ANALISIS RESIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN PENERAPAN METODE HIRARC DI BAGIAN PRODUKSI
PT. BINTAN INTAN GEMILANG
Disusun Oleh : Arman Dandi
21.4.09.067
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN DUMAI
PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL LAUT 2024
PERNYATAAN MENGENAI PKL DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktik Akhir dengan judul “Analisis Resiko Kecelakaan Kerja Dengan Penerapan Metode HIRARC Di Bagian Produksi PT. Bintan Intan Gemilang” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Dumai, Januari 2024
Arman Dandi 21.4.09.067
RINGKASAN
ARMAN DANDI. Analisis Resiko Kecelakaan Kerja Dengan Penerapan Metode HIRARC Di Bagian Produksi PT. Bintan Intan Gemilang. Dibimbing oleh MUH SURYONO A.Pi, M.P. dan SUMARTINI, S.Pi, M.Sc.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya, resiko dan pengendalian resiko dari PT. Bintan Intan Gemilang di bagian produksi dengan menggunakan metode HIRARC. Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC) merupakan proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas rutin ataupun non rutin dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan penilaian risiko dari bahaya tersebut. Hasil dari penilaian risiko tersebut berguna untuk membuat program pengendalian bahaya agar perusahaan dapat meminimalisir tingkat risiko yang mungkin terjadi sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Adanya bahaya dan risiko pada pekerjaan operasional bagian produksi menjadi alasan dilakukan Hazard Identification Risk Assesstment and Risk Control pada setiap pekerjaan untuk mengetahui bahaya apa saja yang berada di tahap produksi, mengetahui penilaian risiko kecelakaan kerja, dan melakukan pengendalian risiko kecelakaan pada saat bekerja. Hasilnya penerapan metode HIRARC di bagian produksi PT. Bintan Intan Gemilang terdiri dari beberapa kategori resiko yakni Resiko rendah terdapat pada ruangan penerimaan,penyisikan dan pembekuan dengan potensi bahaya yakni dari lingkungan kerja yang berair dan licin dimana pengendalian nya dilakukan dengan tetap menjaga sanitasi setiap ruangan setelah sebelum selama dan setelah selesai melakukan pekerjaan serta menggunakan APD yang sesuai standar. Resiko sedang terdapat pada ruangan pengangkutan dan juga penggunaan mesin bone saw. Resiko tinggi terdapat pada ruangan fillet, penyimpanan beku dan penggunaan mesin giling. Resiko ektrim terdapat pada penggunaan mesin crane dimana potensi bahaya yakni crane yang kurang stabil dengan resiko dapat menyebabkan kecacatan permanen luka berat hingga kematian
Kata Kunci : HIRARC, Mengidentifikasi Bahaya, Resiko, Pengendalian Resiko
SUMMARY
ARMAN DANDI. Work Accident Risk Analysis Using the HIRARC Method in the Production Section of PT. Bintan Intan Gemilang. Supervised by MUH SURYONO A.Pi, M.P. and SUMARTINI, S.Pi, M.Sc.
The purpose of this research is to identify the hazards, risks and risk control of PT. Bintan Intan Gemilang in the production section using the HIRARC method. Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC) is a process of identifying hazards that may occur in routine or non-routine activities within the company, for further risk assessment of these hazards. The results of the risk assessment are useful for creating a hazard control program so that the company can minimize the level of risk that may occur so as to prevent work accidents. The existence of hazards and risks in the operational work of the production section is the reason for conducting Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control on each job to find out what hazards are in the production stage, determine the risk assessment of work accidents, and control accident risks while working. The result application of the HIRARC method in the production section of PT. Bintan Intan Gemilang consists of several risk categories, namely. There is a low risk in the receiving, stocking and freezing rooms with potential dangers, namely from watery and slippery work environments where control is carried out by maintaining sanitation in each room before and after completing work and using PPE that meets standards. Medium risks exist in the transportation room and also in the use of bone saw machines.
High risks occur in the fillet room, frozen storage and use of grinding machines.
Extreme risks exist in the use of crane machines where the potential danger is that the crane is less stable with the risk of causing permanent disability, serious injury and even death.
Keywords : HIRARC, Identifying Hazards, Risks, Risk Control
ANALISIS RESIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN PENERAPAN METODE HIRARC DI BAGIAN PRODUKSI
PT. BINTAN INTAN GEMILANG
Disusun Oleh : Arman Dandi
21.4.09.067
Laporan Kerja Praktik Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Dan mendapatkan gelar Ahli Madya
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN DUMAI
PROGRAM STUDI PENGOLAHAN HASIL LAUT 2024
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : ANALISIS RESIKO KECELAKAAN KERJA DENGAN PENERAPAN METODE HIRARC DI BAGIAN PRODUKSI PT. BINTAN INTAN GEMILANG Nama Taruna : Arman Dandi
NIT : 21.4.09.067
Tanggal Seminar : Juni 2024
Disetujui oleh,
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
Muh Suryono, A.Pi, M.P Sumartini, S.Pi, M.Sc
NIDN. 3901096401 NIDN. 3912099101
Ketua Program Studi Pengolahan Hasil Laut
Aulia Azka, S.Pi, M.Si NIDN. 3923018901
Diketahui oleh, Direktur
Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai
Dr. Aris Widagdo, A.Pi, M.Si NIP. 19770205 200003 1 004
Penguji luar komisi pada ujian akhir:
1. Basri, A.Pi, M.Si ( )
2. Nirmala Efri Hasibuan, S.Si, M.Si ( )
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan KPA yang berjudul “Analisis Resiko Kecelakaan Kerja Dengan Penerapan Metode HIRARC di Bagian Produksi PT.
Bintan Intan Gemilang” dapat diselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan.
Laporan KPA ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. Aris Widagdo, A.Pi., M.Si. selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai
2. Aulia Azka,S.Pi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pengolahan Hasil Laut 3. Muh Suryono, A.Pi selaku dosen pembimbing I pelaksanan Kerja Praktik
Akhir (KPA) dan pembuatan Laporan Kera Praktik Akhir(KPA)
4. Sumartini, S.Pi, M.Sc selaku dosen pembimbing II pelaksanan Kerja Praktik Akhir (KPA) dan pembuatan Laporan Kera Praktik Akhir(KPA) 5. Basri, A.Pi, M.Si dan Nirmala Efri Hasibuan, S.Si, M.Si selaku dosen
penguji
6. PT. Bintan Intan Gemilang selaku tempat berlangsungnya Kerja Praktik Akhir (KPA)
7. Orang tua yang telah memberi doa dan dukungan serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan Praktik Kerja Akhir ini. Semoga Laporan Praktik Kerja Akhir ini dapat memberikan manfaat, pengetahuan bagi semua pembaca.
