohonan peninjauan kembali tersebut dapat, oleh karena permohonan peninjauan kembali yang diajukan pada tanggal 13 Juni 2017 yaitu 63 (enam puluh tiga) hari sejak putusan terakhir yaitu putusan perkara Nomor 384 PK/Pdt/2016 diberitahukan kepada pihak Pemohon Peninjauan Kembali pada tanggal 11 April 2017, sehingga masih dalam tenggang yang ditentukan sesuai ketentuan Pasal 69 huruf e Undang-Undang Mahkamah Agung dan juga telah terjadi pertentangan antara Putusan Perkara Nomor Nomor 629 PK/Pdt/2015 dengan Putusan Perkara Nomor 384 PK/Pdt/2016. Dalam putusan peninjauan kembali ini Mahkamah Agung mengadili dengan mengabulkan permohonan peninjauan kembali yang ke-2 (dua) dari pemohon peninjauan kembali PT SUZUKI INDOMOBIL, dan
membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 629 PK/Pdt/2015 tanggal 8 Maret 2016.
Menyatakan bahwa PT. SUZUKI INDOMBIL (penggugat) adalah pemilik yang sah atas tanah objek sengketa yaitu tanah Hak Guna Bangunan (HGB) Nomor 3269/Tebet Barat pada tanggal 25 Oktober 2005 seluas 3.880 (tiga ribu delapan ratus delapan puluh) meter persegi yang terletak di Jalan MT Haryonokavling 19-20, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Menyatakan Akta Jual Beli Nomor 218/2004, tertanggal 19 Desember 2004, yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Bray Mahsyastoeti Notonegoro, S.H., di Kotamadya Jakarta Selatan adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat. Menyatakan Surat Ijin Mempergunakan Tanah (Occupatie Vergunning) Nomor 9151/Dir/64 tanggal 26 Oktober 1964 atas nama Ny. Annatje Magdalena Rombot, untuk tanah kavling 19 dan 20 yang dikeluarkan oleh Yayasan Bung Karno, bukan merupakan tanda bukti hak atas tanah dan atau bukti kepemilikan yang mengikat terhadap tanah objek sengketa. Dalam memeriksa dan mengadili putusan peninjauan kembali yang merupakan upaya hukum luar biasa adalah wewenang mutlak dari Mahkamah Agung. Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Mahkamah Agung bertugas dan berwenang untuk mengadili dan memutus permohonan peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus perkara permohonan peninjauan kembali harus mengacu kepada undang-undang yang sudah ditetapkan. Dalam memutus dan mengadili Putusan Nomor 118 PK/Pdt/2018 ini Mahkamah Agung memilki alasan bahwa permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh pemohon diajukan pada tanggal 13 Juni 2017, yaitu 63 (enam puluh tiga) hari sejak 53 putusan terakhir yaitu Putusan Nomor 384 PK/Pdt/2016 yang diberitahukan kepada para pihak pada tanggal 11 April 2017, sehingga menurut Mahkamah masih dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang- undang, dan juga telah terjadi pertentangan antara putusan perkara Nomor 629 PK/Pdt/2015 dengan putusan Nomor 384 PK/Pdt/2016. Bahwa dalam perkara Nomor 629 PK/Pdt/2015 Jo.
Nomor 2111 K/Pdt/2013 Jo. Nomor 503/PDT/2012/PT DKI Jo. Nomor 120/Pdt.G/2012/
PN.Jkt.Sel. Tanah objek sengketa seluas 3.880 Meter persegi terletak di Jalan MT Haryono Kavling 19 – 20 Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan adalah milik Herman Siwy/dan ahli waris.
Para Termohon Peninjauan Kembali yang diperoleh berdasarkan Akta Hibah Nomor 1 tanggal 2 September 1996, sedangkan dalam perkara Nomor 384 PK/Pdt/2016 Jo. Nomor 3441 K/Pdt/2012 Jo. Nomor 42/PDT/2012/PT MDO Jo. Nomor 138/Pdt.G/2011/PN Tdo.
