• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEMIOTIK TUGU MELAYU DI KOTA PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS SEMIOTIK TUGU MELAYU DI KOTA PEKANBARU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIK TUGU MELAYU DI KOTA PEKANBARU

O/eh : Junaidi

Staf Pengajar di Fak:ultas llmu Budaya Universitas Lancang Kuning.

Abstrak

Peneliti~

ini bertujuan menggali makna tanda-tanda yang terdapat pada tiga tugu

Melayu d1 Kota Pekanbaru, yak.ni Tugu Tepak Sirih, Tugu Tari

Zapin, clan T

ugu Keris. Pendekatan analisis semiotik Peirce digunakan untuk memaknai tanda-tauda yang terdapat pada ketiga tugu. Hasil peinbacaan tanda-tanda akan dikaitkan

dengan pendapat budayawan Melayu terkait makna tugu. Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa ketiga tugu dibuat untuk merepresentasikan budaya Melayu.

Tugu Tepak Sirih menandakan keramahan orang Melayu dalam menyambut tamu, T ugu Tari Zap in menandakan tari zapin sebagai tari Melayu yang

berasal dari

Riau, dan Tugu Keris 1nenandakan kehormatan Melayu. Meskipun ketiga tugu ini menampilkan budaya Melayu, terdapat ketidaksesuaian antara penanda

yang

digunakan dengan budaya Melayu. Ketiga tugu juga kurang

tepat dalam

menampilkan konsep estetika dan keseimbangan. Pesan yang disampaikan melalui tugu tidak sesuai dengan makna kultural yang terdapat dalam masyarakat Melayu

sehingga menimbulkan perdebatan dalam masyarakat.

Kata Kunci : Semiotik, Tugu, Melayu

Abstract

This study aimed to explore the meaning signs in three Malay monuments

in

Pekanbaru city, namely Tepak Sirih monument, Zapin Dance mon ument, dan Keris monument. The Peirce s semiotic model was used to find th e meaning

of

the signs. The results of reading those signs will be corelated to Malay cultural experts opinion regarding to meanings of Malay s monuments. The resu

lt of

study indicates that the three monuments were intentionally built

to

represent Malay culture. The Tepak Sirih monument signifies the hospitality

of

liJalay people to welcome guests, Zapin Dance monum ent signifies that zapin. d~nce is a Malay tradition developed from Riau, and the Keris monument

signifies

the d ignity of Malay. Although the thre

e

monum

ents represent the }vfalay

culture, there are inappropriate sig ns us

ed

to th e re presented A 1alay culture.

The three monuments also were no t appli

ed aes

teti

c

and ba lance

concepts.

f ~

r

ele\1

ant

to

the cultural The messages conveyed by th

ese

monumen we, e no

• r ·

meaning in Malay society so it caused debate among the p

eople.

Keywords : Semiotic, Monum ent, Malay

65

(2)

1. PF.NDAHt1Ll1AN . n 1,1p11 dihllll~ltt\ RthOttftl pt11flfl<l . tt!ni suaui

Mi~nh,yn

,1,Huk lt\rl\lH"' : dott

rcrh,tiwn

. t0k\,h, uudun. w u

1-.thu<la\'nnn.

Uih1:mgu1myu s~huah g

- · t t1en1u

rui~tl mt1i--munvai tujuruHUJUruJ e ·

1- ,.., . h k ~rkara

~

1~nrnng

schuah tugu u

an _re

muJah. Tugu tidak boleh a.sal diban~u?

~ehab tugu mengandung makna, ml

a1,

fnlsafnh, semangat: harapan: da~

e-stetika. Tugu had1r dalam Jaga budava tertentu sehingga membangun

tuQ.1.1

tidak

hanya cukup dengan seorang

ahli patung. Diperlukan kajian secara mendalam terbadap semua aspek yang terlibat dalam pembangunan tugu agar dapat dimaknai secara tepat oleb publik.