Dumai, September 2024
Arman Dandi 21.4.09.067
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
I. PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Tujuan...5
1.3 Manfaat...5
II. TINJAUAN PUSTAKA...6
2.1 Keselamatan dan Kesehatan kerja...6
2.2 Kecelakaan akibat kerja...7
2.3 Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja...7
2.4 Jenis-jenis Bahaya...7
2.5 Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk Control (HIRARC)...9
2.5.1 Klasifikasi Kegiatan Kerja (Classify Work Activities)...10
2.5.2 Konsultasi Kegiatan Kerja (Consultation)...10
2.5.3 Identifikasi Bahaya (Identify Hazards)...10
2.5.4 Penilaian Risiko (Risk Assesment)...11
2.5.5 Pengendalian Risiko (Risk Control)...13
III. METODOLOGI...17
3.1 Waktu dan Tempat...17
3.2 Peralatan...17
3.3 Metode Pengumpulan Data & Prosedur Kerja...17
3.4 Analisis Data dengan Metode HIRARC...18
3.5 Metode & Prosedur Kerja...20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...22
4.1 Keadaan Umum...22
4.1.1 Sejarah berdirinya perusahaan...22
4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan...22
4.2 Analisis Risiko dengan Metode HIRARC...24
4.3 Identifikasi bahaya saat penggunaan mesin yang digunakan dalam proses
produksi di PT. Bintan Intan Gemilang...27
V. PENUTUP...30
5.1 Kesimpulan...30
5.2 Saran...30
DAFTAR PUSTAKA...31
DAFTAR TABEL Tabel 1 Potensi bahaya di perusahaan...10
Tabel 2 Resiko dari bahaya di perusahaan...10
Tabel 3 Dampak dari bahaya di perusahaan...11
Tabel 4 Skala Ukur Tingkat Keparahan(Skala Severity)...12
Tabel 5 Skala Ukur Kemungkinan(Skala Probability)...12
Tabel 6 Penilaian Resiko (Risk Matrix)...13
Tabel 7 Data hasil penilaian resiko...13
Tabel 8 Alat...17
Tabel 9 Formulir analisis risiko dengan metode HIRARC...18
Tabel 10 Hasil identifikasi bahaya pada pengerjaan fillet ikan kakap merah beku di ruang produksi...24
Tabel 11 Identifikasi bahaya pada penggunaan mesin diluar proses produksi...27
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Tingkatan Pengendalian Resiko...14
Gambar 2 Prosedur Kerja...21
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri perikanan merupakan salah satu industri yang menjadi pandangan pemerintah Indonesia sebagai penunjang kegiatan ekonomi negara. Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman, diproyeksikan ditahun 2019 industri perikanan menjadi penyumbang pemasukan negara terbesar kedua setelah pariwisata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), industri pengolahan ikan merupakan industri yang terdiri dari enam subsektor industri dan dibagikan menurut jenis pengolahannya menjadi industri pengolahan modern dan industri pengolahan tradisional. Industri modern terdiri dari industri pengalengan, dan pembekuan, sementara industri tradisional terdiri dari industri pengasinan, industri pengasapan dan industri pemindangan. Perbedaan antara industri pengolahan modern dan industri pengolahan tradisional terdapat pada teknologi yang digunakan dan jenis bahan baku komoditi yang bernilai tinggi.
Kecelakaan di tempat kerja makin marak dalam beberapa tahun terakhir.
Melonjaknya jumlah klaim Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ke BPJS Ketenagakerjaan menjadi indikatornya. Selama lima tahun terakhir, tren klaim JKK dan JKM secara rata-rata terus mengalami kenaikan. Meningkatnya jumlah kepesertaan secara tidak langsung juga memengaruhi jumlah klaim yang dibayarkan. Selain itu, pandemi Covid-19 juga menjadi salah satu pemicu meningkatnya kasus klaim JKM,” ujar Deputi Bidang Komunikasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Oni Marbun, Selasa (2/1/2024).
Berdasarkan data BPKS Ketenagakerjaan, jumlah klaim JKK pada 2019 tercatat 182.835 kasus. Selanjutnya, jumlah klaim JKK konsisten naik, 221.740 klaim pada 2020 dan 234.370 klaim pada 2021. Lantas pada 2022, jumlahnya naik lagi menjadi 297.725 klaim. Sepanjang Januari -November 2023, jumlah kasus kecelakaan kerja yang mengajukan klaim JKK sudah mencapai 360.635 kasus.
Kebanyakan kasus klaim JKK tersebut terjadi dalam perusahaan
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
(PERMENAKER No.03/MEN/1998). Menurut Meiater kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang tak terduga atau tiba-tiba dan dapat mengakibatkan gangguan pada suatu sistem dan individual yang mempengaruhi kesempurnaan penyelesaian tujuan sistem (Suwardi dkk, 2018). Sedangkan Resiko kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan pada perusahaan.
Berbagai risiko kecelakaan kerja seringkali terjadi dilingkungan industri, meskipun telah dilakukan berbagai upaya agar dapat meminimalisir risiko bahaya namun tetap kecelakaan kerja masih dapat terjadi dikarenakan unsur kelalaian pekerja sendiri ataupun unsur ketidaksengajaan yang terjadi oleh kondisi produksi.
Sistem Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif”(Pendidikan et al., 2019)
Untuk mengurangi angka kecelakaan ahli K3 melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dan keselamatan kerja. Potensi bahaya (Hazard)terdapat hampir disetiap tempat aktivitas manusia dilakukan, baik dijalan, maupun ditempat kerja. Apabila risiko tersebut tidak dikendalikan dengan benar akan menimbulkan kecelakaan yang berisiko berat.
Hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bahaya tersebut dengan mancari sumber sumber yang dapat menimbulkan bahaya dilingkungan kerja, lalu diadakan identifikasi bahaya. Setelah bahaya teridentifikasi kemudian dievaluasi tingkat risiko bahaya tersebut terhadap tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut dapat ditemukan Tindakan untuk pengendalian risiko sampai tingkat aman bagi tenaga kerja, asset perusahaan dan lingkungan.Untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja pada bagian
operasional bongkar muat perlu dilakukan pengendalian. Tindakan yang perlu untuk meminimalisir kecelakan yaitu melakukan analisis potensi bahaya
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menganalisis potensi bahaya yang terjadi dilingkungan kerja contohnya seperti Hazard And Operability Study (Hazop), HAZOP adalah studi keselamatan yang sistematis, berdasarkan pendekatan sistemik ke arah penilaian keselamatan dan proses pengoperasian peralatan yang kompleks, atau proses produksi (Kotek, dkk.;
2012). Tujuannya untuk mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang muncul dalam fasilitas pengelolaan di perusahaan menghilangkan sumber utama kecelakaan, seperti rilis
beracun, ledakan dan kebakaran (Dunjo, dkk.; 2009), ada juga metode Failure Mode And Effect Analysis(FMEA ) dan Fault Tree Analysis(FTA). Metode FMEA diterapkan untuk mengidentifikasi potensi risiko kecelakaan kerja sedangkan metode FTA diterapkan untuk mengidentifikasi sumber penyebab risiko kecelakaan kerja. Dan ada juga metode HIRARC yakni metode yang digunakan untuk analisasi bahaya penilaiain resiko dan juga pengendalian resiko, metode ini merupakan metode yang digunakan pada penelitian ini alasannya karena metode ini akan mengidentifikasi, menilai serta mengendalian risiko bahaya yang berpotensi terjadi pada semua aktivitas kerja. Metode ini menunjukkan ke perusahaan untuk dapat melihat seberapa besar potensi terjadinya dan seberapa parah bila bahaya tersebut terjadi.