tanah objek sengketa bukan milik pihak Herman Siwy/dan ahli waris dikarenakan dasar kepemilikan Termohon Peninjauan Kembali berupa Akta Hibah Nomor 1 tanggal 2 September 1996 telah dinyatakan batal demi hukum. Bahwa tanah objek sengketa semula berasal dari tanah Sertifikat Hak Pakai Nomor 246/Tebet Barat atas nama PT Pesarin Sakti, dijual kepada PT Satria Dian Kencana sesuai Akta Jual Beli Nomor 122/Tebet/1990 tanggal 20 Juli 1990, kemudian dibeli oleh Pemohon Peninjauan Kembali/Penggugat PT Suzuki Indomobil Motor dahulu bernama PT Indomobil Suzuki Internasional dari PT Satria Dian Kencana sesuai Akta Jual Beli Nomor 218/2004 tanggal 13 Desember 2004 dan berdasarkan surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan DKI Jakarta Nomor 086/51- 550.2- 09.02-2005 tanggal 11 Oktober 2005 diubah dari Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan sesuai Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat. Tanah seluas 3.880 meter persegi yang terletak di Jalan MT Haryono Kavling 19 – 20 Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, sejak dibeli hingga saat ini tanah objek sengketa ada dalam penguasaan PT.
SUZUKI INDOMOBIL. Tanah objek sengketa yang dahulu milik PT. Suzuki Indomobil yang didapatkan melalui jual beli tersebut diakui/diklaim sebagai milik Ny.Mintje Sartje
Maleke dan kawan-kawan 54 selaku ahli waris almarhum Herman Siwy berdasarkan Akta Hibah Nomor 1 tanggal 2 September 1996. Bahwa yang menjadi asal muasal timbulnya permasalahan hukum terkait dengan kepemilikan hak atas tanah PT. SUZUKI INDOMOBIL adalah adanya permohonan hak atas tanah pada tanggal 26 November 2006, yang diajukan oleh para ahli waris yaitu (almarhum) Herman Siwy kepada Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan. Terhadap tanah PT. SUZUKI INDOMOBIL dengan menggunakan dasar Akta Hibah Nomor 1 (satu) tertanggal 2 September 1996, yang dibuat di hadapan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. selaku Notaris di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Akta hibah tersebut sebelumnya sudah di perkarakan pada peninjauan kembali yang sebelumnya dalam klasifikasi perkara perbuatan melawan hukum (PMH) yang diputus oleh Putusan Nomor 384 PK/Pdt/2016. Bahwa Akta Hibah yang digunakan oleh para ahli waris berasal dari perbuatan yang dilakukan oleh (almarhumah) Ny. Annatje Magdalena Rombot (orangtua/Ibu dari alm. Herman Siwy) selaku pemberi hibah dalam memberikan 3 (tiga) bidang tanah kaveling Nomor 19, 20, 21, yang terletak di Jalan Jenderal Gatot Subroto yang sekarang dikenal dengan Jalan MT. Haryono, Jakarta Selatan, kepada para ahli waris selaku penerima hibah. Salah satu dari bidang tanah yang dihibahkan tersebut adalah merupakan Tanah PT. SUZUKI INDOMOBIL yakni tanah kaveling 20, yang turut serta diklaim/dituntut sebagai tanah milik dari pemberi hibah Ny. Annatje Magdalena Rombot. Pada saat Akta Hibah tersebut dibuat oleh Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. selaku Notaris di Tondano pada tanggal 2 September 1996, notaris tersebut belumlah sah secara hukum menjabat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT yang diangkat oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. barulah sah secara hukum diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT yaitu pada tanggal 25 September 1996, sebagaimana berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 10-XI1996., tanggal 25 September 1996, sedangkan Akta Hibah tersebut dibuat 55 pada tanggal 2 September 1996, yakni 13 (tiga belas hari) sebelum dikeluarkannya Surat Keputusan Pengangkatan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT di Wilayah Kabupaten Minahasa. Sebagaimana telah ditentukan di dalam ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang berbunyi : “Setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu Akta yang dibuat oleh dan di hadapan penjabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria.” Pejabat termaksud dalam bunyi pasal tersebut adalah Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria sebagaimana termaksud pada PMA Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penunjukan Pejabat yang dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Bahwa menurut Pasal 1666 KUHPerdata, hibah adalah merupakan suatu bentuk perjanjian di muka hukum, sehingga oleh dan karenanya Akta Hibah yang termaksud dalam perkara ini haruslah dibuat oleh dan di hadapan Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria sebagaimana ditentukan pada ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1961. Dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah, karena telah jelas bahwa Akta Hibah tersebut dimaksudkan untuk melakukan peralihan/pemindahan/pemberian hak atas tanah dari Pemberi Hibah yaitu (almarhumah) Ny. Annatje Magdalena Rombot kepada (almarhum) Herman Siwy/para ahli waris. Bahwa dengan diketahui secara jelas dan terang Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H.
