ANALISIS SEEDLING DAN VEGETASI BAWAH DI HUTAN MANGROVE DESA PASAR GOMPONG KENAGARIAN
KAMBANG BARAT KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN
Nandya Ratipah Nanji’ah1, Ismed Wahidi2, Rizki2
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
Mangrove forest at Pasar Gompong village Kenagarian Kambang Barat Lengayang district Pesisir Selatan regency has been damaged by functional shift and trees cutting. Based on the existing problem, a research was conducted about vegetation to find out the mangrove forest condition. The research was conducted from April to Mei 2017 at Pasar Gompong village Kenagarian Kambang Barat Lengayang district Pesisir Selatan regency. The research was to find out the seedling vegetation and low vegetation at mangrove forest covering density, frequency, value index, diversity index and similarity index and environmental factors. Method used was descriptive survey using line method on two different stations. The research shows that seedling composition and low vegetation in mangrove forest at Pasar Gompong village Kenagarian Kambang Barat Lengayang district Pesisir Selatan regencythat there are 7 species of mangrove plants consiting 2 species for seedling and 5 species for low vegetation. The highset seedling relative density is the species Sonneratiacaseolaris, 99,3% on station 1 and 98,4% on station 2. The highest relative densityof low vegetation is Cyptocoruneciliata, 72,3% on station 1 and 70,4% on station 2. The environmental factors still support the life from seedling and low vegetation.
Keywords:Vegetation Analysis, Mangrove Forest, Seedling, Low Vegetation
PENDAHULUAN
Hutan mangrove merupakan hutan yang komponen penyusunnya terdiri dari beberapa jenis tanaman yang berbeda dan terdapat di sepanjang garis pantai, memiliki persamaan adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat pasang surut.Menurut pendapat Donato, dkk (2012) luas hutan mangrove telah
mengalami penurunan 30-50% dalam setengah abad terakir ini dikarenakan pembangunan daerah pesisir, perluasan pembangunan tambak dan penebangan yang berlebihan. Selain hal-hal di atas penurunan luas hutan mangrove juga dapat disebabkan oleh kondisi seedling yang sulit untuk bertahan hidup. Hal ini disebabkan oleh arus air yang deras
sehingga seedling mudah terbawa air.
Luas hutan mangrove di Sumatera Barat mengalami penurunan yang sangat pesat hal ini karena adanya alih fungsi lahan dan
pembangunan pemukiman
masyarakat sehingga menyebabkan jumlah hutan mangrove menjadi berkurang.Seedling merupakan anakan pohon yang memiliki tinggi dengan ukuran <4 meter, sedangkan vegetasi bawah merupakan tumbuhan penutup tanah dengan tinggi <1 meter yang tidak akan menjadi pohon.
Berdasarkan survey dan wawancara yang dilakukan penulis pada bulan Oktober 2016 dengan beberapa orang warga setempat, diketahui bahwa di Desa Pasar GompongKenagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, hutan mangrove pada lokasi penelitian mengalami kerusakan berupa penebangan dan penggalian tanah pada hutan mangrove dengan menggunakan alat berat, yang bertujuan menormalkan kondisi tanah pada lahan mangrove untuk
dialih fungsikan menjadikan lahan pertanian yaitu sebagai sawah.
Namun lahan tersebut tidak dapat ditumbuhi padi sehingga menjadi lahan kosong. Selain itu hutan mangrove juga mengalami kerusakan yang diakibatkan karena adanya penebangan pohon mangrove yang digunakan masyarakat setempat untuk bahan bakar, bahan bangunan dan bahan dasar pembuatan perahu.
Hal diatas dapat
mengakibatkanrusaknya vegetasi hutan mangrove bahkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi yaitu punahnya hutan mangrove.Keadaan suatu jenis pohon di masa yang akan datang pada hutan mangrove perlu untuk di ketahui.
Adapun cara untuk mengetahui keadaan hutan mangrove di Desa Pasar Gompong diperlukan penelitian mengenai analisis seedling dan vegetasi bawah.