Metode HIRARC, Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC) merupakan proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas rutin ataupun non rutin dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan penilaian risiko dari bahaya tersebut. Hasil dari penilaian risiko tersebut berguna untuk membuat program pengendalian bahaya agar perusahaan dapat meminimalisir tingkat risiko yang mungkin terjadi sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Urrohmah & Riandadari, 2019). Ini merupakan metode yang terstruktur yang mampu mengidentifikasi faktor faktor yang diduga menjadi akar penyebab suatu permasalahan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja di PT. Bintan Intan Gemilang khususnya pada proses produksi. Untuk itu diperlukan analisis
risiko keselamatan kerja untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada bagian produksi dengan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT. Bintan Intan Gemilang
Adanya bahaya dan risiko pada pekerjaan operasional bagian produksi menjadi alasan dilakukan HIRARC pada setiap pekerjaan untuk mengetahui bahaya apa saja yang berada di tahap produksi, mengetahui penilaian risiko kecelakaan kerja, dan melakukan pengendalian risiko kecelakaan kerja di bagian produksi PT. Bintan Intan Gemilang (BIG).
PT. Bintan Intan Gemilang adalah perusahaan yang fokus pada produk akhir seperti fillet ikan, ukuran yang akurat, pemotongan yang spesifik, atau pengemasan yang diminta dengan standar pemrosesan yang lebih tinggi. PT.
Bintan Intan Gemilang telah mengekspor fillet ikan ke Singapura, Malaysia, Australia, Amerika dan China. Dengan pembekuannya menggunakan Air Blast Freezer, dan penyimpanan produk di Cold Storage dengan suhu –25C. PT.
Bintan Intan Gemilang berdedikasi untuk memastikan sistem pengolahan ikan memenuhi standar pangan kesehatan nasional dan internasional, dengan mengikuti pedoman dan peraturan yang ketat dan tepat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Kerja Praktik Akhir (KPA) yaitu :
1. Mengidentifikasi tingkat resiko , potensi bahaya dan pengendalian resiko yang dapat terjadi di area produksi filet ikan kakap merah 2. Mengidentifikasi tingkat resiko sedang, potensi bahaya dan
pengendalian resiko yang dapat terjadi di area produksi filet ikan kakap merah
3. Mengidentifikasi tingkat resiko, potensi bahaya dan pengendalian resiko yang dapat terjadi di area produksi filet ikan kakap merah 4. Mengidentifikasi tingkat resiko ekstrim, potensi bahaya dan
pengendalian resiko yang dapat terjadi di area produksi filet ikan kakap merah
1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah :
1. Bagi taruna/i memberikan manfaat untuk memperdalam pengetahuan, wawasan serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja. Terutama mengenai analisis risiko keselamatan kerja di bagian produksi dengan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT. Bintan Intan Gemilang
2. Bagi perusahaan hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan atau masukan tentang potensi bahaya yang terdapat di pekerjaan bagian produksi di PT. Bintan Intan Gemilang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keselamatan dan Kesehatan kerja
Keselamatan mencakup kedua istilah risiko keselamatan dan risiko kesehatan. Aspek dari risiko keselamatan adalah lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Aspek tersebut dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan sedangkan, kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Faktor- faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik merupakan risiko kesehatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.
Selalu ada risiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidaktidaknya dikurangi dampaknya (Ghavami, Borzooei, Maleki, 2020)
Masalah – masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari kegiatan dalam industri secara keseluruhan, maka pola – pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan pengadaan pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan system yaitu dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (Hasyim, 2020)
2.2 Kecelakaan akibat kerja
Menurut peraturan Menteri No. 04 Tahun 1993 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja menjelaskan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja dan keadaan- keadaan lingkungan yang tidak memenuhi keselamatan dan yang tidak memenuhi keadaan yang aman, maka diperlukannya suatu manajemen risiko kegiatan meliputi identifikasi risiko, analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko serta pemantauan dan evaluasi bahaya dan risiko (Sahid, Eliska, 2019)
Indonesia angka kecelakaan kerja hingga saat ini juga masih tinggi, secara nasional 8 pekerja meninggal setiap harinya, sedangkan jumlah kasus akibat kecelakaan kerja tahun 2011-2014, yang paling tinggi pada tahun 2013 yaitu 35.917 kasus (Asrul, fatmawaty, 2019)
2.3 Landasan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Landasan hukum yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. UUD 1945 pasal 27 ayat 1
2. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 88 Tahun 2019 tentang kesehatan kerja
3. Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 4. Undang-undang Keselamatan Kerja No.1/1970
5. Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992
6. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 14/1993
2.4 Jenis-jenis Bahaya
Hazard didefinisikan sebagai suatu potensi bahwa dari suatu urutan kejadian berlangsung (event) akan timbul suatu kerusakan atau dampak yang merugikan. Hazard (bahaya) adalah kondisi biologis, kimia, atau fisik yang berpotensi menyebabkan kerusakan terhadap manusia, harta benda atau lingkungan. Hazard adalah sesuatu yang berpotensi membahayakan hidup, kesehatan atau harta benda.
Adanya hazard menunjukkan adanya ancaman, dimana hazard bisa terjadi dalam keadaan tidak mungkin, hazard sendiri terbagi menjadi 2 yakni :
a. Safety Hazard (Bahaya Keselamatan)
Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi. Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi rendah.
Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja. Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
1. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores, terbentur, dan lain-lain.
2. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
3. Kinetik, bahaya bergerak seperti pengangkutan beban dengan bobo berleih 4. Bahaya Tekanan, kenaikan atau penurunan tekanan
b. Health Hazard (Bahaya Kesehatan)
Jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan yang menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja dimana terbagi menjadi 5 yaitu :
1. Physical Hazard, berupa energi seperti kebisingan, radiasi, pencahayaan, temeperature ekstrim, getaran, dan lain-lain.
2. Chemical Hazard, berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas,cair, dan padat yang mempunyai sifat toksik, beracun, iritan dan patologik.
3. Biological Hazard, bahaya dari mikroorganisme, khususnya yang patogen yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
4. Ergonomi, Merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan sebagai akibat ketidaksesuaian posisi kerja, desain kerja dengan pekerja yang salah yang bila dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka padat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (Stress) dengan keluhan paling sering adalah nyeri pinggang.