Sebuah tugu penub dengan tanda-tanda yang akan ditafsirkan maknanya oleb banyak orang, mulai dari orang yang ahli sampai orang awam.

Makna rugu tidak bisa dimonopoli oleb perancang tugu saja. Makna tugu adalah milik publik sebab tugu berada di wilayah publik dan tugu memang dita...-npilk.an untuk publik. Oleh karena itu, pembangunan tugu harus memperrimbangkan kemampuan publik dalam penandaan a tau signifikansinya.

Makna sebuab tugu barus mudah ditafsir oleb masyarakat umum agar 1idak menimbulkan interpretasi yang

terlalu

jaub terhadap pesan yang ingin disampaikan. Kesalahan dalam mene:mpatkan suatu struktur dapat rnengakibatkan kesalahan

penafsiran d.an

pcJltmik pemaknaan yang berktp4SUJan~

an

dalam

rnasyarakac.

Untuk

mtnghiudari ket.klltthtHl

pen~fanan dim poltinik tt:ntbul:£

kehcradafm tugu, ada beberapa aspek lln o perlu di pcrhat ika.

n daJan,

Y e p 1• •

pr . mihangunan

rugu.

ene

1t1an

ini

hcrtujunn untu~

mengungkap

maJcna

yang. terkandung dalam

rugu

yang.

tcrdapat

di K,,

ta

f'eka

nbaru dan menemukan

pandangan

para budayawan Melayu tentang tugu yarJg terdapat di Kota

Pekanbaru.

2. LANDASAN TEORI

Sebelum tugu

di

bangun, sangat penting untuk memahami

pandang,a

:;

masyarakat setempat tentang keberadaan tugu, apalagi

tugu yang

berbentuk patung manusia. Ada atau tidaknya tradisi patung dalam suatu masyarakat harus menjadi dasar perlu atau tidaknya membangun sebuah tugu berbentuk patung. Apakah tradisi tugu benar-benar badir dalam kebudayaan masyarakat itu? Tidak semua .masyarakat bisa menerima tugu,

• apalagi bila tugu atau patung itu berwujud manusia. Bila ternyata keberadaan patung yang berwujud manusia tidak sesuai deng:rn pandangan atau tradisi masyarakat setempat, sebaiknya tidak dibangun sebab ini akan bis a rnenimbu lkan polemik.

Dalam kehidupan ini m~rnusia selalu berhadap dengan tanda-t;:111dl yang digunakan sebagai media unruk berkomunikasi.

Karena tanda

mtnJ:.tJI penting bagi manilliia, ~rlu ilmu ~hi.bus untuk mernpel,ij

nri

tandu-t~rnJa, ynk.m

semio

tik.

Sn·uru

umun

dJpac

dinyutakan b

;~hwa sc.miotik ad.al.ah Umu yang memptlujuri tentang tanda Jan

pen1'gunnauya

.

Umhcrto

Eco t I 97o)
(3)

menyatakan babwa "'semiotics is concerned__ with eve,ything that can be taken as a sign". Segala sesuatu yang dipandang sebagai tanda dapat dijelaskan dengan ilmu semiotik. Secara lebih luas Daniel Chandler (2002 )menyatakan "Semiotics involves the study not only of what we refer to as 'signs' in everyday speech, but of anything which 'stands for' something else. In a semiotic sense, signs take the form of words, images, sounds, gestures and objects". Charles Sanders Peirce (1839-1914) dalam Berger (1984:14) membagi tanda ke ~alam tiga kategori.

a . . Simbol b. Ikon c. Indeks

Hubungan ketiga jenis tanda ini sangat pen ting untuk memahami makna tanda dalam satu-objek. Simbol berkaitan dengan sistem konvensi atau kesepakatan dalam masyarakat sehingga makna satu simbol dalam satu masyarakat bisa berbeda denga~

masyarakat lainnya. Sistem kon~ensi ini sengaja dibuat manusai sebagai_ alat untuk berkomunikasi. Sedangkan ikon berkaitan dengan adanya hubungan

"k kesamaan antara tanda dengan obJe yang dirujuknya. Selanjunya indeks bila suatu tanda memiliki hubungan sebab akibat dengan sesuatu obj ek ya~g diwakilkannya. Berger ( 1984: 15) lebi~

lanjutnya menyatakan bahwa trikotom.t

. k

i

dalam

Pierce merupakan unc penerapan analisis semiotik.

3. METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekata.n semiotik Charles Sanders Peirce,

Yakni

ikon, indeks,

clan

simbol.

Ketiga unsur tersebut ditemukan dalam tugu yang menjadi objek penelitian. Selanjunya pembacaa ikon indeks dan simbol

akan

dihubungkan dengan pendapat budayawan Melayu terkait keberadaan simbol di kota Pekanbaru. Data utama penelitian ini adalah tiga Tugu Melayu yang terdapat di Kota Pekanbaru, yakni Tugu SelamatDatang, TuguZapin, dan Tuku Keris. Sedangkan data pendukung adalah kajian peneliti terdahulu dan pandangan budayawan Melayu tentang objek yang diteliti.

Tahapan dalam penelitian ini adalah membaca, mencatat dan melaku.kan interpretasi atas tanda-tanda yang terdalam dalam objek penelitian.

Selanjunya akan dilakukan penyajian hasil dan dikaitkan dengan pendapat para infonnan. Selanjutnya dilakukan

penarikan

kesimpulan.

4.HASIL DAN PEMBAHASAN 4. l. Tugu Tepak Sirih .

Tugu Tepak S inh ter letak dalam bundaran Mal SKA yang . d' persimpano-an Jalan

berlokas1 1

° ,.

d Jalan Arenoka Kota

N

angka an . . . _o

b Tugli im Juga d1sebut tugu

Pekan

aru. - · ·

t datang. Secara visual tug~ _in~

selama .. ang wanita berdm d1 menamp1l.kan seor

67

(4)

Q , : /' d,7" , '1, . . }...,J,I;

Jumal °Plt.r,laka Y311da,_1;a. vol/ Ile'. I dr.muan _..,

menunjukan kesan sensualitas tetapi posisi tangannya dalam menari menjadi perdebatan. Jika tugu ini menampilkan tari zapin gerakan tangan penari pria ini dianggap terlalu tinggi dan ini tidak mencerminkan gerakan tari zapin.

Kedua penarj . _ memang diidentifikasi sebagai penari yang __ memakai baju Melayu. Penari pria tampak memakan baju Melayu dengan tipe cekak musang yang dilengkapi peci _dan kain pinggang. Pakaian penari wanita tampak seperti baju kurung tetapi terlihat sangat ketat sehingga lekuk tubuh terlihat sangat jelas.

Padahal pemakaian baju kurung bertujuan untuk menyembunyikan lekuk tubuh perempuan. Lek1:1k tubub sosok perempuan memberikan kesan erotis.

Keerotisn itu terlihat payu dara yang terlihatmenonjol, bentuk pinggul yang sensual dan bentuk bokong atau pantat yang sangat menonjol dan bahkan sampai memperlihatkan belahan bokong. Penampilan erotis ini sangat tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan dan bahkan sangat bertentangan dengan nilai Melavu yano ingin disampaikan. Ada ekploira"si tubuh perempuan dalam tugu ini.

Posisi penari pria yang lebih tinggi dari penari wanita juga menunjukkan · kesan yang tidak bisa dibaca maknanya.

Dala~ tarian Melayu semua posisi

~enan sama. Posisi sepasang penari ini tidak memberikan kesan bahwa sosok penari sedang menampilkan tari Melayu. Ini menunjukkan kegagalan unsur-unsur yang dalam tugu ini untuk memberikan kesan Melayu.

70

Bila dilihat dari objek yang menjadi tempat sepasang penari berdiri, juga sulit dibaca maknanya. Sekilas merek sedang menari di atas ombak.