Berdasarkan permasalahan di atastelah dilakukan penelitian dengan judul Analisis Seedling dan Vegetasi Bawah Di Hutan Mangrove Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April – Mei 2017 di Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.Identifikasi sampel tumbuhan dilakukan di Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah termometer, Soil tester, hand refractometer, meteran, gunting tanaman, kamera digital dan parang. Bahan pada penelitian ini adalah tali rafia, perlengkapan pembuatan spesimen herbarium (kantong plastik, koran, kertas label), alkohol 96%, aquades, alat tulis dan sampel tumbuhan yang ditemukan di lokasi penelitian.
Kecamatan Lengayang terdiri dari beberapa nagari dan salah satunya adalah Kambang Barat.
Luas nagari Kambang Barat adalah 5895 ha. Luas lokasi hutan mangrove yang akan di teliti sekitar 907 ha, luas hutan mangrove di daerah ini hampir sepertiga luas
wilayah Desa Pasar Gompong.
(Badan Pusat Statistik, 2016).
Penelitian ini dilakukan dengan metode garis berpetak, metode ini merupakan modifikasi antara metode petak ganda dan metode jalur.Pada metode ini untuk pengukuran seedling dan vegetasi bawah dengan membuat petak pengamatan berukuran 2 m x 2 m (Indriyanto, 2007).
Berdasarkan surveymaka titik pengambilan data penelitian dibagi menjadi dua stasiun pengamatan berdasarkan:
Stasiun I : Kawasan mangrove yang belum mengalami kerusakkan, dipisahkan oleh jalan
Stasiun II : Kawasan mangrove yang mengalami kerusakkan
a. Di Lapangan
1) Panjang zona mangrove untuk stasiun pertama adalah 160 meter sedangkan panjang zona mangrove pada stasiun kedua 130 meter. Untuk setiap stasiun terdapat satu garis transek dengan posisi garis tegak lurus sungai. Jalur transek tersebut dibuat titik
pancang antara plot satu dengan yang lain berukuran 10 m x 10 m. Pada setiap contoh petakan yang telah ditentukan ditempatkan secara teratur plot berukuran 2 m x 2 m. Sehingga pada stasiun pertama jumlah plot yang diamati adalah 16 plot, sedangkan pada stasiun kedua terdapat 13 plot.
2) Parameter Lingkungan.
Untuk pengukuran fisika dan kimia lingkungan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian berupa suhu udara dengan termometer, pH sebstrat dengan soil tester dan pengambilan air untuk pengujian salinitas.
b. Di Laboratorium
1) Identifikasi sampel tumbuhan 2) Pengukuran Salinitas dengan
Hand Refractometer
Analisis Data 1. Kerapatan (K)
K = Jumlah suatu jenis Luas seluruh petak (Fachrul, 2007)
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang telah dilakukan tentang Analisis Seedling dan Vegetasi Bawah Di Hutan Mangrove Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan yang memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.Familia, species dan jumlah individu seedling dan vegetasi bawah yang ditemukan di lokasi penelitian.
Familia Species
Jumlah
Stasiun 1 Stasiun 2 Total Ket
Sonneratiaceae Sonneratia caseolaris 993 929 1922 S
Arecaceae Nypa fruticans 8 15 23 S
Araceae Cyptocoryne ciliata 483 371 854 VB
Acanthaceae Acanthus ilicifolius 82 88 170 VB
Cyperaceae Cyperus scariosus 0 68 68 VB
Pteridaceae Acrostichum aureum 10 0 10 VB
Leguminosae Derris trifoliata 93 0 93 VB
Total 1669 1471 3140
Ket: S = Seedling dan VB = Vegetasi Bawah.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada hutan mangrove di Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan untuk seedling dan vegetasi bawah ditemukan 7 species dari 3140 individu, yang terdiri dari 6 familia tumbuhan mangrove yang terdapat pada kedua stasiun. Pada stasiun 1 ditemukan 1669 individu sedangkan untuk stasiun 2 diremukan 1471
individu. Jumlah individu tertinggi untuk seedling pada species Sonneratia caseolaris dengan jumlah total 1992 individu dan yang terendah pada species Nypa fruticans dengan jumlah total 23 individu.