5. Psikologi, beban kerja yang terlalu berat, berhubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman
2.5 Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk Control (HIRARC) HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudian diidentifikasikan sumber bahaya nya sehingga didapatkan risikonya. Kemudian akan dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
HIRARC merupakan suatu elemen pokok dalam sistem manajemen K3 yang berkaitan dengan sebuah upaya pencegahan dan pengendalian bahaya.
Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan dapat menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
HIRARC dibagi menjadi 3 tahap, yaitu identifikasi bahaya (Hazard Identification), penilaian risiko (Risk Assesment) dan pengendalian risiko (Risk Control)
Proses HIRARC membutuhkan empat langkah yang sederhana:
a) Mengklasifikasikan semua kegiatan kerja
b) Mengidentifikasi bahaya yang ada dari aktivitas kerja tersebut
c) Melakukan penilaian risiko (menganalisis dan memperkirakan risiko dari setiap bahaya) dengan menghitung atau memperkirakan kemungkinan terjadinya bahaya dan keparahan bahaya.
d) Memutuskan apakah risiko dapat ditoleransi dan menerapkan tindakan pengendalian (jika diperlukan).
2.5.1 Klasifikasi Kegiatan Kerja (Classify Work Activities)
Pada tahap ini dilakukan pengklasifikasian aktivitas kerja dengan tingkat kemiripan pekerjaan seperti wilayah geografis atau fisik didalam atau diluar lokasi pekerjaan, tahapan dalam proses produksi atau layanan, dan lain-lain.
2.5.2 Konsultasi Kegiatan Kerja (Consultation)
Pada tahap ini dilakukan konsultasi dengan pemilik perusahaan dan para pekerja untuk menentukan solusi terbaik dari berbagai risiko yang terdapat dalam lingkungan kerja.
2.5.3 Identifikasi Bahaya (Identify Hazards)
Suatu proses untuk mengetahui situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia karena kegiatan kerja
Tabel 1 Potensi bahaya di perusahaan
No Sumber bahaya Potensi bahaya
1 Karyawan Kurang teliti, tidak konsentrasi, main main, menganggap remeh, mengabaikan keselamatan
2 Lingkungan kerja Licin, berdebu, kotor
3 Peralatan Tidak terawat, berkarat, lapuk Tabel 2 Resiko dari bahaya di perusahaan
No Sumber bahaya Resiko
1 Karyawan Terjatuh, terpeleset, terkilir, memar, tertimpa material, luka ringan, luka berat, pingsan, kematian
2 Lingkungan kerja 3 Peralatan
Tabel 3 Dampak dari bahaya di perusahaan
No Sumber bahaya Dampak
1 Karyawan Anggota tubuh terkilir, kecacatan, luka ringan, luka berat dan kematian
2 Perusahaan Kerugian finansial, menurunnya kemampuan bekerja, menurunnya produktifitas,
2.5.4 Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Risk assesment dilakukan melalui dua tahapan proses, yaitu analisis risiko dan evaluasi risiko.
a. Analisis risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya (likelihood) dan keparahan bila risiko tersebut terjadi (severity atau consequences). Likelihood menunjukan seberapa mungkin kecelakaan itu terjadi, menurut standar AS/NZS 4360 kemungkinan atau Likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat.
Severity atau tingkat keparahan diberi rentang antara dampak terkecil sampai dampak terbesar dari suatu risiko.
b. Evaluasi risiko dimaksudkan untuk menilai apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak sesuai dengan skala prioritas yang telah didapat pada proses analisis risiko, dengan membandingkan terhadap standar yang berlaku ataupun kemampuan perusahaan dalam menghadapi suatu risiko.
Penilaian risko (Risk Assessment) adalah proses penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat terjadi. Tujuan dari risk assessment adalah memastikan kontrol risiko dari proses, operasi atau aktifitas yang dilakukan berada pada tingkat yang dapat diterima. Penilaian dalam risk assessment yaitu Skala Probability dan Skala Severity.Skala Probability menunjukkan seberapa mungkin kecelakaan itu terjadi, sedangkan Skala Severity menunjukkan seberapa parah dampak dari kecelakaan tersebut. Nilai perkalian antara Skala Probability dan Skala Severity akan digunakan untuk menentukan Risk Rating atau Nilai Resiko.
Tabel 4 Skala Tingkat Keparahan(Severity) pada Standar AS/NZS 4360-2004
Level Kriteria Penjelasan
1 Tidak signifikan Tidak terjadi cidera, kerugian finansial kecil 2 Kecil P3K, penanganan di tempat dan kerugian
finansial sedang
3 Sedang Memerlukan perawatan medis, penanganan
ditempat dengan bantuan pihak luar, kerugian finansial besar
4 Berat Cidera berat, kehilangan kemampuan
produksi, penanganan luar area tanpa efek negative, kerugian finansial besar
5 Bencana Kematian, keracunan hingga ke luar area dengan efek gangguan, kerugian finansial besar
Tabel 5 Skala Kemungkinan( Probability) pada Standar AS/NZS 4360-2004
Level Kriteria Penjelasan
1 Sangat Sering terjadi Terjadi hampir disemua keadaan
2 Sering terjadi Sangat mungkin terjadi hampir disemua keadaan
3 Dapat terjadi Dapat terjadi sewaktu-waktu 4 Kadang-kadang Kemungkinan terjadi jarang
5 Jarang terjadi Hanya dapat terjadi pada keadaan tertentu
Tabel 6 Penilaian Resiko (Risk Matrix) pada Standar AS/NZS 4360-2004 Kemungkinan
(Probability) Akibat/Keparahan (Severity)
1 2 3 4 5
1 H H E E E
2 M H H E E
3 L M H E E
4 L L M H E
5 L L M H H
Ket : E = Extreme Risk (Resiko Ektrim)memerlukan penanganan segera atau penghentian kegiatan
H = High Risk (Resiko Tinggi) memerlukan perhatian pihak manajemen, penjadwalan tindakan perbaikan secepatnya.
M = Medium Risk (Resiko Sedang) penanganan oleh manajemen area terkait, penjadwalan sesuai prosedur
L = Low Risk (Resiko Rendah) kendalikan dengan prosedur rutin.
Tabel 7 Data hasil penilaian resiko N
o Hasil Perkalian
1 1 x 1 = H 2 x 1 = M 3 x 1 = L 4 x 1 = L 5 x 1 = L 2 1 x 2 = H 2 x 2 = H 3 x 2 = M 4 x 2 = L 5 x 2 = L 3 1 x 3 = E 2 x 3 = H 3 x 3 = H 4 x 3 = M 5 x 3 = M 4 1 x 4 = E 2 x 4 = E 3 x 4 = E 4 x 4 = H 5 x 4 = H 5 1 x 5 = E 2 x 5 = E 3 x 5 = E 4 x 5 = E 5 x 5 = H Keterangan
Warna L M H E
Berdasarkan data dari tabel 4 diatas didapat hasil perkalian dengan hasil L mendapat warna biru, hasil M berwarna Hijau, Hasil H berwarna Kuning, Hasil E berwarna Merah.