bukan merupakan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diangkat oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional pada saat melakukan pembuatan Akta Hibah
tersebut, karena pada saat pembuatan akta hibah tersebut dilakukan pada tanggal sebelum pengangkatanya sebagai PPAT, maka sudah dapat dinyatakan secara tegas bahwa terdapat ketidakwenangan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. dalam membuat Akta Hibah tersebut. 56 Selain dari ketidakwenangan yang dilakukan oleh Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. dalam membuat Akta Hibah, tindakan/perbuatan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. dalam membuatkan Akta Hibah a quo juga bertentangan dengan hukum pertanahan yang berlaku.
Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. melakukan pelanggaran atas wilayah kerja PPAT. Bahwa sebagaimana diketahui wilayah kerja Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. sebagai PPAT sebagaimana berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 10-XI-1996 tanggal 25 September 1998 adalah di Wilayah Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, sedangkan lokasi tanah pada objek hibah tersebut adalah berada di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta, sehingga secara jelas Tieneke Y.J.
Mewengkang, S.H. telah melakukan pelanggaran hukum atas wilayah kerja dalam menjalankan jabatannya sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penunjukan Pejabat yang dimaksud dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah serta Hak dan Kewajibannya pada Pasal 2 ayat (1), yang menerangkan bahwa: “Setiap Pejabat hanya berwenang membuat akta yang dimaksudkan dalam ayat 1 Pasal 1 mengenai tanahtanah yang terletak di dalam wilayah kerjanya.” Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. dalam membuat Akta Hibah juga tidak sesuai dengan format yang ditentukan oleh Menteri Negara Agraria. Bahwa Akta Hibah a quo dibuat oleh Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. dengan bentuk akta yang tidak sesuai sebagaimana ditentukan dan diatur oleh Peraturan Menteri Agraria Nomor 11 Tahun 1961 tentang Bentuk Akta yang harus dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), melainkan dibuat dengan bentuk sewenang-wenang oleh Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H., dan tidak menjelaskan dan menguraikan dasar hukum perolehan hak atas tanah di dalam Akta Hibah.
Bahwa di dalam Akta Hibah tersebut tidak dijelaskan dan/atau diterangkan perihal dasar hukum perolehan hak atas tanah pada objek hibah a quo oleh Ny. Annatje Magdalena Rombot selaku Pemberi Hibah, padahal dasar hukum perolehan hak atas tanah adalah merupakan hal 57 yang sangat esensial dan sangat diperlukan dalam melakukan peralihan hak atas tanah sebagaimana diatur dan ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku khususnya dalam bidang pertanahan. Dalam pembuatan Akta Hibah tersebut Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. tidak menjelaskan mengenai batas-batas dari tanah objek sengketa, sehingga lokasi tanah pada objek hibah tersebut tidak jelas dan kabur. Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Agraria Nomor 8 Tahun 1961 tentang Peraturan Tanda-Tanda Batas Tanah Hak yang berbunyi: “Tiap-tiap tanah hak batasnya harus dinyatakan dengan tanda-tanda batas menurut ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini.” Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. tetap menerima permintaan pembuatan akta hibah tanpa disertai dengan sertifikat tanah yang bersangkutan. Bahwa sebagaimana telah diketahui, pada saat Akta Hibah a quo dibuat oleh Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H., tanah yang dijadikan objek Hibah a quo adalah merupakan tanah yang sudah dibukukan untuk dan atas nama PT. Satria Dian Kencana sebagaimana berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 122/Tebet/1990., tertanggal 20 Juli 1990 dan Tanda Bukti Hak atas Tanah yaitu Sertifikat Nomor 246/Tebet Barat. Dengan telah dibukukannya tanah yang dijadikan objek hibah a quo, maka sudah sewajibnya Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H.
menolak permintaan dari Ny. Annatje Magdalena Rombot untuk dibuatkan Akta Hibah a quo dengan tanpa disertai sertifikat tanah yang bersangkutan pada Akta Hibah tersebut. Akta Hibah tersebut juga dibuat dengan tidak sesuai dengan ketentuan penghibahan yang berlaku.