Sedangkan untuk vegetasi bawah jumlah tertinggi pada species Cyptocoryne ciliata dengan jumlah total 854 individu dan yang terendah pada species Acrostichum aureumi dengan jumlah total 10 individu.
Tabel 2.KerapatanSeedling di hutan mangrove Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
Species
Stasiun
I II
K KR(%) K KR(%)
Sonneratia caseolaris 15,5 99,3 17,86 98,4
Nypa fruticans 0,12 0,8 0,28 1,5
Keterangan: K = Kerapatan Populasi, KR = Kerapatan Relatif.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil analisis komposisi seedling dan vegetasi bawahpada hutan mangrove di Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan didapat hasil kerapatan relatif tertinggi untuk seedling pada species Sonneratia caseolaris, 99% pada stasiun 1 dan 98,4% pada stasiun 2 sedangkan Kerapatan relatif terendah pada species Nypa fruticans yaitu 0,8
pada stasiun 1 dan 1,5 untuk stasiun 2. Berdasarkan analisis kerapatan pada species Sonneratia caseolaris dapat dikatakan sudah rapat pada kawasan ini.Tingginya kerapatan relatif pada species Sonneratia caseolaris dapat disebabkan species ini memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya yaitu pada perairan payau hingga hampir tawar. Berbeda dengan hasil penelitian Kamalia (2012)
Sonneratia caseolaris menunjukan Kerapatan relatif 0,507% yang tidak merupakan Kerapatan relatif tertinggi, hal ini dikarenakan penelitian dilakukan pada zona terluar hutan mangrove yang memiliki kadar garam tinggi, sehingga species Sonneratia caseolaris sulit ditemukan di lokasi tersebut. Menurut Indriyanto (2006) jalur untuk hutan payau pada umumnya didominasi oleh Sonneratia caseolaris dengan Nypa fruticans.Sesuai dengan pendapat
Noor, dkk (2006) Sonneratia caseolaris lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar.Sonneratia caseolaris tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada lumpur yang dalam.Selain itu juga tumbuh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu yang masih dipengaruhi pasang surut, serta di areal yang didominasi oleh air tawar.Sonneratia caseolaris tidak pernah tumbuh pada pematang/daerah berkarang.
Tabel 3. Kerapatan vegetasi bawah di hutan mangrove Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
Species
Stasiun
I II
K KR(%) K KR(%)
Cyptocoryne ciliata 7,54 72,3 7,13 70,4
Acanthus ilicifolius 1,28 12,2 1,69 16,7
Acrosticum aureum 0,15 1,43 0 0
Derris trifoliata 1,45 13,9 0 0
Cyperus scariosus 0 0 1,30 12,8
Keterangan: K = Kerapatan Populasi, KR = Kerapatan Relatif.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Kerapatan relatif tertinggi untuk vegetasi bawah pada species Cyptocoryne ciliata 72,3% untuk stasiun 1 dan 70,4% untuk stasiun 2, sedangkan kerapata relatif terendah
vegetasi bawah pada species Acrosticum aureum, 1,43% untuk stasiun 1 dan 12,8% untuk stasiun 2.
Tingginya kerapatan relatif pada species Cyptocorune ciliata di daerah penelitian karena species ini
mempunyai pola penyebaran yang besar, hal ini disebabkan sesuainya habitat dari Cyptocorune ciliata dengan lokasi penelitian. Menurut Suryono. A (2013) Cyptocoryne ciliata merupakan tanaman yang hidup di wiliyah pesisir tropis, memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan dan species ini tumbuh dalam kelompok besar pada
muara sungai yang biasanya dekat dengan transisi air laut. Sedangkan Acrosticum aureum biasanya terdapat pada habitat yang sudah rusak, seperti area mangrove yang sudah ditebangi dan kemudian akan menghambat tumbuhan mangrove untuk beregenerasi, sehingga species ini sedikit ditemukan di daerah penelitian.