2.5.5 Pengendalian Risiko (Risk Control)
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan
kondisi perusahaan. Hirarki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari
beberapa tingkatan secara berurutan. pedoman hirarki pengendalian risiko yang terdiri dari lima pengendalian untuk bahaya K3 yaitu eliminasi, subtitusi, engineering control, administrative control dan alat pelindung diri
1) Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya. Teknik ini sangat efektif karena sumber daya di eliminasi sehingga potensi risiko bisa dihilangkan. Teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.
2) Subtitusi
Subtitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang lain yang lebih aman atau rendah bahayanya sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
3) Pengendalian Teknis
Pengendalian teknis adalah pengendalian yang dilakukan dengan memperbaiki atau menambah suatu sarana atau peralatan teknis , seperti penambahan peralatan, perbaikan pada desain komponen, mesin dan material dan pemasangan alat pengaman.
Gambar 1 Tingkatan Pengendalian Resiko
4) Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif adalah sebuah pengendalian risiko dengan membuat suatu peraturan, peringatan rambu, prosedur, instruksi kerja yang lebih aman atau pemeriksaan kesehatan. Berikut ini beberapa macam pengendalian administratif Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control Malaysia 2008.
a. Prosedur keamanan kerja yaitu membuat standard operasional pekerjaan (SOP), memastikan pekerja bekerja sesuai dengan SOP. Prosedur keamanan kerja harus ditinjau secara berkala dan diperbarui.
b. Pelatihan dan pengawasan yaitu melakukan pelatihan terkait dengan SOP yang sesuai dan mengawasi pekerjaan.
c. Rotasi pekerjaan yaitu mengurangi interaksi pekerja dengan sumber bahaya dengan melakukan pergantian pekerja dalam beberapa jam.
d. Program housekeeping, perbaikan, dan pemeliharaan yaitu membersihkan, memperbaiki, dan memelihara alat, perlengkapan, dan mesin untuk mengurangi risiko jika alat, perlengkapan, dan mesin terawat dengan baik.
e. Kebersihan lingkungan kerja yaitu membersihkan lingkungan kerja agar bisa meminimalisir potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja.
5) Engineering Control
Engineering atau rekayasa merupakan langkah dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan atau proses kerja dalam mengurangi tingkat risiko. Ciri khas dari tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
Berikut ini beberapa macam pengendalian engineering berdasarkan Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control Malaysia 2008.
a. Redesign yaitu merancang ulang pekerjaan dan proses agar lebih aman untuk dilaksanakan.
b. Isolasi yaitu mengisolasi sumber bahaya.
c. Automation yaitu menggunakan mesin pada pekerjaan dan proses yang berbahaya.
d. Barriers yaitu menghalangi sumber bahaya agar tidak dapat dijangkau oleh pekerja.
e. Absorption yaitu menyerap energi sumber bahaya.
f. Dilution yaitu beberapa sumber bahaya dapat dihilangkan misalnya menggunakan sistem ventilasi dapat mengurangi kontaminasi udara sebelum mencapai operator.
6) Penggunaan Alat Pelindung Diri
Dalam konsep K3, penggunaan alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir dalam pencegahan kecelakaan karena penggunaan alat pelindung diri bukan untuk mencegah adanya kecelakaan tetapi hanya untuk mengurangi efek atau keparahan kecelakaan (reduce consequence).
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA) Taruna/i Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai, Program Studi Pengolahan Hasil Laut Semester V dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari tanggal 01 Januari - 05 April 2024 di PT. Bintan Intan Gemilang di Jl. Perikanan No.58 Kijang Kota, Bintan Timur, Kepulauan Riau.
3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam Kerja Praktik Akhir (KPA) ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 8 Alat
No. Peralatan Fungsi
1. Buku Tulis Mencatat data yang diperoleh selama KPA 2. Alat Tulis Alat tulis untuk mencatat data
3. Handphone Sebagai alat dokumentasi
Sumber : Kerja Praktik Akhir, 2023
3.3 Metode Pengumpulan Data & Prosedur Kerja
Metode yang digunakan dalam Kerja Praktik Akhir ini adalah sebagi berikut:
1. Observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang kegiatan yang diteliti 2. Dokumentasi yaitu sebuah cara yang dilakukan untuk mendapatkan
data pada saat melakukan praktik.
3. Wawancara yaitu mendapatkan data dengan cara tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data dengan narasumber.
4. Literatur yaitu sebagai data pendorong dalam pembuatan laporan dengan cara studi pustaka mengenai topik judul laporan.
3.4 Analisis Data dengan Metode HIRARC
Metode pekerjaan proyek konstruksi jalan layang akan diidentifikasi potensi bahaya untuk setiap pekerjaan. Setelah mengetahui potensi bahaya tersebut, penilaian risiko dilakukan dengan perkalian dampak dan kemungkinan yang terjadi ketika risiko tersebut muncul. Kemudian dilakukan pengendalian risiko terhadap risiko yang mungkin terjadi. Berikut ini merupakan tabel yang digunakan untuk menganalisis risiko dengan metode HIRARC.
Tabel 9 Formulir analisis risiko dengan metode HIRARC
No
Hazard
Identification Risk Assessment Risk Control
Tahapan Pekerjaa
n
Potensi
Bahaya Risiko Dampak K A R Skala prioritas
Pengendalian risiko K3
Penanggung jawab
Berikut ini penjelasan cara pengisian formulir pada tabel 5 1. Kolom No
Pengisian kolom No berupa kode dengan angka. Kode angka menunjukkan tahapan pekerjaan pada suatu pekerjaan.
2. Kolom Tahapan Pekerjaan
Kolom tahapan pekerjaan diisi dengan tahapan / alur proses dalam pembuatan fillet ikan beku yang ada di perusahaan
3. Kolom Potensi Bahaya
Pada tahapan pekerjaan yang akan dianalisis, tentunya terdapat potensi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Untuk menentukan potensi bahaya, pemahaman dan pengetahuan akan langkah pekerjaan, lingkungan pekerjaan, serta alat dan material yang digunakan sangat diperlukan. Misalnya pada tahapan pekerjaan penerimaan bahan baku, untuk melakukan pembersihan
lingkungan kerja dll, merupakan salah satu potensi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di perusahaan pengolahan ikan.
4. Kolom Risiko
Setelah mengetahui potensi bahaya, tentunya risiko dari potensi bahaya itu dapat ditentukan. Risiko yaitu kemungkinan kejadian akibat adanya potensi bahaya. Untuk mengisi kolom risiko ini perlu dilakukan, identifikasi risiko pada metode HIRARC.