Ketentuan hukum mengenai Penghibahan telah diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku Ketiga Bab Kesepuluh Tentang Hibah, yang mana berdasarkan Pasal 1667 KUHPerdata, dinyatakan secara tegas bahwa: “Penghibahan hanya boleh dilakukan terhadap barang-barang yang sudah ada pada saat penghibahan itu terjadi, dan jika Hibah itu mencakup barang-barang yang belum ada pada saat penghibahan itu terjadi, maka dinyatakan penghibahan atas barang-barang tersebut menjadi batal.” 58 Frasa “barang-barang” yang dimaksud dalam pasal tersebut dapat dimaksudkan adalah kepemilikan dan hak atas tanah dari Pemberi Hibah atas barang yang dihibahkan tersebut, yang dalam hal ini adalah hak atas tanah pada objek hibah tersebut. Sebagaimana diketahui pada saat Akta Hibah tersebut dibuat oleh Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. yakni pada tanggal 2 September 1996. Tanah yang dijadikan objek hibah termaksud adalah bukan merupakan milik dari Ny. Annatje Magdalena Rombot selaku Pemberi Hibah, melainkan milik dari PT. Satria Dian Kencana. Sebagaimana dibuktikan dengan Akta Jual Beli Nomor 122/Tebet/1990., tertanggal 20 Juli 1990 dan Tanda Bukti Hak atas Tanah yaitu Sertifikat Nomor 246/Tebet Barat. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan secara tegas bahwa pada saat Akta Hibah itu dibuat, kepemilikan atau ha katas tanah Ny. Annatje Magdalena Rombot selaku Pemberi Hibah tersebut tidaklah pernah ada secara hukum, hal tersebut turut terlihat dengan tidak dijelaskannya dasar hukum perolehan hak atas tanah pada objek hibah tersebut pada Akta Hibah tersebut. Berdasarkan fakta-fakta diatas, maka Mahkamah Agung dalam putusan Nomor 384 PK/Pdt/2016 menyatakan bahwa Akta Hibah Nomor 1 tertanggal 2 September 1996 yang dibuat oleh dan/atau di hadapan Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. batal demi hukum dengan segala akibat hukumnya. Bahwa dengan dibatalkannya hibah tersebut maka menjadikan hak kepemilikian atas tanah menjadi milik PT. Satria Dian Kencana sesuai dengan Akta Jual Beli Nomor 122/Tebet/1990 pada tanggal 20 Juli tahun 1990 dengan tanda bukti atas tanah berupa sertifikat Nomor 246/Tebet Barat, yang selanjutnya menjadi milik PT. SUZUKI INDOMOBIL berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 218/2004 tanggal 13 Desember 2004 dan berdasarkan surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan DKI Jakarta Nomor 086/51-550.2- 09.02-2005 tanggal 11 Oktober 2005 diubah dari Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan sesuai dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat. Berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah Agung berpendapat bahwa terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali ke II (dua) dari Pemohon 59 Peninjauan Kembali PT SUZUKI INDOMOBIL MOTOR dahulu PT INDOMOBIL SUZUKI INTERNATIONAL, dan membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 629 PK/Pdt/2015 tanggal 8 Maret 2016 Jo. Nomor 2111 K/Pdt/2013 tanggal 12 Desember 2013 Jo. Nomor 503/PDT/2012/PT DKI tanggal 5 Februari 2013 Jo. Nomor 120/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel. tanggal 15 Agustus 2012.