Tabel 4.Pengukuran faktor lingkungan pada Stasiun 1 dan Stasiun 2.
Stasiun Suhu (oC) pH Substrat Salinitas (ppm)
1 32-35 5,3-6,7 4,5-9,42
2 29-34 5,1-5,8 4,5-7,5
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mendukung kehadiran suatu species pada suatu habitat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa pengukuran faktor lingkungan meliputi suhu, pH substrat dan salinitas pada Hutan Mangrove Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan pada stasiun 1 suhu berkisar antara 32-35oC sedangkan stasiun 2 suhu berkisar antara 29- 34oC, kisaran nilai ini masih dalam batas toleransi mangrove, karena mangrove merupakan tumbuhan khas pantai daerah tropis yang hidupnya
berkembang baik pada temperatur tidak kurang dari 20°C dan suhu diatas 40oC tidak berpengaruh nyata pada tingkat kehidupan mangrove dengan toleransi fluktuasi suhu tidak lebih dari 5°C (Saparinto, 2007).
Derajat keasaman(pH) substrat pada stasiun 1 berkisar antara 5,3-6,7 sedangkan stasiun 2 pH substrat berkisar antara 5,1-5,8, nilai kisaran pH masih pada batas toleransi pertumbuhan mangrove, secara umum dapat hidup pada pH berkisar 5,0-8,5 (Widyastuti dan Wahyu, 1998 dalamAlik 2012). Salinitas pada stasiun 1 berkisar antara 4,5ppm-9,41ppm sedangkan pada stasiun 2 salinitas berkisar antara
4,5ppm-7,5ppm, sesuai dengan pendapat Noor, dkk (2006), untuk Sonneratia caseolaris tumbuh lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar dengan salinitas kurang dari 10 ‰.
MenurutSaparinto (2007),dimana tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas air payau (> 0,5 ‰) sampai dengan salinitass air laut 30 ‰ - 33 ‰.
KESIMPULAN
Komposisi seedling dan vegetasi bawah pada hutan mangrove di Desa Pasar Gompong Kanagarian Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan 7 species tumbuhan mangrove yang terdiri dari 2 species untuk seedling dan 5 species pada vegetasi bawah.
Kerapatanrelatif tertinggi seedling adalah species Sonneratia caseolaris, 99,3% pada stasiun 1 dan 174,9%
pada stasiun 2. Kerapatanrelatif vegetasi bawah tertinggi adalah species Cyptocorune ciliata, 72,3%
pada stasiun 1 dan 70,4% untuk stasiun 2. Faktor lingkungan masih
mendukung untuk kehidupan dari seedling dan vegetasi bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Alik. T. S. D, Umar. M. R
&Priosambodo. D. 2012.
Analisis Vegetasi Mangrove Di Pesisir Pantai Mara’bombang-Kabupaten Pinrang. Jurnal FMIPA Universitas Hasanudin, Makasar.
Badan Pusat Statistik. 2016. Luas Daerah Pesisir Selatan. Badan Statistika Kabupaten Pesisir Selatan.
Donato, dkk. 2012. Mangrove Adalah Salah Satu Hutan Terkaya Karbon Di Kawasan Tropis.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Noor, Y. R, M. Khazali dan I. N. N.
Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PHKA.
Bogor.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove.
Semarang: Dahara Prize.
Suryono, A. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kamalia, Raza’i, T. & Efrizal, T.
2012.Struktur Komunitas Hutan Mangrove Di Perairan Pesisir Kelurahan Sawang Kecamatan Kundur Barat Kabupaten Karimun.Jurnal
Program Studi Manjemen Sumberdaya
Perairan.Fakultas Ilmu
Kelautan dan
Perikanan.Universitas Maritim Raja Ali Haji.