5. Kolom Dampak
Risiko yang terjadi akibat adanya potensi bahaya akan menimbulkan dampak tertentu yang perlu diidentifikasi. Dengan identifikasi dampak, risiko dapat dinilai skala prioritasnya.
6. Kolom K
Kolom K berisi nilai yang ditentukan untuk menunjukkan seberapa mungkin kejadian risiko akan terjadi (kemungkinan). Pengisian nilai K dilakukan oleh penulis. Pada kondisi seharusnya. Nilai K pada tutorial pengisian HIRARC ini memiliki rentang 1-5. Untuk keterangan kemungkinan dari masing-masing nilai, dapat dilihat pada tabel 2
7. Kolom A
Kolom A berisi nilai yang ditentukan untuk menunjukkan seberapa parah risiko apabila terjadi. Pengisian nilai A dilakukan oleh penulis. Pada kondisi seharusnya, pengisian HIRARC ini memiliki rentang 1-5. Untuk keterangan kemungkinan dari masingmasing nilai, dapat dilihat pada tabel 1
8. Kolom R
Kolom R beirisi hasil kali nilai K dan A yang telah ditentukan sebelumnya.
Nilai R ini akan menunjukkan skala prioritas risiko untuk ditangani.
9. Kolom Skala Prioritas
Skala prioritas berisi tingkatan prioritas risiko yang didasarkan pada nilai R.
Skala prioritas terdiri dari tiga tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk keterangan nilai
10. Kolom Pengendalian Risiko K3
Setelah diketahui risiko, pengendalian risiko perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir risiko yang akan terjadi. Pengendalian risiko terdiri dari 5 tingkatan antara lain yaitu eliminasi, substitusi, engineering control, administrative control, dan personal protective equipment (PPE). Berikut ini merupakan penjelasan untuk masing-masing
pengendalian risiko.
a. Pengendalian risiko dengan eliminasi yaitu dengan menghilangkan potensi bahaya. Tentunya dengan menghilangkan potensi bahaya, maka risiko tidak akan terjadi.
b. Pengendalian risiko dengan cara substitusi yaitu menggunakan alternatif pekerjaan, alat, proses, atau zat yang memiliki potensi bahaya. Sumber potensi bahaya dari potensi bahaya berupa pergerakan. Penggunaan alternatif alat mungkin dapat dilakukan dengan alat yang lebih kecil atau tenaga manusia.
Namun, hal itu tidak efektif untuk dilakukan karena tenaga manusia akan kesusahan untuk melakukan pekerjaan yang bobotnya berat
c. Pengendalian risiko dengan cara mengubah jalur bahaya atau mengisolasi sumber bahaya atau yang disebut dengan engineering control merupakan tingkatan ketiga untuk pengendalian risiko. Pengendalian risiko dengan engineering control terhadap sumber potensi bahaya
d. Pengendalian administratif atau administrative control yaitu pengendalian risiko dengan memodifikasi interaksi pekerja dengan lingkungan kerja.
11. Kolom Penanggung Jawab
Pihak yang pertanggung jawab terkait dengan pelaksanaan produksi dalam hal ini untuk mengendalikan risiko atau meminimalisir risiko yang dapat terjadi di perusahaan
3.5 Metode & Prosedur Kerja
Pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuatitatif dan analisis pengolahan data yang digunakan yaitu menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assesment and Risk Control). Pengelolaan data dengan metode ini meliputi mengidentifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko.
Gambar 1. Prosedur KerjaGambar 2 Prosedur Kerja
Selesai Kesimpulan
Analisa dan Pembahasan Pengolahan Data -Identifikasi Bahaya
-Analisis risiko
-Analisis pengendalian risiko Pengumpulan Data Langkah-langkah proses
pekeraan pekerjaan Mulai
Studi Lapangan Studi Literatur
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum
4.1.1 Sejarah berdirinya perusahaan
PT Bintan Intan Gemilang didirikan oleh Ibu Dinaria Xu pada tahun 2017, PT Adi Karya Sagara generasi kedua digantikan oleh Bapak Hendro Xu. PT Adi Karya Sagara didirikan pada tahun 1985 mengkhususkan diri dalam menyediakan kapal nelayan, logistik, mengelola ratusan perahu nelayan tradisional, mengumpulkan ikan segar dan hasil laut dari berbagai daerah dan mendistribusikan kualitas segar ke pasar nasional dan internasional. PT Bintan Intan Gemilang adalah perusahaan yang berfokus pada produk akhir seperti fillet ikan, ukuran akurat, potongan khusus, atau pengemasan yang diminta oleh standar pemrosesan yang lebih tinggi.
PT Bintan Intan Gemilang telah mengekspor ikan fillet ke Singapura, Malaysia, Australia, USA dan China. Sistem pembekuannya adalah Air Blast Freezer, dan penyimpanan produk di Cold Storage dengan suhu -25°C. PT Bintan Intan Gemilang berdedikasi untuk memastikan bahwa sistem pengolahan ikan memenuhi standar makanan kesehatan nasional dan internasional, mengikuti pedoman dan peraturan yang benar dan tepat.
4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan
PT Bintan Intan Gemilang menetapkan kebijakan mutu dan kebijakan program dalam bentuk visi dan misi sebagai berikut:
Visi : Menjadi perusahaan perikanan pilihan utama pelanggan di dunia Misi : 1. Menghasilkan produk perikanan yang aman dikonsumsi,
berkualitas serta terjamin mutunya.