Mungkin sang perancang patung ingin menampilkan unsur bahari dalam alam Melayu. Namun apa mungkin orang menari di atas ombak? Bila dilihat dalam tradisi menari Melayu, tidak. ada penari yang menari di atas ombak.

Simbol utama yang sebenamya ingin ditampilan dalam tugu ini adalah tari zapin yang direpesentasikan melalu kehadiran sepasang penari Melayu.

Sebelum patung ini dibuat memang ada wacana untuk membuat pusat zapin di Riau. Tugu ini diharapkan menjadi penanda awal menjadikan Riau sebagai pusat tari zapin. Tetapi bila pesan yang disampaikan Riau akan menjadi pusat tari zapin, maka unsur tari zapin tidak berhasil ditampilkan dalam tugu ini.

Penanda yang digunakan dalam tuou . . . :::,

m1 t1dak memberikan makna yang seSuai dengan makna tari zapin.

4 .3 • Tu gu Keris

Tugu Keris terletak di tenoah buTI<laran di persimpanoan Jalan

iponegoro dan J alan Patimura e Pekanbaru. Bagian utama dari tugu tersebut adalah benda berbentuk b;u atau kayu, sarung keris, dan keris. Ikon ya~g utama yang ditampilkan adalah kens Se · cara 1 ·k omtas, keris merupakan · sala~ satu senjata yang digunakan untuk berJuang, bertarung a tau mempertahankan diri. Kisah-kisah kepe~kasaan wira Melayu selalu berka1tan dengan k . ens.
(5)

Penanda utama yang terdapat dalam Tugu Keris adalah keris Melayu.

Keris

ini memberikan kesan keagungan

dan kebesaran Melayu.

Orang M

elayu memang memberikan perhatian khusus pada keris sebagai simbol kebesaran dan keagungan Melayu. Falsafah keris bagi orang Melayu adalah keris tidak hanya alat mempertahankan diri tetapi berkaitan dengan soal marwah dan prinsip (Khamis Mohamad,

dkk, 2012).

Menurut Tennas Effendi

(2008)

keris memiliki makna simbolik, yakni Tuah dan Marwah, Kej antanan, Barga Diri, Jati Diri, Daulat, Batang Tubuh, Senjata, Penjaga Diri, Pembantu, dan Pakaian.

Hulu keris yang ditampilkan berbentuk hulu parang, dan bukan berbentuk hulu keris Melayu. Menurut Tennas Effendi hulu keris Melayu bebentuk burung serindit seperti yang tergambar dalam lambang Provinsi Riau. Disamping keris terdapat pul.a sarung keris yang dihiasi deng~n motif ukiran. Posisi ujung kens dan sarungnya menancap pada sebuah ba~

kayu besar. Sulit untuk mengena~1 secara tepat apakah objek tempat kens ditancapkan adalah batu atau k~yu.

· k · · t pak ndak Penggunaan obJe 1m am

memberikan kesan yang mendukung makna keris dalam budaya Melayu. Antara keris dengan objek yan.g

. capkan kens

d1gunakan untuk menan

tidak ada hubungannya. . batu/

Ukuran ker1s dan ukuran_

. . d k

ropors1 onal.

kayu terhhat t1

a P . dari

Ukuran batu/kayujauh leb1h besar

• d sarungnya.

pada ukuran kens an . · ang ingtn Padahal unsur utama

Y

b

· bukan

atu 1 ditampilk.an adalah kens

kayu.

Se cara

visual keris tampak

sanga t

keci1 sedangkan batu/kayu terlihat

sangat dominan. Dengan ukuran

yang tidak

proporsion al

itu,

terkesan

pesan

yang

disampaikan

dalam tugu ini

menjadi tidakjelas.