Mahkamah Agung menyatakan bahwa PT. SUZUKI INDOMOBIL adalah pemilik yang sah atas tanah objek sengketa yaitu tanah Hak Guna Bangunan Nomor 3296/Tebet Barat tanggal 25 Oktober 2005 seluas 3.880 meter persegi yang terletak di Jalan MT Haryono kavling 19- 20, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Menyatakan Akta Jual Beli Nomor 218/2004, tertanggal 19 Desember 2004, yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Bray Mahsyastoeti Notonegoro, S.H. di Kotamadya Jakarta Selatan adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat. Mahkamah Agung juga menyatakan bahwa Surat Ijin Mempergunakan Tanah (Occupatie Vergunning) Nomor 9151/Dir/64 tanggal 26 Oktober 1964 atas nama Ny. Annatje Magdalena Rombot, untuk tanah kavling 19 dan 20 yang dikeluarkan oleh Yayasan Bung Karno, bukan merupakan tanda bukti hak atas tanah dan atau bukti kepemilikan yang mengikat terhadap tanah objek sengketa. Menurut Pasal 66 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang membatasi pengajuan peninjauan kembali hanya 1 (satu) kali merupakan bentuk sifat upaya hukum peninjauan kembali sebagai upaya hukum yang luar biasa. Prinsip ini bertujuan untuk menekankan dan menegakkan kepastian hukum (to enforce legal certainty). Maksud dari dibatasinya peninjauan kembali 1 (satu) kali ialah, apabila berdasarkan permohonan peninjauan kembali oleh salah satu pihak yang berperkara telah di dijatuhkan putusan oleh Mahkamah Agung, maka terhadap putusan tersebut tidak dapat diajukan peninjauan kembali sekali lagi oleh para pihak. Misalnya A berperkara dengan B dan putusan sudah berkekuatan hukum tetap inkrah, terhadap putusan inkrah tersebut A mengajukan upaya hukum peninjauan kembali dan permohonan dibenarkan 60 dan memenangkan A, maka terhadap selanjutnya tertutuplah hak B untuk mengajukan peninjauan kembali yang kedua. Atau sekiranya permohonan A ditolak maka tertutuplah hak A untuk mengajukan peninjauan kembali sekali lagi.4 Dalam pembuktian hukum acara perdata adalah bertujuan untuk mencari kebenaran formil (formeel waarbeid). Dalam perkara perdata hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh para pihak yang berperkara atau hakim bersifat pasif. Jadi harkim untuk mencapai kebenaran formil cukup membuktian dengan bukti yang dominan (preponderance of evidence).5 Dalam penegakkan hukum formil proses penegakkan hukumnya tidak boleh berlarut-larut. Menurut Yahya Harahap jika putusan peninjauan kembali telah dijatuhkan, kemudian diajukan peninjauan kembali lagi terhadap perkara tersebut, maka yang terjadi adalah peninjauan kembali terhadap putusan peninjauan kembali.
Tindakan tersebut melanggar Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Tindakan tersebut Udapat merusak dan menghancurkan tatanan penegakkan kepastian hukum dan ketertiban umum dalam penegakkan hukum di Indonesia. Berangkat dari pembahasan diatas peneliti menganalisis bahwa upaya hukum peninjauan kembali yang kedua kalinya yang diputusn oleh Mahkamah Agung ini tidak sesuai dengan undang-undang dan melanggar unsur kepastian hukum namun hal ini hakim mementingkan unsur dari keadilann hukum, karena sesunguhnya perkara ini seharusnya dimenangkan oleh PT. SUZUKI INDOMOBIL yang mana hak atas tanah tersebut memanglah milik PT. SUZUKI INDOMOBIL sesuai dengan hukum yang berlaku. 4 Yahya Harahap, Kekuas
Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah dan analisis yang peneliti kaji maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam putusan peninjauan kembali yang pertama yaitu Putusan Nomor 629 PK/Pdt/2015, pemohon peninjauan kembali ialah para ahli waris dari almarhum Herman Siwy yang mengajukan upaya peninjauan kembali dengan alasan dan bukti kepemilikan hak atas tanah sengketa berupa Akta Hibah Nomor 1 Tanggal 2 September 1996. Akta Hibah tersebut telah dinyatakan oleh pengadilan batal demi hukum sesuai dengan putusan Nomor 384 PK/Pdt/2016. Pembuatan akta hibah tersebut mengandung unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Notaris Tieneke Y.J. Mewengkang, S.H. yang membuat akta hibah tersebut tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.
Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung menyatakan bahwa upaya hukum peninjauan kembali hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali, artinya tidak dapat dilakukan peninjauan kembali terhadap putusan peninjauan kembali.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 118/PK/Pdt/2018 merupakan putusan peninjuan kembali yang dilakukan terhadap putusan peninjauan kembali, hal ini dilarang oleh undang-undang
karena tidak sesuai dengan kepastian hukum. Putusan ini lebih mengutamakan keadilan, karena memang dalam perkara dan kenyataanya memang benar bahwa tanah objek sengketa merupakan hak milik dari PT. Suzuki Indomobil sesuai dengan hukum yang berlaku.