2. Melaksanakan sistem jaminan mutu pangan sesuai regulasi yang standar dan terbaru.
3. Menjalankan usaha dengan prinsip good corporate governance dengan adil bagi semua pihak yang terlibat.
4. Berpartisipasi untuk pendapatan negara sesuai dengan regulasi yang berlaku
4.2 Analisis Risiko dengan Metode HIRARC Berikut ini merupakan identifikasi bahaya /hazard :
Tabel 10 Hasil identifikasi bahaya pada pengerjaan fillet ikan kakap merah beku di ruang produksi
No
Hazard Identification Risk Assessment Risk Control
Tahapan
Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko Dampak K A
R Skala
prioritas Pengendalian risiko K3 Penanggung jawab
1 Penerimaan bahan baku
Lingkungan kerja yang licin dan berair
Kemamampua n mesin crane menahan bobot bahan baku
Pekerja terpeleset sewaktu membawa peti
Pekerja tertimpa peti berisi penuh ikan yang diangkat oleh crane
Menyebabkan anggota tubuh terkilir Menyebabkan kecacatan Menyebabkan benturan di kepala
Pekerja mengalami luka ringan, kecacatan hingga kematian
3 1 L Rendah
Selalu membersihkan lantai maupun dinding ketika selesai melakukan pekerjaan
Membersihkan ruangan penerimaan ketika dirasa kurang bersih
Karyawan Penerimaan
2 Sortasi - - - - - - - - -
3 Penimbangan
1 - - - - - - - - -
4 Penyisikan
Duri ikan yang tajam
Alat sisik yang tidak tajam
Pekerja tertusuk duri
Terkena goresan alat sisik ikan
Menyebabkan luka
ringan 3 1 L Rendah
Menggunakan sarung tangan saat melakukan pekerjaan
Mengganti sarung tangan jika memang dirasa sudah tidak laya k untuk
digunakan
Karyawan Sisik
5 Pencucian 1 - - - - - - - - -
6 Pencucian 2 - - - - - - - - -
7 Pemfilletan
Pisau fillet yang tajam
Pisau fillet kurang tajam
Tangan tersayat pisau fillet
Terkena pantulan pisau fillet
Luka ringan
Menyebabkan
kecacatan 2 2 H Tinggi Menggunakan pisau yang tajam
Mengganti sarung tangan bila dirasa sudah tidak layak digunakan
Karyawan produksi
8 Pencabutan
duri - - - - - - - - -
9 Perapihan - - - - - - - - -
10 Pencucian 3 - - - - - - - - -
11 Pembungkusan - - - - - - - - -
12 Vacuum - - - - - - - - -
13 Penimbangan
2 - - - - - - - - -
14 Penyusunan dalam long pan
- - - - - - - - -
15 Pembekuan Area kerja yang licin
Pekerja terpeleset sewaktu
memasukkan dan mengeluarkan produk dari ABF
Menyebabkan luka ringan
Menyebabkan anggota tubuh terkilir, kecacatan hingga benturan dikepala
4 1 L Rendah Membersihkan lantai dan area produksi sebelum dan sesudah digunakan
Karyawan dan QC
16 Pengemasan
dan Pelabelan - - - - - - - - -
17 Penyimpanan Beku
Area kerja yang licin
Es yang sering mencair di area penyimpanan
Es yang menumpuk dan mengeras
Tumpukan produk di area penyimpanan
Terpeleset saat melakukan pekerjaan
Tertimpa reruntuhan produk yang disimpan dalam ruang penyimpanan
Mengakibatkan luka ringan
Mengakibatkan kecacatan
Membuat anggota tubuh terkilir hingga benturan dikepala
1 2 H Tinggi
Membersihkan sisa es dilantai
Memecahkan bongkahan es yang mengganggu dalam ruang penyimpanan beku
Menghindari tumpukan produk diarea yang tidak datar/miring
Karyawan &
QC
18 Pengangkutan Kapasitas peti Tangan terjepit peti Mengakibatkan luka 3 2 M Sedang Memastikan area pengangkutan tidak Karyawan,
pengiriman berlebih
Penggunaan crane dengan bobot berlebih
Kondisi permukaan lantai yg licin
Penggunaan tali untuk mengangkat peti
Roda troli licinn
saat melakukan pemuatan
Terpeleset saat menangangkut peti ke kontainer
Tertimpa peti saat menggunakan crane
Tali yg digunakan untuk mengangkat peti lepas/putus
Terpeleset saat menarik/mendoron g troli
ringan, berat, hingga kecacatan
Mengakibatkan benturan di kepala dan anggota tubuh lainnya
Membuat
pergelangan tangan terkilir
Mengakibatkan kematian
menghalangi proses pengangkutan
Membersihkan lantai saat sebelum dan sesudah proses pengangkutan
Memeriksa kondisi crane sebelum digunakan
Memeriksa kondisi tali sebelum digunakan
Mengurangi kecepatan saat berada di lantai yang licin
Mandor &
Quality
Penilaian risiko digunakan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan terjadinya (probability) dan keparahan yang dapat ditimbulkan (severity). Risk rating adalah nilai yang menunjukkan resiko yang ada berada pada tingkat rendah, sedang, tinggi. Penentuan besar nilai probability dan severity berdasarkan standar AS/NZS 4360, masing-masing risiko bahaya dilakukan dengan wawancara kepada pekerja. Dari hasil tingkat risiko (risk rating) kemudian dievaluasi untuk menentukan kriteria risiko. Indikator kriteria risiko terdapat kategori merah, kuning atau hijau mengacu pada peraturan menteri tenaga kerja nomor: PER.05/MEN/1996 tentang Indicator Traffic Light System (Sistem Lampu Merah).
Dari tabel 10 HIRARC terkait hasil identifikasi aspek/bahaya dan evaluasi dampak/risiko lingkungan produksi fillet ikan kakap merah dapat diuraikan sebagai berikut: Pada tabel diatas didapatkan pekerjaan dengan resiko rendah, sedang dan tinggi
Resiko rendah ada di ruangan : penerimaan, penyisikan dan pembekuan Resiko sedang ada di ruangan : pengangkutan
Resiko tinggi adat di ruangan : fillet dan penyimpanan beku
serta di dapat tingkat dampak terendah dari pengerjaan produksi fillet ikan kakap merah yakni memar di tubuh dan paling berat yaitu kecacatan hingga kematian.
4.3 Identifikasi bahaya saat penggunaan mesin yang digunakan dalam proses produksi di PT. Bintan Intan Gemilang Tabel 11 Identifikasi bahaya pada penggunaan mesin diluar proses produksi
No
Hazard Identification Risk Assessment Risk Control
Tahapan
Pekerjaan Potensi Bahaya Risiko Dampak K A
R Skala
prioritas Pengendalian risiko K3 Penanggung jawab
1 Penggunaan crane
Kemamampua n mesin crane menahan bobot bahan baku
Kelalaian operator crane
Crane menabrak benda lain
Putusnya sling/tali crane
Pekerja tertimpa peti berisi penuh ikan yang diangkat oleh crane
Membuat benda lain rusak dan jatuh saat setelah disusun
Pekerja tertimpa peti yang berat dan mengakibatkan kecacatan hingga kematian
Pekerja mengalami luka berat, kecacatan hingga kematian
Pekerja tertimpa reruntuhan benda yang ditambrak
3 4 E Extreme
Memeriksa kondisi crane sebelum digunakan
Melakukan perawatan secara terjadwal
Dilakukan dengan konstrasi penuh dan kehati hatian
Operator Crane
2
Penggunaan mesin Bone Saw
Kondisi mesin tidak stabil
Kelalaian karyawan
Terkena mesin pemotong
Menyebabkan kecacatan pada anggota tubuh
Menyebabkan luka berat
5 3 M Medium Memeriksa kondisi mesin sebelum dan sesudah digunakan
Melakukan perawatan secara berkala
Operator Bone Saw 3 Penggunaan
mesin giling Kondisi mesin tidak normal
Kelalaian karyawan
Terjepit mesin penggiling
Menyebabkan luka berat
Menyebabkan kecacatan anggota
5 4 H High- Melakukan perawatan secara berkala
Memeriksa kondisi mesin sebelum digunakan
Operator Mesin giling
tubuh
Dari tabel 11 HIRARC terkait hasil identifikasi bahaya risiko penggunaan mesin di lingkungan produksi fillet ikan kakap merah dapat diuraikan sebagai berikut: Pada tabel diatas didapatkan pekerjaan dengan resiko Sedang, Tinggi dan Ekstrim dimana skala prioritas sedang pada saat penggunaan mesin Bone Saw, sedangkan skala Tinggi ada di penggunaan mesin penggiling dan kegiatan dengan skala prioritas ekstrim terdapat di penggunaan crane.