Posisi keris

dan sarungnya

yang menancap ke batu atau ke

bumi juga

menimbulkan keragaman

interpretasi

yang sulit untuk dipertahankan. Ada yang mengatakan bahwa bila ujung keris menancap ke bumi bermakna kekalahan sedangkan bila dihadangkan ke langit itu berarti menunjukkan keperkasaan dan bertarung. Padahal keris yang ditampilkan terkait pesan semangat kepahlawanan.

4.4. Tradisi Patung dalam Budaya Melayu

Baik secara historis maupun kultural, tradisi patung tidak hadir dalam masyarakat Melayu setelah masuk Islam. Ini disebabkan oleh pandangan Islam yang tidak memberikan ruang bagi kehadiran patung. Pandangan orang Melayu ten tu saj a berbeda dengan pandangan orang Bali. Bagi orang Bali patung menjadi bagian pen ting yang berkaitan nilai. budaya mereka. Tetapi tidak bag1 orang Melayu. Sebenarnya, bila orang Melayu ingin membangun tugu boleh saj a dilaku~an. Tetapi. tug~ yan:

dibangun

seba1knya

me~ghin~

panmo ang

berwujud

man us_ia atau

bi.natang.

~ugu yang dibangun

b1sa

dalam ben~

1 am . . Benda~benda terten tu yang hadrr

b.

l ke bu dayaan Melayu isa

da am · . d

dij ad ikan tugu

sebaga1

pena n a

sesuatu.

71

(6)

r

c ' /

ffc,

j d(.//1/(t/rf '!'. . ,::L/ 'Jf'J.i;

J11nwl "Amlaka '811da;;a. l/ol i- t ·

Pembangunan sebuab tugu dengan bentuk tertentu harus berdasarkan alasan yang kuat.

Biasanya tugu yang dibangun didasarkan aspek historis dan kultural.

Dala.m pembangunan tugu diperluk~n pengkajian secara mendalam. S~la1~

pengkajian, diperlukan pula partis1pas1 publik untuk memberik~n masukan terhadap rancangan tugu yang akan dibangun. Partisipasi publik bisa dalam bentuk sayei:nbara desain tugu, diskusi, dan seminar. Ide atau gagasan pembangunan tugu harus didukung oleh kajian historis dan kultural. Jika tidak, tugu tersebut biasanya tidak menjadi penanda yang bisa diterima masyarakat. Tugu itu bisa saja berdiri tetapi ia tidak hadir dala.mjagad kultural masyarakat setempat. Jika ini terj adi maka bisa saja publik tidak memberikan apresiasi terhadap tugu itu.

Penentuan struktur tugu seperti tema, pesan, media, bentuk, dan konteks perlu dilakukan kajian. Tujuan dibangunnya sebuah tugu sebenarnya sebagai pengingat terhadap sesuatu.

Bila orang melihat sebuah tugu, dia langsung dapat memahami maknanya dengan bantuan referensi historis dan kultural. Bila alasan historis dan kultural tidak kuat dala.m sebuah tugu maka tugu itu hanya sebagai sebuah pajangan yang tidak mampu menjadi medan maknet yang akan menarik perhatian orang.

Orang pun akan enggan memberikan apresiasi dan bahk.an sebalik.nya akan menghujad tugu itu.

Sebuah tugu mengandung nilai filosofis. Nilai filosofis itu dapat dilihat dari pennainan struktur-struktur yang

72

terdapat dalam tugu. Setiap struktur yang terdapat dalam tugu saling berhubungan dan memberikan makna.

Oleh karena itu, perancang tugu benar- benar harus memikirkan setiap struktur yang terdapat tugu. Semua struktur bermakna dan hubungan antar struktur menghasilkan makna yang utuh. Pilihan postur, posisi tubuh, warna, raut muka, kostum, latar, · ukuran, dan struktur lainnya sangat penting dalam menghasilkan penanda-penanda untuk mengkomunikasikan pesan.