Analisis risiko tingkat kecelakaan pekerjaan di bagian produksi menunjukkan bahwa, tingkat kemungkinan berdasarkan bahaya pada tahap penggunaan crane masuk kategori extreme karena memiliki potensi dan keparahan yang cukup tinggi jika menimpa pekerja. Penilaian risiko tingkat keparahan pada proses penggunaan mesin bone saw menunjukkan tingkat keparahan pada tahap Medium mengingat kecelakaan ini cukup jarang terjadi dan kemungkinan terjadi juga tidak terlalu besar sedangkan keparahan risiko yang terjadi pada penggunaan mesin giling masuk kategori tinggi karena potensi terjadi juga lumayan besar dan keparahnnya juga demikian. Penentuan besar nilai probability dan severity berdasarkan standar AS/NZS 4360, masing-masing risiko bahaya dilakukan dengan wawancara kepada pekerja. Dari hasil tingkat risiko (risk rating) kemudian dievaluasi untuk menentukan kriteria risiko. Indikator kriteria risiko terdapat kategori merah, kuning atau hijau mengacu pada peraturan menteri tenaga kerja nomor: PER.05/MEN/1996
28
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil Kerja Praktik Akhir di PT. Bintan Intan Gemilang tentang analisis resiko kecelakaan kerja dengan penerapan metode HIRARC di bagian produksi PT. Bintan Intan Gemilang terdiri dari beberapa kategori resiko yakni :
● Resiko rendah terdapat pada ruangan : penerimaan,penyisikan dan pembekuan dengan potensi bahaya yakni dari lingkungan kerja yang berair dan licin, produk yang memiliki sisik dan duri serta penggunaan peralatan yang dapat melukai pekerja dimana pengendalian nya dilakukan dengan tetap menjaga sanitasi setiap ruangan setelah sebelum selama dan setelah selesai melakukan pekerjaan serta menggunakan APD yang sesuai standar
● Resiko sedang terdapat pada ruangan : pengangkutan dan juga penggunaan mesin bone saw dengan potensi bahaya berasal dari kondisi mesin yang kurang stabil dan kelalaian karyawan dan pengendaliannya yakni melakukan perawatan
● Resiko tinggi terdapat pada ruangan : fillet, penyimpanan beku dan penggunaan mesin giling dengan potensi bahaya yakni ketajaman pisau fillet, serta tertimpa reruntuhan produk dalam kondisi beku di dalam CS dan pengendaliannya dengan menggunakan APD sesuai standar, menjaga kebersihan dalam ruangan CS dan melakukan perawatan secara berkala
● Resiko ektrim terdapat pada penggunaan mesin crane dimana potensi bahaya yakni crane yang kurang stabil dengan resiko dapat menyebabkan kecacatan permanen luka berat hingga kematian dan tahapan pengendaliannya yakni melakukan perawatan terhadap mesin crane secara berkala
5.2 Saran
PT. Bintan Intan Gemilang diharapkan terus meningkatkan upaya untuk tetap mempertahankan aspek keamanan bagi karyawan dengan menerapkan prinsip K3 di setiap proses produksi
DAFTAR PUSTAKA
29
AS/NZS 4360:2004 Australian/New Zealand Standard Risk Management
Asrul Harjuna, fatmawaty Mallapiang FPI. Efektivitas Pemberian Madu terhadap Peningkatan Hemoglobin pada Pekerja Wanita di PT. Marukin International Indonesia. J Ilm Kesehat Diagnosis. 2019;13(9):633–7.
Ghavami SM, Borzooei Z, Maleki J. An effective approach for assessing risk of failure in urban sewer pipelines using a combination of GIS and AHP- DEA. Process Saf Environ Prot. 2020;133:275–85.
Hamali, A.Y. S.S.,M.M (2019). Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia.
Cetakan pertama. Penerbit: CAPS (Center for Academic Publishing Service), Yogyakarta. Halaman 162-181. ISBN : (10) 602-9324-77-2.
A.Hasyim DKS. U KaRsT. 2020;4(1):12.
Hasibuan, M. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hati, S.W; Wahyuni S. (2017). “The Effect of The Application of Work Safety and Health to Awareness of SOP (Standard Operating Procedure) on Employee Bulk (Subcontractor) Contructrion in The Company XYZ Batam”. Dipersentasikan pada seminar ICAMESS 2016, 30 April 2016.
Lestari, T; Trisyulianti, E. (2018). “Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Produktivitas Kerja karyawan (Studi Kasus: Bagian Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogos)”. Jurnal Manajemen IPB.
Vol. 1, No. 1, Tahun 2016, Halaman 73-79.
Pendidikan, S., Mesin, T., Teknik, F., Surabaya, U. N., Mesin, J. T., Teknik, F., &
Surabaya, U. N. (2019). Identifikasi Bahaya Dengan Metode Hazard Identification , Risk Assessment And Risk Control ( Hirarc ) Dalam Upaya Memperkecil Risiko Kecelakaan Kerja Di Pt . Pal Indonesia Desy Syfa Urrohmah Dyah Riandadari. 08, 34–40.
Pratama, R, I., Afrianto, E., & Rostini, I. 2017. Pengantar Sanitasi Industri Pengolahan Pangan. Publisher: Yogyakarta.
Ramli, Soehatman. 2018. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Persepektif K3 OHS Risk Management, Seri Manajemen K3 002. Dian Rakyat.
Jakarta.
30
Ramli, Soehatman. 2019. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Seri Manajemen K3 001. Dian Rakyat. Jakarta.
Rudi Suardi, 2017. Manajemen Risiko – Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 dan Permenaker 05/1996, Jakarta: PPM A. Hasyim DKS. U KaRsT. 2020;4(1):12. Asrul Harjuna, fatmawaty Mallapiang FPI.
Efektivitas Pemberian Madu terhadap Peningkatan Hemoglobin pada Pekerja Wanita
RPJMD Kabupaten Bintan. (2016). Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bintan 2016-2021. Bintan.
Sahid MN, Eliska AD. Manajemen Bahaya Dan Risiko Pada Pekerja Gondola Proyek Apartemen Menara One (Studi Kasus: Menara One Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah). Neo Tek. 2019;5(1).
Suwardi dan Daryanto. 2018. Pedoman Praktis K3LH. Gava Media.
Yogyakarta
Urrohmah, D. S., & Riandadari, D. (2019). Identifikasi Bahaya Dengan Metode Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (Hirarc) Dalam Upaya Memperkecil Risiko Kecelakaan Kerja Di Pt. Pal Indonesia. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 8(1), 34-40.
31