Nilai filosofis dari sebuah tugu biasanya akan sangat mudah dikenali dengan melihat nama yang diberikan kepada tugu itu. Jika yang dibangun tugu selamat datang maka pesan selamat datang harus secara jelas terlihat dalam tugu itu. Jika yang dibangun tugu tari maka ia harus mampu merepresentasikan nilai-nilai asas yang terdapat dalam tari itu. Jika tugu itu disebut tugu keris maka ia harus mampu menampilkan bentuk dan ukuran keris secara proporsional. Jika tugu itu berbentuk payung maka ia harus tampil dengan makna yang jelas. Jika tugu itu berbentuk ikan, apakah jenis ikan yang dipilih benar-benar mewakili kekhasan yang terdapat di daerah itu.

Jika tugu itu berbentuk ayam jantan, apakah ia menampilkan nilai asas yang terdapat dalam masyarakat sekitar.

Pendek kata, setiap tugu yang dibangun harus memiliki dasar pemikiran yang kuat agar keberadaan tugu benar memberikan makna bagi masyarakat.

Sebagai sebuah karya seni, tugu harus mengandung nilai estetika dan keseimbangan. Sehingga sebuah tugu

(7)

l

l

J11rrwl 'A.15/aka

i3

11da!Ja. rc,,61 1

r (

r. . le'. , ;/ctm,an" 2CM

perlu dirancang oleh seoran . . . . .. g semman yang mem1hki Jiwa seni yan ku

K . d h g at

e1n a an, keutuhan d .

k . b , an

ese1m angan menjadi faktor utama untuk menampilkan nilai· e t .k . s eti a melalm tugu. Nilai keindaha n yang terdap~t dalam tugu dapat menarik perhatian sehingga orang ma

.k mpu

men1 ~atinya dan sekaligus membenkan re~pon positif. Meskipun seb~a_h tugu rmsalnya, menampilkan penst1wa peperangan, unsur keindahan tetap harus dipertimbangan dalam perancangan sebuah tugu.

Lokasi tugu sangat penting sebab pemilihan lokasi harus berdasarkan alasan-alasan yang kuat. Tidak semua tempat cocok dijadikan lokasi tugu.

Nama tugu dan lokasi tugu harus tepat agar keberadaan tugu di suatu tempat dapat diterima oleh masyarakat. Jika dem.ikian, penentuan lokasi sebuah tugu memerlukan part1s1pasi aktif masyarakat agar penandaan tugu itu nantinya dapat dilakukan masyarakat secara tepat pula.

Selanjunya posisi tugujuga hams mempertimbangkan arah pandangan orang dari berbagai arah. Tugu harus terlihat secara proporsional dari semua arah. Jangan sampai sebuah tugu d~liha~

dari arah depan sangat indah tetap1 dan arah belakang kurang baik. Oleh karena itu, pertimbangan posisi sebuah tugu perlu-pula dikaji secara mendalam agar keberadaan tugu tidak merusak

pandangan. .

Keberadaan tugu di 5uatu J ~Ian atau tempat sangat penung dipertimbangkann juga. Prinsip~ya

~~

tidak boleh menganggu Ialu hnta

sekitarnya. Misalnya posisi tugu menganggu pandangan pengguna jalan at~u d~s~ tugu memakan bad.an jalan.

Bila mi terjadi tentu saja sangat

~enganggu keselamatan pengguna Jalan. Perlu juga diperhatian dampak keramainan yang ditimbulkan akibat berdirinya tugu. Ramainya orang yang berkumpul di sebuah tugu dapat menganggu lalu lintas kendaraan.

Ketiadaan temp at parkir a tau sempitnya ..

ruang publik di sekitar tugujuga dapat menganggu keselamatan pengguna jalan.

5. PENUTUP

Berdasarkan pembacaan secara semiotik terhadap Tugu Tepak Sirih, Tugu Zapin clan Tugu Keris disimpulkan bahwa ketiga tugu dibuat untuk merepresentasikan budaya Melayu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga tugu dibuat untuk merepresentasikan budaya Melayu.

Tugu Tepak Sirih menandakan keramahan orang Melayu dalam menyambut tamu, Tugu Tari Zapin menandakan tari zapin sebagai tari Melayu yang berasal dari Riau, dan Tugu Keris menandakan kehormatan Melayu. Meskipun ketiga tugu ini menampilkan budaya Melayu, terdapat ketidaksesuaian antara penanda yang digunakan dengan budaya Melayu.

Ketiga tugu juga kurang tepat dalam menampilkan konsep estetika dan keseimbangan. Pesan yang disampaikan melalui tugu tidak sesuai dengan makna kultural · yang ter_dapat dalam masyarakat Melayu sehmgga menimbulkan perdebatan -dalam

73

(8)

J11r1wl' 11,r;/" 'a

T u Tepak Sirih,

masyarakat.

Pada

ug 1 k kaki

· · 'h d'b wab te apa

Posisi

tepak sin

1

a b h k d n ukuran tu u perempuan, bentu a

perempuan dan raut muka perempuan kurang menampilkan kesan yang tepat.

Pada Tugu Tari Zapin, penanda utama sepasang penari tampak gagal dala1:1 menandakan tari zapin . Kesan erotis penari perempuan juga-- memperj~las kegagalan tugu ini menampilkan c1tra Melayu. Persoalan utama dalam Tugu Keris adalah bentuk bulu keris yang tidak mewakili keris Melayu.

Perbandingan ukuran objek utama keris dan objek tempat keris ditancapkan sangat tidak proporsional sehingga mengabaikan unsur estetika · dan keseimbangan. Posisi -keris yang ditancapkan ke sebuah batu/kayu juga menampilkan makna yang tidak jelas.

Ketidaktepatan penggunaan penanda me~unjukkan bahwa- perancangan ket1ga tugu tidak dilakukan secara mendalam dan · tanpa me~p~rtimbangkan makna falsafah dan obJek yang ditampilkan.

74

DAFTAR PUSTAKA

Berger, Arthur A. 1984. Signs

in

Contemporary Culture An Introduction to Semiotics. New

York: Longman.

Chandler, Daniel. 2007. Semiotic: The - Basics. London: Routledge.

Eco, Umberto. 1976. A Theo ry of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press

Effendy, Tenas. 2008. Keris dala m budaya Melayu Riau . Seminar Keris Nusantara: Bernrkel

~

Keris Melayu. Akademi Pengajian

Melayu, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, 13- 14 November 2010.

· Mohamad, Khamis, dkk.

2012.

Falsafah Perkerisan da lam Masyarakat Melayu . International Journal of the Malay World and Civilization. 30

(1).

2012: 105-109

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar masyarakat di Kota Tebing Tinggi memaknai pesan yang terdapat pada setiap ILM tersebut, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh tanda verbal dan

Permasalahan di dalam penelitian ini adalah bagaimana pengklasifikasian pantang larang masyarakat Melayu di kecamatan Siantan dan makna apa saja yang disampaikan melalui

Permasalahan di dalam penelitian ini adalah bagaimana pengklasifikasian pantang larang masyarakat Melayu di kecamatan Siantan dan makna apa saja yang disampaikan melalui

Pesan atau informasi yang disampaikan melalui pemanfaatan media seperti ini diharapkan membuat masyarakat lebih mengenal dan tertarik akan budaya Melayu dan diharapkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksistensi bahasa melayu di kota pekanbaru. Dimana factor-faktor yang mempengaruhi eksistensi bahasa melayu itu adalah

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi sumbangan secara teoritis tentang makna leksikal dan makna gramatikal pada pantun, memperkuat identitas masyarakat Melayu dalam

Dari setiap bait lagu “Gosip Jalanan” masyarakat sepaham dan sepakat dengan grup musik Slank serta makna pesan yang ingin disampaikan oleh Slank kepada negara ini

Dari setiap bait lagu “Gosip Jalanan” masyarakat sepaham dan sepakat dengan grup musik Slank serta makna pesan yang ingin disampaikan oleh Slank kepada negara ini